Anda di halaman 1dari 9

Nama : Jesslyn Siona

NIM : 1861050111
Kelompok : 1A

1. Definisi Anemia

Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah
normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka
mengangkut oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian
tubuh. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut
oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh.

(Arif Mansjoer. dkk, 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, Media Aes Cv

Lapius FKUI)

2. Klasifikasi Anemia
Bds Morfologi

1. Anemia defisiensi besi (62,3%)

Anemia jenis ini berbentuk normositik dan hipokromik di sebabkan oleh kurang
gizi (malnutrisi), kurang zat besi dalam diet, malabsorpsi, kehilangan darah
yang banyak (persalinan yang lalu, haid, dll)

2. Anemia megaloblastik (29,0%)

Anemia ini berbentuk makrositik, penyebabnya adalah kekurangan asam folik


dan kekurangan vitamin B12 tetapi jarang terjadi.

3. Anemia anemia hipoblastik (8,0%)

Anemia jenis ini di sebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel-
sel darah merah baru. Untuk itu di perlukan pemeriksaan :

ii
a) Darah tepi lengkap

b) Pemeriksaan fungsi sterna

c) Pemeriksaan retikulosit, dll

4. Anemia hemolitik (0,7%)

Anemia jenis ini di sebabkan penghancuran/pemecahan sel darah nerah yang


lebih cepat dari pembuatannya.

Etiologi anemia
1. Berdasarkan ukuran sel darah merah ( Varney H,2006.;h.624)

a) Anemia mikrositik (penurunan ukuran sel darah merah)

1) Kekurangan zat besi

2) Talasemia (tidak efektifnya eritropoiesis dan meningkatnya hemolisis


yang mengakibatkan tidak ade kuatnya kandungan hemoglobin)

3) Ganguan hemoglobin E (jenis hemoglobin genetik yang banyak di


temukan di Asia Tenggara)

4) Keracuanan timah

5) Penyakit kronis (infeksi, tumor)

b) Anemia normositik (ukuran sel darah merah normal)

1) Sel darah merah yang hilang atau rusak meningkat

Kehilangan sel darah merah akut.

2) Gangguan hemolisis darah

(a) Penyakit sel sabit hemoglobin (sickle cell disease)

(b) Ganggauan C hemoglobin

(c) Sterocitosis banyak di temukan di eropa utara


ii
(d) Kekurangan G6PD (glucose-6-phosphate dehi-drogenase)

(e) Anemia hemolitik (efek samping obat)

(f) Anemia hemolisis autoimun

3) Penurunan produksi sel darah merah

(a) Anemia aplastik (gagal sumsum tulang belakang yamg mengancam


jiwa)

(b) Penyakit kronis (penyakit hati, gagal ginjal, infeksi, tumor)

4) Ekpansi berlebihan volume plasma pada kehamilan dan hidrasi


berlebihan

c) Anemia makrositik (peningkatan ukuran sel darah merah)

1) Kekurangan vitamin B12

2) Kekurangan asam folat

3) Hipotiroid

4) Kecanduan alkohol

5) Penyakit hati dan ginjal kronis

2. Penyebab anemia pada kehamilan (Cunningham G,2005;h.1464)

a) Anemia defisiensi besi

b) Anemia akibat kehilangan darah akut

c) Anemia pada peradangan atau keganasan

(Buku penyakit anemia /24 Nopember,2011)

3. Patofisiologi Anemia

ii
Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung

( )

4. Pembentukan Hb

Biosintesis Hb diawali dengan pembentukan molekul heme yang secara umum


berlangsung pada sel-sel perkusor eritroid di dalam sumsum tulang atau kurang lebih
sekitar 85% dari total keseluruhan, sedangkan mayoritas sisanya berlangsung di
dalam sel-sel hepatosit yang terdapat pada hepar.

Biosintesis heme dapat dibagi ke dalam 5 tahapan fungsional yaitu,

1) Pembentukan unit pirol monomer,


2) Kondensasi empat unit pirol untuk membuat polimer siklik,
3) Modifikasi rantai samping,
4) Oksidasi cincin untuk membentuk sistem ikatan rangkap terkonyungasi,
5) Pemasukan zat besi.

(Harper : Biokimia)

5. Gejala Anemia

ii
Selain itu terdapat gejala anemia ( kurang darah )yang paling sering di tunjukka
antara lain sebagai berikut :
1. Kulit Wajah terlihat Pucat
Penderita anemia biasanya jelas terlihat pada wajah dan kulit yang terlihat
pucat.
2. Kelopak Mata Pucat
Selain wajah kelopak mata pasien yang mengalami kurang darah juga
terlihat pucat. ini merupakan salah satu gejala umum anemia. pemeriksaan
biasanya dilakukan dengan cara meregangkan kelopak mata. dan melihat warna
kelopak mata bagian bawah.

3. Ujung Jari Pucat


Dengan cara menekan ujung jari, normal nya setelah di tekan daerah tersebut
akan berubah jadi merah. Tetapi, pada orang yang mengalami anemia, ujung jari
akan menjadi putih atau pucat.
4. Terlalu Sering dan mudah lelah
Hal ini terjadi karena pasokan energi tubuh yang tidak maksimal akibat
kekurangan sel-sel darah merah yang berfungsi sebagai alat transportasi alami
didalam tubuh.
5. Denyut Jantung menjadi tidak teratur
Denyut jantung yang tidak teratur, terlalu kuat dan memiliki kecepatan irama
denyut jantung yang tidak normal. hal ini terjadi sebagai akibat tubuh
kekurangan oksigen. sehingga jantung berdebar secara tidak teratur. pemeriksaan
ini hanya bisa dilakukan oleh petugas kesehatan.
6. Sering merasa Mual
Biasanya penderita anemia sering mengalami Mual pada pagi hari. hampir
sama seperti tanda-tanda kehamilan. mual pada pagi hari biasa disebut dengan
Morning sickness.
7. Sakit kepala
Salah satu dampak kekurangan sel darah merah yaitu otak menjadi
kekurangan Oksigen. sehingga menyebabkan nyeri pada kepala. karena inilah
penderita Anemia sering mengeluh sakit kepala.
8. Kekebalan tubuh menurun

ii
Kekebalan tubuh / sistem pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun dan
biasanya penderita anemia sangat mudah terkena penyakit lain sebagai akibat
melemahnya imun tubuh.
9. Sesak napas
Penderita Anemia sering kali merasa sesak nafas dan merasa terengah-engah
ketika melakukan aktivitas, hal ini terjadi karena kurangnya oksigen didalam
dalam tubuh, akibat kurangnya sel darah merah.

Beberapa faktor resiko lain seperti :


1 Faktor dari keturunan
2 kurangnya asupan zat gizi
3 penyakit dan gangguan usus serta operasi yang berkaitan dengan usus
kecil.
4 Pendarahan Menstruasi yang berlebihan.
5 Kehamilan.
6 penyakit kronis seperti penyakit kanker , dan gagal ginjal

(Undip, 2010)

6. Faktor Risiko Anemia

Hipotensi yaitu peningkatan tekanan darah yang rendah


Organomegali yaitu pembersaran organ pada hati, limpa
Thallasemia, anemia sel sabit dengan ulkus kaki mjd nekrosis jaringan
Jaundice
Neurologic care berkaitan dengan kurangnya vitamin B12

(dr. Erida Manulu, Sp. PK, 2019)

7. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Anemia

Hb (Kadar Hemoglobin)
1. Nilai Hb normal

ii
a) Pria : 13.8 - 17.2 gram/dl
b) Wanita : 12.1 – 15.1 gram/dl

2. Nilai Hb anemia
a) Pria : <13.8 – 17.2 gram/dl
b) Wanita : <12.1 – 15.1 gram/dl

Ht (Hematokrit)
:  Proporsi sel darah merah dengan volume semua komponen darah
Nilai normal:
•Pria : 40% - 50 % SI unit : 0,4 - 0,5
•Wanita : 35% - 45% SI unit : 0.35 - 0,45

Indeks Eritrosit
1.Mean Corpuscular Volume (MCV) = Volume Eritrosit Rata-rata (VER): 
   volume rata-rata sebuah eritrosit dalam femtoliter (Fl)
Cara Perhitungan :
MCV (VER) = Nilai Hematokrit (Hmt) /Jumlah Eritrosit (AE) X 10 Fl

Nilai Normal : 82-92 Fl

Interpretasi Hasil :
Penurunan MCV (VER) terjadi pada pasien anemia mikrositik, Defisiensi besi,
arthritis   rheumatoid, talasemia, anemia sel sabit, HBC, keracunan timah, dan radiasi.
Peningkatan MCV (VER) terjadi pada pasein

Peningkatan MCV terjadi pada anemia aplastik, anemia hemolitik, anemia pernisiosa,
anemia defisiensi asam folat, penyakit hati kronis, hipotiroidisme, efek obat vitamin
B12, antikonvulsan, dan antimetabolik

2. Mean Corpuscular Haemoglobin (MCH)  = Hemoglobin Eritrosit Rata-rata (VER)


    Banyaknya hemoglobin pereritrosit dalam Pikogram (Pg)
   
    Cara Perhitungan :
    MCH (HER) = Kadar HB (g%)/Jumlah Eritrosit (AE) X 10 Pg

  Nilai Normal : 27-31 Pg

  Interpretasi Hasil :
  Penurunan MCH (HER) terjadi pada anemia mikrositik, dan anemia hipokromik
  Peningkatan MCH (HER) terjadi pada anemia defisiensi besi

3.  Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration  (MCHC) = Konsentrasi Hemoglobin


Eritrosit     Rata-rata (KHER)

ii
Konsentrasi/kadar hemoglobin yang didapat pereritrosit, dinyatakan dalam persen
(%). Meskipun dinyatakan dalam persen (%), satuan lebih lebih tepat “gram
hemoglobin per dl eritrosit”.

Cara Perhitungan :
     MCHC (KHER) = Kadar HB (g%)/ Nilai Hematokrit (Hmt) X 100
    
     Nilai Normal : 32- 37 %

     Interpretasi Hasil :
     Penurunan MCHC terjadi pada anemia hipokromik dan talasemia
     Peningkatan MCHC terjadi pada penderita defisiensi zat besi

RDW (Red Cell Distribution Width)


: Suatu hitungan matematis yang menggambarkan jumlah anisositosis (variasi
ukuran sel) dan pada tingkat tertentu menggambarkan.
Normal : 10.0 – 15.0 H %
RDW rendah menunjukan adanya anemia pada penderita.

Kesimpulan : Hb, Ht, Indeks eritrosit dan RDW rendah menunjukan anemia

Retikulosit
: Hanya terdapat penderita anemia, kadar jumlah 0.8 – 1.5 %, tergantung derajat
anemia penderita.

(WHO.2008)

8. Penanganan Anemia

Pemberian suntikan untuk menghentikan pendarahansepertivitmin B12 atau B


kompleks. 

Mengonsumsi bahan makanan sumber utama zat besi, asamfolat, vitamin B6, dan


vitamin B12 seperti daging dan sayuransesuai kecukupan gizi yang dianjurkan.

Melakukan tes laboratorium untuk mengetahui kandungan B12dalam darah sehingga


bisa membedakan antara anemia biasadengan anemia pernicious

Bila ternyata kadar vitamin B12normal, maka dapat dilakukan pemberian asam folat
dengandosis 0,1-1,0 mg/hari.

ii
Mengkonsumsi Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah
merah.

Selebihnya merupakan akibat dari beragamkondisi seperti perdarahan, kelainan


genetik, penyakit kronik,keracunan obat, dan sebagainya.

Menghindari situasikekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen.

(Undip, 2011)

ii

Anda mungkin juga menyukai