DEMAM TYPHOID
DISUSUN OLEH :
14901.08.21179
PROBOLINGGO
2021
LEMBAR PENGESAHAN
DEMAM TYPOID
Lumajang,
Mahasiswa
(.............................)
(..................................) (.....................................)
A. ANATOMI FISIOLOGI
empedu.
1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada
manusia. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian
awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari
mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa
yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari
manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di
hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-
potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar,
geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari
kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut
dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga
mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein
dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara
sadar dan berlanjut secara otomatis.
2. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses
peristaltik.
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.
Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka).
b. Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus).
c. Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
3. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk
seperti kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu:
a. Kardia.
b. Fundus.
c. Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui
otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup.
Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi
lambung ke dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang
makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan
dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat
penting:
a. Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa
menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya
tukak lambung.
b.Asam klorida(HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung
yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi
dengan cara membunuh berbagai bakteri.
c. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
1. Definisi
Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh Samonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas
berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan
struktur endothelia dan endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi
kedalam sel fagosit monokular dari hati, limpa, kelenjar limfe
usus dan payer’s patch dan dapat menular pada orang lain melalui
makanan atau air yang terkontaminasi (Sumarmo, 2002 dalam Amin Huda
& Hardhi Kusuma, 2015).
Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi pada sistemik atau demam
enteric yang di akibatkan oleh bakteri Salmonella enterica serovar typhi (S.
typhi).(Saputra ardian, 2021)
2. Penyebab
Penyebab Thypoid adalah bakteri salmonella thypii. Salmonella
adalah bakteri Gram-negatif, mempunyai flagella (bergerak dengan rambut
getar), tidak berkapsul dan tidak membentuk spora. Bakteri ini dapat hidup
sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam air, es, sampah
dan debu. Bakteri ini akan mati dengan pemanasan suhu 60°c selama 15-
20 menit (Rahayu E, 2014).
Menurut Amin Huda dan Hardhi (2015), kuman ini mempunyai
tiga antigen yang penting untuk pemeriksaan laboratorium, yaitu:
a. Antigen O (somatik antigen) yaitu terletak pada lapisan luar daritubuh
kuman, yang terdiri dari oligosakarida.
b. Antigen H (terdapat pada flagella) yang terdiri dari protein
c. Antigen K (envelope antigen) yang terdiri dari polisakarida.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang Demam Thypoid menurut Amin Huda dan
Hardhi Kusuma, (2015):
a. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis, atau kadar
leukosit normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi
sekunder
7.Pencegahan
Strategi pencegahan yang dapat dipakai untuk selalu menyediakan
makanan atau minuman yang tidak terkontaminasi, higiene perorangan
terutama menyangkut kebersihan tangan dan lingkungan, sanitasi yang
baik, dan tersedianya air bersih sehari-hari. Strategi ini menjadi penting
seiring dengan munculnya kasus resistensi. Selain strategi di atas,
dikembangkan pula vaksinasi terutama untuk para pendatang dari negara
maju ke daerah endemik demam thypoid. Tiga vaksin thypoid yang
terdapat di Indonesia: vaksin oral Ty 21 a Vivotif Berna, vaksin parenteral
sel utuh dan vaksin polisakarida Typhin Vi Aventis Pasteur Merrieux
(RHH Nelwan, 2016).
8. Penatalaksanaan
Menurut Amin Huda dan Hardhi Kusuma, (2015):
a. Non farmakologi
1) Bed rest
b. Farmakologi
Terapi pada demam tifoid tanpa komplikasi adalah berupa pemberian
antibiotik tiamfenikol,kloramfenikol,Sefalosporin generasi III
(sefotaksim,seftriakson, sefiksim), fluorokuinolon
(ofloksasin,siprofloksasin,perfloksasin)atau ampisilin/
Amoksisilin dan azitromisin pada saat ini juga sering digunakan sebagai
terapi pada demam tifoid.Pemberian antipiretik juga dapat digunakan sebagai
terapi pada demam tifoid untuk menurunkan suhu dan menghilangkan
gejala demam. Terapi lain yang juga dapat diberikan pada demam tifoid
tanpa komplikasi adalah terapi suportif seperti pemeberian cairan (Saputra
ardian, 2021)
Pada minggu kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam. Saat
minggu ketiga, suhu berangsur angsur turun dan normal kembali pada
akhir minggu ketiga.
f. Kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak seberapa dalam,
apatis sampai somnolen, jarang terjadi spoor, koma atau gelisah
(kecuali bila penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan
pengobatan). Selain gejala gejala tersebut, mungkin dapat ditemukan
gejala lainnya seperti pada punggung dan anggota gerak dapat
ditemukan reseola (bintik bintik kemerahan karena emboli basil dalamkapiler
kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam),
kadang ditemukan juga bradikardi dan eptistaksis pada anak yang
lebih besar
g. Pemeriksaan fisik
1) Mulut: terdapat nafas yang berbau tidak sedap, bibir kering dan
pecah pecah (rageden), lidah tertutup selaput putih kotor (coated
tonge), sementara ujung dan tepinya berwarna kemerahan dan
jarang disertai tremor.
2) Abdomen: dapat ditemukan keadaan perut kembung
(meteorismus), bila terjadi konstipasi, diare atau normal.
3) Hati dan Limfe: membesar disertai dengan nyeri pada perabaan
h. Pemeriksaan laboratorium
1) Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia,
limfositosis relatif dan aneosinofilia pada permukaan sakit
2) Kultur darah (biakan empedu) dan widal
3) Biakan empedu basil salmonella typhosa dapat ditemukan dalam
darah pasien pada minggu pertama sakit. Sering ditemukan dalam
urine dan feses
4) Pemeriksaan widal, pemeriksaan yang diperlukan adalah liter zat
anti terhadap antigen O. Liter yang bernilai 1/200 atau lebih
merupakan kenaikan yang progresif
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI (2017), diagnosa keperawatan yang dapat terjadi
pada penderita demam thypoid adalah:
a. Hipertermia ditandai dengan suhu tubuh diatas nilai normal
b. Nyeri perut ditandai dengan peningkatan asam lambung
c. Defisit nutrisi ditandai dengan nafsu makan menurun, berat badan
menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
d. Resiko infeksi
e. Intoleransi aktivitas
3. Intervensi Keperawatan
5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien (hasil diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan (Nikmatur Rohmah & Saiful Walid, 2014).
Melalui kegiatan evaluasi, kita dapat menilai capaian tujuan yang diharapkan
dan tujuan yang telah dicapai oleh keluarga. Apabila tercapai sebagian atau
timbul masalah keperawatan baru, kita perlu melakukan pengkajian lebih
lanjut, memodifikasi rencana, atau mengganti dengan rencana yang lebih
sesuai dengan kemampuan keluarga. Evaluasi disusun menggunakan SOAP
dimana:
S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara
subjektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat
menggunakan pengamatan yang objektif.
A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif
dan objektif.
P : Perencanaan lanjutan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Levani, Y., & Prastya, A. D. (2020). Demam Tifoid: Manifestasi Klinis, Pilihan Terapi
Dan Pandangan Dalam Islam. Al-Iqra Medical Journal : Jurnal Berkala Ilmiah
Kedokteran, 3(1), 10–16. https://doi.org/10.26618/aimj.v3i1.4038
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta:
Mediaction.
Rohmah, Nikmatur & Saiful Walid. 2014. Proses Keperawatan: Teori & Aplikasi.
Jogjakarta. Ar-Ruzz Media.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria hasil Kepreawatan. Jakarta: Dewan Pengurus
PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI