Problem kejiwaan di Indonesia, sebagai akibat krisis ekonomi, desakan kebutuhan hidup,
kasus PHK yang merajalela, problem rumah tangga, yang kian hari kian berat menjadi faktor
yang memicu gangguan jiwa, memungkinkan orang yang terancam penyakit jiwa makin
membengkak. Dalam rangka meminimalisir pemasungan terhadap pasien dengan gangguan
kejiwaan, Kabupaten Muara Enim melakukan berbagai kegiatan peningkatan kunjungan
pasien dan kesadaran akan pentingnya pengobatan pada pasien, di kecamatan yang
melibatkan aparat desa. Dengan mengusung Muara Enim Bebas Pasung 2018, tercetuslah
inovasi program kesehatan jiwa yang sistematis dan berbasis masyarakat, sehingga
permasalahan kesehatan jiwa yang ada didesa dapat diselesaikan dengan baik. Output dari
inovasi adalah kondisi pasien yang stabil (membaik) dan dapat kembali ke masyarakat.
Di Kabupaten Muara Enim sejak tahun 2013 hingga tahun 2014 tetap ditemukan
banyak penderita gangguan jiwa. Jumlah penderita gangguan jiwa ditemukan
berdasarkan pendataan puskesmas 1184 orang pada tahun 2013 dan 1.008
orang pada tahun 2014. Sedangkan penderita gangguan jiwa dipasung yang
ditemukan dari tahun 2012 s/d 2014 secara berturut-turut adalah : 62 orang, 12
orang dan 31 orang.
Dari data kunjungan pasien gangguan jiwa yang berobat ke Puskesmas Teluk
Lubuk pada tahun 2013 hanya 3,75% pasien yang mengambil obat dengan
kunjungan yang tidak teratur (ada beberapa pasien yang tidak rutin
mengambil obat tiap bulannya). Dari data tersebut, di awal tahun 2014 kami
melakukan berbagai kegiatan guna meningkatkan kunjungan pasien dan
kesadaran akan pentingnya pengobatan pada pasien ini, seperti penyuluhan
di desa-desa dan rapat koordinasi di kecamatan yang melibatkan aparat
desa. Akhir 2014 didapatkan rata-rata kunjungan pasien perbulan meningkat
yaitu 6.08 (meningkat 38,32%) namun hasil tersebut tidak maksimal dan
signifikan serta belum menjangkau semua pasien gangguan kesehatan jiwa.
Apalagi di tahun 2014 ditemukan 2 pasien pasung dan di Tahun 2015 kembali
ditemukan 4 pasien pasung (2 diantaranya adalah pasien yang di pasung sejak
2014). Satu orang pasien merupakan pasien gangguan kesehatan Jiwa baru, 3
orang pasien pasung lainnya merupakan pasien yang sebelumnya stabil
namun karena kurangnya pengetahuan, kurangnya dukungan dari keluarga,
pengawasan minum obat dan keterbatasan ekonomi membuat mereka tidak
teratur berobat sehuingga menjadi tidak stabil kembali.
Latar belakang keluarga pasien yang mengalami gangguan jiwa berat memiliki
ekonomi menengah ke bawah dengan tingkat pendidikan rendah sehingga
tingkat pengetahuan mengenai masalah kesehatan jiwa masih kurang
ditambah lagi masih kuatnya stigma dan diskriminasi terhadap pasien
gangguan jiwa di Desa.
Untuk mendapat dukungan dari lintas sektor yang terkait dilakukan advokasi
kepada Pemerintah Kecamatan dan Desa. Baik pihak Kecamatan dan Kepala
Desa mendukung kegiatan ini sepenuhnya dan akan ikut berperan aktif
membantu pelaksanaan program ini. Dari kegiatan ini dibentuk Tim Kesehatan
Jiwa di Desa dengan melibatkan Kepala Desa, Perangkat Desa lainnya, Kader
Kesehatan Desa dan Tokoh masyarakat.
Camat dan seluruh Kepala Desa juga diberikan pengetahuan mengenai alur
pengobatan pasien gangguan kesehatan jiwa. Dengan kegiatan ini
diharapkan Kepala Desa dapat menyampaikan informasi ini kepada seluruh
warga sehingga masyarakat setempat memiliki pengetahuan mengenai alur
pengobatan dan rujukan.
Tim Kesehatan Jiwa di desa melibatkan Kepala Desa, Perangkat Desa lainnya,
Kader Kesehatan Desa dan Tokoh masyarakat. Tim ini bertugas memantau
kondisi pasien dan juga melaporkan jika ditemukan pasien baru di desa atau
ditemukan adanya pemasungan dan bersama Tim Kesehatan di puskesmas
melakukan pembebasan pasung. Tim ini juga sebagai icon yang mencoba
menghapuskan diskriminasi serta stigma di desanya. Beberapa contoh kegiatan
tersebut desa.
Pembebasan Pasung
Bersama semua Tim yang ada di Desa serta di bantu RS. Ernaldi Bahar
Palembang dilakukan pembebasan pasung. Pasien mendapat
pengobatan gratis. Pasien Pasung yang dibebaskan diwilayah Kecamatan
Belimbing sebanyak 6 orang yaitu Herwan dan Hartomo dari Desa
Darmokasih, Lina dari Desa Simpang Tanjung, Ahmad Zaini dari Desa Teluk
Lubuk, Yansi dari desa Cinta Kasih dan Sardiman dari Desa Dalam. Herwan
dan Hartomo merupakan pasien pasung yang telah dibebaskan beberapa
tahun lalu, namun karena dukungan keluarga kurang ditambah minum
obat yang tidak teratur, kondisi mereka kembali tidak stabil dan akhirnya di
pasung lagi. Pasien Lina bahkan tidak bisa jalan karena dipasung. Kondisi
mereka sangat memprihatinkan. Semua Pasien pasung dirujuk ke RS.Ernaldi
bahar Palembang, kecuali Yansi. Berikut beberapa foto pasien pasung di
wilayah Puskesmas Teluk Lubuk.
Setiap bidan desa mendapatkan surat perintah tugas (SPT) yang berisi
pelimpahan kewenangan dari Pimpinan Puskesmas. Obat-obat yang
diberikan disesuaikan dengan resep yang diberikan oleh dokter puskesmas.
Bidan desa hanya meneruskannya saja. Setiap 3 bulan dokter puskesmas
akan mengadakan kunjungan ke desa untuk memantau kemajuan
pengobatan pasien gangguan jiwa. Beberapa kegiatan yang telah
dilakukan di Desa di Wilayah Kerja Puskesmas teluk Lubuk Kecamatan
Belimbing.
Keberlanjutan Inovasi
Semua inisiatif ini dapat terlaksana dengan baik karena terorganisasi dan
tersistem dengan baik. Hal utama yang perlu kita lakukan adalah membangun
sistem kerja dan menguatkan sistem tersebut. Jadi dari hasil yang telah
dilakukan bahwa membangun tim adalah hal utama sebelum memulai kerja,
karena kesehatan jiwa ini tidak bisa bekerja sendiri, harus melibatkan lintas
sektor.
Aplikasi yang telah dijalankan ini saya yakin dapat berlanjut karena:
Penetapan Regulasi
Kegiatan ini didukung bapak camat Belimbing dan jajarannya, selain itu
Bapak Pimpinan Puskesmas juga mendukung dengan menetapkan SPT
pendelegasian obat ke bidan desa.
Perencanaan
Replikasi