Anda di halaman 1dari 40

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gangguan jiwa dalam DSM IV merupakan konsep sindrom perilaku atau
psikologis klinis yang signifikan atau pola yang terjadi pada individu yang
berhubungan dengan gejala nyeri atau cacat yaitu penurunan satu atau lebih fungsi
yang penting atau resiko peningkatan kematian, nyeri, kecacatan atau kerugian
(Prabowo, 2014). Menurut PPDGJ II dalam DSM III gangguan jiwa adalah
sindrom atau pola perilaku, atau psikologik seseorang, yang secara klinik cukup
bermakna, dan secara khas berkaitan dengan suatu gejalan penderitaan (distress)
atau hendaya (impairment/disability) di dalam satu atau lebih fungsi yangpenting
dari menusia. Sebagai tambahan, disimpulkan bahwa disfungsi itu adalah
disfungsi dalam segi perilaku, psikologik, atau biologik, dan gangguan itu tidak
semata-mata terletak didalam hubungan anatara orang itu dan masyarakat
(Muslim, 1995).
Data Statistik yang dikemukakan oleh WHO tahun 2012 menyebutkan
bahwa sekitas 450 juta orang di dunia mengalami masalah gangguan kesehatan
jiwa. Sepertiga diantaranya terjadi di negara berkembang. Data yang ditemukan
oleh peneliti di Harvard University dan University College London mengatakan
penyakit kejiwaan pada tahun 2016 meliputi 32 % dari semua jenis kecacatan di
seluruh dunia. Angka tersebut meningkat dari tahun sebelumnya (VOA Indonesia,
2016).
Indikator kesehatan jiwa yang dinilai pada Riskesdas 2013 antara lain
gangguan jiwa berat, gangguan mental emosional serta cakupan pengobatannya.
Gangguan jiwa berat adalah gangguan jiwa yang di tandai oleh tergangguanya
kemampuan menilai realitas atau titikan (insight) yang buruk. Gejala yang
menyertai gangguan ini antara lain berupa halusinasi, ilusi, waham, gangguan
proses pikir, kemampuan berpikir serta tingkah laku aneh misalnya agresivitas
atau katatonik. Gangguan jiwa berat dikenal denngan sebutan psikosis dan salah
satu contoh psikosis adalah skizoprenia.

1
Menurut WHO (2016) terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60
juta orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizoprenia, serta 47,5 juta
terkena demensia. Prevalensi gangguan jiwa di seluruh dunia menurut data WHO,
(World Health Organization)pada tahun 2019, terdapat 264 juta orang mengalami
depresi, 45 juta orang menderita gangguan bipolar, 50 juta orang mengalami
demensia, dan 20 juta orang jiwa mengalami skizofrenia.
Meskipun prevalensi skizofrenia tercatat dalam jumlah yang relative lebih
rendah dibandingkan prevalensi jenis gangguan jiwa lainnya berdasarkan National
Institute of Mental Health (NIMH), skizofrenia merupakan salah satu dari 15
penyebab besar kecacatan di seluruh dunia, orang dengan skizofrenia memiliki
kecendrungan lebih besar peningkatan resikobunuh diri(NIMH, 2019). Data
American Psychiatric Association (APA) tahun 2014 menyebutkan 1% populasi
penduduk dunia menderita skizofrenia. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada
2018 menunjukkan bahwa prevalensi skizofrenia/psikosis di Indonesia sebanyak
7% per 1000 rumah tangga. Hal ini menunjukkan bahwa dari 1000 rumah tangga,
terdapat 70 rumah tangga yang mempunyai anggota rumah tangga (ART) dengan
pengidap skizofrenia/psikosis berat. Berdasarkan catatan Kemenkes RI pada tahun
2019, prevalensi gangguan kejiwaan tertinggi terdapat di Provinsi Bali dan DI
Yogyakarta dengan masing-masing prevalensi menunjukan angka 11,1% dan
10.4% per 1000 rumah tangga yang memiliki ART dengan pengida
skizofrenia/psikosis. Selanjutnya diikuti oleh provinsi-provinsi lain diantaranya:
Provinsi Nusa Tenggara Barat, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Aceh, Jawa
Tengah, Sulawesi Tengah, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat secara
berurutan.
Gangguan jiwa yang menjadi salah satu masalah utama di negara-negara
berkembang adalah skizoprenia. Skizoprenia termassuk jenis psikosis yang
menempati urutan atas dari seluruh gangguan jiwa yang ada (Nuraenah, 2012).
Skizoprenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan
timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh dan
terganggu. Gejala skizoprenia dibagi dalam 2 kategori utama: gejala positif atau
gejala nyata yang mencakup waham, halusinasi dan disorganisasi pikiran, bicara
dan perilaku yang tidak teratur serta gejala negative atau gejala samar, seperti afek

2
datar, tidak memiliki kemauan dan menarik diri dari masyarakat atau rasa tidak
nyaman (Videbeck, 2008).
Ada tiga Rumah Sakit rujukan yang ada di Sumatera Barat,terdiri dari
rumah sakit pemerintah dan Rumah Sakit swasta. Rumah Sakit Jiwa HB Saanin
Padang merupakan salah satu rumah sakit jiwa yang ada di sumatera barat yang
.dengan Terletak di jalan raya Ulu Gadut Kecamatan Limau manis Padang.
Rumah sakit ini berkapasitas 316 tempat tidur. Menangani pasien yang memiliki
penyakit jiwa sejak tahun 1932. Mengutamakan pelayanan yang ramah, cepat,
tepat dan terbaik dengan jenis pelayanan rawat jalan, rawat inap, serta pelayanan
penunjang lainnya.
Kampung Teleng adalah salah satu Puskesmas yang ada di Kota
Sawahlunto, Pada tahun 2021 hanya terdeteksi 19 orang pasien dengan gangguan
jiwa. Pada tahun 2022, dengan melakukan metode validasi data ke setiap Desa
dan Kelurahan terjaringnya pasien Jiwa sebanyak 5 orang, maka jumlah pasien
jiwa naik menjadi 24 orang, tidak adanya kasus pasung diwilayah kerja
puskesmas Kampung Teleng. dan pada awal tahun 2023 seiring dengan gebyar
PIS-PK saya bersama dengan nakes Puskesmas Kampung Teleng kembali
menjaring sasaran ODGJ sebanyak 3 orang. Jumlah pasien ODGJ di wilayah kerja
kampung teleng, sampai makalah ini diterbitkan sebanyak 27 orang dengan
diagnosa Scizofrenia, dan 4 orang dengan gangguan cemas (depresi).
Berdasarkan peningkatan jumlah kasus ODGJ dari tahun ketahun saya
mengusulkan adanya program Inovasi berupa MANTAP JIWA (Melayani dengan
Tuntas Pasien dengan Gangguan Jiwa) dimana program ini berfungsi sebagai
program yang memantau pasien jiwa dalam kepatuhan minum obat dan disiplin
untuk memeriksakan kesehatan ke puskesmas dan rumah sakit rujukan, dengan
melibatkan keluarga dan orang terdekat pasien serta lintas sektor terkait. Dimana
tujuan akhir dari dari kegiatan ini adalah terbentuknya ODGJ yang produktif yaitu
mereka mampu menolong dirinya sendiri sehingga tidak menjadi beban terhadap
keluarga, masyarakat dan negara, dan mampu berinteraksi kembali sebagai mana
biasanya.

3
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Sebagai persyaratan dan bahan expose untuk mengikuti penilaian
Tenaga Teladan Tingkat Provinsi Sumatera Barat Tahun 2023.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Meningkatkan kemandirian pasien ODGJ untuk memelihara kesehatan
sehingga lebih mandiri dan produktif
b. Meningkatkan pengetahuan keluarga ODGJ dalam upaya
pendampingan Kesehatan pasien ODGJ
c. Mengubah fokus pelayanan primer di Puskesmas ke arah upaya
promotif dan preventif.
d. Melaksanakan komunikasi resiko dan pemberdayaan masyarakat
e. Mengoptimalkan kualitas tenaga kesehatan dengan kuantitas yang
tersedia di Puskesmas.

1.3. Visi dan Misi Puskesmas Kampung Teleng


1.3.1 Visi
Visi Puskesmas Kampung Teleng adalah “Terwujudnya pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan profesional menuju kota Sawahlunto sehat
dan Produktif “.
1.3.2 Misi
1. Memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat
di wilayah kerja Puskesmas Kampung Teleng.
2. Menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat.
3. Meningkatkan kemandirian masyarakat untuk memiliki jaminan
pemeliharaan kesehatan.
4. Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan ibu dan anak,
pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dan tidak menular serta
menciptakan lingkungan bersih yang sehat.
5. Mendorong masyarakat dalam mewujudkan keluarga sadar gizi.

4
1.4 Motto, Tata Nilai dan Janji Pelayanan Puskesmas Kampung Teleng
1.4.1 Motto
Motto Puskesmas Kampung Teleng yaitu “Kesehatan anda adalah
kepuasan layanan kami”.
1.4.2 Tata Nilai
Tata Nilai Puskesmas Kampung Teleng adalah “SEMANGAT” dengan
uraian sebagai berikut :
S = Senyum (Senyum Pelayanan)
E = Empati (Empati dengan pengunjung / penderitaan pasien)
M = Mandiri (Mengetahui Tupoksi dan bersikap dewasa)
A = Amanah (Melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab)
N = Nasionalisme (Tidak membeda-bedakan pengunjung/pasien
yang datang)
G = Gesit (Berusaha mengembangkan program kesehatan)
A = Aman dan nyaman (Memberikan keamanan dan kenyamanan
pengunjung)
T = Terampil (Melakukan pelayanan kesehatan dengan terampil
sesuai SOP)
1.4.3 Janji Pelayanan Puskesmas Kampung Teleng
“Kami seluruh pegawai Puskesmas Kampung Teleng Kota Sawahlunto
dengan ini siap memberikan pelayanan sesuai standar pelayanan dan akan
melalukan perbaikan secara terus- menerus dan kami siap menerima sanksi
atau kompensasi sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku.”

1.4.4 Budaya Kerja Puskesmas Kampung Teleng


Budaya kerja Puskesmas Kampung Teleng antara lain :
a. Bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas
b. Tepat waktu dan bekerja tuntas
c. Profesional
d. Saling menghormati
e. Saling membantu teman bekerja sebagai mitra
f. Menjaga citra Puskesmas Kampung Teleng

5
g. Banyak bekerja sedikit bicara
h. Patuh terhadap komitmen
i. Menyelesaikan semua permasalahan secara musyawarah.

6
BAB II
GAMBARAN UMUM

2.1. SUMBER DAYA


2.1.1. Geografis
Wilayah Puskesmas Kampung Teleng terletak di Kecamatan Lembah
Segar merupakan salah satu kecamatan yang terletak di jantung Kota Sawahlunto
dengan luas 52,52 KM2 yang berada 100 43’ 13” – 100 50’ 40” BT dan 033’ 40” –
043’ 33” LS. Bentang alam Kota Sawahlunto terbentuk oleh perbukitan terjal,
landai dan pendataran dengan elevasi 250-650 m diatas permukaan laut dengan
batas wilayah kerja :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Kolok
(Kecamatan Barangin)
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas
Silungkang dan Puskesmas Lunto
c. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Sungai
Durian (Kecamatan Barangin)
d. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayak kerja Puskesmas
Silungkang (Kecamatan Silungkang).

Gambar 1.
Peta wilayah Kerja Puskesmas Kampung Teleng

7
Berdasarkan pembagian daerah administrasi pemerintah wilayah kerja
Puskesmas Kampung Teleng di Kecamatan Lembah Segar terdiri dari 6
Kelurahan dan 1 Desa dengan rincian sebagai berikut:
a. Kelurahan Kubang Sirakuk Selatan
b. Kelurahan Kubang Sirakuk Utara
c. Kelurahan Aur Mulyo
d. Kelurahan Pasar
e. Kelurahan Tanah Lapang
f. Kelurahan Air Dingin
g. Desa Kubang Utara Sikabu

2.1.2. Demografis
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kampung Teleng Tahun
2021 sebanyak 8460 Jiwa, 4112 penduduk laki-laki dan 4348 penduduk
perempuan dengan 2039 Kepala Keluarga (KK). Mata pencarian penduduk di
wilayah kerja Puskesmas Kampung Teleng diantaranya yaitu pegawai negeri,
pedagang, pertambangan, bidang jasa, pegawai swasta dan lain lain. Distribusi
penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas Kampung
Teleng secara lengkap dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1.
Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
Di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Teleng pada Tahun 2022

Jumlah Penduduk
No Desa/ Kelurahan Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1 Kubang Siirakuk Selatan 514 548 1,062
2 Kubang Sirakuk Utara 441 470 911
3 Aur Mulyo 532 541 1,073
4 Pasar 660 731 1,391
5 Tanah Lapang 675 698 1,373
6 Air Dingin 481 514 995
7 Sikabu 567 577 1,144
Puskesmas 3,870 4,079 7,949
Sumber data : BPS Kota Sawahlunto 2022

2.1.3 Sosial budaya

8
Mayoritas agama di wilayah kerja Puskesmas Kampung Teleng adalah
islam.
2.1.4 Fasilitas Pendidikan

Fasilitas pendidikan merupakan sasaran pada beberapa program pokok


puskesmas yang ada dalam wilayah kerja Puskesmas Kampung Teleng, mulai dari
jenjang Taman Kanak – Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) sampai tingkat Sekolah
Menengah (SLTP dan SLTA).

Tabel 2.
Jumlah Sekolah Berdasarkan Desa Kelurahan

Jumlah Sekolah
No Desa/ Kelurahan SLTA
TK SD/MI SLTP
/SMK
1 Kubang Siirakuk Selatan 0 0 0 1
2 Kubang Sirakuk Utara 1 1 0 0
3 Aur Mulyo 1 1 1 1
4 Pasar 2 2 0 0
5 Tanah Lapang 1 2 0 0
6 Air Dingin 0 1 0 0
7 Sikabu 0 1 0 0
Jumlah 5 8 1 2
Sumber data : BPS Kota Sawahlunto 2022

2.1.5 Fasilitas Kesehatan


2.1.5.1 Gedung Puskesmas
Gedung Puskesmas Kampung Teleng dibangun permanen berlantai dua
yang terletak di perkotaan tepatnya Kelurahan Pasar. Puskesmas induk terdiri dari
Ruang Pelayanan, kantor, Ruang Program, dan Aula.

Gambar.2 Gambar Puskesmas

9
Ruang pelayanan yang tersedia di Puskesmas Kampung Teleng antara lain :
 Pendaftaran dan rekam medis
 Poli Umum
 Poli KIA
 Poli Gigi
 UGD
 Laboratorium
 Ruang Konseling Jiwa
 Ruang ASI
 Apotek
 Gudang Obat
 Ruangan Sterilisasi
 Aula Puskesmas
 Gudang Umum
 Ruangan Tata Usaha
 Musholla
 Ruangan Kepala Puskesmas
 Bank Sampah

2.1.5.2 Jaringan Puskesmas

10
Puskesmas Kampung Teleng memiliki Jaringan sebanyak 4 buah
Puskesmas Pembantu (PUSTU). Dimana di masing-masing pustu bertugas 1
orang bidan.
Dengan adanya jaringan puskesmas seperti pustu diharapkan akses
pelayanan kesehatan dapat terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

Tabel 3
Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan

No Jenis Sarana Jumlah


1 Puskesmas Induk 1
2 Puskesmas Pembantu 4
3 Posyandu balita 18
4 Klinik / Praktek dokter 6
5 Bidan praktek swasta 1

2.1.5.3 Ketenagaan
Tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Kampung Teleng sebanyak 45
orang yang terdiri dari PNS dan Non PNS (Pegawai Kontrak dan Nusantara
Sehat). Komposisi ketenagaan di puskesmas Kampung Teleng sebagai berikut :

Tabel 4
Jenis dan Jumlah Ketenagaan Tahun 2022

No Jenis Ketenagaan Jumlah

1 Dokter 1

2 Dokter gigi 2

3 Perawat Profesi 6

4 Perawat 2

5 Bidan 18

6 Apoteker 1

7 Asisten Apoteker 1

8 Nutrisionis 1

9 Sanitarian 1

11
10 Sarjana Kesehatan Masyarakat 0

11 Analis laboratorium 2

12 Perekam Medis 2

13 Perawat gigi 1

14 Tenaga Farmakmin 1

15 Supir 1

16 Pengelola Keuangan 1

17 Cleaning service 1

18 Tenaga umum 1

Jumlah 45

2.1.5.4 Akreditasi Puskesmas


Akreditasi Puskesmas Kampung Teleng dilakukan pada tahun
2017 dimana hasil Akreditasi Puskesmas Kamppung Teleng saat itu
adalah Utama. Dan untuk Akreditasi selanjutnya seharusnya dilakukan
pada Tahun 2020 ini, namun ditunda dikarenakan adanya wabah pandemi
Covid 19.

2.2 SARANA PENUNJANG


Sarana penunjang yang terdapat di Puskesmas Kampung Teleng, antara lain :
1. Alat – alat promosi kesehatan, yaitu : ambulans puskesmas keliling,
TOA, Wireless, DVD, Kaset dan CD, Laptop, Standing Banner,
Infocus, kamera, Papan Informasi, dan Leaflet.
2. Kendaraan operasional, yaitu : 1 Puskel, 1 ambulance, dan 13
kendaraan roda dua.

2.3 PERAN MASYARAKAT


Sesuai dengan salah satu fungsi puskesmas sebagai pusat pemberdayaan
masyarakat, maka dalam melaksanakan tugas di Puskesmas Kampung Teleng

12
telah berupaya untuk mendorong peran serta masyarakat demi terwujudnya Visi
Dan Misi Puskesmas Kampung Teleng. Adapun bentuk peran serta masyarakat
untuk pembangunan kesehatan di wilayah kerja puskesmas Kampung Teleng
adalah melalui kegiatan Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM).
Bentuk UKBM yang terdapat diwilayah kerja Puskesmas Kampung Teleng, yaitu:
1. Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)
Posyandu merupakan pemberdayaan masyarakat yang telah berjalan sejak
lama. Posyandu yang terdapat di wilyah kerja puskesmas Kampung Teleng
yaitu posyandu balita dan posyandu lansia. Posyandu mempunyai pengaruh
yang cukup besar dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat sehingga
kegiatan UKBM ini mendapat perhatian yang cukup besar dari berbagai
pihak.
2. Desa Siaga
Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 564/Menkes/SK/VIII/2006
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa siaga. Untuk itu
beberapa kegiatan pengembangan desa siaga yang berada di wilayah kerja
puskesmas Kampung Teleng, antara lain :
 Sosialisasi desa siaga di tingkat desa/Kelurahan
 Pembentukan Kepengurusan desa siaga/Kelurahan
 Pelatihan Kader untuk pelaksanaan Survey Mawas Diri (SMD)
 Pelaksanaan SMD dengan melakukan kunjungan rumah
 Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
Tabel 5.
Jumlah Posyandu Balita di wilayah Kerja
Puskesmas Kampung Teleng Tahun 2022

Kader Posyandu Balita


No. Desa/ Kelurahan Jumlah Kader Kader % Aktif
Posyandu Dilatih Aktif
1. Air Dingin 2 10 10 100%
2. Tanah Lapang 2 10 10 100%
3. Aur Mulyo 2 10 10 100%
4. Pasar 3 15 15 100%
5 KBSS 2 10 10 100%
6 KBSU 2 10 10 100%
7 Sikabu 5 25 25 100%
Jumlah 18 90 90 100%

13
Tabel 6.
Peran Serta Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kampung Teleng

Posyandu
No Desa/Kelurahan Desa Siaga Posyandu Lansia
Balita
1 Air Dingin 2 1 2

2 Tanah Lapang 2 1 2

3 Aur Mulyo 2 1 2

4 Pasar 3 1 1

5 KBSS 2 1 1

6 KBSU 2 1 2

7 Sikabu 5 2 1

Jumlah 18 8 11
Sumber data : Laporan Tahunan Puskesmas Kampung Teleng Tahun 2022

14
BAB III
TUGAS POKOK DAN TUGAS INTEGRASI

3.1. TUGAS POKOK


1. Melaksanakan pelayanan perorangan bersama dokter dalam melaksanakan
kegiatan pelayanan kesehatan.
2. Melaksanakan asuhan keperawatan.
3. Memberikan konseling kesehatan secara individu/keluarga sesuai dengan
penyakit yang dialami.
4. Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan.
5. Memeriksa, mengobservasi dan mengobati pasien UGD.
6. Melakukan tindakan konservatif / invasif (heacting, infuse, suction,
injeksi, dll) sesuai dengan advice dokter.
7. Mendampingi rujukan pasien UGD ke RSUD atau fasilitas kesehatan yang
lebih lengkap.
8. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.
9. Pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang.
10. Memeriksa dan mengobati pasien secara pasif.
11. Bekerjasama dengan Lintas Sektoral dalam pengembangan peran serta
masyarakat.
12. Pengelola Program Jiwa

Gambar 3.
Pelayanan Poli Umum

15
Gambar 4.
Pelayanan IGD

16
Gambar 5.
Pelayanan / Kunjungan Pasien Jiwa

3.2 TUGAS INTEGRASI


1. Melaksanakan Kegiatan Luar Gedung (Posyandu Balita, Posyandu Lansia,
UKS, Kunjungan Rumah, dll).
2. Petugas Resepsionis dan Pelaksana pelayanan keperawatan di Unit Gawat
Darurat dan Poli Umum.
3. Mengikuti lokakarya mini / rapat staf Puskesmas.
4. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh Kasubag TU dan Kepala
Puskesmas.
Kegiatan luar gedung yang saya lakukan adalah melaksanakan posyandu
balita, posyandu lansia, kunjungan rumah jiwa dan PTM, kunjungan sekolah UKS
melakukan skrining SDQ dan SRQ pada siswa. Yang mana tujuan dari melakukan
skrining ini adalah untuk menjaring sasaran dengan gangguan jiwa pada remaja.

17
Gambar 6. Posyandu Balita

Gambar.7 Posyandu Lansia

Gambar 8. Kunjungan PTM diKelurahan Pasar

18
Gambar 9. Kunjungan UKS Frambusia Dan Skrining SDQ di Sekolah

3.3 Fungsi
Fungsi perawat di puskesmas adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan,
perawat membantu klien mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses
penyembuhan. Perawat menfokuskan asuhan keperawatan pada kebutuhan
kesehatan klien secara holistic, meliputi upaya untuk mengembalikan
kesehatan emosi spiritual dan social di Puskesmas Kampung Teleng.

3.4 Keterlibatan Dalam Organisasi


1. Sebagai anggota Divisi Hubungan Antar Lembaga di DPD PPNI kota
Sawahlunto
2. Sebagai Tim Pemeriksaan Kesehatan Haji Kota Sawahlunto Tahun 2021-
2022
3. Sebagai Anggota PKK Pokja IV di Kelurahan Air Dingin
4. Sebagai Tim Peduli Kanker Kecamatan Lembah Segar Kota Sawahlunto
5. Sebagai Tim Pis-pk Kelurahan Air Dingin Kecamatan Lembah Segar
Kota Sawahlunto.
6. Sebagai Anggota Tim Satgas Covid 19 Kecamatan Lembah Segar Kota
Sawahlunto.

19
3.5 Prestasi yang Pernah Diraih
1. Juara 1 Tenaga Medis Teladan Tingkat Kota Sawahlunto tahun 2023
Penetapan tenaga medis teladan tingkat kota Sawahlunto sesuai
surat keputusan Walikota Sawahlunto nomor
188.47/54/DINKESDALDUK-SWL/V/2023 Tentang Penetapan FKTP
berprestasi dan tenaga teladan tahun 2023.

20
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN INOVASI

4.1 INPUT
4.1.1 Regulasi
1) UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2) UU No 35 tahun 2009 tentang Narkotika
3) UU No 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelengara Jaminan Sosial
4) UU No 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa
5) Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian
UrusanPemerintahan,AntaraPemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi,
dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
6) Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2018 tentang Standar Pelayanan
Minimal
7) Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan
Nasional.
8) Peraturan Presiden No 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Jiwa di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer 15
9) KMK No 514 tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat Pertama
10) Peraturan Menteri Kesehatan No 25 tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan
Anak 13. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 39 tahun 2016 tentang
Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga
11) Peraturan Menteri Kesehatan No 4 tahun 2019 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan
12) PermenkesNo54tahun2017tentangPenanggulangan Pemasungan Pada
ODGJ
13) Permenkes No 43 tahun 2019 tentang Puskesmas
14) Permenkes No 4tahun 2020 tentangPenyelenggaraan Institusi Penerima
Wajib Lapor
15) Permenkes No 21 tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2020-2024

21
4.1.2 Pendanaan
a. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) UPTD Puskesmas Kampung Teleng
b. Anggaran BLUD ( Badan Layanan Umum Daerah)

4.1.3 Sarana dan Prasarana Pelayanan Gangguan Jiwa


Sarana dan Prasarana di Puskesmas Kampung Teleng sudah
mendukung pelayanan kepada pasien dengan gangguan jiwa, yaitu sebagai
berikut :
1. Ruang Poli Umum
Gambar 10. Ruang Pelayanan Poli Umum

2. Ruang Pojok Konseling


Gambar 11. Ruang Pojok Konseling

22
3. Kartu ID Mantap Jiwa
Gambar 12. Kartu ID Mantap Jiwa Side A dan Side B

4. Kartu Kontrol Mantap Jiwa


5. Leftlet Gangguan jiwa
Dengan kartu ini pasien juga bisa mengakses informasi tentang
inovasi mantap jiwa. Yang terhubung langsung dengan google form,
Google / Cloud Drive,

4.2 PELAKSANAAN KEGIATAN (PROSES)


Inovasi MANTAP JIWA ini memberikan edukasi untuk pasien dan
keluarga ODGJ, mereka tetap dapat mengakses media edukasi kesehatan

23
jiwa secara mandiri dimana saja baik di rumah ataupun diluar rumah
melalui QR Code yang telah disediakan pada kartu, sehingga tujuan dalam
pencapaian kemandirian dan produktif tercapai dan meningkatkan
pengetahuan tentang pasien dengan ODGJ dapat tercapai dengan
memanfaatkan kemudahanan teknologi digitalisasi. Inovasi ini juga
memanfaatkan google form sebagai media follow up pasien untuk minum
obat secara teratur, dimana pasien akan di ingatkan kapan untuk kembali
mengambil obat.
Fungsi lainnya dari kartu ini yang juga merupakan kartu identitas
bagi pasien dengan gangguan jiwa (ODGJ). Berikut data identitas Pasien
dengan Gangguan Jiwa di wilayah kerja Puskesmas Kampung Teleng :

Tabel.7
Data Pasien Gangguan Jiwa diwilayah kerja Puskesmas Kampung Teleng

No Nama Umur JK Alamat Diagnosa

1 Ny.E 66 P Kelurahan pasar Skizofrenia


2 Tn. A 56 L Kelurahan KBSU Skizofrenia
3 Sdr. A 24 L Kelurahan KBSS Skizofrenia
Skizofrenia(bipolar
4 Ny. F 42 P Kelurahan Tanah Lapang )
5 Ny. Y 59 P Kelurahan Air Dingin Skizofrenia
6 Ny. Y 54 P Kelurahan KBSU Skizofrenia
7 Sdr. W 25 L Kelurahan KBSS Skizofrenia
8 Tn. Z 58 L Kelurahan KBSU Skizofrenia
9 Sdr. T 31 L Kelurahan Air Dingin Skizofrenia(ISOS)
10 Sdr. R 34 P Pondok Kapur Skizo/Epilepsi
11 Sdr. R 28 L Sikabu Skizofrenia
12 Ny. S 47 P Kelurahan KBSS Skizofrenia
13 Sdr. T 23 L Saringan Skizofrenia
14 Ny. R 47 P Kelurahan KBSS Skizofrenia
15 Tn. A 58 L Desa Sikabu Skizofrenia
16 Tn. D 41 L Desa Sikabu Skizofrenia

24
17 Ny. B 60 P Kelurahan Pasar Skizofrenia
18 Sdr.A 22 L Kelurahan KBSS Skizofrenia
19 Sdr. I 37 L Kelurahan Air Dingin Skizofrenia
20 Tn. S 50 L Kelurahan Pasar Skizofrenia
21 Tn. M 54 L Kelurahan KBSS Skizofrenia
22 Ny. S 65 P Kelurahan Pasar Skizofrenia
23 Tn. A 82 L Kelurahan Aur Mulyo Skizofrenia
24 Tn. S 55 L Kelurahan Aur Mulyo Skizofrenia
25 Ny. A 59 P Kelurahan Aur Mulyo Skizofrenia
26 Tn. T 55 L Kelurahan Aur Mulyo Skizofrenia
27 Tn. J 54 L KelurahanTanah Lapang Skizofrenia
28 Ny. N 42 P Desa Sikabu Ansietas
29 Sdra,D 10 P Desa Sikabu Ansietas
30 Ny. Y 58 P Kelurahan KBSB Ansietas
31 Ny,N 24 P Desa Sikabu Depresi

Dari data Tabel diatas dapat terlihat bahwa pasien dengan Gangguan Jiwa
terbanyak yaitu dengan jenis skizofrenia sebanyak 27 orang dengan Skizofrenia,
dan 4 orang dengan Depresi / Ansietas.
Ada beberapa Pasien yang sudah produktif / mandiri, dan ada juga pasien
yang menolak untuk minum obat, tetapi kondisi pasien aman terkendali, dan ada
beberapa pasien yang masih bergantung dengan obat obatan. Pasien yang minum
obat teratur sebanyak 26 orang, yang sudah mandiri dan produktif sebanyak 28
orang, dan yang menolak minum obat sebanyak 5 orang. Pasien menolak minum
obat karena pasien merasa sudah sembuh. Upaya yang dilakukan adalah
melakukan pendekatan dengan membujuk dan menjelaskan ke pasien dan
keluarga pasien tentang manfaat minum obat, dan tingkat kekambuhan penyakit
apabila pasien tidak minum obat.

25
Diagram 1
Perkembangan kasus dari tahun ke tahun

Dari diagram diatas dapat diamati, peningkatan jumlah pasien dari tahun ke tahun,
pada tahun 2021 data real nya 19 orang pasien dan spm 18 orang, dan pada tahun 2022
jumlah pasien 24 orang dengan spm 18 orang, dan pada tahun 2023 sampai makalah ini
diterbitkan jumlah data real pasien ODGJ sebanyak 31 orang, dan SPM nya 18 orang,
berarti jumlah SPM jiwa dari tahun ke tahun lebih dari 100 persen.

4.3 HASIL KEGIATAN (OUTPUT)

Inovasi ini berhasil meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang


permasalahan gangguan jiwa dan dengan adanya inovasi MANTAP JIWA ini pasien
jiwa terlayani dengan maksimal, dan mendapatkan informasi dan pengobatan yang tepat
dan tuntas. Setelah dilakukan survey tentang pengetahuan keluarga pasien didapatkan
85% pengetahun keluarga pasien dengan ODGJ meningkat.

26
Inovasi ini juga mempunyai tujuan untuk meningkatkan kemandirian dan
produktifitas bagi pasien dan keluarga ODGJ, sehingga pasien ini dan tidak menjadi
beban keluarga.dan bisa berinteraksi dengan masyarakat seperti biasa.
Pengadaan kartu MANTAP JIWA ini merupakan pembaruan dan pemanfaatan
media digital yg inovatif. Inovasi ini orisinil lahir sebagai bentuk pelayanan kesehatan
lebih kompleks dan terpadu, karena dalam kegiatannya meliputi media edukasi
pelayanan pasien dengan gangguan jiwa secara digital sehingga pelayanan pasien lebih
cepat dan maksimal.

4.4 DAMPAK (OUTCOME)

Inovasi ini sangat efektif untuk dapat direplikasi / diadaptasi oleh daerah dan
institusi lainnya dengan mempersiapkan : Pembuatan Akun Google / Cloud Drive
lainnya, Kartu Cetak, Media Edukasi Kesehatan Jiwa (Berupa vidio-vidio edukasi
Mandiri). Dalam hal persiapan inovasi ini membutuhkan biaya sangat sedikit (Cost
Effective) sehingga daerah atapun Institusi lain yang akan mereplikasi sangat potensial
untuk memberikan kemudahan dalam melakukan upaya promotif dan preventif
pelayanan kepada pasien khususnya gangguan jiwa
Dengan upaya bersama yang dilakukan pada inovasi ini, sehingga
keberlangsungan dari pelaksanaan inovasi ini dapat terus dikembangkan sesuai dengan
perkembangan teknologi, khususnya pada pasien gangguan jiwa dari segi kesehatan
diperhatikan secara bersama. Setelah diadakan inovasi ini 85% pengetahuan pasien dan
keluarga menjadi meningkat.
Gambar 13. Pasien Mantap Jiwa

27
4.5 MONITORING DAN EVALUASI

Penilaian/asesmen untuk lebih meningkatkan kualitas jalannya inovasi ini,


dilakukan monitoring dan evaluasi. Evaluasi dilakukan dengan dua cara yaitu secara
internal dan eksternal. Pertama, evaluasi internal dilakukan pada keluarga pasien dengan
gangguan jiwa evaluasi ini dilakukan dalam bentuk kartu kontrol, kemampuan
fungsional yang di tampilkan setelah mengakses media edukasi dan melakukan
kunjungan rumah untuk memantau kondisi kesehatan dengan gangguan jiwa.
Kedua, evaluasi eksternal dilakukan oleh Dinas Kesehatan seperti Dinas Sosial
dalam hal pendataan sasaran dengan gangguan jiwa di Desa/Kelurahan pemegang
program melakukan validasi data ke desa dan kelurahan. Puskesmas terkait data sasaran
dan kunjungan ke rumah sasaran di Wilayah kerja Puskesmas Kampung Teleng. Tujuan
dilakukan evaluasi eksternal ini adalah untuk mengetahui apa yang menjadi kendala dan
hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan kegiatan ini.
Gambar 14. Monitoring dan Evaluasi dengan Desa/Kelurahan

28
Monitoring dan Evaluasi yang dapat dilakukan pada pasien dengan ganggua n
jiwa yaitu kontrol gejala dan cegah kambuh. Kekambuhan adalah peristiwa munculnya
kembali gejalagejala yang sebelumnya sudah membaik. Kekambuhan pada orang
dengan skizoprenia diperkirakan mencapai 50% pada tahun pertama, dan 70% pada
tahun kedua. Beberapa situasi atau kejadian dapat memicu terjadinya kekambuhan pada
ODGJ. Berikut ini diuraikan beberapa penyebab terjadinya kekambuhan pada ODGJ :
1) Menghentikan obat atau tidak minum obat yang diresepkan
2) Menggunakan obat-obatan dan alkohol
3) Berada dalam situasi stress
4) Konflik dalam hubungan interpersonal baik dengan keluarga maupun
lingkungan masyarakat
5) Penyakit atau kematian orang yang dicintai

Tiga aktivitas penting yang harus dilakukan dalam mencegah kekambuhan


adalah mengenali tanda kambuh secara dini, melakukan tindakan saat kambuh dan
mencari bantuan jika diperlukan. Pada pengenalan dini kambuh, keluarga dan
masyarakat diajarkan oleh tenaga kesehatan untuk senantiasa mengenali tanda atau
gejala yang mengarah pada kekambuhan. ssTanda-tanda kambuh tersebut diantaranya:
1) Terlalu banyak atau terlalu sedikit tidur 2) Menghentikan obat atau tidak
mengkonsumsinya secara teratur. 3) Merasa tegang, gugup, atau bermusuhan 4)
Manarik diri dari lingkungan sosial 5) Penurunan motivasi kebersihan pribadi 6)
Peningkatan paranoia, halusinasi, atau mendengar suarasuara 7) Isi pikir yang
membingungkan atau tidak masuk akal 8) keyakinan palsu atau delusi (berpikir orang

29
membicarakannya, menjadi terlalu percaya diri dengan kemampuannya) 9) Peningkatan
perilaku yang merugikan diri atau orang lain (menghabiskan uang, menggunakan
alkohol/obat-obatan)
Aktivitas kedua adalah melakukan tindakan saat terjadi kekambuhan. Aktivitas
yang dilakukan diantaranya adalah membangun ketrampilan koping yang adaptif,
mengidentifikasi situasi stress dan melakukan managemen situasi yang penuh dengan
tekanan. Membangun ketrampilan koping adaptif dapat dilakukan dengan cara menjaga
pola makan yang sehat, olahraga secara teratur, tidur yang cukup, keterampilan relaksasi
dan ketrampilan berpikir positif. Identifikasi situasi stres dapat dilakukan dengan
memahami berbagai gejala yang muncul baik secara fisik, maupun psikologis. Beberapa
situasi stress yang mungkin dialami oleh ODGJ pasca pasung adalah memulai di sekolah
atau pekerjaan yang baru, hubungan dengan orang lain, perubahan di dalam keluarga
atau lingkungan sekitar dan berbagai masalah kesehatan fisik. Managemen situasi yang
penuh dengan tekanan dapat dilakukan dengan enam tahap kegiatan yaitu
mengidentifikasi masalah, menetapkan tujuan, memikirkan cara penyelesaian masalah
yang konstruktif, menilai pro dan kontra setiap solusi yang teridentifikasi, memilih
solusi dan mengevaluasi hasilnya.

4.6 Upaya Tindak Lanjut


Untuk Upaya Tindak Lanjut terhadap kegiatan Mantap Jiwa ini adalah akan
dibuatkan buku ODGJ permasing-masing pasien, dimana dibuku tersebut akan dibuat
catatan dari dan catatan perkembangan dari keluarga, sehingga setiap pasien memiliki
pemantau dan terlihat grafik perkembangan setiap pasiennya, dibuku ini juga dibuat
edukasi-edukasi terhadap keluarga. Jika terjadi perburukan dapat di identifikasi secepat
mungkin. Selain dibuatkan buku ODGJ, pasien-pasien yang terkontrol direncanakan
mendapatkan pelatihan untuk lebih mandiri. Perencanaan ini akan berkolaborasi dengan
pihak kecamatan, dinas social dan dinas kesehatan.

Table. 8
Masterplan untuk tahun berikutnya yaitu :
Kegiatan Tahun
2024 2025
Pendataan/ Validasi ODGJ V V

30
Pelayanan Kesehatan ODGJ V V
Membentuk Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa V V
Buku saku jiwa V V
Skrining SDQ dan SRQ V V

Table diatas merupakan planning untuk 2 tahun ke depan.

31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data analisa dan pembahasan penulisan, maka dapat diambil
kesimpulan mengenai Inovasi MANTAP JIWA ikut mendukung program SPM
dan Indikator PIS PK dengan memanfaat teknologi

5.2 Saran
1. Kepada Setiap Tenaga Kesehatan agar lebih care terhadap pasien-pasien
dengan gangguan jiwa karena hal ini sangat berguna sebagai role model
kepada masyarakat, sehingga stigma buruk terhadap pasien dengan
gangguan jiwa berubah menjadi ke arah yang positif.
2. Kepada pemerintah agar tidak lepas tangan terhadap permasalahan
kesehatan jiwa.
3. Upaya-upaya dalam penanggulangan Keseharan jiwa sudah dilakukan,
tetapi belum optimal, sehingga diharapkan pada semua pihak agar dapat
melakukan seoptimal mungkin untuk upaya penanggulangan pasien jiwa.
4. Kepada Keluarga yang mengalami gangguan jiwa agar lebih peduli dan
perhatian kepada pasien, karena keluarga adalah ujung tombak dari tenaga
kesehatan dalam mencegah kekambuhan.
5. Dan saran dapat disampaikan melalui media puskesmas kampung teleng.
Melalui email puskesmas. puskesmaskampungteleng@gmail.com
Dan social media facebook dan instagram puskesmas kampung teleng.

32
DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association. 2000. Diagnostic and Statistical Manual of


Mental Disorders. 4th ed., text revision. Washington, DC: American
Psychiatric Association
Daulima, N. H. 2014. Proses Pengambilan Keputusan Tindakan Pasung Oleh
Keluarga Terhadap Pasien Gangguan Jiwa. Fakultas Ilmu Keperawatan UI:
Disertasi.
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013). Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Muslim, Rusdi. Retardasi Mental. Dalam Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa. edisi ke-III. Jakarta: PT Nuh Jaya. 2001. 118-121.
Videbeck, Sheila L,. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Permenkes No. 54 Tahun 2017 tentang Penanggulangan Pemasungan Pada Orang
Dengan Gangguan Jiwa.
WHO. 2016. World Health Statistic 2016, Monitoring Health for the SDGs.
Geneva: World Health Organization (WHO) Press.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
BPS Kota Sawahlunto/Sensus Penduduk 2020
Laporan Tahunan Puskesmas Lunto Tahun 2020
UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
UU No 35 tahun 2009 tentang Narkotika
UU No 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelengara Jaminan Sosial
UU No 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa
Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan, Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal
Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional.

33
Peraturan Presiden No 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan Pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan Jiwa di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
15
KMK No 514 tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan tingkat Pertama
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 39 tahun 2016 tentang Program Indonesia
Sehat Dengan Pendekatan Keluarga
Peraturan Menteri Kesehatan No 4 tahun 2019 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan
PermenkesNo54tahun2017tentangPenanggulangan Pemasungan Pada ODGJ
Permenkes No 43 tahun 2019 tentang Puskesmas
Permenkes No 4tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Institusi Penerima Wajib
Lapor
Permenkes No 21 tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Tahun 2020-2024

34
Lampiran I

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yustaria Defnita, AMd. Kep


Tempat / Tanggal Lahir : Talawi, 10 Juli 1987
Agama : Islam
Alamat : Dusun Tapian Nambar,Desa Talawi Mudik,
Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto
Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri 12 Talawi Mudik
2. SMP N 3 Sawahlunto
3. SMAN 2 Sawahlunto
4. Akademi Keperawatan Purna Bhakti Husada
Batusangkar
Riwaya Pekerjaan : Perawat di puskesmas Kampung teleng

35
Lampiran II

KARTU KONTROL PASIEN ODGJ

36
Lmpiran III

KUNJUNGAN ODGJ NY. F


(Kelurahan Tanah Lapang)

KUNJUNGAN PASIEN ODGJ SDR. W


(Kelurahan Kubang Sirakuk Selatan)

37
KUNJUNGAN PASIEN ODGJ SDR. A
(Kelurahan Kubang Sirakuk Selatan)

KUNJUNGAN PASIEN ODGJ NY. Y


(Kelurahan Air Dingin)

38
RUJUKAN TINGKAT LANJUT PASIEN ODGJ NY. S
KE RSUD M. NATSIR SOLOK

PERSETUJUAN KELUARGA PASIEN ODGJ SDR. D SEBELUM


DIRUJUK (Desa Kubang Utara Sikabu)

39
TINDAK LANJUT KUNJUNGAN ULANG PASIEN ODGJ SDR. A
(Kelurahan Kubang Sirakuk Selatan)

40

Anda mungkin juga menyukai