Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN

DENGAN ANEMIA DI RUANG ANTURIUM RUMAH SAKIT


DR. SOEBANDI JEMBER

oleh:
Ihda Nur Afifah
NIM 202311101031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

1. KONSEP DASAR ANEMIA


1.1 Anatomi fisiologi

Gambar 1. Komponen darah


Darah merupakan cairan yang terdapat pada pembuluh darah yang
memiliki fungsi sebagai transportasi oksigen, karbohidrat, metabolit,
mengatur keseimbangan asam basa, mengatur suhu tubuh, tdan
transportasi hormon. Darah daoat mengalir pada pembuluh darah
karena pompa jantung (Syaifuddin,2013). Fungsi dari darah yaitu:
1. Sebagai pengangkut
a. Respirasi : oksigen dan karbondioksida diangkut oleh
hemoglobin dalam sel darah merah dan plasma darah yang
kemudian terjadi pertukaran gas di paru – paru
b. Mempertahankan keseimbangan elektrolit, air, asam basa dan
berperan dalam homerostasis
c. Nutrisi : darah membawa nutrisi yang diabsorbsi di usus,
kemudian dibawa plasma ke hepar dan jaringan tubuh dan
dapat digunakan sebagai metabolisme
2. Sebagai pertahanan tubuh akan bahaya mikroorganisme yaitu dari
sel darah putih (leukosit)
3. Pertahanan saat terjadi cedera atau trauma yang merupakan fungsi
trombosit dalam pembekuan darah
4. Mempertahankan termoregulasi tubuh yaitu membawa panas yang
disirkulasi di dalam tubuh.
Komponen dari darah yaitu:
1) Sel darah merah (eritrosit)
Eritrosit memiliki bentuk biokonkaf atau seperti cakram, tidak
memiliki inti, warna kuning kemerahan, dan kenyal. Eritrosit
mengandung hemoglobin yang dapat mengikat O2. Sel
hemoglobin dalam eritrosit yang normal memiliki jumla rata – rata
15 gram dan tiap gram dapat mengikat 1,39 ml oksigen. Sel darah
merah diproduksi oleh sumsung tulang belakang kedalam
pembuluh darah dan memiliki usia 120 hari.
2) Hemoglobin
Hemoglobin merupakan protein yang terdapat di dalam sel darah
merah yang dapat mengikat oksigen. Dengan adanya hemoglobin
maka oksigen dapat didistribusi dengan baik dari paru-paru ke
seluruh tubuh. Pembentukan hemoglobin membutuhkan zat besi,
yang mana jumlah zat besi yang diperlukan oleh tubuh sekitar 4 -5
gram dalam 100 cc darah dan 65% dari jumlah tersebut digunakan
untuk pembentukan hemoglobin. Hemoglobin dalam darah apabila
mengalami pemecahan akan di fagosit oleh sel – sel retikulosit.
1.2 Definisi
Anemia merupakan suatu kondisi dimana jumlah konsentrasi
hemoglobin lebih rendah dari normal dan kuranngnya jumlah eritrosit
di dalam sirkulasi darah sehingga jumlah oksigen yang dikirimkan ke
jaringan tubuh juga berkurang (Nidianti dkk, 2019). Anemia bukan
merupakan kondisi penyakit khusus melainkan suatu tanda adanya
gangguan yang mendasari ( Brunner & Suddarth, 2014).
1.3 Etiologi
Penyebab terjadinya anemia yaitu sebagai berikut:
1) Kehilangan darah
Anemia dapat disebabkan akibat kehilangan darah seperti kondisi
pasca trauma, gangguan menstruasi, wasir, kanker, peradangan.
Anemia akibat kehilangan ini dapat terjadi dalam waktu yang lama
atau seketika.
2) Peningkatan kecepatan kerusakan sel darah merah (hemolisis)
Sel darah merah yang normal dapat hidup sekitar 120 hari sebelum
akhirnya hancur dan digantikan oleh sel darah merah yang baru.
Anemia dapat terjadi saaat sel darah merah hancur sebelum
waktunya atau anemia hemolitik. Kondisi ini dapat disebabkan
oleh keturunan, gangguan sistem imun seperti Lupus
Eritermatosus, defisiensi glukosa 6 fosfat dehidrogenase, zat kimia
dan obat – obatan, infeksi, transfusi darah yang tidak cocok.
3) Penurunan produksi sel darah merah
Kondisi ini terjadi saat sumsum tulang berlakang tidak mampu
memproduksi sel darah merah dalam jumlah yang cukup. Produksi
sel darah merah tergantung pada kondisi sumsum tulang belakang,
ketersediaan nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah
yaitu protein, vitamin B12, asam folat, dan zat besi, dan
ketersediaan hormon (hormon eritropioetin, hormon tiroid) yang
cukup untuk memproduksi sel darah merah.
1.4 Klasifikasi
Klasifikasi anemia yaitu:
1) Anemia akibat pendarahan
Anemia jenis ini terjadi saat tubuh kehilangan darah pada jumlah
yang banyak sehingga terjadi penurunan kadar eritrosit dan
hemoglobin
2) Anemia defisiensi zat besi
Anemia ini merupakan jenis anemua akibat kekurangan zat besi
dalam darah untuk memproduksi sel darah. Berdasarkan WHO
anaemia defisiensi zat besi dapat diagnosis dengan krtiteria Kadar
Hb kurang dari normal sesuai usia, konsentrasi Hb eritrosit rata-rata
<31%, kadar Fe serum <5µg/dl.
3) Anemia defisiensi vitamin
Kondisi ini terjadi saat tubuh kekurangan asupan vitamin yang
memiliki peran penting dalam pemberntukan sel darah merah
4) Anemia aplastik
Kondisi ini terjadi saat tubuh produksi sel darah merah menurun.
Hal ini akibat adanya kerusakan atau kelainan pada sumsung
tulang.
5) Anemia sel sabit
Jenis anemia ini termasuk anemia akibat keturunan. Hal ini
disebabkan oleh adanya kerusakan genetik pada gen pembentuk
hemoglobin dalam darah. Mutasi gentik ini mengakibatkan sel
darah merah yang diprosuksi berbentuk sel sabit.
6) Anemia Thalasemia
Jenis ini juga disebabkan oleh faktor genetika yang membuat
bentuk hemoglobin tidak normal sehingga sel darah merah tidak
dapat berfungsi dengan baik dan tidak membawa cukup oksigen
7) Anemia defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD)
Anemia jenis ini juga disebabkan faktor genetika dimana sel darah
merah kehilangan senzim G6PD yang menyebabkan sel darah
merah mudah rusak dan mati.
8) Anemia Hemolitik autoimun (AHA)
Kondisi ini belum diketahui secara pasti tetapi terdapat dugaan
bahwa sistem kekebalan tubuh keliru dalam mengenali sel darah
merah sehingga bereaksi untuk menyerang dan menghancurkannya.
9) Anemia gravis
Anemia jenis ini merupakan anemia yang berat dengan ditandai
kadar hemoglobin yang sangat rendah yaitu kurang dari 8 gr/dl,
sehingga penderintanya membutuhkan trasnfusi darah, gejala yang
dialami yaitu sesak napas, lemas, jantung berdebar, pusing, pucat
dan akral dingin.
1.5 Tanda dan gejala
Tanda dan gejala anemia (Freeman dkk, 2020) yaitu :
1) 5L ( lesu, lemah, letih, lelah, lunglai)
2) Sering mengeluh pusing
3) mata berkunang
4) Kulit pucat
5) Takikardi
6) Akral dingin
7) Dyspnea
1.6 Patofisiologi
Anemia dapat terjadi karena disebabkan oleh tiga hal yang pertama
yaitu kehilangan darah yang berlebibihan yang diakibatkan oleh
trauma, kelainan menstruasi, penyakit kronis. Kedua adalah kerusakan
sel darah merah yang cepat yang diakibatkan oleh kurangnya Fe,
viatamin, dan asam folat sehingga tubuh tidak mampu terbentuk
dengan sempurna sehingga eritrosit mudah pecah dan rapuh. Yang
ketiga yaitu anemia yang disebabkan penurunan produksi eritrosit
yang disebabkan oleh adanya keganasan yang menyebabkan depresi
pada sumsum tulang belakang sehingga pembentukan eritrosit
terganggu. Selain itu juga, gangguan pada fungsi ginjal yang
menyebabkan produksi hormon eritropoetin terganggu sehingga
produksi sel darah merah di sumsung tulang menurun.
Anemia dapat menyebabkan penurunan transportasi oksigen ke
tubuh sehingga terjadi gangguan perfusi perifer. Akibat dari
kurangnya O2 dalam darah terjadi penumpukan asam laktat pada
jaringan yang dapat menyebabkan kelemahan. Selain itu , aliran darah
ke gastrointerstinal menurun yang dapat mengakibatkan peristaltik
usus menurun dan terjadi mual muntah sehingga nutrisi berkurang. .
1.7 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada penderita anemia meliputi:
1) Tes darah lengkap
Membutuhkan sampel darah untuk dilakukan pemeriksaan darah
lengkap di laboratorium. Pengambilan sampel darah ini dilakukan
oleh tenanga medis dari pembuluh darah vena. Pemeriksaan darah
lengkap pada penderita anemia menunjukkan hasil yaitu:
a) Kadar eritrosit rendah
Kadar eritrosit rendah menunjukkan hasil pemeriksaan
laboratorium yaitu:
a. < 4,3 – 5,6 juta/mcl pada pria
b. < 3,9 – 5,1 juta/mcl pada wanita
b) Kadar hemoglobin rendah
Kadar hemoglobin rendah menunjukkan:
a. < 13, 5 – 18, 0 gr/dl untuk laki – laki
b. < 12,0 – 15,0 gr/dl untuk perempuan
c) Indeks sel darah merah
Pemeriksaan indeks sel darah merah untuk mengetahui terkait
ukuran sel darah merah dan kadar hemoglobi sehingga dokter
dapat menentukan jenis anemia. Nilai indeks sel darah merah
berdasarkan jenis anemia (Turner, 2020) yaitu:
a. MCV (<80 fl)
- Defisiensi zat besi
- Thalasemia
- Sideroblastik anemia
b. MCV (90 – 100 fl)
- Gagal ginjal
- Anemia aplastik
- Myeolofibrosis
- Multiple myeloma
c. MCV (>100 fl)
- Defisiensi b12 dan asam folat
- Hipotiroidisme
- Penyakit hati
- Pengguna obat – obatan
2) Tes apusan darah tepi
Tes apusan darah tepi dilakukan untuk menilai morfologi sel yaitu
eritrosit, leukosit dan trombosit. Tes ini dapat mengetahui jumlah
dan jenis leukosit, estimasi jumlah trombosit dan mengidentifikasi
adanya parasit. Dari pemeriksaan ini dapat diketahui keabnormalan
dari sel darah sehingga dapat mendiagnosis jenis anemia yang
dialami (Ardina dan Rosalinda, 2018).
3) Indeks retikulosit
Pemeriksaan indeks retikulosit dilakukan untuk mengetahui nilai
produksi eritrosit dari sumsung tulang. Biasanya pemeriksaan ini
untuk mendiagnosis anemia aplastik dimana jumlah kadar
retikulosit yang rendah (Deby, 2015). Sedangkan apabila kadar
retikulosit meningkat mengindikasikan adanya hiperprofliferasi
sumsum tulang. Nilai indeks produksi retikulosit yaitu:
a. Meningkat apabila RP1 (reticulocyte production index) > 2
b. Menurun apabila RPI < 2
c. Normal apabila RP1 = 1
1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk anemia yaitu:
1) Pemeriksaan darah secara berkala
Pemeriksaan darah secara berkala di laboratorium sebagai langkah
pencegahan sehingga dapat diketahui adanya anemia atau penyakit
yang dapat berisiko terjadinya anemia sedini mungkin.
2) Menjaga diet seimbang
Menjaga diet seimbang atau mengonsumsi suplemen sesuai
anjuran dokter seperti suplemen zar besi sehingga kebutuhan
tubuh terhadap zat gizi yang diperlukan dalam pembentukan sel
darah merah dapat terpenuhi.
3) Terapi zat besi
Pada anemia defisiensi zat besi pengobatan terdiri atas (Amalia
dan Agustyas, 2016):
1. Terapi zat besi oral
Terapi zat besi oral merupakan metode terapi yang paling
umum digunakan untuk memenuhi kebutuhan zat besi. Dosis
zat besi ini diberikan tergantung pada usia klien, defisit zat
besi, dan kemampuan penderita untuk mentoleransi efek
samping. Efek samping dari terapi zat besi oral diantaranya
yaitu sembelit dan tinja berwarna hitam. Setelah dilakukan
terapi zat besi oral ini umumnya kadar hemoglobin (hb) akan
kembali normal dalam 6 - 8 minggu (Turner, 2020).
2. Terapi zat besi intramuscular atau intravena
Terapi zat besi ini dapat dipertimbnangkan apabila respon
terapi oral tidak berjalan dengan baik. Efek samping dari terapi
ini adalah demam, , mual, urtikaria, hipotensi, nyeri kepala,
lemas, artragia, bronkospasme sampai relaksi anafilaktik. ,
mual, urtikaria, hipotensi, nyeri kepala, lemas, artragia,
bronkospasme sampai relaksi anafilaktik.
4) Transfusi darah
Transfusi darah diberikan apanila gejala anemia dapat berisiko
terjadinya gagal jantung yaitu dengan kadar Hb 5 -8 g/dl.
Komponen darah yang diberikan berupa suspensi eritrosit (PRC)
yang diberikan secara serial dengan tetesan lambat.
2. POHON MASALAH

Gangguan produksi Trauma, gangguan Kekurangan Fe,


Neoplasma menstruasi, vitamin dan
hormon eritropoetin
keganasan asam folat
Depresi pada
Penurunan
sumsun tulang
pemberntukan sel Pendarahan Eritrosit tidak
belakang
darah merah berlebihan terbentuk
sempurna dan
Gangguan rapuh
pembentukan Kehilangan
eritrosit darah

Produksi eritrosit menurun

Anemia

Kurang Merangsang
HB saraf simpatis
terpapar
informasi

Penurunan Aliran darah


Akra dingin,
transpor O2 ke ke GI
Defisit pucat
jaringan
pengetahuan
Peristaltik
Hipoksia sel usus menurun
Perfusi jaringan
perfusi tidak dan jaringan
efektif
Regurgitasi
Metabolisme
anaerob
Mual muntah

Penumpukan
Anoreksia
asam laktat pada
jaringan
BB menurun
Kelelahan

Defisit nutrisi
Intoleransi
aktivitas
3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Data demografi
Pengkajian data demografi yang perlu dikaji identitas klien serta orang tua
yaitu meliputi nama, tanggal lahir, usia, alamat, agama, suku, pendidikan,
pekerjaan dan
2. Keluhan utama
Klien mengalami 5 L (lesu, lemah, letih, lelah, lunglai), pucat, akral
dingin,
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang yaitu meliputi sebelum klien dibawa ke Rumah
Sakit dan tindakan apa yang telah dilakukan.
4. Riwayat penyakit keluarga
Identifikasi riwayat penyakit keluarga seperti penyakit turunan pada
keluarga yang memiliki penyakit serupa seperti penderita thalasemia,
lupus, autoimun.
5. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yaitu meliputi :
a. Keadaan umum yaitu tanda – tanda vital yaitu tekanan darah, nadi,
respiratory rate, suhu tubuh:
b. pemeriksaan fisik head to toe yaitu:
1) Kepala dan leher
Kaji adanya benjolan, lesi, jejas, warna rambut, nyeri tekan,
kesimetrisan, warna kulit, warna bibir apakah terdapat sianosis
2) Dada
Pernafasan
Pengkajian meliputi inspeksi dengan melihat pengembangan dada
apakah simetris, palpasi adanya benjolan, nyeri tekan, dan
pembengkakakn, perkusi batas paru – paru, dan auskultasi suara napas,
apakah terdapat peningkatan respiratory rate
Kardiovaskular
Pengkajian meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi pada
sistem kardiovaskular. Pengkajian meliputi inspeksi dengan melihat
pengembangan dada apakah simetris, adanya iktus kordis atau tidak,
kekuatan nadi, palpasi adanya benjolan, nyeri tekan, dan
pembengkakakn, perkusi batas jantung, dan auskultasi denyut jantung.
3) Sistem saraf
Kaji adanya gangguan pada sistem neurologis
4) Abdomen
Inpeksi adanya pembesaran pada perut bagian bawah, palpasi adanya
nyeri tekan, pembengkakan hepar dan lien
5) Ekstremitas
Kaji adanya kelemahan, perubahan massa otot dan juga kekuatan otot.
kaji kelainan pada tulang, dan CRT<2 detik, pada penderita anemia
akral dapat teraba dingin atau hangat, kulit kering, dan pucat.
6) Genetalia
Kaji adanya pendarahan pervagina, menorrhagia.
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yaitu cek darah lengkap untuk mengetahui kondisi
terkait akibat anemia yaitu:
a. Sel darah merah
1) < 4,3 – 5,6 juta/mcl pada pria
2) < 3,9 – 5,1 juta/mcl pada wanita
b. Hemoglobin
1) < 13, 5 – 18, 0 gr/dl untuk laki – laki
2) < 12,0 – 15,0 gr/dl untuk perempuan
3.2 Diagnosa keperawatan

D.0015 Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi


hemoglobin d.d akral dingin, crt<2detik, hipotermia

D.0032 Defisit Nutrisi b.d penurunan kerja gastrointestinal d.d berat


badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal, nafsu
makan menurun, serum albumin turun
D.0056 Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan d.d memgeluh lelah,
frekuensi jantung meningkat >20% dari konsisi istirahat.
D.0111 Defisit pengetahuan tentang anemia b.d kurang terpapar
informasi d.d menanyakan masalah yang dihadapi,
menunjukkan persepsi yang keliru
3.3 Nursing care plan (NCP)

N Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Keperawatan


O keperawatan
(SLKI) (SIKI)
(SDKI)

1 Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan tindakan Pematauan tanda vital (I.02060)
efektif b.d penurunan keperawatan .... x 24 jam diharapkan 1. Jelaskan tujuan pemantauan
risiko gangguan sirkulasi spontan dapat
konsentrasi 2. Monitor tekanan darah
teratasi dengan KH:
hemoglobin d.d akral 3. Montor nadi
Sirkulasi Spontan (L.02015)
dingin, crt<2detik, 4. Monitor RR
hipotermia No Indikator Tujuan
1 2 3 4 5 5. Monitor suhu tubuh
1 Warna  6. Monitor oksimetri
kulit
pucatn 7. Dokumentasikan hasil pemantauani
2 Denyut 
nadi Perawatan Sirkulasi (I.02079)
perifer
3 Akral  1. Periksa sirkulasi perifer
2. Identifikasi faktor risiko gangguan perifer
3. Hindari pengukuran tekanan darah pada
ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
4. Lakukan pencegahan infeksi
5. Lakukan hidrasi
Transfusi darah (1.02089)
1. Identifikasi rencana transfusi
2. Jelaskan tujuan dan prosedur transfusi
3. Monitor TTV sebelum transfusi
4. Lakukan pengecekan ganda
5. Berikan transfusi
6. Monitor reaksi transfusi

2 Defisit Nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi (I.03119):


penurunan kerja keperawatan .... x 24 jam diharapkan
1. Identifikasi status nutrisi
gastrointestinal d.d nutrisi dapat membaik dengan KH:
2. Monitor berat badan
berat badan menurun
Status Nutrisi (L.03030) 3. Fasilitasi menentukan pedoman diet
minimal 10%
4. Berikan makanan sesuai diet
dibawah rentang No Indikator Tujuan
1 2 3 4 5 5. Ajarkan diet yang diprogramkan
ideal, nafsu makan
1 Berat  6. Kolaborasi dengan ahli gizi
menurun, serum
badan
albumin turun 2 IMT 
3 Nafsu 
makan
3 Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi (I.05178)
b.d kelemahan d.d keperawatan .... x 24 jam diharapkan 1. Monitor kelelahan fisik dan emosional
intoleransi aktivitas dapat teratasi dengan
memgeluh lelah, 2. Sediakan lingkungan yang nyaman
KH:
frekuensi jantung 3. Anjurkan tirah baring
Toleransi aktivitas (L.05047) 4. Anjurkan untuk menghubungi perawat jika tanda
meningkat >20% dari
dan gejala kelelahan tidak berkurang
konsisi istirahat. No Indikator Tujuan 5. Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya
1 2 3 4 5
1 Frekuensi 
nadi
2 Keluhan 
lelah
5 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan (I.12383):
tentang anemia b.d keperawatan .... x 24 jam diharapkan
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
kurang terpapar pengatahuan bertambah dengan KH:
informasi
informasi d.d
Tingkat penegtahuan (L.12111)
menanyakan masalah 2. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
yang dihadapi, No Indikator Tujuan
1 2 3 4 5 3. Jadwalkan pendidikan kesehatan
menunjukkan persepsi
1 Perilaku 
yang keliru 4. Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
sesuai
kesehatan
anjuran
2 Persepsi 
yang keliru
3 perilaku 
sesuai
dengan
pengetahuan
3.2 Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan pada ibu dengan persalinan yaitu sesuai
dengan intervensi keperawatan yang meliputi tindakan observasi, terapeutik,
edukasi, dan juga kolaborasi dan melakukan pendokumentasian setelah
melakukan implementasi sebagai bukti tindakan.
3.3 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan menggunakan SOAP untuk
mengetahui apakah tujuan dari perencanaan telah tercapai (Sitanggang,
2019).
DAFTAR PUSTAKA

Amalia dan Tjiptaningrum. 2016. Diagnosis dan Tatalaksana Anemia Defisiensi Besi.
Majority.

Ardina dan Rosalinda. 2018. Morfologi Eosinofil Pada Apusan Darah Tepi Menggunakan
Pewarnaan Giemsa, Wright, Dan Kombinasi Wright-Giemsa. Jurnal Surya
Medika.

Brunner & Suddarth. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 2. Jakarta :
EGC

Deby. 2015. Indeks Produksi Retikulosit Sebagai Diagnosis Dini Anemia Aplastik.
Majority.

Freeman, Rau dan Morando. 2020. Anemia Screening. StatPearls.

National Health Service UK. 2018.. Health A to Z. Red Blood Cell Count.

Nidianti dkk. 2019. Pemeriksaan Kadar Hemoglobin dengan Metode POCT (Point of
Care Testing) sebagai Deteksi Dini Penyakit Anemia Bagi Masyarakat Desa
Sumbersono, Mojokerto. Jurnal Surya Masyarakat.

Sitanggang. 2019, Tujuan Evaluasi Dalam Keperawatan.


Https://Osf.Io/Pfx9n/Download/?Format=Pdf#:~:Text=Evaluasi%20dalam
%20keperawatan%20merupakan%20kegiatan%20dalam%20menilai%20tindakan
%20keperawatan%20yang,Mengukur%20hasil%20dari%20proses
%20keperawatan. (Diakses Pada Tanggal 2 Februari 2021)

Syaifuddin. 2013. Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta: EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indoneisa. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI

Turner, Jake. 2020. Anemia. StatPearls.

Anda mungkin juga menyukai