PENDAHULUAN
1
Menurut WHO (2016) terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60
juta orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizoprenia, serta 47,5 juta
terkena demensia. Prevalensi gangguan jiwa di seluruh dunia menurut data WHO,
(World Health Organization)pada tahun 2019, terdapat 264 juta orang mengalami
depresi, 45 juta orang menderita gangguan bipolar, 50 juta orang mengalami
demensia, dan 20 juta orang jiwa mengalami skizofrenia.
Meskipun prevalensi skizofrenia tercatat dalam jumlah yang relative lebih
rendah dibandingkan prevalensi jenis gangguan jiwa lainnya berdasarkan National
Institute of Mental Health (NIMH), skizofrenia merupakan salah satu dari 15
penyebab besar kecacatan di seluruh dunia, orang dengan skizofrenia memiliki
kecendrungan lebih besar peningkatan resikobunuh diri(NIMH, 2019). Data
American Psychiatric Association (APA) tahun 2014 menyebutkan 1% populasi
penduduk dunia menderita skizofrenia. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada
2018 menunjukkan bahwa prevalensi skizofrenia/psikosis di Indonesia sebanyak
7% per 1000 rumah tangga. Hal ini menunjukkan bahwa dari 1000 rumah tangga,
terdapat 70 rumah tangga yang mempunyai anggota rumah tangga (ART) dengan
pengidap skizofrenia/psikosis berat. Berdasarkan catatan Kemenkes RI pada tahun
2019, prevalensi gangguan kejiwaan tertinggi terdapat di Provinsi Bali dan DI
Yogyakarta dengan masing-masing prevalensi menunjukan angka 11,1% dan
10.4% per 1000 rumah tangga yang memiliki ART dengan pengida
skizofrenia/psikosis. Selanjutnya diikuti oleh provinsi-provinsi lain diantaranya:
Provinsi Nusa Tenggara Barat, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Aceh, Jawa
Tengah, Sulawesi Tengah, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat secara
berurutan.
Gangguan jiwa yang menjadi salah satu masalah utama di negara-negara
berkembang adalah skizoprenia. Skizoprenia termassuk jenis psikosis yang
menempati urutan atas dari seluruh gangguan jiwa yang ada (Nuraenah, 2012).
Skizoprenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan
timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh dan
terganggu. Gejala skizoprenia dibagi dalam 2 kategori utama: gejala positif atau
gejala nyata yang mencakup waham, halusinasi dan disorganisasi pikiran, bicara
dan perilaku yang tidak teratur serta gejala negative atau gejala samar, seperti afek
2
datar, tidak memiliki kemauan dan menarik diri dari masyarakat atau rasa tidak
nyaman (Videbeck, 2008).
Ada tiga Rumah Sakit rujukan yang ada di Sumatera Barat,terdiri dari
rumah sakit pemerintah dan Rumah Sakit swasta. Rumah Sakit Jiwa HB Saanin
Padang merupakan salah satu rumah sakit jiwa yang ada di sumatera barat yang
.dengan Terletak di jalan raya Ulu Gadut Kecamatan Limau manis Padang.
Rumah sakit ini berkapasitas 316 tempat tidur. Menangani pasien yang memiliki
penyakit jiwa sejak tahun 1932. Mengutamakan pelayanan yang ramah, cepat,
tepat dan terbaik dengan jenis pelayanan rawat jalan, rawat inap, serta pelayanan
penunjang lainnya.
Kampung Teleng adalah salah satu Puskesmas yang ada di Kota
Sawahlunto, Pada tahun 2021 hanya terdeteksi 19 orang pasien dengan gangguan
jiwa. Pada tahun 2022, dengan melakukan metode validasi data ke setiap Desa
dan Kelurahan terjaringnya pasien Jiwa sebanyak 5 orang, maka jumlah pasien
jiwa naik menjadi 24 orang, tidak adanya kasus pasung diwilayah kerja
puskesmas Kampung Teleng. dan pada awal tahun 2023 seiring dengan gebyar
PIS-PK saya bersama dengan nakes Puskesmas Kampung Teleng kembali
menjaring sasaran ODGJ sebanyak 3 orang. Jumlah pasien ODGJ di wilayah kerja
kampung teleng, sampai makalah ini diterbitkan sebanyak 27 orang dengan
diagnosa Scizofrenia, dan 4 orang dengan gangguan cemas (depresi).
Berdasarkan peningkatan jumlah kasus ODGJ dari tahun ketahun saya
mengusulkan adanya program Inovasi berupa MANTAP JIWA (Melayani dengan
Tuntas Pasien dengan Gangguan Jiwa) dimana program ini berfungsi sebagai
program yang memantau pasien jiwa dalam kepatuhan minum obat dan disiplin
untuk memeriksakan kesehatan ke puskesmas dan rumah sakit rujukan, dengan
melibatkan keluarga dan orang terdekat pasien serta lintas sektor terkait. Dimana
tujuan akhir dari dari kegiatan ini adalah terbentuknya ODGJ yang produktif yaitu
mereka mampu menolong dirinya sendiri sehingga tidak menjadi beban terhadap
keluarga, masyarakat dan negara, dan mampu berinteraksi kembali sebagai mana
biasanya.
3
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Sebagai persyaratan dan bahan expose untuk mengikuti penilaian
Tenaga Teladan Tingkat Provinsi Sumatera Barat Tahun 2023.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Meningkatkan kemandirian pasien ODGJ untuk memelihara kesehatan
sehingga lebih mandiri dan produktif
b. Meningkatkan pengetahuan keluarga ODGJ dalam upaya
pendampingan Kesehatan pasien ODGJ
c. Mengubah fokus pelayanan primer di Puskesmas ke arah upaya
promotif dan preventif.
d. Melaksanakan komunikasi resiko dan pemberdayaan masyarakat
e. Mengoptimalkan kualitas tenaga kesehatan dengan kuantitas yang
tersedia di Puskesmas.
4
1.4 Motto, Tata Nilai dan Janji Pelayanan Puskesmas Kampung Teleng
1.4.1 Motto
Motto Puskesmas Kampung Teleng yaitu “Kesehatan anda adalah
kepuasan layanan kami”.
1.4.2 Tata Nilai
Tata Nilai Puskesmas Kampung Teleng adalah “SEMANGAT” dengan
uraian sebagai berikut :
S = Senyum (Senyum Pelayanan)
E = Empati (Empati dengan pengunjung / penderitaan pasien)
M = Mandiri (Mengetahui Tupoksi dan bersikap dewasa)
A = Amanah (Melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab)
N = Nasionalisme (Tidak membeda-bedakan pengunjung/pasien
yang datang)
G = Gesit (Berusaha mengembangkan program kesehatan)
A = Aman dan nyaman (Memberikan keamanan dan kenyamanan
pengunjung)
T = Terampil (Melakukan pelayanan kesehatan dengan terampil
sesuai SOP)
1.4.3 Janji Pelayanan Puskesmas Kampung Teleng
“Kami seluruh pegawai Puskesmas Kampung Teleng Kota Sawahlunto
dengan ini siap memberikan pelayanan sesuai standar pelayanan dan akan
melalukan perbaikan secara terus- menerus dan kami siap menerima sanksi
atau kompensasi sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku.”
5
g. Banyak bekerja sedikit bicara
h. Patuh terhadap komitmen
i. Menyelesaikan semua permasalahan secara musyawarah.
6
BAB II
GAMBARAN UMUM
Gambar 1.
Peta wilayah Kerja Puskesmas Kampung Teleng
7
Berdasarkan pembagian daerah administrasi pemerintah wilayah kerja
Puskesmas Kampung Teleng di Kecamatan Lembah Segar terdiri dari 6
Kelurahan dan 1 Desa dengan rincian sebagai berikut:
a. Kelurahan Kubang Sirakuk Selatan
b. Kelurahan Kubang Sirakuk Utara
c. Kelurahan Aur Mulyo
d. Kelurahan Pasar
e. Kelurahan Tanah Lapang
f. Kelurahan Air Dingin
g. Desa Kubang Utara Sikabu
2.1.2. Demografis
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kampung Teleng Tahun
2021 sebanyak 8460 Jiwa, 4112 penduduk laki-laki dan 4348 penduduk
perempuan dengan 2039 Kepala Keluarga (KK). Mata pencarian penduduk di
wilayah kerja Puskesmas Kampung Teleng diantaranya yaitu pegawai negeri,
pedagang, pertambangan, bidang jasa, pegawai swasta dan lain lain. Distribusi
penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas Kampung
Teleng secara lengkap dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1.
Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
Di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Teleng pada Tahun 2022
Jumlah Penduduk
No Desa/ Kelurahan Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1 Kubang Siirakuk Selatan 514 548 1,062
2 Kubang Sirakuk Utara 441 470 911
3 Aur Mulyo 532 541 1,073
4 Pasar 660 731 1,391
5 Tanah Lapang 675 698 1,373
6 Air Dingin 481 514 995
7 Sikabu 567 577 1,144
Puskesmas 3,870 4,079 7,949
Sumber data : BPS Kota Sawahlunto 2022
8
Mayoritas agama di wilayah kerja Puskesmas Kampung Teleng adalah
islam.
2.1.4 Fasilitas Pendidikan
Tabel 2.
Jumlah Sekolah Berdasarkan Desa Kelurahan
Jumlah Sekolah
No Desa/ Kelurahan SLTA
TK SD/MI SLTP
/SMK
1 Kubang Siirakuk Selatan 0 0 0 1
2 Kubang Sirakuk Utara 1 1 0 0
3 Aur Mulyo 1 1 1 1
4 Pasar 2 2 0 0
5 Tanah Lapang 1 2 0 0
6 Air Dingin 0 1 0 0
7 Sikabu 0 1 0 0
Jumlah 5 8 1 2
Sumber data : BPS Kota Sawahlunto 2022
9
Ruang pelayanan yang tersedia di Puskesmas Kampung Teleng antara lain :
Pendaftaran dan rekam medis
Poli Umum
Poli KIA
Poli Gigi
UGD
Laboratorium
Ruang Konseling Jiwa
Ruang ASI
Apotek
Gudang Obat
Ruangan Sterilisasi
Aula Puskesmas
Gudang Umum
Ruangan Tata Usaha
Musholla
Ruangan Kepala Puskesmas
Bank Sampah
10
Puskesmas Kampung Teleng memiliki Jaringan sebanyak 4 buah
Puskesmas Pembantu (PUSTU). Dimana di masing-masing pustu bertugas 1
orang bidan.
Dengan adanya jaringan puskesmas seperti pustu diharapkan akses
pelayanan kesehatan dapat terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
Tabel 3
Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan
2.1.5.3 Ketenagaan
Tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Kampung Teleng sebanyak 45
orang yang terdiri dari PNS dan Non PNS (Pegawai Kontrak dan Nusantara
Sehat). Komposisi ketenagaan di puskesmas Kampung Teleng sebagai berikut :
Tabel 4
Jenis dan Jumlah Ketenagaan Tahun 2022
1 Dokter 1
2 Dokter gigi 2
3 Perawat Profesi 6
4 Perawat 2
5 Bidan 18
6 Apoteker 1
7 Asisten Apoteker 1
8 Nutrisionis 1
9 Sanitarian 1
11
10 Sarjana Kesehatan Masyarakat 0
11 Analis laboratorium 2
12 Perekam Medis 2
13 Perawat gigi 1
14 Tenaga Farmakmin 1
15 Supir 1
16 Pengelola Keuangan 1
17 Cleaning service 1
18 Tenaga umum 1
Jumlah 45
12
telah berupaya untuk mendorong peran serta masyarakat demi terwujudnya Visi
Dan Misi Puskesmas Kampung Teleng. Adapun bentuk peran serta masyarakat
untuk pembangunan kesehatan di wilayah kerja puskesmas Kampung Teleng
adalah melalui kegiatan Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM).
Bentuk UKBM yang terdapat diwilayah kerja Puskesmas Kampung Teleng, yaitu:
1. Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)
Posyandu merupakan pemberdayaan masyarakat yang telah berjalan sejak
lama. Posyandu yang terdapat di wilyah kerja puskesmas Kampung Teleng
yaitu posyandu balita dan posyandu lansia. Posyandu mempunyai pengaruh
yang cukup besar dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat sehingga
kegiatan UKBM ini mendapat perhatian yang cukup besar dari berbagai
pihak.
2. Desa Siaga
Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 564/Menkes/SK/VIII/2006
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa siaga. Untuk itu
beberapa kegiatan pengembangan desa siaga yang berada di wilayah kerja
puskesmas Kampung Teleng, antara lain :
Sosialisasi desa siaga di tingkat desa/Kelurahan
Pembentukan Kepengurusan desa siaga/Kelurahan
Pelatihan Kader untuk pelaksanaan Survey Mawas Diri (SMD)
Pelaksanaan SMD dengan melakukan kunjungan rumah
Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
Tabel 5.
Jumlah Posyandu Balita di wilayah Kerja
Puskesmas Kampung Teleng Tahun 2022
13
Tabel 6.
Peran Serta Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kampung Teleng
Posyandu
No Desa/Kelurahan Desa Siaga Posyandu Lansia
Balita
1 Air Dingin 2 1 2
2 Tanah Lapang 2 1 2
3 Aur Mulyo 2 1 2
4 Pasar 3 1 1
5 KBSS 2 1 1
6 KBSU 2 1 2
7 Sikabu 5 2 1
Jumlah 18 8 11
Sumber data : Laporan Tahunan Puskesmas Kampung Teleng Tahun 2022
14
BAB III
TUGAS POKOK DAN TUGAS INTEGRASI
Gambar 3.
Pelayanan Poli Umum
15
Gambar 4.
Pelayanan IGD
16
Gambar 5.
Pelayanan / Kunjungan Pasien Jiwa
17
Gambar 6. Posyandu Balita
18
Gambar 9. Kunjungan UKS Frambusia Dan Skrining SDQ di Sekolah
3.3 Fungsi
Fungsi perawat di puskesmas adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan,
perawat membantu klien mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses
penyembuhan. Perawat menfokuskan asuhan keperawatan pada kebutuhan
kesehatan klien secara holistic, meliputi upaya untuk mengembalikan
kesehatan emosi spiritual dan social di Puskesmas Kampung Teleng.
19
3.5 Prestasi yang Pernah Diraih
1. Juara 1 Tenaga Medis Teladan Tingkat Kota Sawahlunto tahun 2023
Penetapan tenaga medis teladan tingkat kota Sawahlunto sesuai
surat keputusan Walikota Sawahlunto nomor
188.47/54/DINKESDALDUK-SWL/V/2023 Tentang Penetapan FKTP
berprestasi dan tenaga teladan tahun 2023.
20
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN INOVASI
4.1 INPUT
4.1.1 Regulasi
1) UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2) UU No 35 tahun 2009 tentang Narkotika
3) UU No 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelengara Jaminan Sosial
4) UU No 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa
5) Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian
UrusanPemerintahan,AntaraPemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi,
dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
6) Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2018 tentang Standar Pelayanan
Minimal
7) Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan
Nasional.
8) Peraturan Presiden No 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Jiwa di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer 15
9) KMK No 514 tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat Pertama
10) Peraturan Menteri Kesehatan No 25 tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan
Anak 13. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 39 tahun 2016 tentang
Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga
11) Peraturan Menteri Kesehatan No 4 tahun 2019 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan
12) PermenkesNo54tahun2017tentangPenanggulangan Pemasungan Pada
ODGJ
13) Permenkes No 43 tahun 2019 tentang Puskesmas
14) Permenkes No 4tahun 2020 tentangPenyelenggaraan Institusi Penerima
Wajib Lapor
15) Permenkes No 21 tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2020-2024
21
4.1.2 Pendanaan
a. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) UPTD Puskesmas Kampung Teleng
b. Anggaran BLUD ( Badan Layanan Umum Daerah)
22
3. Kartu ID Mantap Jiwa
Gambar 12. Kartu ID Mantap Jiwa Side A dan Side B
23
jiwa secara mandiri dimana saja baik di rumah ataupun diluar rumah
melalui QR Code yang telah disediakan pada kartu, sehingga tujuan dalam
pencapaian kemandirian dan produktif tercapai dan meningkatkan
pengetahuan tentang pasien dengan ODGJ dapat tercapai dengan
memanfaatkan kemudahanan teknologi digitalisasi. Inovasi ini juga
memanfaatkan google form sebagai media follow up pasien untuk minum
obat secara teratur, dimana pasien akan di ingatkan kapan untuk kembali
mengambil obat.
Fungsi lainnya dari kartu ini yang juga merupakan kartu identitas
bagi pasien dengan gangguan jiwa (ODGJ). Berikut data identitas Pasien
dengan Gangguan Jiwa di wilayah kerja Puskesmas Kampung Teleng :
Tabel.7
Data Pasien Gangguan Jiwa diwilayah kerja Puskesmas Kampung Teleng
24
17 Ny. B 60 P Kelurahan Pasar Skizofrenia
18 Sdr.A 22 L Kelurahan KBSS Skizofrenia
19 Sdr. I 37 L Kelurahan Air Dingin Skizofrenia
20 Tn. S 50 L Kelurahan Pasar Skizofrenia
21 Tn. M 54 L Kelurahan KBSS Skizofrenia
22 Ny. S 65 P Kelurahan Pasar Skizofrenia
23 Tn. A 82 L Kelurahan Aur Mulyo Skizofrenia
24 Tn. S 55 L Kelurahan Aur Mulyo Skizofrenia
25 Ny. A 59 P Kelurahan Aur Mulyo Skizofrenia
26 Tn. T 55 L Kelurahan Aur Mulyo Skizofrenia
27 Tn. J 54 L KelurahanTanah Lapang Skizofrenia
28 Ny. N 42 P Desa Sikabu Ansietas
29 Sdra,D 10 P Desa Sikabu Ansietas
30 Ny. Y 58 P Kelurahan KBSB Ansietas
31 Ny,N 24 P Desa Sikabu Depresi
Dari data Tabel diatas dapat terlihat bahwa pasien dengan Gangguan Jiwa
terbanyak yaitu dengan jenis skizofrenia sebanyak 27 orang dengan Skizofrenia,
dan 4 orang dengan Depresi / Ansietas.
Ada beberapa Pasien yang sudah produktif / mandiri, dan ada juga pasien
yang menolak untuk minum obat, tetapi kondisi pasien aman terkendali, dan ada
beberapa pasien yang masih bergantung dengan obat obatan. Pasien yang minum
obat teratur sebanyak 26 orang, yang sudah mandiri dan produktif sebanyak 28
orang, dan yang menolak minum obat sebanyak 5 orang. Pasien menolak minum
obat karena pasien merasa sudah sembuh. Upaya yang dilakukan adalah
melakukan pendekatan dengan membujuk dan menjelaskan ke pasien dan
keluarga pasien tentang manfaat minum obat, dan tingkat kekambuhan penyakit
apabila pasien tidak minum obat.
25
Diagram 1
Perkembangan kasus dari tahun ke tahun
Dari diagram diatas dapat diamati, peningkatan jumlah pasien dari tahun ke tahun,
pada tahun 2021 data real nya 19 orang pasien dan spm 18 orang, dan pada tahun 2022
jumlah pasien 24 orang dengan spm 18 orang, dan pada tahun 2023 sampai makalah ini
diterbitkan jumlah data real pasien ODGJ sebanyak 31 orang, dan SPM nya 18 orang,
berarti jumlah SPM jiwa dari tahun ke tahun lebih dari 100 persen.
26
Inovasi ini juga mempunyai tujuan untuk meningkatkan kemandirian dan
produktifitas bagi pasien dan keluarga ODGJ, sehingga pasien ini dan tidak menjadi
beban keluarga.dan bisa berinteraksi dengan masyarakat seperti biasa.
Pengadaan kartu MANTAP JIWA ini merupakan pembaruan dan pemanfaatan
media digital yg inovatif. Inovasi ini orisinil lahir sebagai bentuk pelayanan kesehatan
lebih kompleks dan terpadu, karena dalam kegiatannya meliputi media edukasi
pelayanan pasien dengan gangguan jiwa secara digital sehingga pelayanan pasien lebih
cepat dan maksimal.
Inovasi ini sangat efektif untuk dapat direplikasi / diadaptasi oleh daerah dan
institusi lainnya dengan mempersiapkan : Pembuatan Akun Google / Cloud Drive
lainnya, Kartu Cetak, Media Edukasi Kesehatan Jiwa (Berupa vidio-vidio edukasi
Mandiri). Dalam hal persiapan inovasi ini membutuhkan biaya sangat sedikit (Cost
Effective) sehingga daerah atapun Institusi lain yang akan mereplikasi sangat potensial
untuk memberikan kemudahan dalam melakukan upaya promotif dan preventif
pelayanan kepada pasien khususnya gangguan jiwa
Dengan upaya bersama yang dilakukan pada inovasi ini, sehingga
keberlangsungan dari pelaksanaan inovasi ini dapat terus dikembangkan sesuai dengan
perkembangan teknologi, khususnya pada pasien gangguan jiwa dari segi kesehatan
diperhatikan secara bersama. Setelah diadakan inovasi ini 85% pengetahuan pasien dan
keluarga menjadi meningkat.
Gambar 13. Pasien Mantap Jiwa
27
4.5 MONITORING DAN EVALUASI
28
Monitoring dan Evaluasi yang dapat dilakukan pada pasien dengan ganggua n
jiwa yaitu kontrol gejala dan cegah kambuh. Kekambuhan adalah peristiwa munculnya
kembali gejalagejala yang sebelumnya sudah membaik. Kekambuhan pada orang
dengan skizoprenia diperkirakan mencapai 50% pada tahun pertama, dan 70% pada
tahun kedua. Beberapa situasi atau kejadian dapat memicu terjadinya kekambuhan pada
ODGJ. Berikut ini diuraikan beberapa penyebab terjadinya kekambuhan pada ODGJ :
1) Menghentikan obat atau tidak minum obat yang diresepkan
2) Menggunakan obat-obatan dan alkohol
3) Berada dalam situasi stress
4) Konflik dalam hubungan interpersonal baik dengan keluarga maupun
lingkungan masyarakat
5) Penyakit atau kematian orang yang dicintai
29
membicarakannya, menjadi terlalu percaya diri dengan kemampuannya) 9) Peningkatan
perilaku yang merugikan diri atau orang lain (menghabiskan uang, menggunakan
alkohol/obat-obatan)
Aktivitas kedua adalah melakukan tindakan saat terjadi kekambuhan. Aktivitas
yang dilakukan diantaranya adalah membangun ketrampilan koping yang adaptif,
mengidentifikasi situasi stress dan melakukan managemen situasi yang penuh dengan
tekanan. Membangun ketrampilan koping adaptif dapat dilakukan dengan cara menjaga
pola makan yang sehat, olahraga secara teratur, tidur yang cukup, keterampilan relaksasi
dan ketrampilan berpikir positif. Identifikasi situasi stres dapat dilakukan dengan
memahami berbagai gejala yang muncul baik secara fisik, maupun psikologis. Beberapa
situasi stress yang mungkin dialami oleh ODGJ pasca pasung adalah memulai di sekolah
atau pekerjaan yang baru, hubungan dengan orang lain, perubahan di dalam keluarga
atau lingkungan sekitar dan berbagai masalah kesehatan fisik. Managemen situasi yang
penuh dengan tekanan dapat dilakukan dengan enam tahap kegiatan yaitu
mengidentifikasi masalah, menetapkan tujuan, memikirkan cara penyelesaian masalah
yang konstruktif, menilai pro dan kontra setiap solusi yang teridentifikasi, memilih
solusi dan mengevaluasi hasilnya.
Table. 8
Masterplan untuk tahun berikutnya yaitu :
Kegiatan Tahun
2024 2025
Pendataan/ Validasi ODGJ V V
30
Pelayanan Kesehatan ODGJ V V
Membentuk Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa V V
Buku saku jiwa V V
Skrining SDQ dan SRQ V V
31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data analisa dan pembahasan penulisan, maka dapat diambil
kesimpulan mengenai Inovasi MANTAP JIWA ikut mendukung program SPM
dan Indikator PIS PK dengan memanfaat teknologi
5.2 Saran
1. Kepada Setiap Tenaga Kesehatan agar lebih care terhadap pasien-pasien
dengan gangguan jiwa karena hal ini sangat berguna sebagai role model
kepada masyarakat, sehingga stigma buruk terhadap pasien dengan
gangguan jiwa berubah menjadi ke arah yang positif.
2. Kepada pemerintah agar tidak lepas tangan terhadap permasalahan
kesehatan jiwa.
3. Upaya-upaya dalam penanggulangan Keseharan jiwa sudah dilakukan,
tetapi belum optimal, sehingga diharapkan pada semua pihak agar dapat
melakukan seoptimal mungkin untuk upaya penanggulangan pasien jiwa.
4. Kepada Keluarga yang mengalami gangguan jiwa agar lebih peduli dan
perhatian kepada pasien, karena keluarga adalah ujung tombak dari tenaga
kesehatan dalam mencegah kekambuhan.
5. Dan saran dapat disampaikan melalui media puskesmas kampung teleng.
Melalui email puskesmas. puskesmaskampungteleng@gmail.com
Dan social media facebook dan instagram puskesmas kampung teleng.
32
DAFTAR PUSTAKA
33
Peraturan Presiden No 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan Pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan Jiwa di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
15
KMK No 514 tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan tingkat Pertama
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 39 tahun 2016 tentang Program Indonesia
Sehat Dengan Pendekatan Keluarga
Peraturan Menteri Kesehatan No 4 tahun 2019 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan
PermenkesNo54tahun2017tentangPenanggulangan Pemasungan Pada ODGJ
Permenkes No 43 tahun 2019 tentang Puskesmas
Permenkes No 4tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Institusi Penerima Wajib
Lapor
Permenkes No 21 tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Tahun 2020-2024
34
Lampiran I
35
Lampiran II
36
Lmpiran III
37
KUNJUNGAN PASIEN ODGJ SDR. A
(Kelurahan Kubang Sirakuk Selatan)
38
RUJUKAN TINGKAT LANJUT PASIEN ODGJ NY. S
KE RSUD M. NATSIR SOLOK
39
TINDAK LANJUT KUNJUNGAN ULANG PASIEN ODGJ SDR. A
(Kelurahan Kubang Sirakuk Selatan)
40