Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN KESEHATAN LANJUT USIA (LANSIA)

PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS


DI RW II KELURAHAN MEDOKAN SEMAMPIR
KECAMATAN SUKOLILO KOTA SURABAYA
PERIODE 9 OKTOBER – 25 NOVEMBER 2017

OLEH :
MAHASISWA B18 GELOMBANG 1

KEPERAWATANKESEHATAN KOMUNITAS
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Lanjut usia atau lansia adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun atau
lebih (WHO, 2010). Di Indonesia telah terjadi peningkatan jumlah lansia secara
dramatis, dengan perkiraan 11,34 % dari keseluruhan populasi penduduk
Indonesia pada tahun 2020 dan usia harapan hidup sebesar 71,1 tahun. Semakin
terus meningkat populasi maka semakin banyak pula masalah yang terjadi, seperti
banyaknya lansia yang tidak berdaya untuk melakukan pekerjaan sehingga tidak
memiliki penghasilan, atau bergantung pada orang lain dalam kehidupan sehari-
hari, dan mempunyai banyak masalah kesehatan (Departemen Sosial, 2007).
Masalah kesehatan merupakan salah satu masalah yang banyak dialami oleh
lansia selain masalah sosial, dan ekonomi.
Di Indonesia, hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa
Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia
terbanyak di dunia yakni mencapai 18,1 juta jiwa pada 2010 atau 9,6 % dari
jumlah penduduk (Menkokesra, 2013). Dari data Badan Pusat Statistik
diperkirakan mulai tahun 2010 akan terjadi kenaikan jumlah penduduk lanjut usia.
Hasil prediksi menunjukkan presentasi penduduk lanjut usia akan mencapai
9,77% dari total jumlah penduduk sekitar 23,9 juta dan tahun 2010 dan menjadi
11,34% pada tahun 2020 atau tercatat 28,8 juta orang (Efendi, 2009). Jumlah
penduduk lansia di wilayah RW II khususnya RT 04, 05, dan 06 Kelurahan
Medokan SemampirKecamatan Sukolilo Kota Surabaya yaitu sekitar 47 lansia
orang. Secara umum masalah yang terjadi lansia di lingkungan RW II khususnya
RT 04, 05, dan 06 Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Kota
Surabaya yaitu belum sistematisnya kegiatan posyandu lansia, aktivitas fisik
lansia yang kurang, sebagian besar lansia sudah tidak bekerja, lansia tinggal
bersama anak bahkan ada yang tinggal sendiri dan sebagian besar lansia
mengalami masalah kesehatan.
Aktivitas fisik lansia yang kurang berdampak terhadap masalah kesehatan
lansia yaitu sebagian besar lansia mengeluhkan nyeri sendi seperti linu, kemeng-
kemeng dan kesemutan. Selain itu, beberapa lansia memiliki riwayat masalah
kesehatan seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, dan stroke.
Penyakit yang paling banyak diderita lansia yaitu 27 lansia menderita hipertensi, 9
lansia menderita diabetes mellitus (DM), lansia menderita nyeri sendi (reumatik) 5
orang, lansia menderita asma 1 orang, lansia menderita stroke 1 orang, dan 1
lansia menderita penyakit jantung. Hal ini dapat terjadi karena banyak faktor yang
mempengaruhi selain kondisi fisik yang mengalami penurunan, kurangnya
pemenuhan kebutuhan dasar seperti makanan yang seimbang, tempat tinggal yang
bersih dan kesejahteraan yang seharusnya dapat dinikmati seperti lansia tinggal
bersama anak dan cucu tetapi kenyataannya ada lansia yang tinggal sendiri. Hal
ini akan mempengaruhi secara langsung terhadap kondisi fisik dan psikologis
lansia.Pelayanan kesehatan yang pernah dilakukan untuk mengatasi masalah
kesehatan lansia seperti pengadaan posyandu lansia sesuai program pemerintah.
Selain itu juga sudah banyak komunitas senam lansia yang rutin dilakukan 1 kali
setiap minggu.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian
integral pelayanan kesehatan yang berbentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial
dan spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga dan
masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia, sebagai
suatu profesi, keperawatan memiliki falsafah yang bertujuan mengarahkan
kegiatan keperawatan yang dilakukan. Pertama, keperawatan menganut
pandangan yang holistik terhadap manusia yaitu keutuhan sebagai makhluk bio-
psiko-sosial-spiritual. Kedua, kegiatan keperawatan dilakukan dengan pendekatan
humanistik dalam arti menghargai dan menghormati martabat manusia, memberi
perhatian kepada klien serta menjunjung tinggi keadilan bagi semua manusia.
Ketiga, keperawatan bersifat universal dalam arti tidak membedakan atas ras,
jenis kelamin, usia, warna kulit, etnik, agama, aliran politik dan status ekonomi
sosial. Keempat, keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan
serta yang kelima, keperawatan menganggap klien sebagai partner aktif dalam arti
perawat selalu bekerjasama dengan klien dalam pemberian asuhan keperawatan.
Pelayanan kesehatan yang profesional dapat diberikan pada klien lanjut
usia baik yang sehat maupun sakit melalui pendekatan proses keperawatan yang
memperhatikan aspek pendekatan fisik, psikis, sosial dan spiritual. Fokus asuhan
keperawatan lansia adalah melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
dan mengoptimalkan fungsi fisik dan mental.Berkaitan dengan peran perawat
sebagai pemberi asuhan keperawatan maka perlu mengadakan praktek
keperawatan klinik pada lansia yang merupakan bagian dari keperawatan
komunitas. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan perawat dapat bertanggung
jawab untuk membantu lansia memperoleh kesehatan secara optimal dan
komprehensif. Oleh karena itu, mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners
(P3N) Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga Surabaya mendapat kesempatan secara langsung mengenali perubahan-
perubahan yang terjadi pada lansia serta konsep keperawatan pada lansia yang
mengalami gangguan atau masalah kesehatan baik segi fisik, mental, sosial
maupun spiritual di komunitas, kami dapat memberikan asuhan keperawatan pada
lanjut usia secara komprehensif.

1.2 Tujuan kegiatan


1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan kesehatan komunitas
yang berhubungan dengan kelompok kerja kesehatan lanjut usia dalam
meningkatkan kualitas hidup sehat.
1.2.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan atau masalah keperawatan yang
terjadi pada kelompok lanjut usia di RT 04, 05, dan 06 RW II Kelurahan
Medokan Semampir Kecamatan SukoliloKotaSurabaya.
2. Meningkatkan pengetahuan para lansia tentangproses penyakit dan cara
perawatannya di wilayah RT 04, 05, dan 06 RW II Kelurahan Medokan
Semampir Kecamatan SukoliloKotaSurabaya.
3. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan kader lansia mengenai
perawatan kebutuhan lansia dengan melakukan cek kesehatan lansia.
4. Melibatkan kader lansia dalam mengenal masalah kesehatan lansia dan
cara perawatannya di RT 04, 05, dan 06 RW II Kelurahan Medokan
Semampir Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya.
1.3. Manfaat Kegiatan
1.3.1 Manfaat bagi mahasiswa
1. Mengaplikasikan konsep keperawatan kesehatan komunitas pada lansia.
2. Meningkatkan kemampuan berfikir kritis, analitis dan bijaksana dalam
memberikan asuhan keperawatan pada lansia.
3. Mampu mengaplikasikan model professional dalam menerapkan asuhan
keperawatan komunitas pada lansia.
1.3.2 Manfaat bagi lansia
1. Lansia mendapatkan pelayanan keperawatan khusus lansia secara
komprehensif.
2. Lansia dapat mengenal dan mengetahui masalah kesehatanyang
dialaminya dan cara perawatannya.
3. Lansia mendapat pendidikan kesehatan yang memadai dalam upaya
menjaga status kesehatannya.
1.3.3 Manfaat bagi institusi pendidikan
1. Tercapainya tujuan pembelajaran asuhan keperawatan gerontik pada lansia
di lingkungan komunitas.
2. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan model
praktik keperawatan kesehatan komunitas di masa yang akan datang.
1.3. 4 Manfaat bagi profesi
1. Upaya menyiapkan tenaga perawat yang profesional, berpotensi secara
mandiri sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan.
2. Memberikan suatu model baru dalam keperawatan komunitas sehingga
profesi mampu mengembangkannya.
3. Salah satu bukti profesionalisme keperawatan telah terwujudkan.

1.4 Ruang Lingkup


Dalam penulisan proposal ini kami mahasiswa program pendidikan profesi
ners (P3N) Fakultas Keperawatan UNAIR Angkatan B17 memberikan asuhan
keperawatan kesehatan komunitas di RT 04, 05, dan 06 RW II Kelurahan
Medokan Semampir Surabaya dalam masalah kesehatan pada kelompok lanjut
usia.
1.5 Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang dilakukan adalah metode pendekatan asuhan
keperawatan gerontik yang profesional yang meliputi biologis, psikologis, sosial,
spiritual dan kultural secara mandiri maupun kolaborasi lintas sektor yang
diberikan secara langsung kepada kelompok lanjut usia di RT 04, 05, dan 06 RW
II Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan SukoliloKota Surabaya.

1.6 Sistematika Penulisan


Sitematika penulisan dimulai dengan pengkajian data keperawatan,
analisis data, penapisan masalah, penentuan prioritas diagnosa keperawatan,
rencana keperawatan, implementasi, evaluasi keperawatan dan simpulan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lansia


2.1.1 Pengertian Lansia
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang dimulai sejak
permulaan kehidupan (Padila, 2013). Lanjut usia atau lansia adalah seseorang
yang telah berusia 60 tahun atau lebih (WHO, 2010). Undang-undang RI nomor
14 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia juga menyebutkan lanjut usia
adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Lansia bukan
merupakan suatu penyakit, namun lansia adalah tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi
dengan stress lingkungan (Pudjiastuti, 2003; dalam Efendi, 2009). Berdasarkan
uraian tersebut maka yang dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang yang
usianya telah mencapai 60 tahun keatas.Pengertian dan karakteristik lansia
menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang
lansia sebagai berikut :
1. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.
2. Lansia usia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
3. Lansia tak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya tergantung pada bantuan orang lain.
Menurut Undang-undang Kesehatan tahun 1992 pasal 19 ayat 1, lansia
(growing old) adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan
biologis, fisik dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada
keseluruhan aspek kehidupan termasuk kesehatan (Ismayadi, 2004).
Pengertian lansia menurut WHO dalam Nugroho (2009) meliputi :
1. Middle age (usia pertengahan) antara usia 45-59 tahun.
2. Elderly (usia lanjut) antara 60-74 tahun.
3. Old (lanjut usia tua) antara 75-90 tahun.
4. Very old (usia sangat tua) diatas 90 tahun.
Lansia (lanjut usia) adalah mereka yang telah berusia 65 tahun ke atas.
Durmin (1992) membagi lansia menjadi young elderly (65 sampai 74 tahun) dan
older elderly (75 tahun ke atas). Sementara Munro, dkk (1987) mengelompokkan
older elderly kedalam dua bagian yaitu usia 75-84 tahun dan usia 85 tahun ke atas.
Jika mengacu pada usia pensiun, lansia ialah mereka yang berusia di atas 56 tahun
(Arisman 2003). Depkes RI (2005) juga mengelompokkan usia lanjut menjadi 3
(tiga) kategori yaitu :
1. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun
2. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas
3. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas
dengan masalah kesehatan.
Asuhan keperawatan keluarga dengan lansia adalah suatu bentuk
pelayanan keperawatan komprehensif yang diberikan kepada lansia dan keluarga
dengan tujuan meningkatkan kesehatan, rehabilitasi kesehatan, memaksimalkan
kemampuan lansia dan keluarga dalam meningkatkan status kesehatan (Santoso,
2009).

2.1.2 Teori Proses Penuaan


Teori proses menua secara umum menurut Ma’rifatul (2011) dan Stanley
(2007) dapat dibedakan menjadi dua yaitu teori biologi dan teori penuaan
psikososial, sebagai berikut :
1. Teori biologi
1) Teori seluler
Penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan
berjalan dari waktu ke waktu sehingga mengubah sel atau struktur
jaringan. Teori ini menjelaskan tentang kemampuan pembelahan sel
dalam jumlah tertentu dan kebanyakan sel–sel tubuh “diprogram”
untuk membelah 50 kali. Jika sel pada lansia dari tubuh dan dibiakkan
di laboratrium, lalu diobrservasi, jumlah sel-sel yang akan membelah
akan terlihat sedikit. Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf, sistem
musculoskeletal dan jantung, sel pada jaringan dan organ dalam
sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang karena rusak
atau mati.Kemampuan dari sistem tersebut beresiko akan mengalami
proses penuaan sedikit atau tidak sama sekali untuk tumbuh dan
memperbaiki diri (Azizah, 2011; Stanley 2007).
2) Sintesis protein (kolagen dan elastis)
Pada lansia beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan elastin
pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda
dari protein yang lebih muda dan lambat laun akan mengalami proses
kehilangan elastisitas. Proses kehilangan elastisitas ini dihubungkan
dengan adanya perubahan kimia pada komponen protein dalam
jaringan tertentu. Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan
elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih
tebal, seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini dapat lebih mudah
dihubungkan dengan perubahan permukaan kulit yang kehilangan
elastisitanya dan cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan
mobilitas dan kecepatan pada system musculoskeletal (Tortora 1990;
Anagnostakos 1990; Azizah, 2011).
3) Keracunan oksigen
Teori yang menjelaskan tentang adanya sejumlah penurunan
kemampuan sel di dalam tubuh untuk mempertahankan diri dari
oksigen yang mengandung zat racun dengan kadar yang tinggi
sehingga menjadi toksik yang dapat mengakibatkan kesalahan genetik
terjadi karena ketidakmampuan mempertahankan diri dari toksik
tersebut membuat struktur membran sel mengalami perubahan dari
rigid. Membran sel tersebut merupakan alat untuk memfasilitas sel
dalam berkomunikasi dengan lingkungannya yang juga mengontrol
proses pengambilan nutrisi dengan proses ekskresi zat toksik di dalam
tubuh. Fungsi komponen protein pada membran sel yang sangat
penting bagi proses di atas, dipengaruhi oleh rigiditas membran
tersebut. Konsekuensi dari kesalahan genetik adalah adanya
penurunan reproduksi sel oleh mitosis yang mengakibatkan jumlah sel
seseorang di semua jaringan dan organ berkurang. Hal ini akan
menyebabkan peningkatan kerusakan sistem tubuh (Tortora 1990;
Anagnostakos, 1990; Azizah, 2011).
4) Sistem imun
Teori imunitas yang menggambarkan suatu kemunduran dalam
sistem imun berhubungan dengan penuaan. Kemunduran kemampuan
sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan khususnya sel darah putih,
juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses penuaan.
Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca tranlasi, dapat
menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh
mengenali dirinya sendiri.Jika mutasi isomatik menyebabkan
terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, sistem imun tubuh
menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing
dan menghancurkannya. Disisi lain sistem imun tubuh sendiri daya
pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya
serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga sel kanker
leluasa membelah-belah. Pertahanan terhadap organisme asing
mengalami penurunan, sehingga lebih rentan terkena penyakit infeksi
(Azizah,2011; Stanley 2007).
5) Teori menua akibat metabolisme
Menurut MC Kay et all.,(1935) yang dikutip Darmojo dan
Martono (2004), pengurangan “intake” kalori pada rodentia muda
akan menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur.
Perpanjangan umur karena jumlah kalori tersebut antara lain
disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses
metabolisme. Terjadi penurunan pengeluaran hormon yang
merangsang pruferasi sel misalnya insulin dan hormon pertumbuhan.
2. Teori psikologis
1) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Teori yang menyatakan bahwa pentingnya tetap aktif secara sosial
sebagai alat untuk menyesuaikan diri yang pada lanjut usia yang
sukses. Kesempatan untuk berperan dengan seseorang yang penting
bagi dirinya yang penuh arti bagi kehidupan adalah suatu komponen
kesejahteraan yang penting bagi lansia.Seseorang yang dimasa
mudanya aktif dan terus memelihara setelah menua.Sense of integrity
yang dibangun dimasa mudanya tetap terpelihara sampai tua (Azizah,
2011; Stanley 2007).
2)Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut
usia terdiri dari kepribadian introvert dan ekstrovet. Dasar kepribadian
tersebut harus bisa seimbangan untuk menunjang kesehatan bagi
lansia.Identitas atau karakterpada lansia yang sudah ada dalam diri
memudahkan dalam memelihara hubungan dengan masyarakat,
melibatkan diri dengan masalah di masyarakat, kelurga dan hubungan
interpersonal (Azizah, 2011; Stanley 2007).
3) Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori yang menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang secara perlahan mulai melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya atau lebih nyaman ketika menyendiri. Proses penarikan diri
ini dapat diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari, dan penting
untuk fungsi yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh. Lansia
dikatakan bahagia ketika kontak sosial telah berkurang dan tanggung
jawab telah diambil oleh generasi yang lebih muda.(Azizah, 2011;
Stanley 2007).

2.1.3 Perubahan pada lansia


Perubahan pada lansia ada empat yaitu perubahan-perubahan pada fisik,
mental, psikososial dan spritual (Ismayadi, 2004).
1. Perubahan-perubahan fisik:
1) Sel
(1) Lebih sedikit jumlahnya.
(2) Lebih besar ukurannya.
(3) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan
intraseluler.
(4) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.
(5) Jumlah sel otak menurun.
(6) Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
(7) Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.
2) Sistem persarafan
(1) Berat otak menurun 10-20%. (Setiap orang berkurang sel saraf
otaknya dalam setiap harinya).
(2) Cepatnya menurun hubungan persarafan.
(3) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan
stres.
(4) Mengecilnya saraf panca indra. Berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif
terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap
dingin.
(5) Kurang sensitif terhadap sentuhan.
3) Sistem pendengaran
(1) Presbiakusis (gangguan dalam pendengaran). Hilangnya kemampuan
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau
nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-
kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
(2) Otosklerosis akibat atrofi membran tympani.
(3) Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena
meningkatnya keratin.
(4) Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa/stres.
4) Sistem penglihatan
(1) Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
(2) Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
(3) Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak.
(4) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap.
(5) Hilangnya daya akomodasi.
(6) Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangannya.
(7) Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.
5) Sistem kardiovaskuler
(1) Elastisitas dinding aorta menurun.
(2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
(3) Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini
menyebabakan menurunnya kontraksi dan volumenya.
(4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi. Perubahan posisi dari
tidur ke duduk atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan
tekanan darah menurun, mengakibatkan pusing mendadak.
(5) Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer.
6) Sistem pengaturan temperatur tubuh
(1) Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis akibat
metabolisme yang menurun.
(2) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
akibatnya aktivitas otot menurun.
7) Sistem respirasi
(1) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
(2) Menurunnya aktivitas dari silia.
(3) Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas
pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.
(4) Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
(5) Kemampuan untuk batuk berkurang.
(6) Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan
pertambahan usia.
8) Sistem gastrointestinal
(1) Kehilangan gigi akibat Periodontal disease, kesehatan gigi yang
buruk dan gizi yang buruk.
(2) Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecapan di
lidah terhadap rasa manis, asin, asam, dan pahit.
(3) Eosephagus melebar.
(4) Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
(5) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
(6) Daya absorbsi melemah.
9) Sistem reproduksi
(1) Menciutnya ovarium dan uterus.
(2) Atrofi payudara.
(3) Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun
adanya penurunan secara berangsur-angsur.
(4) Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal
kondisi kesehatan baik.
(5) Selaput lendir vagina menurun.
10) Sistem perkemihan
(1) Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh
melalui urin, darah yang masuk ke ginjal disaring di glomerulus
(nefron). Nefron menjadi atrofi dan aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50%.
(2) Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil
meningkat dan terkadang menyebabkan retensi urin pada pria.
11) Sistem endokrin
(1) Produksi semua hormon menurun.
(2) Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic
Rate), dan menurunnya daya pertukaran zat.
(3) Menurunnya produksi aldosteron.
(4)Menurunya sekresi hormon kelamin misalnya, progesteron, estrogen,
dan testosteron.
12) Sistem kulit (sistem integumen)
(1) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
(2) Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses
keratinisasi, serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis.
(3) Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
(4) Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
(5) Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan
vaskularisasi.
(6) Pertumbuhan kuku lebih lambat.
(7) Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya.
(8) Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
13) Sistem muskuloskletal
(1) Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh.
(2) Kifosis
(3) Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas.
(4) Persendiaan membesar dan menjadi kaku.
(5) Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.
(6) Atrofi serabut otot (otot-otot serabut mengecil).Otot-otot serabut
mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot
kram dan menjadi tremor.
(7) Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.
2. Perubahan-perubahan mental
Perubahan mental dipengaruhi oleh perubahan fisik, kesehatan umum,
tingkat pendidikan, keturunan (hereditas) dan lingkungan (Ismayadi, 2004).
1) Kenangan (Memory)
(1) Kenangan jangka panjang: berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu
mencakup beberapa perubahan.
(2) Kenangan jangka pendek atau seketika: 0-10 menit, kenangan buruk.
2) IQ (Inteligentia Quantion)
(1) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.
(2) Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor, terjadi
perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor
waktu.
3. Perubahan-perubahan psikososial
1) Pensiun: nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pension (purna
tugas), ia akan mengalami kehilangan-kehilangan, antara lain :
(1) Kehilangan finansial (income berkurang).
(2) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi,
lengkap dengan segala fasilitasnya).
(3) Kehilangan teman/kenalan atau relasi.
(4) Kehilangan pekerjaan/kegiatan.
2) Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality)
3) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak
lebih sempit.
(1) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation).
(2) Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya
biaya pengobatan.
(3) Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
(4) Gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan ketulian.
(5) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
(6) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-
teman dan family.
(7) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap gambaran
diri, perubahan konsep diri.
4. Perkembangan spritual
1) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan
2) Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak dalam sehari-hari
3) Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun adalah berpikir dan bertindak
dengan cara memberikan contoh cara mencintai keadilan.

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Perubahan pada Lansia


1) Faktor individual
Perubahan pada lansia salah satunya dipengaruhi oleh faktor individual.
Menurut Buchanan dan Carpenter (2002, dalam Videbeck 2008), mengatakan
bahwa usia individu akan mempengaruhi koping individu tersebut terhadap
suatu masalah penyakit. Pada setiap tahapan usia dalam kehidupan memiliki
koping individu yang berbeda yang dipengaruhi oleh pengalaman hidup
individu tersebut. Lansia yang sehat jiwa akan mampu mencapai tugas
perkembangan dengan integritas ego yaitu menerima apa yang telah
dilakukannya dengan bijak sesuai dengan pengalaman dan perubahan yang
dialaminya.
2) Faktor interpersonal keluarga
Faktor interpersonal adalah bagaimana seseorang dalam hubungannya dengan
orang lain baik dengan keluarga, teman dan sistem sosial yang berada di
lingkungan sekitar lansia. Faktor tersebut mempengaruhi kondisi dan
perubahan yang dialami individu.Salah satu faktor interpersonal tersebut
adalah perasaan memiliki yaitu perasaan keterkaitan atau keterlibatan dalam
suatu sistem sosial atau lingkungan yang didalamnya individu merasa bagian
integral (Videbeck, 2008).Peran individu dalam keluarga didasarkan oleh
harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat. Menurut
Friedman (2010), peran menunjuk kepada perilaku yang diharapkan secara
normatif dari seseorang dalam situasi sosial tertentu, didasarkan pada
preskripsi dan harapan. Perubahan yang terjadi pada lansia akan mempengaruhi
fungsi keluarga dalam menjalani kehidupan berkeluarga. Pada keluarga yang
memiliki lansia akan mengalami perubahan fungsi keluarga terutama fungsi
afektif dan fungsi perawatan kesehatan.

2.1.5 Karakteristik Lansia


Menurut Dewi (2014), lansia memiliki tiga karakteristik yaitu:
1) Berusia lebih dari 60 tahun
2) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial hingga spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga
kondisi maladaptif.
3) Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

2.1.6 Tipe Lansia


Lansia dikelompokkan dalam beberapa tipe yang bergantung pada
karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan
ekonominya. Tipe ini antara lain:
1) Tipe optimis
Lansia yang santai dan periang, penyesuaian cukup baik, memandang lansia
dalam bentuk bebas dari tanggung jawab dan sebagai kesempatan untuk menuruti
kebutuhan pasifnya.
2) Tipe konstruktif
Mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidup, mempunyai toleransi tinggi,
humoris, fleksibel dan sadar diri.Biasanya sifat ini terlihat sejak muda.
3) Tipe ketergantungan
Lansia ini masih dapat diterima di tengah masyarakat, tetapi selalu pasif, tidak
berambisi, masih sadar diri, tidak mempunyai inisiatif, dan tidak praktis dalam
bertindak.
4) Tipe defensive
Sebelumnya memiliki riwayat pekerjaan/ jabatan yang tidak stabil, selalu menolak
bantuan, emosi sering tidak terkontrol, memegang teguh kebiasaan, bersifat
kompulsif aktif, takut menghadapi “menjadi tua” dan menyenangi masa pension.
5) Tipe militan dan serius
Lansia yang tidak mudah menyerah, serius, senang berjuang dan bisa menjadi
panutan.
6) Tipe pemarah frustasi
Lansia yang pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, selalu menyalahkan orang
lain, menunjukkan penyesuaian yang buruk, dan sering mengekspresikan
kepahitan hidupnya.
7) Tipe bermusuhan
Lansia yang selalu menganggap orang lain yang menyebabkan kegagalan, selalu
mengeluh, bersifat agresif dan curiga. Umumnya memiliki pekerjaan yang tidak
stabil di saat muda, menganggap menjadi tua sebagai hal yang tidak baik, takut
mati, iri hati terhadap orang yang masih muda, senang mengadu tentang
pekerjaan, dan aktif menghindari masa yang buruk.
8) Tipe putus asa, membenci dan menyalahkan diri sendiri
Bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak memiliki ambisi, mengalami
penurunan sosio-ekonomi, tidak dapat menyesuaikan diri, lansia tidak hanya
mengalami kemarahan, tetapi juga depresi, menganggap usia lanjut sebagai masa
yang tidak menarik dan tidak berguna.
Berdasarkan tingkat kemandirian yang dinilai berdasarkan kemampuan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari (indeks Katz), lansia dikelompokkan
menjadi beberapa tipe, yaitu:
1) Lansia mandiri sepenuhnya.
2) Lansia mandiri dengan bantuan langsung dari keluarganya.
3) Lansia mandiri dengan bantuan tidak langsung.
4) Lansia dengan bantuan badan sosial.
5) Lansia di panti werdha.
6) Lansia yang dirawat di Rumah Sakit.
7) Lansia dengan gangguan mental (Dewi, 2014).
Dijelaskan oleh Nugroho (2000) dalam Dewi (2014) bahwa banyak
ditemukan bermacam-macam tipe lansia. Beberapa yang menonjol diantaranya:
1) Tipe arif bijaksana
Lansia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,
sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan.
2) Tipe mandiri
Lansia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan
yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta
memenuhi undangan.
3) Tipe tidak puas
Lansia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses
penuaan yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya
tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi,
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani, dan
pengkritik.
4) Tipe pasrah
Lansia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti
kegiatan beribadah, ringan kaki, melakukan berbagai jenis pekerjaan.
5) Tipe bingung
Lansia yang sering kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh.

2.2 Program Posyandu Lansia


2.2.1 Pengertian Posyandu Lansia
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut
di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat
dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia
merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan
kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas
dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan
organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.

2.2.2 Tujuan Posyandu Lansia


Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain
1. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga
terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.
2. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan
swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi
antara masyarakat usia lanjut.

2.2.3 Sasaran Posyandu Lansia


1. Sasaran langsung :
a) Pra usia lanjut (45-59 tahun)
b) Usia lanjut (60-69 tahun)
c) Usia lanjut risiko tinggi: usia lebih dari 70 tahun atau usia lanjut berumur
60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
2. Sasaran tidak langsung :
a) Keluarga dimana usia lanjut berada
b) Masyarakat tempat Usila berada
c) Organisasi sosial
d) Petugas kesehatan
e) Masyarakat luas

2.2.4 Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia


Mekanisme pelayanan posyandu lansia berbeda dengan posyandu balita
yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan yang diselenggarakan dalam posyandu
lansia tergantung pada mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu
wilayah kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan
posyandu lansia sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada juga hanya
menggunakan sistem pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau
tinggi badan.
2. Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh
(IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga
dilakukan di meja II ini.
3. Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa
dilakukan pelayanan pojok gizi.

2.2.5 Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia


Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan
Kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu
Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita
(deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi. Jenis Pelayanan
Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu Lansia seperti :
1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam
kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat
tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.
2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental
emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT)
4. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama satu menit.
5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat
6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit
gula (diabetes mellitus)
7. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal
adanya penyakit ginjal.
8. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan
kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7.
9. Penyuluhan Kesehatan.
10. Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat
seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek
kesehatan dan gizi lanjut usia dan kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia,
gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran.
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan, sarana
dan prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat
terbuka), meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa,
meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium
sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia.

2.3 Peran Perawat Komunitas Bagi Kesehatan Lansia


Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorangsesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi
oleh keadaan sosial baik daridalam maupun dari luar dan bersifat stabil.Peran
adalah bentuk dari perilaku yangdiharapkan dari seesorang pada situasi sosial
tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21).Peran perawat yang dimaksud adalah cara
untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik,dimana telah menyelesaikan
pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk
menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara professional sesuaidengan
kode etik professional. Dalam prakteknya, keperawatan gerontik meliputi peran
dan fungsi sebagai berikut:
1. Sebagai Care Giver /Pemberi Asuhan Langsung Memberikan asuhan
keperawatan kepada lansia yang meliputi intervensi/tindakankeperawatan,
observasi, pendidikan kesehatan, dan menjalankan tindakan medis
sesuaidengan pendelegasian yang diberikan.
2. Sebagai Pendidik Sebagai pendidik, perawat membantu lansia meningkatkan
kesehatannya malalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan
keperawatan dan tindakan medik yangditerima sehingga klien/keluarga dapat
menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yangdiketahuinya. Sebagai
pendidik, perawat juga dapat memberikan pendidikan kesehatankepada
kelompok keluarga yang beresiko tinggi, kadar kesehatan, dan lain
sebagainya. 3. Sebagai Motivator Sebagai motivator,perawat memberikan
motivasi kepada lansia dalam upaya menjaga dan mempertahankan status
kesehatannya. 4. Sebagai Advokasi Sebagai advokat klien, perawat berfungsi
sebagai penghubung antar klien dengan timkesehatan lain dalam upaya
pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien danmembantu klien
memahami semua informasi dan upeya kesehatan yang diberikan oleh
timkesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional.
BAB 3
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS
DI RT 04, 05, DAN 06 RW II KELURAHAN MEDOKAN SEMAMPIR
KECAMATAN SUKOLILO KOTA SURABAYA

Asuhan keperawatan komunitas adalah suatu kerangka kerja untuk


memecahkan masalah kesehatan yang ada di masyarakat secara sistematis dan
rasional yang didasarkan pada kebutuhan dan masalah masyarakat.Penerapan ilmu
dan kiat asuhan keperawatan komunitas yang ada di masarakat dapat dilakukan
dengan melakukan kegiatan untuk dapat mencapai tujuan yang kita harapkan.

3.1 Pengkajian Data Umum


Berdasarkan data pengkajian mahasiswa Praktik Profesi Keperawatan
Komunitas di RW II Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo
Surabaya (RT 04, 05, dan 06) pada tanggal 10-13 Oktober 2017 dan kegiatan
Focused Group Discussion (FGD) 14 Oktober 2017 diperoleh data pengamatan
melalui komponen Winshield Survey (Anderson & Mc. Farlane, 2006) adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.1 Pengkajian Winshield Survey RW II Kelurahan Medokan Semampir,
2017

Elemen Deskripsi
Perumahan, Bangunan :
Lingkungan Daerah Sebagian besar remaja di RT 4, 5,
6 tinggal satu rumah bersama
orang tua dengan tipe bangunan
permanen.
Arsitektur :
RW II
Bentuk rumah di wilayah RW II
khususnya di RT 4, 5, 6 hampir
sama antara satu rumah dengan
yang lain. Hampir semua lantainya
terbuat dari tegel, rata-rata di
setiap rumah terdapat jendela
namun pemanfaatannya kurang.
Sebagian besar pencahayaan
kurang terang, dan jarak antar
rumah saling berdekatan serta
beberapa ada yang menjadi satu.
Sebagian besar rumah warga juga
berdinding tembok hanya beberapa
yang masih berdinding triplek
Halaman :
RW II:
Sebagian besar rumah penduduk di
wilayah RW II (RT 4, 5, 6)
memiliki halaman rumah yang
sempit. Hampir mayoritas warga
juga memiliki pekarangan dan
dimanfaatkan oleh warga untuk
dijadikan taman dengan macam-
macam tanaman hingga tanaman
obat keluarga.
Lingkungan Terbuka Luas :
RW II
RW II memiliki lahan kosong (di
depan balai RW II dan halaman
masjid) yang dimanfaatkan oleh
sebagian warga untuk tempat
parkir mobil dan tempat bermain
anak-anak.
RW II juga memiliki lapangan (di
depan RT 2 sampai RT 4) yang
dijadikan tempat olah raga oleh
warga setempat.
Batas Wilayah Batas Daerah :
RW II:
Utara : Jalan Medokan Semampir
1
Timur : RW 3
Selatan : RW 8
Barat : RW 5
Tingkat Sosial Tingkat Sosial :
Ekonomi RW II:
Masyarakat di RW II mempunyai
hubungan sosial yang baik antar-
tetangga, kegiatan warga dapat
berjalan. Masing-masing RT
memiliki jadwal pengajian yang
telah ditentukan oleh masing-
masing RT setiap minggunya.
Remaja RW II memiliki hubungan
yang baik antara yang satu dengan
yang lainya. Ketika warga
memiliki kegiatan, lansia di RW II
aktif ikut terlibat, namun kurang
pemahaman tentang masalah
kesehatan lansia.
Tingkat Ekonomi :
RW II:
Tingkat sosial ekonomi warga RW
II sebagian besar tingkat ekonomi
menengah dengan pekerjaan
swasta (supir, karyawan, pegawai
lepas, buruh).
Sebagian besar lansia di RW II
memiliki tingkat ekonomi
menengah kebawah karena
sebagian besar sudah tidak
bekerja.
Kebiasaan Lansia di RW II pada pagi hari
beraktivitas di rumah sebagai ibu
rumah tangga. Waktu siang dan
sore kebanyakan lansia tidak ada
kegiatan yang rutin. Sebagian
lansia di RW II ada yang aktif
dalam perkumpulan lansia, seperti
pengajian dan arisan yang
diadakan di setiap RT. Kegiatan
lain yang rutin dilakukan adalah
mengikuti senam lansia.
Transportasi Sebagian besar lansia di RT 4, 5, 6
tidak memiliki kendaraan pribadi
(sepeda, sepeda motor), lansia
lebih sering memanfaatkan
angkutan umum untuk berpergian,
ataupun jalan kaki.
Kondisi jalan di RW II sebagian
besar berpaving
Fasilitas Umum Kesehatan :
Terdapat dokter praktik umum,
Puskesmas Pembantu, dan Bidan
Praktik
Sekolah :
Di wilayah RW II terdapat 1
PAUD dan 2 TK. Tidak ada SD,
SMP dan SMA.
Agama :
Di wilayah RW II terdapat 1
masjid
Ekonomi :
Terdapat home industry
pembuatan kue, pembuatan
tempe,usaha laundry, salon, toko
sembako, warung sayur
Agen-agen :
Air isi ulang
Fasilitas Olah Raga :
Terdapat lapangan voli yang
digunakan warga untuk latihan
tiap sore hari atau hari libur
Balai RW :
Terdapat balai RW II yang di
fungsikan untuk kegiatan
Posyandu Balita, PAUD dan
kegiatan warga
Lain-lain :
Poskamling
RW II juga sudah menerapkan
lokasi-lokasi yang wajib bebas
asap rokok seperti masjid, balai,
lingkungan anak kecil, dan lain-
lain.
RW II juga memiliki fasilitas Wifi
untuk mendukung kegiatan warga,
namun saat pengkajian fasilitas
wifi sedang mengalami gangguan
dan dalam proses perbaikan.
Suku Bangsa Sebagian besar warga RW II
adalah dari suku Jawa
Agama Sebagian besar warga RW II
beragama Islam. Melakukan
kegiatan keagamaan berpusat di
masjid Al-Itihad.
Health Morbidity RW II
Penyakit yang paling banyak
diderita lansia yaitu27 lansia
menderita hipertensi, 9 lansia
menderita diabetes mellitus (DM),
lansia menderita nyeri sendi
(artirtis) 5orang, lansia menderita
asma 1 orang, lansia menderita
stroke 1 orang, dan 1 lansia
menderita penyakit jantung.
Media Ada beberapa lansia yang
memiliki ponsel sebagai alat
komunikasi keluarga, selain itu
lansia lebih sering menonton
televise untuk mendapatkan
informasi dari dunia luar
3.2.1 Data Khusus

3.2.1 Jumlah Lansia

Jumlah Lansia di
Rt 04, Rt 05, Rt 06

15 %

Bukan lansia
Lansia

85 %

Gambar 3.2.1Data lansia di RT 4, 5, 6 RW II Kelurahan Medokan


Semampir Kecamatan Sukolilo Surabaya pada tanggal 10-
12 Oktober 2017
Gambar diatas menunjukkan bahwa jumlah lansia di RT 4, 5, 6 RW II
Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Surabayak 15% dari jumlah
total penduduk.
3.2.2 Usia

Usia Lansia di
RT 04, RT 05, RT 06

23%

77%

60 - 75 tahun 75 - 90 tahun
Gambar 3.2.2 Data usia lansia di RT 4, 5, 6 RW II Kelurahan Medokan
Semampir Kecamatan Sukolilo Surabaya pada tanggal 10-
12 Oktober 2017

Gambar diatas menunjukkan bahwa jumlah lansia usia 60-75 tahun


dengan persentase 77% dan usia 75-90 tahun sebanyak 23%.

3.2.3 Jenis Penyakit

Gambar 3.2.3 Data jenis penyakit lansia di RT 4, 5, 6 RW II Kelurahan


Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Surabaya pada
tanggal 10-12 Oktober 2017
Gambar diatas menunjukkan bahwa banyak lansia yang
mengeluhkan rasa sakit. Jenis penyakit yang paling banyak diderita oleh
lansia adalah penyakit darah tinggi (35%), penyakit nyeri sendi (arthritis)
(26%), dan diabetes mellitus (21%). Selain itu ada beberapa lansia yang
menderita penyakit lain dan merupakan penyakit degeneratif.

3.2.4 Upaya yang Dilakukan

Upaya yang dilakukan


Upaya yang dilakukan Berobat ke sarana kesehatan
Upaya yang dilakukan Berobat ke non medis
Upaya yang dilakukan Diobati sendiri
Upaya yang dilakukan Lainnya

11%

89%

Gambar 3.2.4 Data jenis penyakit lansia di RT 4, 5, 6 RW II Kelurahan


Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Surabaya pada
tanggal 10-12 Oktober 2017

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan


oleh lansia ketika sakit adalah berobat ke sarana kesehatan (89%). Hal ini
didukung karena adanya posyandu lansia yang ada di RW II II Kelurahan
Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Surabaya. Sedangkan sisanya lansia
mengobati diri sendiri dengan meminum obat yang dibeli di warung. Lansia
yang mengobati sendiri saat sakit adalah penyakit yang ringan dan tidak perlu
pengobatan khusus dari dokter.
3.2.5 Penggunaan Waktu Luang

Penggunaan Waktu Luang


Penggunaan waktu luang
Berkebun/pekerjaan rumah
22% 24% Penggunaan waktu luang
Jalan-jalan
Penggunaan waktu luang
Senam
Penggunaan waktu luang
Terapi
11% Penggunaan waktu luang
Nonton TV
Penggunaan waktu luang
Tidak ada kegiatan
2% 28%
13%

Gambar 3.2.5Data penggunaan waktu luang lansia di RT 4, 5, 6 RW II


Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo
Surabaya pada tanggal 10-12 Oktober 2017

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa penggunaan waktu


luang lansia yang paling banyak adalah jalan-jalan (28%). Jalan-jalan yang
dilakukan lansia ini adalah jalan-jalan di sekitar lingkungan rumah. Selain itu
lansia juga suka berkebun ataupunmengerjakan pekerjaan rumah (24%), dan
sisanya masih banyak lansia yang tidak ada kegiatan diwaktu luang mereka
(22%).
3.2.6 Keikutsertaan Posyandu Lansia

Lansia Ikut Posyandu

Ya
32% Tidak

68%

Gambar 3.2.6 Data keikutsertaan posyandu lansia di RT 4, 5, 6 RW II


Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo
Surabaya pada tanggal 10-12 Oktober 2017

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa sebagian besar lansia di


RT 4, 5, 6 RW II Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo Surabaya
mengikuti posyandu lansia (68%). peserta yang mengikuti posyandu lansia
sebagian besar adalah lansia perempuan.

3.2.7 Alasan Tidak Ikut Posyandu Lansia

Alasan Tidak Ikut Posyandu


Alasan tidak Tidak tahu Alasan tidak Tidak mau

6%

94%

Gambar 3.2.6 Data alas an tidak ikut posyandu lansia di RT 4, 5, 6 RW II


Kelurahan Medokan Semampir Kecamatan Sukolilo
Surabaya pada tanggal 10-12 Oktober 2017
Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa sebagian besar alas an
lansia yang tidak mengikuti posyandu lansia adalah karena tidak mau. Lansia
yang tidak mau ini adalah kebanyakan lansia laki-laki. Mereka menyatakan bahwa
lansia yang ikut posyandu banyak yang perempuan, sehingga mereka malu untuk
ikut serta kegiatan posyandu.

3.3 Data sekunder dari FGD

No. Pertanyaan Jawaban


1. Bagaimanakah bentuk kegiatan Nama penjawab : Ibu Zulaikah
lansia di lingkungan masyarakat? Bentuk kegiatan lansia di lingkungan
masyarakat adalah pengajian RW,
dibentuknya posyandu lansia.
2. Bagaimanakah usaha lansia Nama penjawab : Ibu Umaiyah
dalam menjaga kesehatannya? Usaha lansia dalam menjaga kesehatan adalah
jalan-jalan dan aktivitas rutin, serta ikut
senam posyandu lansia.

3. Bagaimanakah pelaksanaan Nama penjawab : Ibu Zulaikah


kegiatan posyandu lansia di RW Kegiatan posyandu lansia dihadiri oleh lansia
II? (keaktifan/keterlibatan
yang terdaftar dalam posyandu lansia. Jadwal
lansia,waktu, pelayanan, fasilitas
posyandu lansia 4 kali dalam 1 bulan pada
dan kendala) hari Sabtu dan 1 kali dalam 1 bulan pada hari
Rabu dari pihak Puskesmas Keputih. Kendala
yang didapatkan selama ini adalah fasilitas
sound sistem yang selama ini masih pinjam
atau menyewa, sehingga memerlukan dana
tambahan untuk kegiatan senam. Selain itu
baru ada pelatihan untuk kader mengenai
sistematis posyandu lansia, namun belum
berjalan (posyandu sistem 5 meja belum
dilakukan).
4. Berapakah jumlah lansia yang Nama penjawab : Ibu Zulaikah
rutin mengikuti kegiatan Jumlah lansia yang rutin mengikuti kegiatan
posyandu lansia di RW II? posyandu lansia rata-rata 32 orang

5. Apakah jumlah lansia yang rutin Nama penjawab : Ibu Rini Widayanti
mengikuti kegiatan posyandu Lansia yang mengikuti posyandu lansia yang
lansia di RW II paling banyak paling banyak adalah perempuan, hal ini
perempuan? Mengapa? dikarenakan lansia laki-laki tidak mau hadir
dengan alasan malu karena banyak lansia
perempuan, selain itu malas untuk mengikuti
kegiatan senam di posyandu lansia.
6. Apa saja kegiatan posyandu Nama penjawab : Ibu Repiah
lansia di RW II? Kegiatan yang dilakukan pada hari sabtu
adalah senam dan pada hari rabu dengan
pemberian makanan sehat dan sosialisasi
kesehatan.
7. Bagaimanakah pelaksanaan Nama penjawab : Ibu Khasanah
kegiatan senam lansia di RW II? Pelaksanaan kegiatan senam lansia dilakukan
(keaktifan/keterlibatan lansia) rutin sesuai jadwal 4 kali dalam 1 bulan pada
hari Sabtu, namun yang mengikuti senam
banyak lansia perempuan, lansia laki-laki
tidak ikut karena malu.
8. Apa saja masalah kesehatan yang Nama penjawab : Ibu Zulaikah
terjadi pada lansia di RW II? Masalah kesehatan yang terbanyak pada
lansia di RW II adalah hipertensi, diabetes
mellitus dan nyeri sendi atau reumatik

9. Berapakah jumlah lansia yang Nama penjawab : Ibu Rini Widayanti


menderita penyakit tekanan Jumlah pasti lansia yang menderita tekanan
darah tinggi? Upaya apa saja darah tinggi belum terdata, namun dari 32
yang dilakukan posyandu orang lansia paling anyak menderita darah
berhubungan dengan masalah tinggi. Upaya yang dilakukan adalah
penyakit tekanan darah tinggi konfirmasi ke puskesmas pembantu untuk
yang terjadi pada lansia di RW pemberian obat. Penyuluhan menganai
II? (pemeriksaan tekanan darah, tekanan darah tinggi belum ada.
pemberian obat, penyuluhan diet
bagi penderita penyakit tekanan
darah tinggi).
10. Berapakah jumlah lansia yang Nama penjawab : Ibu Umaiyah
menderita penyakit kencing Jumlah pasti lansia yang menderita diabetes
manis (Diabetes Mellitus)? mellitus belum terdata. Selama ini belum ada
Upaya apa saja yang dilakukan pemeriksaan secara spesifik dari posyandu,
posyandu berhubungan dengan lansia periksa kesehatan sendiri. Dengan
masalah penyakit kencing manis demikian penyakit diabetes mellitus belum
(Diabetes Mellitus) yang terjadi ada upaya untuk menanganinya.
pada lansia di RW II?
(pemeriksaan gula darah,
pemberian obat, penyuluhan
perawatan penderita penyakit
kencing manis, penyuluhan diet
bagi penderita diabetes, senam
kaki diabetes untuk cegah luka).
11. Berapakah jumlah lansia yang Nama penjawab : Ibu Rini Widayanti
menderita penyakit nyeri sendi Jumlah pasti lansia yang menderita nyeri
(asam urat/ reumatik? Upaya apa sendi belum terdata. Selama ini sudah ada
saja yang dilakukan posyandu kerja sama antara petugas puskesmas dengan
berhubungan dengan masalah dokter akupresur untuk mengobati lansia yang
penyakit nyeri sendi (asam mengalami nyeri sendi. Namun kegiatan
urat/Arthritis) yang terjadi pada pendamping seperti penyuluhan belum ada.
lansia di RW II? (pemeriksaan
asam urat, pemberian obat,
penyuluhan diet bagi penderita
nyeri sendi atau asam urat).
12. Bagaimanakah pendapat kader Nama penjawab : Ibu Rini Widayanti
tentang kelompok kerja Pendapat kelompok kerja kesehatan lansia
kesehatan lansia yang telah yang telah dibentuk bertujuan agar lansia
terbentuk? tidak jenuh, memiliki kegiatan positif dan
lebih bermanfaat sehingga tidak bosan dengan
kegia tan di rumah dan hidup lebih sehat.
13. Bagaimanakah peran kader Nama penjawab : Ibu Bawon
selama ini dalam menjalankan Peran kader selama ini dalam menjalankan
kelompok kerja (pokja) lansia? kelompok kerja lansia adalah kader selalu
berkoordinasi dengan pihak lain untuk
pelatihan atau pengarahan untuk posyandu
lansia.
14. Apakah kendala atau hambatan Nama penjawab : Ibu Sulaikah
yang terjadi dalam menjalankan Kendala atau hambatan yang terjadi dalam
kelompok kerja (pokja) lansia menjalankan kelompok kerja dalam hal lansia
salama ini? sendiri tidak ada kendala, hanya saja fasilitas
(sound system) yang belum punya, sehingga
perlu menyewa ketika ada kegiatan. Selain itu
baru ada pelatihan untuk kader mengenai
posyandu lansia, namun belum berjalan.
15. Apakah harapan kader dan lansia Nama penjawab : Ibu Bawon
mengenai kegiatan posyandu dan Harapan kader dan lansia mengenai kegiatan
senam lansia? posyandu dan senam lansia bisa tetap berjalan
dengan lancar dan bisa bermanfaat bagi
lansia, lansia tidak stress dan tidak jenuh.
16. Bagaimanakah upaya Nama penjawab : Ibu Sulaikah
pengembangan kelompok kerja Upaya pengembangan kelompok kerja
kesehatan lansia yang yang kesehatan lansia yang diharapkan dengan
diharapkan? bantuan dari DP5A bisa membantu sesuai
kebutuhan posyandu lansia
17. Apa harapan lansia untuk Nama penjawab : Ibu Rini Widayanti
meningkatkan derajat kesehatan Semoga kegiatan posyandu lansia lebih
lansia? banyak variasinya untuk menunjang
kesehatan lansia, pemeriksaan tekanan darah,
gula darah, asam urat, dan kolesterol lebih
rutin dilakukan (tidak hanya 1 bulan sekali
atau hanya ketika ada mahasiswa saja), dan
silaturahmi dalam kegiatan posyandu lansia
dapat mengurangi stress pikiran sehingga
kesehatan lansia lebih meningkat.
BAB 4
ANALISIS DATA KESEHATAN KOMUNITAS
DI RT 04, 05, DAN 06 RW II KELURAHAN MEDOKAN SEMAMPIR
KECAMATAN SUKOLILO KOTA SURABAYA

4.1 Analisa Data


NO. DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF MASALAH
KEPERAWATAN
1 Ibu Zulaikah 1) Jumlah lansia yang Ketidakefektifan
mengatakan masalah mengalami sakit : manajemen kesehatan
kesehatan yang 27 lansia menderita (00078)
terbanyak pada lansia hipertensi, 9 lansia
di RW II adalah menderita diabetes
hipertensi, diabetes mellitus (DM), lansia
mellitus dan nyeri menderita nyeri sendi
sendi atau reumatik. (reumatik) 5 orang,
lansia menderita asma 1
orang, lansia menderita
stroke 1 orang, dan 1
lansia menderita
penyakit jantung.
2) Belum ada pemeriksaan
secara spesifik dari
posyandu, lansia periksa
kesehatan sendiri dan
belum ada penyuluhan
mengenai penyakit dan
penyuluhan diet tentang
penyakit tekanan darah
tinggi, diabetes mellitus
dan nyeri sendi atau
reumatik.

2. Ibu Zulaikah 1) Jumlah lansia yang rutin Defisiensi kesehatan


mengatakan kegiatan mengikuti kegiatan komunitas (00215)
posyandu lansia posyandu lansia rata-rata
dihadiri oleh lansia 32 orang dari jumlah
yang terdaftar dalam total lansia yang
posyandu lansia. terdaftar di posyandu
Jadwal posyandu lansia sebanyak 80
lansia 4 kali dalam 1 orang (40%)
bulan pada hari Sabtu 2) Lansia yang mengikuti
dan 1 kali dalam 1 posyandu lansia yang
bulan pada hari Rabu paling banyak adalah
dari pihak Puskesmas perempuan sebanyak 75
Keputih. Kendala orang (94%).
yang didapatkan
selama ini adalah
fasilitas sound sistem
yang selama ini masih
pinjam atau menyewa,
sehingga memerlukan
dana tambahan untuk
kegiatan senam.
Selain itu baru ada
pelatihan untuk kader
mengenai sistematis
posyandu lansia,
namun belum berjalan
(posyandu sistem 5
meja belum
dilakukan).

Ibu Rini Widayanti


mengatakan lansia
yang mengikuti
posyandu lansia yang
paling banyak adalah
perempuan, hal ini
dikarenakan lansia
laki-laki tidak mau
hadir dengan alasan
malu karena banyak
lansia perempuan,
selain itu malas untuk
mengikuti kegiatan
senam di posyandu
lansia.

Ibu Rini Widayanti


mengatakan bentuk
kegiatan lansia di
lingkungan
masyarakat adalah
pengajian RW,
dibentuknya posyandu
lansia (senam). Belum
ada kegiatan atau akti
fitas fisik lain yang
dilakukan lansia.
Banyak lansia yang
mengisi waktu luang
untuk tidur.
4.2 Penapisan Masalah
Dari hasil analisa data, didapatkan data yang kemudian dilakukan penapisan masalah untuk menentukan prioritas masalah, adapun
penapisan tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
Keterangan
No Diagnosa
Jumlah Keterangan
. Keperawatan
A B C D E F G H I J K L
1. Ketidakefektifan 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 36 Keterangan kriteria:
manajemen A. Sesuai dengan peran perawat
kesehatan lansia komunitas
(00078) di RW B. Jumlah yang beresiko
II Kelurahan C. Besarnya resiko
Medokan D. Potensi pendidikan kesehatan
Semampir. E. Interest untuk komunitas
F. Kemungkinan diatasi
G. Relevan dengan program pemerintah
H. Tersedianya tempat
I. Tersedianya waktu
J. Tersedianya Dana
K. Tersedianya fasilitas
L. Tersedianya SDM

Keterangan Pembobotan:
1. Sangat rendah
2. Rendah
3. Cukup
4. Tinggi
Keterangan
No Diagnosa
Jumlah Keterangan
. Keperawatan
A B C D E F G H I J K L
2. Defisiensi 3 3 3 2 3 3 4 4 4 3 4 3 39 Keterangan kriteria :
kesehatan A. Sesuai dengan peran perawat
komunitas komunitas
(00215) lansia di B. Jumlah yang beresiko
RW II C. Besarnya resiko
Kelurahan D. Potensi pendidikan kesehatan
Medokan E. Interest untuk komunitas
Semampir. F. Kemungkinan diatasi
G. Relevan dengan program pemerintah
H. Tersedianya tempat
I. Tersedianya waktu
J. Tersedianya Dana
K. Tersedianya fasilitas
L. Tersedianya SDM

Keterangan Pembobotan:
1. Sangat rendah
2. Rendah
3. Cukup
4. Tinggi

4.3 Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Defisiensi kesehatan komunitas (00215) lansia di RW II Kel. Medokan Semampir.
2. Ketidakefektifan manajemen kesehatan lansia (00078) di RW II Kel. Medokan Semampir.
BAB 5
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
DI RW II KELURAHAN MEDOKAN SEMAMPIR KECAMATAN SUKOLILO KOTA SURABAYA

Diagnosa Kriteria
No. Tujuan Sasaran Intervensi PJ Waktu Tempat Metode Media
Keperawatan Hasil

1. Defisiensi Tujuan 1. Lansia Lansia 1. Modifikasi


kesehatan jangka rutin Perilaku
komunitas panjang : mengikuti a. Terapi M.Nursalim Minggu Balai Simulasi Tanah
(00215) lansia di Setelah senam. Modalitas ke 2-3 RW II
RW II dilakukan 2. Lansia Berkebun
Kelurahan tindakan rutin b. Merangkai
Medokan keperawatan mengikuti manik-manik
Semampir. selama 7 posyandu
minggu, lansia Nita Tri S. Minggu
diharapkan 3. Lansia 2. Skrining ke-5 Lahan Pemeriksaan Tensi,
para lansia di mengetahui Kesehatan : disamping Kesehatan timbangan
RW II tekanan Posyandu Balai RW berat
Kelurahan darah, kadar Lansia dan II badan,
Medokan gula, darah Pemeriksaan Minggu pengukur
Semampir dan asam kesehatan. ke-4 Balai tinggi
Kecamatan urat. RW II badan, alat
Sukolilo tes kadar
mampu gula
menjaga darah.
kesehatan.
Tujuan
jangka
pendek :
1) Lansia aktif
melakukan
Senam.
2) Lansia aktif
mengikuti
posyandu
lansia
3) Lansia
rutin
melakukan
pemeriksaan
tekanan darah,
kadar gula
darah, dan
asam urat di
posyandu.

2. Ketidakefektifan Tujuan 1. Lansia Lansia Pendidikan


manajemen jangka memahami Kesehatan
kesehatan panjang: tentang 1) Pendidikan M. Adil S. Minggu Balai Ceramah dan Leaflet,
(00078) lansia di Setelah hipertensi. kesehatan ke-3 RW II Diskusi LCD,
RW 02 Kel. dilakukan 2. Lansia tentang Sound
Medokan tindakan memahami hipertensi system
Semampir keperawatan tentang diet
Lailatul I. Minggu Balai
selama 7 3J 2) Pendidikan Ceramah dan
ke-4 RW II
minggu, penderita kesehatan Diskusi
diharapkan DM. tentang diet
para lansia di 3. Lansia 3J penderita
RW II mampu DM. Nita Tri S. Minggu Balai
Kelurahan memahami 3) Demonstrasi ke-5 RW II Demonstrasi
Medokan dan tentang dan simulasi
Semampir memprakte teknik
Kecamatan kkan relaksasi otot M.Nursalim Minggu Balai
Sukolilo latihan progresif.
ke-6 RW II
mampu teknik 4) Demons trasi Demonstrasi
mengontrol relaksasi tentang dan simulasi
tekanan darah, otot senam kaki
kadar gula, progresif. diabetes.
darah dan asam 4. Lansia
urat. mampu
Tujuan memahami
jangka dan
pendek: memprakte
1. Lansia kkan senam
memahami kaki
tentang diabetes.
hipertensi.
2. Lansia
memahami
tentang diet
3J penderita
DM.
3. Lansia
mampu
memahami
dan
memprakte
kkan latihan
teknik
relaksasi
otot
progresif.
4. Lansia
mampu
memahami
dan
memprakte
kkan senam
kaki
diabetes.
BAB 6
IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS

Berikut ini implementasi asuhan keperawatan komunitas yang telah kami lakukan sesuai dengan kesepakatan yang dibuat antara
mahasiswa praktik profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Periode I dan pemilik tempat usaha sehingga didapat kan
hasil sebagai berikut:

Tabel 6.1 Implementasi Asuhan Keperawatan Komunitas Program Kerja Lansia


No Diagnosa Kegiatan Pelaksana Peserta Waktu Pelaksanaan Hambatan Solusi
Keperawatan Hari Tgl
1 . Defisiensi a. Terapi Mahasiswa Lansia Sabtu 28 Kegiatan berkebun Acara berjalan Acara tetap
kesehatan Modalitas praktik profesi Oktober diikuti oleh 26 tidak sesuai berjalan sesuai
komunitas Berkebun Ners Fakultas 2017 lansia. Lansia dengan waktu rencana dan
(00215) lansia di Keperawatan mengikuti kegiatan karena acara lansia antusias
RW II Kelurahan Universitas dengan antusias dan dilakukan mengikuti
Medokan Airlangga mengikuti kegiatan setelah kegiatan
Semampir. Periode I menanam bibit kegiatan berkebun.
tanaman sampai sosialisasi
selesai. pembuatan
pupuk kompos
takakura.
Bibit yang
ditanam adalah
tanaman toga,
bukan tanaman
sayuran sesuai
pre planning.
b. Merangkai Mahasiswa Lansia Sabtu 04 Kegiatan berkebun Banyak lansia Acara tetap
Manik- praktik profesi November diikuti oleh 18 yang tidak berjalan sesuai
manik Ners Fakultas 2017 lansia. Lansia mengikuti rencana dan
Keperawatan mengikuti kegiatan acara sampai lansia antusias
Universitas dengan antusias dan selesai karena mengikuti
Airlangga mengikuti kegiatan ada beberapa kegiatan
Periode I merangkai manik- lansia ada merangkai
manik sampai kegiatan lain manik-manik
selesai.

Posyandu Mahasiswa Lansia Sabtu 21 Posyandu lansia dan Lansia yang Acara tetap
Lansia dan praktik profesi Oktober pemeriksaan hadir berjalan sesuai
Pemeriksaan Ners Fakultas 2017 kesehatan pada mengikuti rencana dan
kesehatan. Keperawatan tanggal 21 Oktober posyandu lansia yang
Universitas 2017 telah lansia hanya hadir antusias
Airlangga dilaksanakan dengan 50,5% dari mengikuti
Periode I sistem 5 jumlah total 80 kegiatan
meja. Pada meja 1 orang. pemeriksaan
lansia tekanan darah,
melakukan BB, TB dan
pendaftaran dan pemeriksaan
meja 2 dilakukan gula darah.
penimbangan
berat badan,
pengukuran tinggi
badan, tekanan
darah, kadar gula
darah. Pada
meja 3 dilakukan
pengisian Kartu
Kegiatan
Lansia sesuai
dengan hasil
pemeriksaan yang
telah
dilakukan di meja 2.
Selanjutnya pada
meja 4
dilakukan
penyuluhan sesuai
hasil yang tercantum
dalam
Kartu Kegiatan
Lansia. Pada
meja 5 tidak
dilakukan
pelayanan medis,
karena lansia
dengan hasil
pemeriksaan yang
tidak normal seperti
hipertensi dan
hiperglikemia
langsung diberikan
kartu rujukan ke
Puskesmas
Pembantu Keputih
untuk
mendapatkan
pengobatan sesuai
dengan kondisinya.
2. Ketidakefektifan Pendidikan Mahasiswa Lansia Sabtu 21 Kegiatan penyuluhan Lansia yang Acara tetap
manajemen kesehatan praktik profesi Oktober hipertensi dimulai hadir berjalan sesuai
kesehatan tentang Ners Fakultas 2017 pukul 09.00 setelah mengikuti dengan
(00078) lansia di hipertensi Keperawatan kegiatan senam posyandu rencana yang
RW 02 Kel. Universitas lansia. Penyuluhan lansia hanya disusun dalam
Medokan Airlangga hipertensi dilakukan 50,5% dari pre planning.
Semampir Periode I dengan metode jumlah total 80
ceramah. orang.
Penyuluhan diikuti
oleh 45 lansia.
Lansia mengikuti
kegiatan dengan
antusias dan
mengikuti kegiatan
penyuluhan HT
sampai selesai

Demonstrasi Mahasiswa Lansia Rabu 25 Senam relaksasi otot Lansia yang Acara tetap
tentang praktik profesi Oktober progresif. mengikuti berjalan sesuai
teknik Ners Fakultas 2017 di RW 02 disambut kegiatan senam rencana dan
relaksasi otot Keperawatan dengan baik oleh relaksasi otot lansia antusias
progresif. Universitas warga lansia progresif mengikuti
Airlangga dan dihadiri 24 masih banyak kegiatan
Periode I lansia yang yang belum relaksasi otot
dipimpin oleh 2 hafal progresif.
mahasiswa dan 1 urutannya
orang dari pihak sehingga perlu
puskesmas. pendampingan
lebih intensif
dalam
pelaksanaan
relaksasi otot
progresif.
Pendidikan Mahasiswa Lansia Sabtu 4 Kegiatan Pelaksanaan Acara tetap
kesehatan praktik profesi November penyuluhan diet 3J kegiatan berjalan sesuai
tentang diet Ners Fakultas 2017 penderita DM penyuluhan rencana dan
3J penderita Keperawatan dilakukan setelah diet 3J lansia
DM. Universitas kegiatan senam kaki penderita DM mengikuti
Airlangga diabetes. Kegiatan kurang kegiatan
Periode I penyuluhan diet 3J kondusif penyuluhan
penderita DM diikuti karena sampai selesai.
oleh 27 orang. dilakukan
setelah
kegiatan senam
lansia dan
senam kaki
diabetes
sehingga lansia
sudah mulai
lelah dan
kurang fokus
dalam
mengikuti
penyuluhan.

Demons trasi Mahasiswa Lansia Sabtu 4 Kegiatan senam kaki Terdapat lansia Acara tetap
tentang praktik profesi November diabetes dilakukan yang tidak berjalan sesuai
senam kaki Ners Fakultas 2017 setelah pemeriksaan dapat rencana dan
diabetes. Keperawatan tekanan darah dan mengikuti lansia antusias
Universitas pelaksanaan senam langkah senam mengikuti
Airlangga lansia. Kegiatan kaki diabetes kegiatan senam
Periode I senam kaki diabetes yang bagian kaki diabetes.
diikuti oleh 27 orang menggunakan
lansia. koran sehingga
lansia kurang
bersemangat
melakukan dan
meminta
bantuan
fasilitator.
BAB 7
EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
POKJAKES LANSIA RW II KELURAHAN MEDOKAN SEMAMPIR KECAMATAN SUKOLILO KOTA SURABAYA

Dalam kegiatan praktek profesi keperawatan komunitas dan keluarga ini sesuai hasil implementasi yang berhasil kami laksanakan
maka hal-hal yang dapat kami evaluasi adalah sebagai berikut:

Diagnosa Keperawatan
Pencapaian NOC Evaluasi (SOAP)
Komunitas
Defisiensi kesehatan 1. Lansia aktif dan antusias mengikuti berkebun Subjektif:
komunitas (00215) lansia di 2. Lansia aktif mengikuti posyandu lansia 1. Lansia mengatakan senang ada kegiatan
RW II Kelurahan Medokan 3. Lansia mengetahui kadar gula darah, tekanan darah, baru dan berbeda dari biasanya
Semampir. berat badan dan tinggi badan 2. Lansia mengatakan senang jika ada
pemeriksaan kesehatan seperti cek kadar
gula darah, tekanan darah, berat badan dan
tinggi badan
3. Lansia mengatakan bisa mengetahui
keadaan kesehatannya, sehingga bisa
mengetahui apa yang harus dilakukan
selanjtkan mengenai kesehatan.

Objektif:
1. Lansia melakukan pemeriksaan kesehatan
2. Lansia yang hadir dalam kegiatan lebih
3. Lansia yang hadir 50,5%
Analisis
Defisiensi kesehatan komunitas (00215)
lansia di RW II Kelurahan Medokan
Semampir

Perencanaan
1. Senam lansia diadakan rutin setiap hari
Sabtu
2. Pemeriksaan tekanan darah rutin dilakukan
sebelum dan sesudah senam
3. Pelatihan kader dalam melakukan poyandu
lansia dengan sistem 5 meja
4. Pelatihan kader dalam melakukan
pengukuran tekanan darah dan pengisian
KMS lansia
Ketidakefektifan manajemen 1. Lansia aktif melakukan senam kaki diabetes mellitus Subjektif :
kesehatan (00078) lansia di 2. Lansia aktif melakukan relaksasi otot progresif 1. Lansia mengatakan senang ada penyuluhan
RW 02 Kel. Medokan 3. Lansia mengetahui tentang penyakit hipertensi dan diet tentang penyakit darah tinggi
Semampir diabetes mellitus 2. Lansia mengatakan senang diajarisenam
kaki diabetes
3. Lansia mengatakan senang diajari cara
melakukan relaksasi otot progresif
4. Lansia mengatakan merasa enak dan rileks
setelah melakukan relaksasi otot progresif

Objektif
1. Lansia yang hadir dalam kegiatan dari
33,7%
2. Lansia antusias dalam mengikuti kegiatan
relaksasi otot progresif, senam kaki diabetes
mellitus, dan penyuluhan penyakit
hipertensi dan diet diabetes mellitus

Analisis
Ketidakefektifan manajemen kesehatan
(00078) lansia di RW 02 Kel. Medokan
Semampir

Perencanaan
1. Menyarankan agar kader lansia rutin
mengadakan penyuluhan kesehatan kepada
lansia
2. Menyarankan agar kader lansia memberikan
latihan relaksasi otot progresif dan senam
kaki diabetes mellitus secara bergantian
setiap minggu
BAB 8
PENUTUP
8.1 Kesimpulan
Kegiatan praktik profesi keperawatan komunitas yang dilakukan di RW 2
Kelurahan Medokan Semampir merupakan salah satu bentuk aplikasi keperawatan
keluarga dan komunitas. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi kelompok kerja
kesehatan lingkungan, lansia, anak usia sekolah, kesehatan ibu dan anak serta
remaja. Pada kelompok kerja lansia, kegiatan yang telah dilakukan meliputi
pemeriksaan ( skrining ) gula darah, penyuluhan tentang penyakit diabetes
melitus, penyuluha tentang hipertensi, kegiatan berkebun, pembuatan hiasan dari
manik-manik, senam kaki diabet serta senam relaksasi otot (PMR).
Selama melaksanakan kegiatan profesi keperawatan komunitas, program
kerja lansia mendapat respon serta dukungan yang sangat baik dari seluruh warga
terutama ketua RW 2 serta para kader lansia yang ada di wilayah RW 2. Hal ini
terbukti dengan antusiasme ibu-ibu lansia dalam mengikuti setiap kegiatan yang
dilakukan oleh mahasiswa. Namun beberapa lansia masih belum dapat melakukan
senam kaki diabet serta PMR, sehingga perlu dilakukan pelatihan secara terus
menerus sehingga lansia dapat merasakan manfaat dari kegiatan senam tersebut.

8.2 Saran
Setelah melaksanakan seluruh program kegiatan lansia, ada beberapa saran
yang kami sampaikan antara lain :
1. Diharapkan mahasiswa lebih meningkatkan kemampuan dan menambah
bekal tentang konsep keperawatan komunitas, sehingga kinerja dalam
melaksanakan praktik profesi keperawatan komunitas dapat lebih optimal.
2. Setiap kegiatan posyandu lansia sebaiknya juga dilakukan pemeriksaan
berat badan, tinggi badan serta tekanan darah, sehingga dapat dilakukan
monitoring serta evaluasi terhadap lansia yang memiliki risiko tinggi
hipertensi.
3. Kegiatan penyuluhan kesehatan tentang hipertensi dan diabet perlu
ditingkatkan dan dilakukan secara rutin untuk menambah pengetahuan
lansia tentang penyakit tersebut sebagai bentuk upaya preventif dan
promotif kesehatan masyarakat.
4. Kerjasama dengan puskesmas dan kelurahan perlu ditingkatkan, terutama
bagi lansia yang memiliki risiko tinggi menderita penyakit metabolik dan
degeneratif yang tidak mampu menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan.
5. Peran dan fungsi puskesmas pembantu yang berada di wilayah RW 2 perlu
dioptimalkan untuk melayani warga terutama lansia risiko tinggi masalah
kesehatan yang tidak mampu menjangkau puskesmas induk.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L.M. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu


Cacioppo, J.T. 2006. Loneliness Is a Unique Predictor of Age-Related Differences
in Systolic Blood Pressure. Psychology and Aging, 21(1), 152-164.
Carpenito M .L. J. 2007. Buku saku diagnosa keperawatan edisi 10. Jakarta: EGC
Depkes RI. 2005. Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa Usia Lanjut Edisi 2.
Jakarta: Depkes Ditjen Pelayanan Medik
Dewi, S.R. 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Deepublish
Ebersole & Hess. 2010. Gerontological nursing and health aging, (3th ed).
USA, Philadelphia: Mosby, Inc.
Efendi, F. Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas, Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Nugroho, W. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Edisi 3. Jakarta:EGC.
Padila. 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai