Anda di halaman 1dari 22

A.

Konsep Medis
1. Definisi Anemia
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau
hitung eritrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas
pengangkutan oksigen oleh darah. Tetapi harus di ingat pada keaadaan
tertentu dimana ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa
eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan akut, dan kehamilan. Oleh
karen itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya sampai kepada label
anemia tetapi harus dapat ditetapkan penyakit dasae yang menyebabkan
anemia tersebut. (Nurarif & Kusuma, 2016)
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan/atau hitung
eritrosit lebih rendah dari normal. Dikatakan anemia bila Hb <14 g/dl dan
Ht <41% pada pria atau Hb <12 g/dl dan Ht <37% pada wanita. (Zahroh &
Istiroha, 2019)
2. Etiologi
Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri (disease entit),
tetapi merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar (underlying
disease). Pada dasarnya anemia disebabkan oeh karena
a. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang
b. Kehilangan darah keluar tubuh
c. Proses penghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya
(hemolisis)
Gambaran lebih rinci tentang etiologi anemia sebagai berikut :
Klasifikasi anemia menurut Etiopatgenesis
a. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang
1) Kekurangan bahan esensial pembentukan eritrosit
a) Anemia defisiensi besi
b) Anemia defisiensi asam folat
c) Anemia defisiensi vitamin B12
2) Gangguan penggunaan (utilisasi) besi
a) Anemia akibat penyakit kronik
b) Anemia sideroblastik
3) Kerusakan sumsum tulang
a) Anemia aplastik
b) Anemia mieloptisik
c) Anemia pada keganasan hematologi
d) Anemia diseritropoietik
e) Anemia pada sidrom mielodisplastik
f) Anemia akibat kekurangan eritropoetin: anemia pada gagal
ginjal kronik

b. Anemia akibat hemoragi


1) Anemia pasca perdarahan akut
2) Anemia akibat perdarahan kronik
c. Anemia hemolitik
1) Anemia hemolitik intrakorpuskular
a) Gangguan membran eritrosit (membranopati)
b) Gangguan enzim eritrosit (enzimipati)
c) Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati)
(1) Thalassemia
(2) hemoglobinopati struktural: HbS, HbE, dillar
2) Anemia hemolitik ekstrakorpuskular
a) Anemia hemolitik autoimun
b) Anemia hemolitik mikroangiopatik
c) Lain-lain
d. Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan patogenesis
yang komplek.
Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi dan etiologi
a. Anemia hipokromik mikrositer, bila MCV <80 fl dan MCH <27 pg
1) Anemia defisiensi besi
2) Thalassemia major
3) Anemia akibat penyakit kronik
4) Anemia sideroblastik
b. Anemia normokromik normositer, bila MCV 80-95 fl dan MCH 27-34
pg
1) Anemia paska perdarahan akut
2) Anemia aplastik
3) Anemia hemolitik
4) Anemia akibat penyakit kronik
5) Anemia pada gagal ginjal kronik
6) Anemia pada sindrom mielodisplastik
7) Anemia pada keganasan hematologik
c. Anemia makrositer, bila MCV >95 fl
1) Bentuk megaloblastik
a) Anemia defisiensi asam folat
b) Anemia difisiensi B 12, termasuk anemia pernisosa
2) Bentuk non-megaloblastik
a) Anemia pada penyakit hati kronik
b) Anemia pada hipotiroidisme
c) Anemia pada sindrom mielodisplastik. (Nurarif & Kusuma,
2016)
3. Patofisiologi
Berdasarkan proses patofisiologi terjadinya anemia, dapat digolongkan
pada tiga kelompok
a. Anemia akibat produksi sel darah merah yang berkurang atau gagal
b. Anemia akibat penghancuran sel darah merah
c. Anemia akibat kehilangan darah
Anemia Akibat Produksi Yang Berkurang Atau Gagal Pada
Anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu sedikit
atau sel darah merah yang diproduksi tidak berfungsi dengan baik. Hal ini
terjadi akibat adanya abnormalitas sel darah merah atau kekurangan
mineral dan vitamin yang dibutuhkan agar produksi dan kerja dari eritrosit
berjalan normal. Kondisi kondisi yang mengakibatkan anemia ini antara
lain Sickle cell anemia, gangguan sumsum tulang dan stem cell, anemia
defisiensi zat besi, vitamin B12, dan Folat, serta gangguan kesehatan lain
yang mengakibatkan penurunan hormon yang diperlukan untuk proses
eritropoesis.
Anemia akibat penghancuran sel darah merah
Bila sel darah merah yang beredar terlalu rapuh dan tidak mampu
bertahan terhadap tekanan sirkulasi maka sel darah merah akan hancur
lebih cepat sehingga menimbulkan anemia hemolitik. Penyebab anemia
hemolitik yang diketahui atara lain:
a. Keturunan, seperti sickle cell anemia dan thalassemia
b. Adanya stressor seperti infeksi, obat obatan, bisa hewan, atau
beberapajenis makanan
c. Toksin dari penyakit liver dan ginjal kronis
d. Autoimun
e. Pemasangan graft, pemasangan katup buatan, tumor, luka bakar,
paparan kimiawi, hipertensi berat, dan gangguan trombosis
f. Pada kasus yang jarang, pembesaran lien dapat menjebak sel darah
merah dan menghancurkannya sebelum sempat bersirkulasi.
Anemia Akibat Kehilangan Darah
Anemia ini dapat terjadi pada perdarahan akut yang hebat ataupun
pada perdarahan yang berlangsung perlahan namun kronis. Perdarahan
kronis umumnya muncul akibat gangguan gastrointestinal ( misal ulkus,
hemoroid, gastritis, atau kanker saluran pencernaan ), penggunaan obat
obatan yang mengakibatkan ulkus atau gastritis (misal OAINS),
menstruasi, dan proses kelahiran.
4. Manifestasi Klinis
a. Manifestasi klinis yang sering muncul
1) Pusing
2) Mudah berkunang-kunang
3) Lesu
4) Aktivitas berkurang
5) Rasa mengantuk
6) Susah konsentrasi
7) Cepat lelah
8) Prestasi kerja fisik/pikiran menurun.
b. Gejala khas masing-masing anemia :
1) Perdarahan berulang/kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia
defisiensi besi.
2) Ikterus, urin berwarna kuning tua/ciklat, perut makin buncit pada
anemia hemolitik.
3) Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karena keganasan.
c. Pemeriksaan fisik
1) Tanda-tanda anemia umum : pucat, takikardi, pulsus seler, suara
pembuluh darah spontan, bising karotis, bising sistolik anorganik,
perbesaran jantung.
2) Manifestasi khusus pada anemia :
a) Defisiensi besi : spoon nail, glositis
b) Defisiensi B12 : paresis, ulkus di tungkai
c) Hemolitik : ikterus, splenomegali
d) Aplastik : anemia biasanya berat, perdarahan, infeksi. (Nurarif
& Kusuma, 2016)
5. Komplikasi
Anemia jika tidak terdiagnosis atau tidak diobati dalam waktu lama
dapat menyebabkan kegagalan multiorgan dan bahkan kematian. Wanita
hamil dengan anemia bisa mengalami persalinan prematur dan melahirkan
bayi dengan berat badan lebih rendah. Anemia selama kehamilan juga
meningkatkan risiko anemia pada bayi dan meningkatkan kehilangan
darah selama kehamilan.
Komplikasi lebih dominan pada polpulasi yang lebih tua karena
beberapa penyakit penyerta. Sistem kardiovaskular paling sering terkena
anemi kronis. Infark miokard, angina dan gagal jantung dengan curah
jantung tinggi merupakan komplikasi yang umum. Komplikasi jantung
lainnya termasuk perkembangan aritmia dan hipertrofi jantung.
Kekurangan zat besi yang parah dikaitkan dengan sindrom
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahp awal pada setiap kasus
anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipaatikan adanya anemia
dan bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi
pengkajian pada komponen-komponen berikut ini : kadar
hemoglobin, indeks eritrosit, (MCV dan MCHC), apusan darah
tepi.
2) Pemeriksaan darah seri anemia : hitunng leukosit, trombosit, laju
endap darah (LED), dan hitung retikulosit.
3) Pemeriksaan sumsum tulang : pemeriksaan ini memberikan
informasi mengenai keadaan system hamatopoesis.
4) Pemeriksaan atas indikasi khusus : pemeriksaan ini untuk
mengkonfirmasi dugaan diagnosis awal yang memiliki komponen
berikut ini :
a) Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transferin,
dan feritin serum.
b) Anemia megaloblastik : asam folat darah/eritrosit, vitamin B12
c) Anemia hemolitik : hitung retikulosit, tes coombs, dan
elektroforesis Hb.
d) Anemia pada leukimia akut biasanya dilakukan pemeriksaan
sitokimia.
b. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis : gagal ginjal, faal
endokrin, asam urat, faal hati, biakan kuman.
c. Radiologi : torak, bone survey, USG, atau infangiografi.
d. Pemeriksaan sitogenetik.
e. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = polymerase chain raction,
FISH = Fluorescence in citu hybridization). (Nurarif & Kusuma, 2016)
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada anemia adalah :
a. Anemia karena kehilangan darah akut
1. Pemberian cairan IV
2. Pemberian oksigen
3. Pemberian cairan IV yang diselingi dengan pemberian produk
darah.
4. Pertahankan Hb >7 g/dL pada pasien, sedangkan untuk pasien
dengan penyakit kardiovaskular membutuhkan target Hb yang
lebih tinggi >8 g/dL.
b. Anemia karena kekurangan nutrisi
1) Pemberian zat besi secara oral atau IV
2) Pemberian B12
3) Pemberian folat
c. Anemia karena cacat pada sumsum tulang dan sel induk
1) Memerlukan transplantasi sumsum tulang
d. Anemia akibat penyakit kronis
Anemia pada keadaan gagal ginjal, bersepon terhadap
eritropoetin. Kondisi autoimun dan reumatologi yang menyebabkan
anemia memerlukan pengobatan penyakit yang mendasarinya.
e. Anemia karena kerusakan sel darah merah
1) Anemia hemolitik yang disebabkan oleh katup mekanis yang rusak
perlu diganti.
2) Anemia hemolitik akibat pengobatan memerlukan pengangkatan
obat yang mengganggu.
3) Anemia hemolitik persisten membutuhkan splenektomi.
4) Hemoglobinopati seperti anemia sabit memerlukan transfusi darah,
transfusi tukar, dan bahkan hidroksiurea untuk mengurangi
kejadian sabit (Turner,2020)
8. Prognosis
Prognosis anemia tergantung pada penyebab anemia. Penggantian
nutrisi (zat besi, B12, folat) harus segera dimulai. Pada kekurangan zat
besi, penggantian harus dilanjutkan setidaknya selama tiga bulan setelah
normalisasi kadar zat besi, untuk memulihkan simpanan zat besi. Biasanya
kekurangan nutrisi memiliki prognosis yang baik jika ditangani secara dini
dan adekuat. Anemia, akibat kehilangan darah yang akut, jika ditangani
dan dihentikan lebih awal, memiliki prognosis yang baik (Turner,2020).
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah adalah mengumpulkan data pasien
secara objektif dan subjektif yang dilakukan penilaian secara keseluruhan
(fisik, psikosisosial, spiritual dan kultural) serta mengumpulkan informasi
peluang promosi kesehatan, risiko dan potensi masalah keperawatan
lainnya. (Herdman & Kamitsuru, 2015)
Pengkajian yang perlu dilakukan pada anemia :
a. Aktivitas/istirahat Ditandai dengan adanya keletihan, kelemahan,
malaise umum, kehilangan produktifitas, penurunan semangat untuk
bekerja, kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak.
b. Sirkulasi Riwayat kehilangan darah kronis, riwayat endokarditis infeksi
kronis, palpitasi.
c. Integritas ego Keyakinan agama atau budaya mempengaruhi pemilihan
dalam pengobatan. Misalnya penolakan transfusi darah.
d. Eliminasi Gagal ginjal, diare dan konstipasi
e. Makanan/cairan Nafsu makan akan menurun, mual dan muntah, serta
berat badan yang menurun.
f. Nyeri/kenyamanan Merasakan nyeri pada abdomen dan kepala
g. Pernapasan Perubahan pola napas yaitu memendek pada saat istirahat
ataupun sedang beraktivitas.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan sindrom
hipoventilasi, penurunan transfer oksigen keparu.
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen berkurang.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang kurang, anoreksia.
d. Nyeri akut berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung.
e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen, proses metabolisme yang terganggu.
g. Risiko infeksi. (Nurarif & Kusuma, 2016)
3. Intervensi

Intervensi keperawatan merupakan tindakan


keperawatan selanjutnya yang dilakukan setelah
merumuskan diagnosa keperawatan. Dalam
perumusan intervensi keperawatan harus sesuai
dengan diagnosis yang mendesak, tingkat pemenuhan
batasan karakteristik yang tinggi, faktor berhubungan
barulah kemudian faktor yang berisiko. Hal ini agar
proses keperawatan yang dilakukan spesifik dan
dilakukan secara berurutan. (Herdman & Kamitsuru,
2015)
Intervensi keperawatan ialah segala rencana
dan perlakuan yang diberikan oleh perawat kepada
pasien dengan berdasarkan ilmu pengetahuan untuk
mencapai tujuaan (outcome). Sedangkan tindakan
keperawatan adalah tindakan yang dilakukan perawat
sebagai bentuk pengimplementasian dari intervensi
keperawatan.(Herdman & Kamitsuru, 2015)
Intervensi keperawatan dengan penyakit
anemia berdasarkan Standar intervensi
keperawatan Indonesia :
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Perfusi perifer tidak efektif Tujuan : Perawatan sirkulasi
berhubungan dengan (I.02079)
Setelah dilakukan tindakan
penurunan konsentrasi Observasi
keperawatan, maka perfusi 1. Periksa sirkulasi
hemoglobin (D.0009)
perifer meningkat (L.02011) perifer (nadi
kriteria hasil : perifer, edema,
pengisian kapiler,
1. Denyut nadi perifer warna, suhu)
menigkat 2. Identifikasi faktor
2. Penyembuhan luka risiko gangguan
sirkulasi (diabetes,
meningkat
perokok, orang
3. Warna kulit pucat menurun tua, hipertensi dan
4. Nyeri ekstremitas menurun kadar kolestrol
tinggi)
3. Monitor panas,
kemerahan, nyeri
atau bengkak pada
ekstremitas.
Terapeutik
4. Hindari
pemasangan infus
atau pengambilan
darah di area
keterbatasan perfusi
5. Hindari
pengukuran
tekanan
darah pada
ekstermitas
dengan
keterbatasan
perfusi
6. Hindari penekanan
dan pemasangan
touniquet pada area
yang cedera
7. Lakukan
pencegahan
infeksi
Edukasi
8. Anjurkan berhenti
merokok
9. Anjurkan olahraga
rutin
10.Informasikan
tanda dan gejala
darurat yang harus
dilaporkan
Nyeri akut berhubungan Tujuan Manajemen Nyeri
dengan agen pencedera Setelah dilakukan tindakan (I.08238)
fisiologis (D.0077) keperawatan, diharapkan
tingkat nyeri menurun Observasi
(L.08066) 1. Identifikasi
kriteria hasil sebagai berikut : lokasi,
1. Keluhan nyeri menurun karakteristik,
durasi,
2. Meringis menurun frekuensi,
3. Frekuensi nadi membaik kualitas,
intensitas
4. Tekanan darah membaik nyeri.
2. Identifikasi skala
nyeri
3. Identifikasi
respon nyeri non
verbal.
4. Identifikasi
factor yang
memperberat
dan
memperingan
nyeri
5. Monitor
keberhasilan terapi
komplementer yang
sudah diberikan
6. Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik

Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri (teknik
relaksasi dan
distraksi).
2. Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (mis. suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
2. Anjurkan memonitor
nyeri

secara mandiri
3. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
4. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri.
Kolaborasi
1. kolaborasi peberian
analgesik.
Defisit nutrisi berhubungan Setelah diberikan Tindakan Manajemen nutrisi
dengan kurangnya asupan keperawatan maka tingkat (I.03119)
makanan (D.0019) status nutrisi membaik Observasi
(L.03030) 1. Identifikasi status
kriteria hasil : nutrisi
1. Porsi makan yang 2. Identifikasi
dihabiskan meningkat alergi dan
2. Keluhan otot pengunyah intoleransi
meningkat makanan
3. Kekuatan otot menelan 3. Identifikasi
meningkat makanan yang
4. Perasaan cepat kenyang disukai
menurun 4. Identifikasi
5. Nyeri abdomen menurun kebutuhan kalori
6. Diare menurun dan jenis nutrien
7. Berat badan membaik 5. Monitor asupan
makanan
8. Indeks massa tubuh
6. Monitor berat badan
membaik
7. Monitor hasil
9. Frekuensi makan
pemeriksaan
membaik
laboratorium
10. Nafsu makan membaik
Terpeutik
8. Fasilitasi
menentukan
pedoman diet
9. Sajikan makanan
secara menarik
dan suhu yang
sesuai
10. Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
11. Berikan
suplemen
makanan,
jika perlu
Edukasi
12. Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
13. Ajarkan
diet yang
diprogramk
an
Kolaborasi
14. Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan, jika perlu
15. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan.
Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Pemantauan respirasi
berhubungan dengan sindrom keperawatan, diharapkan (I.01014)
hipoventilasi (D.0005) pola napas membaik Observasi
(L.01004) kriteria hasil a. Monitor frekuensi,
sebagai berikut : irama, kedalaman
dan upaya napas
1. Ventilasi semenit b. Monitor pola napas
2. Kapasitas vital (seperti bradipnea,
3. Diameter thoraks takipnea,
anterior- posterior hiperventilasi,
4. Dipsnea kussmaul, cheyne-
5.Penggunaan otot bantu stokes, biot dan
napas 6.Pemanjangan fase ataksik)
ekspirasi c. Monitor kemampuan
7. Ortopnea batuk efektif
8. Pernapasan pursed-tip d. Monitor adanya
9. Pernapasan cuping hidung produksi sputum
10. Frekuensi napas e. Monitor adanya
11. kedalaman napas sumbatan jalan
12. Ekskursi dada napas
f. Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
g. Auskultasi bunyi
napas
h. Monitor saturasi
oksigen
i. Monitor nilai AGD
j. Monitor hasil x-ray
thoraks Terapeutik
a. Atur interna
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
b. Dokumenta
si hasil
pemantauan
Edukasi
a. Jelaskan
tujuan dan
prosedur
pemantauan
b. Informasikan
hasil
pemantauan,
jika perlu
Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeks
dengan penyakit kronis keperawatan, diharapkan (I.14539)
(D.0142) tingkat infeksi menurun
(L.14137) Observasi
kriteria hasil sebagai berikut :
a. Monitor tanda dan
1. Demam Menurun
gejala infeksi
2. Kemerahan menurun
lokal dan
3. nyeri menurun
sistemik
bengkak menurun
Terapeutik
a. Batasi
jumlah
pengun
jung
b. Berikan
perawatan kulit
pada area edema
c. Cuci tangan
sebelum dan
sesudah
kontak dengan
pasien dan
lingkungan
pasien
d. Pertahankan
teknik
aseptik pada
pasien
beresiko
tinggi

Edukasi

a. Jelaskan
tanda dan
gejala
infeksi
b. Anjurkan cara
memeriksa
kondisi luka atau
luka operasi

Kolaborasi

b. a. Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika
perlu

4. Implementasi
Implementasi atau tindakan adalah mengelola dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Ariga,
2020)

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan bentuk tindakan keperawatan
yang terakhir setelah melakukan pengkajian hingga implementasi
keperawatan, dengan tujuan untuk mengevaluasi ataupun sebagai bentuk
penilaian terhadap proses keperawatan yang telah dilakukan. (Herdman &
Kamitsuru, 2015)
DAFTAR PUSTAKA

Ariga, R. A. (2020). Implementasi Manajemen Pelayanan Kesehatan dalam


Keperawatan (G. D. A. & A. Y. Wati (ed.); pertama). Grup Penerbitan CV
Budi Utama.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). DIAGNOSIS KEPERAWATAN :
Definisi & Klasifikasi 2015-2017 (Edisi 10; T. H. Herdman & S. Kamitsuru,
eds.). Jakarta: EGC.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). ASUHAN KEPERAWATAN PRAKTIS :
Berdasarkan Penerapan Diagnosa (Jilid 1). Yogyakarta: Mediaaction
Publishing Yogyakarta.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.
Turner, J., Parsi, M., & Badireddy, M. (2020). Stat Pearls. StatPearls Publishing.
Zahroh, R., & Istiroha. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS
HEMATOLOGI. Surabaya: CV. Jakad Publishing.

Pathway/Penyimpangan KDM

(Nurarif & Kusuma, 2016)


PATHWAY

Anoreksia Produksi sel darah


ANEMIA
menurun

Penuruna jumlah
Lemas Kompresi jantung
eritrosis

Beban kerja dan PENURUNAN


Cepat Lelah
curah jantung KADAR HB

INTOLERANSI Taki kardi, anginan


AKTIFITAS nyeri dada, iskemia
miokardium, beban
kerja jantung

NYERI AKUT

Anda mungkin juga menyukai