Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PROGRAM PUSKESMAS KOMUNITAS

DIDUSUN KOTOKAN DESA JATIROTO KECAMATAN


JATIROTO KABUPATEN LUMAJANG

Disusun Oleh:
Kelompok

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat taufik
serta hidayah-Nya atas terselesaikannya laporan untuk memenuhi tugas praktik
profesi komunitas di Desa Jatiroto.

Laporan ini disusun guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan


program profesi Keperawatan di STIKES Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan
Genggong Probolinggo.

Pada penyusunan laporan ini, tidak lepas dari kesulitan dan hambatan
namun berkat bimbingan pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga
laporan ini dapat terselesaikan, untuk itu dengan segala hormat peneliti
sampaikan terima kasih kepada :

1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, S.H.,M.M., selaku Ketua Yayasan


Hafshawaty Zainul Hasan Genggong Probolinggo
2. Dr.H. Nur Hamim, S.KM., S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku ketua STIKES Hafshawaty
Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo
3. Ro’isah, S.Km.,S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Koordinator Praktik Profesi
Komunitas
4. Ro’isah, S.Km.,S.Kep.,Ns M.Kes selaku pembimbing akademik’
5. selaku pembimbing lapangan

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan dan semoga laporan ini berguna baik bagi penulis maupun pihak lain
yang memanfaatkan.

Lumajang, 2022

Ketua Kelompok
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tingginya angka harapan hidup menunjukkan semakin baiknya
kualitas kesehatan masyarakat dan menjadi salah satu indikator
keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan. Sejalan dengan itu,
tingginya angka harapan hidup juga menyebabkan semakin tinggi pula
jumlah populasi penduduk lanjut usia (Lansia), yang pada sisi lain
menjadi tantangan pembangunan, yang jika tidak ditangani dengan baik
akan menjadi masalah baru. BPS memprediksi bahwa persentase
penduduk Lansia pada tahun 2010 mencapai 9,77 persen dari total
penduduk, dan pada tahun 2020 diperkirakan akan mencapai 11,34
persen atau berjumlah 28,8 juta jiwa. Pada tahun 2011, diperkirakan
jumlahnya sudah sekitar 20 juta lebih, ini berarti diantara 11 orang
penduduk Indonesia terdapat 1 orang Lansia.(BPS, 2018). Lansia adalah
sekelompok orang yang mengalami suatu proses perubahan secara bertahap
dalam jangka waktu tertentu. Jumlah lansia di dunia, termasuk negara Indonesia
bertambah tiap tahunnya. Pada tahun 2012 persentase penduduk usia 60 tahun
keatas adalah 7,58%, sedangkan pada tahun 2013 meningkat menjadi 8 %, pada
tahun 2014 meningkat menjadi 8,2% dan tahun 2015 meningkat menjadi 8,5%
( BPS 2015).
Peningkatan taraf hidup dan Umur Harapan Hidup (UHH) / Angka
Harapan Hidup (AHH) merupakan rata-rata tahun hidup yang dijalaniseseorang
yang telah mencapai usia tertentu dan pada tahun tertentu, dalam situasi
mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakat. Peningkatan UHH
mengakibatkan terjadinya transisi epidemiologi dalam bidang kesehatan yang
merupakan akibat dari peningkatan jumlah angka kesakitan penyakit
degeneratif (Kemenkes RI, 2013).
Besarnya  penduduk lansia tentunya berdampak pada berbagai
aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, dan terutama kesehatan, karena
dengan semakin bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin
menurun baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit.
Meningkatnya populasi penduduk Lansia menjadi tantangan tersendiri,
terutama bagi mereka yang memiliki masalah secara sosial dan ekonomi.
Besarnya populasi dan masalah kesehatan Lansia belum diikuti dengan
ketersediaan fasilitas pelayanan (care services) yang memadai, baik
dalam jumlah maupun dalam mutunya.
Menurut Kementerian Kesehatan, sampai saat ini jumlah
Puskesmas Santun Lanjut Usia dan rumah sakit yang menyelenggarakan
pelayanan geriatri juga masih terbatas. Pelayanan geriatri di Rumah Sakit
sebagian besar berada di perkotaan, padahal 65,7% para Lansia berada
di pedesaan. Dari data Kementerian Sosial, jumlah penduduk Lansia
yang terlayani melalui panti, dana dekonsentarasi, Pusat Santunan
Keluarga (Pusaka), jaminan sosial, organisasi sosial lainnya sampai 2008
baru berjumlah 74,897 orang atau 3,09% saja dari total Lansia terlantar.
Karena keterbatasan fasilitas pelayanan, aksesibilitas Lansia kepada
pelayanan yang dibutuhkan untuk pemenuhan diri (self fullfilment), tidak
terlaksana dengan baik. (Komnas Lansia, 2017).
Program kesehatan Lansia adalah Puskesmas yang
melaksanakan pelayanan kesehatan kepada pra lansia dan lansia yang
meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang lebih
menekankan unsur proaktif, kemudahan proses pelayanan, santun,
sesuai standar pelayanan dan kerja sama dengan unsur lintas sektor.
Dengan demikian maka program Lansia tidak terbatas pada pelayanan
kesehatan di klinik saja, tetapi juga pelayanan kesehatan luar gedung
dan pemberdayaan masyarakat.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mahasiswa
dalam manajemen keperawatan dan keperawatan komunitas di
Puskesmas Jatiroto.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui analisis SWOT.
b. Mengetahui program Kesehatan Lansia di Puskesmas Jatiroto.
c. Menganalisis program Kesehatan Lansia dengan analisis SWOT.
C. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini antara lain yaitu:
1. Untuk Institusi Pendidikan
Sebagai pengajuan laporan praktek keperawatan klinik komunitas
dan menambah referensi kepustakaan perpustakaan institusi.
2. Untuk Puskesmas
Sebagai bukti hasil praktek klinik keperawatan di Puskesmas dan
membantu kinerja petugas kesehatan dalam menjalankan program di
puskesmas khususnya di pelayanan lansia agar pelayanan lebih baik.
3. Untuk Petugas Kesehatan
Sebagai referensi penambahan pengetahuan dalam pengelolaan
program-program di Puskesmas khususnya untuk pelayanan kesehatan
lansia.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. LANSIA
1. Definisi Lansia
Lansia Menurut Undang-Undang No 13 Tahun 1998, Lanjut Usia
adalah seorang yang telah mencapai usia 50 tahun ke atas. Lansia
adalah sekelompok orang yang mengalami suatu proses perubahan
secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Jumlah lansia di dunia,
termasuk negara Indonesia bertambah tiap tahunnya. Pada tahun 2012
persentase penduduk usia 60 tahun keatas adalah 7,58%, sedangkan
pada tahun 2013 meningkat menjadi 8 %, pada tahun 2014 meningkat
menjadi 8,2% dan tahun 2015 meningkat menjadi 8,5% ( BPS 2015).
Lansia Menurut WHO: Lansia adalah pria dan wanita yang telah
mencapai usia 60-74 tahun. Memiliki perilaku sehat yang meliputi
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
Menurut E.B Surbakti (2013: 1-2), menjelaskan bahwa usia lanjut
adalah orang-orang yang sudah berusia enam puluh lima tahun keatas
yang secara nomal mereka sudah mengalami berbagai kemunduran
kemampuan (kapasitas dan kapabilitas) baik fisiologis maupun
psikologis. Sebagai contoh adalah sebagai berikut :
a. Kemunduran kemampuan bereaksi
b. Kemunduran daya refleksi
c. Kemunduran kemampuan kognisi (seperti daya ingat terutama
ingatan jangka pendek)
d. Kemunduran daya talar (penalaran)
e. Kemunduran kemampuan menganalisa (daya analitis)
f. Kemunduran fisik
g. Kemunduran kesehatan
2. Masalah yang dihadapi usia lanjut
a. Masalah pada usia menengah atau pra lanjut usia (active aging,
2010) :
1) Keuangan dengan penghasilan yang menurun secara
drastis.
2) Hubungan sosial yang terganggu dengan
suami/isteri/anak maupun keluarga besar masyarakat
terutama menghadapi anak remaja/dewasa muda
dengan berbagai permasalahan sosialnya.
3) Usia yang membatasi karir untuk jabatan yang lebih
tinggi.
4) Kekhawatiran menghadapi masa depan yang gejalanya
biasa disedub sindrme pasca berkuasa (post power
syndrome) berpotensi menyebabkan penyakit
mendadak dan kematian (terutama laki-laki).
5) Persiapan untuk pengembangan karir kedua perlu
dilakukan pada masa persiapan pension.
b. Masalah pada lanjut usia (active aging, 2010)
1) Hubungan keluarga menjadi kurang harmonis, terutama
bagi lansia laki-laki yang cenderung menyendiri
dibandingkan lansia perempuan yang diasuh oleh
keluarga besar.
2) Terjadi perubahan hubungan sosial karena lanjut usia
cenderung mengisolasi diri dan kurang melakukan
sosialisasi dengan sebaya, sejawat lebih muda, anak
dan cucu.
3) Menurunnya daya tahan tubuh sehingga penyembuhan
penyakit menjadi lebih lama.
4) Akses transportasi yang tidak/belum ramah lanjut usia
dan terlalu jauh dari rumah.
5) Berat beban pekerjaan rumah tangga yang harus
dilakukan sendiri dan tidak jarang untuk anggota
keluarga yag lain seperti menjaga rumah, pekerjaan
rumah, mengasuh cucu, dan lain-lain.
Selain itu masalah yang pada umumnya dihadapi oleh lansia
dikelompokan menjadi masalah ekonomi, masalah sosial budaya,
masalah kesehatan, dan masalah psikologi.
a. Masalah ekonomi
Pada masa lanjut usia ditandai dengan menurunnya
produktifitas kerja, memasuki masa pensiun atau berhentinya
18 pekerjaan utama. Hal ini berakibat pada menurunnya
pendapatan yang kemudian berkaitan pada pemenuhan
kebutuhan sehari-hari.
Menurut Hurlock (2004: 396) dalam Siti Partini (2011)
menyatakan bahwa apabila pendapatan orang usia lanjut
secara drastis berkurang maka minat untuk mencari uang tidak
lagi berorientasi pada apa yang bisa dilakukan pada kehidupan
masa muda, tetapi untuk sekedar menjaga mereka tetap
mandiri. yang mereka memikirkan yaitu bagaimana mereka
tinggal, dimana dan bagaimana mereka tidak tergantung pada
saudaranya atau tidak tergantung pada bantuan orang lain.
b. Masalah sosial budaya
Memasuki masa tua ditandai dengan berkurangnya kontak
sosial, baik dengan anggota keluarga masyarakat, maupun
teman kerja sebagai akibat terputusnya hubungan kerja karena
pensiun.Kurangnya kontak sosial ini juga menimbulkan
perasaan kesepian, murung terasingkan. Hal ini tidak sejalan
dengan hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang didalam
hidupnya selalu membutuhkan kehadiran orang lain (Siti Partini,
2011).
Menghadapi kenyataan ini maka pelu dibentuk
kelompokkelompok usia lanjut yang memiliki kegiatan
mempertemukan para anggota lanjut usia lainnya sehingga
kontak sosial pun berlangsung.
c. Masalah kesehatan
Pada lanjut usia terjadi kemunduran sel-sel karena proses
penuaan yang berakibat pada kelemahan organ, kemunduran
fisik, timbulnya berbagai macam penyakit. Masa tua ditandai
oleh penurunan fungsi fisik dan rentan terhadap berbagai
penyakit ini disebabkan oleh menurunnya fungsi berbagai organ
tubuh. Diperlukan pelayanan kesehatan terutama untuk
kelainan degrenatif demi meningkatkan derajat kesehatan dan
mutu kehidupan usia lannjut agar tercapai masa tua yang
bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat sesuai dengan keberadaan (Siti Partini, 2011).
Departemen Kesehatan mencanangkan tujuan program
kesehatan lanjut usia adalah meningkatkan derajat kesehatan
lansia agar tetap sehat, mandiri dan berdaya guna sehingga
tidak menjadi beban bagi dirinya sendiri, keluarga, maupun
masyarakat.
d. Masalah psikologis
Masalah psikologis yang dihadapi usia lanjut pada
umumnya meliputi : kesepian, terasing dari lingkungannya,
ketidakberdayaan, perasaan tidak berguna, kurang percaya diri,
ketergantungan dll. Berbagai persoalan tersebut bersumber dari
menurunnya fungsi-fungsi fisik dan psikis akibat proses
penuaan. Kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan akan
rasa aman (the safety needs), kebutuhan akan masa memiliki
dan dimiliki serta rasa kasih sayang (the belongingne and love
needs), kebutuhan akan rasa aman. Adanya aktivitas pekerja
merupakan salah satu bentuk kebutuhan akan rasa aman.
3. Pemberdayaan Lansia
Secara etimologi pemberdayaan berasal dari kata dasar daya
yang berarti kekuatan atau kemampuan, pemberdayaan dapat dimaknai
dengan suatu proses menuju berdaya, atau proses untuk memperoleh
daya atau kekuatan/kekampuan, dan proses pemberian daya atau
kekuatan/kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang
kurang atau belum berdaya (Ambar Sulistiyani, 2011).
Proses merujuk pada suatu tindakan nyata yang dilakukan secara
bertahap untuk mengubah kondisi masyarakat yang lemah dalam hal
penguasaan pengetahuan, sikap perilaku sadar dan kecakapan
keterampilan menjadi lebih baik dalam penguasaan ketiga hal tersebut.
Menurut Isbandi (2010), makna pemberdayaan itu bukan hanya satu
interpretasi melainkan bisa lebih dari sattu interpretasi bergantung pada
tujuan pembangunan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pemberdayaan pada lansia lebih dimaknai sebagai sebuah upaya
peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam rangka
meningkatkan peran lansia dalam kehidupan bermasyarakat sesuai
dengan potensi yang dimiliki dengan melibatkan partisipasii diri lansia
sebagai penggerak utama.

B. Puskesmas
1. Definisi Puskesmas
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun
2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat menyebutkan bahwa Pusat
Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya
(Kemenkes RI, 2014).
2. Peran Puskesmas
Peran puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam
mewujudkan kesehatan nasional secara komprehensif tidak sebatas
aspek kuratif dan rehabilitatif saja, seperti dirumah sakit.
3. Fungsi Puskesmas
a. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah
kerjanya.
b. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.
c. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya.
4. Wewenang Puskesmas
Permenkes no. 75 tahun 2014 menjelaskan wewenang Puskesmas
yaitu untuk:
a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat
yang bekerjasama dengan sektor lain terkait
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan
upaya kesehatan berbasis masyarakat
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
puskesmas
g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap
akses, mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan
h. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit.
5. Struktur Organisasi Puskesmas
Permekes No. 75 tahun 2014 menjelaskan bahwa Organisasi
Puskesmas disusun oleh dinas kesehatan kabupaten/kota berdasarkan
kategori, upaya kesehatan dan beban kerja Puskesmas.
Organisasi Puskesmas paling sedikit terdiri atas:
a. Kepala Puskesmas
b. Kepala sub bagian tata usaha
c. Penanggung jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat
d. Penanggung jawab UKP, kefarmasian dan Laboratorium
e. Penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring
fasilitas pelayanan kesehatan.
6. Program pokok puskesmas
Kegiatan pokok puskesmas dilaksanakan sesuai kemampuan tenaga
maupun fasilitasnya, Karena kegiatan pokok di setiap puskesmas dapat
berbeda-beda. Namun demikian kegiatan pokok puskesmas yang lazim
dan yang seharusnya dilaksanakan sebagai berikut:
a. KIA (Kesejahteraan Ibu dan Anak)
b. Keluarga Berencana
c. Usaha kesehatan gizi
d. Kesehatan lingkungan
e. Pemberantasan penyakit menular
f. Imunisasi
g. Upaya pengobatan termasuk pelayanan darurat kecelakaan
h. Penyuluhan kesehatan masyarakat
i. Usaha kesehatan sekolah
j. Kesehatan olahraga
k. Perawatan kesehatan masyarakat
l. Usaha kesehatan kerja
m. Usaha kesehatan gigi dan mulut
n. Usaha kesehatan jiwa
o. Usaha kesehatan mata
p. Laboratorium
q. Kesehatan usia lanjut atau posyandu lansia
r. Pembinaan pengobatan tradisional
C. Program Pokok Kesehatan Usia Lanjut
1. Definisi Program Kesehatan Usia Lanjut
Merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui
pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui
program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia,
keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam
penyelenggaraannya.
2. Jasa layanan
Jasa layanan yang bisa diberikan:
a. Pelayanan kesehatan One stop service di ruang
tersendiri. Pelayanan one stop service adalah pelayanan kepada
Lansia mulai dari pendaftaran sampai mendapat obat dilaksanakan
satu paket di satu ruang. Dengan begitu Lansia tidak perlu
berpindah tempat dan antre lagi untuk pelayanan lainnya dalam
Puskesmas.
b. Konseling lansia
c. Posyandu lansia Pembinaan melalui karang werda
d. Pembinaan melalui forum karang werda kecamatan
e. Pelayanan melalui panti werda
f. Kunjungan rumah
g. Membuat event tertentu seperti talk show, lomba senam lansia,
jalan sehat, dll.
h. Pendaftaran Pemeriksaan klinis pemeriksaan laboratorium bila perlu
i. Konseling Pemberian obat, bila tidak ada ruang khusus maka lansia
dilayani di poli umum tetapi pelayanannya didahulukan.
j. Kemudahan akses
k. Ada alur pelayanan lansia yang jelas dan mudah
l. Mendahulukan lansia dari pasien umum
m. Trap atau tangga tidak terlalu curam
n. Disediakan jamban / WC duduk sehingga lansia tidak perlu jongkok
o. Pegangan rambat pada tangga dan WC
3. Sasaran program:
a. Lansia (umur 60 tahun keatas)
b. Pralansia ( umur 45 – 60 tahun)
c.  Keluarga lansia, masyarakat, serta lembaga masyarakat dan
pemerintah.
4. Dasar hukum:
a. Undang-Undang RI No 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Kesejahteraan Lansia
b. Undang-undang RI No 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Usia
Lanjut
c. Peraturan Pemerintah RI No 43 tahun 2004 tentang Kesejahteraan
Usia Lanjut
d. UUD 45 pasal 28 H , setiap orang ber hak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia
yang bermartabat.
e. UU No. 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional khususnya
yang menyangkut jaminan sosial bagi Lansia UU. No. 11/2009
tentang kesejahteraan social
f. Keppres 52/2004 tentang Komnas Lansia Permendagri No.60/2008
tentang pembentukan Komda Lansia dan pemberdayaan masyarakat
g. RAN 2003 dan 2008 tentang Kesejahteraan Sosial Lansia
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Identifikasi Masalah
1. Masalah kesehatan masyarakat di wilayah puskesmas
a. Hipertensi
2. Target dan sasaran
a. Target dan sasaran : Sasaran dalam Program Lansia ini adalah
para lansia dan keluarganya sehingga membantu dalam proses
kesejahteraan lansia
3. Strategi
a. Metode dilakukan dengan memberikan penyuluhan untuk para
lansia beserta keluarganya
b. Kegiatan dilakukan monitoring oleh penanggung jawab setiap
akhir kegiatan
c. Adanya Standar Operasional Prosedur untuk dilakukan tindakan
Program Lansia
d. Proses pendokumentasian dilakukan oleh petugas untuk setiap
masing masing kegiatan
e. Sebelum dilakukan kegiatan Program Lansia seperti prolanis
setiap lansia dilakukan persiapan dan pemeriksaan kesehatan
f. Pelayan yang menyatu sehingga lansia tidak perlu lelah saat
dalam proses berobat
4. Kegiatan
a. Promosi Kesehatan
b. Pemeriksaan gratis ( check Kesehatan Lansia)
5. Peran Serta Masyarakat
a. Sedikit Antusias lansia dalam mengikuti program lansia tidak
semua lansia yang mengikuti program lansia.
6. Sasaran
b. Sasaran dalam Program Lansia ini adalah para lansia dan
keluarganya sehingga membantu dalam proses kesejahteraan
lansia

7. Implementasi
a. Hambatan
a) Waktu
b. Pendukung
a) Alat untuk melakukan Promosi Kesehatan berasal dari
Puskesmas.
b) Tersedianya gedung yang baik dala menunjang Program
Lansia
c) Tersedianya pegangan dinding untuk memudahkan lansia
dalam berjalan
d) Tempat pemeriksaan yang tanpa tangga dapat memudahkan
lansia dalam mobilisasi
8. Evaluasi
a) Lansia tidak semua mengikuti atau hadir dalam setiap program
lansia atau khususnya jika ada promosi kesehatan
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Analisa SWOT
1. Definisi Analisis SWOT
Analisa SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang
bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisa ini menempatkan situasi
dan kondisi sebagai faktor masukan, dan kemudian di kelompokan
menurut skontribusinya masing-masing. Satu hal yang harus diingat, baik
oleh para pengguna analisa SWOT, bahwa analisa SWOT adalah semata-
mata sebuah alat analisa yang ditunjukkan untuk menggambarkan situasi
yang sedang dihadapi atau yang mungkin akan dihadapi oleh organisasi,
dan bukan sebuah alat analisa ajaib yang mampu memberikan jalan
keluar bagi masalah yang dihadapi oleh organisasi. Analisa SWOT adalah
metode perencana strategis yang digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan (Srenghts) dan ancaman (Threahts) dalam suatu proyek atau
spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT
(Srenghts, Weakness, Oppurtunitys, Threathts).
Proses ini yang melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari
spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan
eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan
tersebut. Analisa SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis
berbagai hal yang mempengaruhi ke empat faktornya, kemudian
menerapkannya dalam gambar matriks SWOT dimana aplikasinya adalah
bagaimana kekuatan atau (streghts) mampu mengambil keuntungan
(advantage) dari peluang (opportunitys) yang ada, bagaimana cara
mengatasi kelemahan (weekness) yang mencegah keuntungan
(advantage) dari peluang (opportunitys) yang ada, selanjutnya bagaimana
kekuatan mampu mengahadapi ancaman yang ada dan yang terakhir
adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat
ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.
2. Komponen SWOT
Analisa SWOT ini terdiri atas 4 komponen dasar yaitu :
a. Strenghts (S)
Adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari
organisasi atau program pada saat ini
b. Weakness (W)
Adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari
organisasi atau program pada saat ini.
c. Opporttunity (O)
Adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar
organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi di
masa depan.
d. Threats (T)
Adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang
datang dari luar organisasi dan dapat mengancam ekstensi organisasi
dimasa depan.
Selain 4 komponen dasar ini analisa SWOT, dalam proses
menganalisanya akan berkembang menjadi sub komponen yang
berjumlah tergantung pada kondisi pada organisasi. Sebenarnya
masing-masing sub komponen adalah pengejawantahan dari masing-
masing komponen, seperti strengths mungkin mempunyai 12 sub
komponen, komponen weakness mungkin memiliki 8 sub komponen
dan seterusnya.

3. Jenis-Jenis Analisa SWOT


a. Model kuantitatif
Adalah sebuah asumsi dasar dari model ini, kondisi yang
berpasangan antara S dan W, serta O dan T. Kondisi berpasangan ini
terjadi karena diasumsikan dalam sebuah kekuatan bahwa selalu ada
kelemahan yang tersembunyi dan dari setiap kesempatan yang terbuka
selalu ada ancaman yang harus diwaspadai. Ini berarti setiap satu
rumusan strength harus selalu miliki satu pasangan weakness dan
setiap satu rumusan opportunities harus memiliki satu pasangan
threath. Kemudian setelah masing-masing komponen dirumuskan dan
dipasangkan, langkah selanjutnya adalah melakukan proses penilaian.
Penilaian dilakukan dengan cara memberikan score pada masing-
masing sub komponen, dimana satu sub komponen dibandingkan
dengan sub komponen yang lain dalam komponen yang sama atau
mengikuti laju vertikal. Sub komponen yang lebih menentukan dalam
jalannya organisasi diberikan score yang lebih besar. Standar penilaian
dibuat berdasarkan kesepakatan bersama untuk mengurangi kadar
subyektifitas penilaian model kualitatif.
b. Model kualitatif
Urutan-urutan dalam membuat analisa SWOT kualitatif tidak
berbeda dengan urut-urutan kuantitatif perbedaan besar diantara
keduanya adalah pada saat pembuatan subkomponen dari masing-
masing komponen. Apabila pada model kuantitafif setiap subkomponen
S memiliki pasangan subkomponen W, dan satu subkomponen O
memiliki pasangan satu komponen T, maka dalam model kulaitatif hal
ini tidak terjadi. Selain itu subkomponen pada masing-masing
komponen (SWOT) berdiri bebas dan tidak memiliki hubungan satu
sama lain. Ini berarti model kualitatif tidak dapat dibuat diagram
cartesian, karena mungkin saja misalnya subkomponen S ada
sebanyak 10 buah sementara subkomponen W hanya 6 buah.
4. Matrik Swot
Matrik SWOT adalah alat untuk menyusun faktor-faktor strategis
organisasi yang dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang
dan ancaman eksternal yang dihadapi organisasi dapat disesuaikan
dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) adalah
ringkasan atau rumusan faktor-faktor strategis internal dalam kerangka
kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses).
EFAS (External Strategic Factors Analysis Summary) adalah
ringkasan atau rumusan faktor-faktor strategis eksternal dalam kerangka
kesempatan (Opportunities) dan ancaman (Threats).
a. Strategi S-O adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan jalan pikiran
organisasi yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk
merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
b. Strategi W-O adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan
pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan
yang ada.
c. Strategi S-T adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan kekuatan
yang dimiliki organisasi untuk mengatasi ancaman.
d. Strategi W-T adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan kegiatan
yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang
ada serta menghindari ancaman.
5. Pendekatan Analisis SWOT
a. Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT
Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan
oleh Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah
kotak faktor eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak
sebelah kiri adalah faktor internal (Kekuatan dan Kelamahan). Empat
kotak lainnya merupakan kotak isu-isustrategis yang timbul sebagai
hasil titik pertemua antara faktor-faktor internal dan eksternal.
Matriks SWOT Kearns
INTERNAL\EKSTERNAL Opportunities Threats
Strengths Comparative Mobilization
Advantage
Weakness Divestment/ Damage
Investment Control
Keterangan:
1) Sel A: Comparative Advantages
Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan
peluang sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi
untuk bisa berkembang lebih cepat.
2) Sel B: Mobilization
Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di
sini harus dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang
merupakan kekuatan organisasi untuk memperlunak ancaman dari
luar tersebut, bahkan kemudian merubah ancaman itumenjadi
sebuah peluang.

3) Sel C: Divestment/ Investment


Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan
peluang dari luar. Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada
situasi yang kabur. Peluang yang tersedia sangat meyakinkan
namun tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan yang ada tidak
cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang diambil
adalah (melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi
lain) atau memaksakan menggarap peluang itu (investasi).
4) Sel D: Damage Control
Sel ini merupakan kondisi yang paling lemah dari semua sel
karena merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi
dengan ancaman dari luar, dan karenanyakeputusan yang salah
akan membawa bencana yang besar bagi organisasi. Strategi yang
harus diambil adalah Damage Control (mengendalikan kerugian)
sehingga tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan.

b. Pendekatan Kuantitatif Matriks SWOT


Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara
kuantitaif melalui perhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan oleh
Pearce dan Robinson 1998 agar diketahui secara pasti posisi
organisasi yang sesungguhnya.
Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
1) Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor serta
jumlah total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor
S-W-O-T; Menghitung skor (a) masing-masing point faktor
dilakukan secara saling bebas (penilaian terhadap sebuah point
faktor tidak boleh dipengaruhi atau mempengeruhi penilaian
terhadap point faktor lainnya. Pilihan rentang besaran skor sangat
menentukan akurasi penilaian namun yang lazim digunakan adalah
dari 1 sampai 10, dengan asumsi nilai 1 berarti skor yang paling
rendah dan 10 berarti skor yang paling tinggi.
Perhitungan bobot (b) masing-masing point faktor
dilaksanakan secara saling ketergantungan. Artinya, penilaian
terhadap satu point faktor adalah dengan membandingkan tingkat
kepentingannya dengan point faktor lainnya. Sehingga formulasi
perhitungannya adalah nilai yang telah didapat (rentang nilainya
samadengan banyaknya point faktor) dibagi dengan banyaknya
jumlah point faktor).
2) Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d)
dan faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya
menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka
(e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y.
Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada
kuadran SWOT.
No Strength Skor Bobot Total
1.
2.
Total kekuatan

No Weakness Skor Bobot Total


1.
2.
Total kelemahan
Total selisih total kekuatan – total kelemahan : S – W = X

No Opportunity Skor Bobot Total


1.
2.
Total peluang

No Treath Skor Bobot Total


1.
2.
Total ancaman
Total selisih total peluang – total tantangan : O – T = Y

Keterangan :
a. Kuadran I (positif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan
berpeluang, Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya
organisasi dalam kondisi primadan mantap sehingga sangat dimungkinkan
untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih
kemajuan secara maksimal.
b. Kuadran II (positif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun
menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan
adalah Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap
namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda
organisasi akan mengalami kesulitan untuk terusberputar bila hanya
bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karennya, organisasi
disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.
c. Kuadran III (negatif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat
berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi,
artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya.
Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap
peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.
d. Kuadran IV (negatif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan
menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan
adalah Strategi Bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada pada
pilihan dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk
meenggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar
tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya
membenahi diri.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. ANALISIS SWOT
1. Strength (Kekuatan )
a. Pendidikan untuk pelaksana program yaitu minimal D3 untuk
jurusan kesehatan
b. Pelatihan sudah dilakukan untuk setiap penanggung jawab
program
c. Dilakukan Pelatihan Workshop dilakukan oleh masing masing
petugas
d. Kualitas program baik dan pembagian tugas sudah jelas
e. Perawat dan bidan pelaksana sudah mengetahui peran dan fungsi
masing masing
f. Jadwal yang sesuai dan teratur serta tepat waktu
2. Weakness(Kelemahan)
a. Tingkat kesadaran lansia yang rendah tentang adanya program
lansia sehat
b. Banyak lansia yang tidak tahu akan pentingnya kesehatan pada
lansia
3. Opportunity ( Peluang )
a. Banyak lansia yang mengetahui tentang pentingnya kesehatan
diri, sehingga program lansia sehat akan dapat diterima dengan
terbuka.
b. Adanya masyarakat yang mengenal teknologi, jadi bila diadakan
program lansia sehat tambahan bias melalui media social seperti
whasapp dan lain-lain.
c. Adanya program Indonesia Sehat 2017, sehingga ada program
dari pemerintah yang mendukung kegiatan program lansia sehat
yang dilakukan oleh puskesmas
d. Pemerintah daerah  telah melatih banyak petugas kesehatan
untuk melakukan penyuluhan pada keluarga yang memiliki lansia
e. Antusias lansia tentang adanya program prolanis di puskesmas

4. Threath ( Ancaman )
1) Masyarakat dengan usia dewasa hingga lansia yang sudah sulit
menyerap ilmu atau dapat menyerap ilmu tapi mudah lupa.
2) Budaya hidup sehat yang belum tertanam atau dibiasakan oleh
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, sehingga butuh waktu
untuk membiasakan diri dan kadang itu tidak mudah dilakukan
oleh masyarakat.
B. Analisis Penyebab Kesenjangan dalam melaksanakan program

N
ANALISIS SWOT SKORE BOBOT JUMLAH
O

1. a. Strength (Kekuatan )
1) Pendidikan untuk 8 0,3
2,4
pelaksana program yaitu
minimal D3 untuk jurusan 9 0,3
kesehatan
2,7
2) Pelatihan sudah dilakukan 9 0,3
untuk setiap penanggung
jawab program 9 0,3
3) Dilakukan Pelatihan 9 0,3
Workshop dilakukan oleh 2,7
masing masing petugas 9 0,4
4) Kualitas program baik dan 2,7
pembagian tugas sudah 2,7
jelas
5) Perawat dan bidan 3,6
pelaksana sudah
mengetahui peran dan
fungsi masing masing
6) Jadwal yang sesuai dan
teratur serta tepat waktu

TOTAL 53 1,9 16,8

2 b. Weakness(Kelemahan)
1) Tingkat kesadaran lansia 7 0,2
1,4
yang rendah tentang
adanya program lansia 7 0,2
sehat
2) Banyak lansia yang tidak
tahu akan pentingnya 1,4
kesehatan pada lansia

TOTAL 14 0,4 2,8

3 c. Opportunity ( Peluang )
1) Banyak lansia yang belum
mengetahui tentang 8 0,3
pentingnya kesehatan diri, 2,4
sehingga program lansia
sehat akan sangat 8 0,3
dibutuhkan oleh lansia
2) Adanya masyarakat yang
mengenal teknologi, jadi
bila diadakan program 9 0,3 2,4
lansia sehat tambahan bias
melalui media social seperti
whasapp dan lain-lain.
3) Adanya program Indonesia
Sehat 2017, sehingga ada
program dari pemerintah
yang mendukung kegiatan
program lansia sehat yang
2,7
dilakukan oleh puskesmas 9 0,3
4) Pemerintah daerah  telah
melatih banyak petugas
kesehatan untuk melakukan 9 0,3
penyuluhan pada keluarga
yang memiliki lansia 9 0,3
5) Antusias lansia tentang
adanya program prolanis di
puskesmas
6) Adanya program prolanis
yang dapat
memberdayakan lansia
untuk tetap sehat dalam
hidupnya

2,7

2,7

2,7
TOTAL 52 1,8 15,6

4 d. Threath ( Ancaman )
1) Masyarakat dengan usia dewasa
hingga lansia yang sudah sulit
menyerap ilmu atau dapat 6 0,1 0,6
menyerap ilmu tapi mudah lupa.
2) Budaya hidup sehat yang belum
tertanam atau dibiasakan oleh
masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga butuh waktu
untuk membiasakan diri dan kadang
itu tidak mudah dilakukan oleh
masyarakat.

6 0,1 0,6
TOTAL 12 0,2 2.2

Perhitungan koordinat kurva SWOT :

X =S–W
= 16,8 – 2,8
= 14,0
Y =O–T
= 15,6 - 2,2
= 13,4

Diagram Analisis SWOT

14,0

T O
13,4

W
Hasil analisa Swot
Pada grafik analisis SWOT diatas dapat disimpulkan bahwa pada hasil
program promosi kesehatan berada pada kuadran I yaitu merupakan situasi yang
menguntungkan. Puskesmas Jatiroto tersebut memiliki peluang dan kekuatan
sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang diterapkan
dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.
Puskesmas Jatiroto berada di posisi Kuadran I (positif, positif). Posisi ini
menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasistrategi
yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi primadan
mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan
ekspansi,memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
C. Saran Alternatif pemecahanmasalah untuk mengatasi kesenjangan
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan khusunya di bidang Layanan
Lansia
2. Meningkatkan atau menambah tenaga kerja di puskesmas dengan
keahlian dibidang lansia
3. Menghimbau lansia untuk ikut serta dalam kegiatan yang ada didalam
puskesmas
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan analisa SWOT pada program Promosi Kesehatan
tanggal 10-12 Februari 2022 didapatkan hasil analisa SWOT program
Promosi Kesehatan Puskesmas pada lansia berada pada kuadran I
Comparative Advantages (S-W=positif, O-T:positif). Posisi ini menandakan
sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi strategi yang
diberikan adalah progresif, artinya organisasi dalam kondisi primadan
mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi,
memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal
B. Saran
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan khusunya di bidang Layanan Lansia
2. Meningkatkan atau menambah tenaga kerja di puskesmas dengan
keahlian dibidang lansia
3. Menghimbau lansia untuk ikut serta dalam kegiatan yang ada didalam
puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA

Siti,G., 2011. Pelayanan Lanju Usia Berbasis Kekerabatan, puslitbang kesos:153-


176.
BKKBN, 2014. Menuju Lansia Paripurna. Available from: www.bkkbn.go.id
[accessed 10 november 2015].
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Gambaran Kesehatan Lanjut
Usia di Indonesia. Direktorat Data dan Informasi K esehatan.
Departemen Sosial Republik Indonesia. 2013. Kebijakan dan program Pelayanan
Sosial Lanjut Usia di Indonesia. Direktorat Jendral Pelayanan.

Anda mungkin juga menyukai