Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ANEMIA

Dosen Pengampu:
Suratun,.S.Kep,.Ns.,M.Kep

M Agung (21122059)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


MUHAMMADIYAH PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2023/2024


Anemia

1. Definisi

Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb),

hematocrit atau hitung eritrosit (red cell count) berakibat pada penurunan

kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Tetapi harus di ingat pada

keadaan tertentu dimana ketiga parame tersebut tidak sejalan dengan

massaeritrosit, seperti pada dehidrasi, pendarahan akut, dan kehamilan. Oleh

karena itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya sampai kepada label

anemia tetapi harus dapat ditatapkan penyakit dasar yang menyebabkan

anemia tersebut.

Anemia adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki cukup sel darah

merah yang sehat untuk membawa oksigen yang cukup kejaringan tubuh.

Anemia adalah suatu kondisi di mana konsentrasi hemoglobin lebih rendah

dari biasanya. Kondisi ini mencerminkan kurangnya jumlah normal eritrosit

dalam sirkulasi. Akibatnya jumlah oksigen yang dikirim ke jaringan tubuh

juga berkurang. Anemia bukanlah penyakit yang spesifik namun merupakan

tanda kelainan mendasar (Sugeng Jituwiyono, 2018).

a. Patofisiologi

1) Etiologi

Etiologi menurut NANDA NIC-NOC (2016 : 21) terdiri dari beberapa

etiologi:
Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri (disease entity),

tetapi merupakan gejala berbaga macam penyakit dasar (underlying

disease). Pada dasarnya anemia disebabkan oleh:

a) Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang;

b) Kehilangan darah keluar tubuh (pendarahan);

c) Proses penghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya

(hemolysis).

Gambaran lebih rinci tentang etiologi anemia sebagai berikut:

a) Klasifikasi Anemia menurut Etiopatogenesis

(1) Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum

tulang.

(a) Kekurangan bahan esensial pembentukan eritrosit

• Anemia defisiensi besi

•Anemia defisiensi asam folat

•Anemia defisiensi vitaminB12

(b) Gangguan penggunaan (utilisasi) besi

•Anemia akibat penyakit

•kronik Anemia sideroblastik

(c) Kerusakan sumsum tulang

•Anemia aplastik

•Anemia mieloptisik

•Anemia pada keganasan hematologi


•Anemia diseritropoietik

•Anemia pada sindrom meilodisplastik

(d) Anemia akibat kekurangan eritropoietin: anemia pada gagal ginjal

kronik

(e) Anemia akibat hemoragi

•Anemia pasca perdarahan akut

•Anemia akibat perdarahan kronik

(f) Anemia hemolitik

•Anemia hemolitik intrakorpuskular

• Anemia hemolitik ekstrakorpuskular: Anemia hemolitik

•Anemia dengan penyebab tidak diketahui

b) Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi dan etiologi

Anemia hipokromik mikrositer, bila MCV <80 fl dan

MCH<27 pg

(a) Anemia defisiensi besi

(b) Thalassemia major

(c) Anemia akibat penyakit kronik

(d) Anemia sideroblasti

Anemia normokromik normositer, bila MCV 80-95 fl dan

MCH 27-34 pg:

(e) Anemia pasca pendarahan akut

(f) Anemia aplastic

(g) Anemia hemolitik didapat


(h) Anemia akibat penyakit kronik

(i) Anemia pada gagal ginja kronik

(j) Anemia pada sindrom mielodisplasti

(k) Anemia pada keganasan hematologic

(l) Anemia makrositer, bila MCV >95 fl

i. Bentuk megaloblastik asam folat

• Anemia defisiensi asam folat

• Anemia defisiensi B12, termasuk anemia


Pernisio nmegaloblastik

• Anemia pada penyakit hati kronik


• Anemia pada hipotiroidisme

• Anemia pada sindrom mielodisplastik 2)

Proses Terjadi

Menurut Wiwik dan Hariwibowo, patofisiologi pada pasien anemia

adalah timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum

tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.

Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi

Pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat penyebab yang tidak

diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau

hemolisis. Lisis sel merah terjadi dalam hati dan limpa. Sebagai hasil

sampingan dari proses tersebut, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit

akan memasuki aliran darah. Apabila sel darah merah mengalami

penghancuran dalam sirkulasi, maka hemoglobin akan muncul dalam

plasma. Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin


plasma, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke

dalam urine.

(Bararah & Jauhar, 2013).

3) Manifestasi Klinis

a) Manifestasi klinis yang sering muncul

1. Pusing

2. Mudah berkunang-kunang

3. Lesu

4. Aktivitas kurang

5. Rasa mengantuk

6. Susah konsentrasi

7. Cepat lelah

8. Prestasi kerja/pikiran menurun

b) Gejala khas masing-masing anemia:

1. Perdarahan berulang/kronik pada anemia pasca

perdarahan, anemia defisiensi besi

2. Ikterus, urine berwarna kuning tua/coklat, perut mrongkol/makin

buncit pada anemia hemolitik

3. Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karena keganasan

c) Macam-macam anemia

1. Tidak anemia dengan Hb lebih dari 11 g/dl

2. Anemia ringan dengan Hb 9-10 g/dl

3. Anemia sedang dengan Hb 7-8 g/dl


4. Anemia berat dengan Hb kurang dari 7 g/dl

d) Pemeriksaan fisik

1. Tanda-tanda anemia umum: pucat, takhikardi, pulpusceler, suara

pembuluh darah spontan, bising karotis, bising sistolik anorganik,

pembesaran jantung.

2. Manifestasi khusus pada anemia:

- Defisiensi besi: spoon nail, glositis

- Defisiensi B12: paresis, ulkus di tungkai

- Hemolitik: ikterus, splenomegaly

- Aplastik: anemia biasanya berat, perdarahan, infeksi

a. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik menurut NANDA NIC-NOC (2016:23) terdiri dari

beberapa pemeriksaan diagnostik:

1) Pemeriksaan laboratorium

a) Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.

Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk

morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian

padakomponenkomponen berikut ini: kadar hemoglobin, indeks eritrosit,

(MCV dan MCHC), apusan

darah tepi.

b) Pemeriksaan darah seri anemia: hitung leukosit, trambosit,laju endap darah

(LED), dan hitung retikulosit.


c) Pemeriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini memberikan informasi

mengenai keadaan system hematopoiesis.

d) Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini untuk mengkonfirmasi

dugaan diagnosis awal yang memiliki komponen berikut ini :

1. Anemia defisiensi besi: serum iron, TIBC, saturasi transferrin,

feritin serum.

2. Anemia megaloblastik: asam folat darah/eritrosit, vitamin B12

3. Anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes coombs, dan elektroforesis

Hb.

4. Anemia pada leukeumia akut biasanya dilakukan pemeriksaan


sitokimia.

2) Pemeriksaan laboratorium non hematologis: faal ginjal,


faalendokrin, asam urat, faal hati, biakan kuman.

3) Radiologi: tork, bone survey, USG, atau linfangiografi.

4) Pemeriksaan sitogenetik

5) Pemeriksaan biologi molekuler (PCR=


polymerase chainraction,

FISH= fluorescence in situ hybrization

b. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan menurut NANDA NIC-NOC (2016 : 24) terdiri dari

beberapa penatalaksanaan:

- Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan

mengganti darah yang hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan

penyebabnya,

yaitu:
1) Anemia aplastik

Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immune sopresif

dengan antithimocyte globulin

(ATG) yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-10 hari.

Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila

diperlukan dapat diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan platelet.

2) Anemia pada penyakit ginjal

Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi

dan asam folat kalau tersedia, dapat diberikan eritropoetin

rekombinan.

3) Anemia pada penyakit kronis

Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak

memerlukan penanganan untuk anemianya. Dengan menangani

kelainan yang mendasarinya, maka anemia akan terobati dengan

sendirinya.

4) Anemia pada defisiensi besi dan asam folat

Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada

defisiensi besi diberikan sulfas ferosus 3x10 mg/hari.

Transi fusedarah diberikan apabila kadar Hb kurang dari

5) gr%.

5) Anemia megaloblastik

a) Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin

B12, bila defisiensi disebabkan oleh defek absorbsi atau


tidak tersedianya faktor intrinsic dapat diberikan vitamin

B12 dengan injeksi IM.

b) Untuk mencegah kekambuhan anemia, terapi vitamin B12


harus diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia
pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.

Pada anemia defisiensi asam folat diberikan asam folat 3x5 mg/hari.

c) Anemia defisiensi asam folat pada pasien dengan gangguan

absorbs, penanganannya dengan diet dan penambahan

asamfolat 1 mg/hari secara IM.

6) Anemia pasca perdarahan

Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan

darurat diberikan cairan intravena dengan cairan infuse apa saja yang

tersedia.

7) Anemia hemolitik

Dengan pemberian transfusi darah menggantikan darah yang

hemolisis

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anemia

a. Pengkajian

1) Identitas klien dan keluarga, nama, umur, TTL, nama ayah/ibu, pekerjaan

ayah/ibu, agama, pendidikan, alamat

2) Keluhan utama

3) Biasanya kien datang ke rumah sakit dengan keluhan pucat, kelelahan, kelemahan,

pusing.
4) Riwayat kehamilan dan persalinan

a) Prenatal: apakah selama hamil pernah menderita penyakit berat, pemeriksaan

kehamilan berapa hari, kebiasaan pemakaian obatobatan dalam jangka waktu

lama.

b) Intranasal: usia kehamilan cukup, proses persalinan dan berapa panjang dan

berat badan waktu lahir.

c) Postnatal: keadaan bayi setelah masa neonatorium, ada trauma post partum

akibat tindakan misalnya vakum dan pemberian ASI.

5) Riwayat kesehatan dahulu

a) Adanya menderita penyakit anemia sebelumnya, riwayat imunisasi.

b) Adanya riwayat trauma, perdarahan

c) Adanya riwayat demam tinggi

d) Adanya riwayat penyakit ISPA

6) Keadaan kesehatan saat ini

a) Klien pucat, kelemahan, sesak napas, adanya gejala gelisah, diaphoresis,

takikardi, dan penurunan kesadaran.

b) Riwayat kesehatan keluarga

- Riwayat anemia dalam keluarga

- Riwayat penyakit-penyakit, seperti kanker, jantung hepatitis,

DM, asma, penyakit-penyakit infesi saluran pernapasan.

7) Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum: apakah klien tampak lemah sampai sakit berat.


b) Kesadaran: apakah klien tampak compas mentis kooperatif sampai terjadi

penurunan tingkat kesadaran apatis, somnolen, spoor, coma.

c) Tanda-tanda vital

- TB dan BB

- Kulit: apakah kulit teraba dingin, keringat yang berlebihan, pucat,

terdapat perdarahan dibawah kulit.

- Mata: apakah ada kelainan bentuk mata, konjungtiva anemis, kondisi

sclera, terdapat perdarahan subkonjungtiva, keadaan pupil, palpebral

dan reflek cahaya.

- Hidung: apakah ada kelainan bentuk, mukosa hidung, cairan yang keluar

dari hidung, atau gangguan fungsi penciuman.

- Telinga: apakah ada kelainan bentuk fungsi pendengaran.

- Mulut: apakah ada kelainan bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi,

lidah kering, bibir pecah-pecah, atau perdarahan.

- Leher: apakah terdapat pembesaran kelenjar getah bening, tiroid

membesar, dan kondisi distensi vena jugularis.

- Thoraks: periksa pergerakan dada, adakah pernapasan cepat atau irama

napas tidak teratur.

- Abdomen: periksa apakah ada pembesaran hati, nyeri, bising usus, dan

bias di bawah normal.

- Genetalia: pada laki-laki apakah testis sudah turun ke dalam skrotum

dan pada perempuan apakah labia minora tertutup labia mayora.


- Ekstremitas: apakah klien mengalami nyeri ekstremitas, tonus otot

kurang.

8) Pemeriksaan penunjang

a) Riwayat Sosial

Siapa yang mengasuh klien dirumah, kebersihan didaerah tempat tinggal,

orang yang terdekat dengan klien, keadaan lingkungan, pekarangan, dan

pembuangan sampah.

b) Kebutuhan Dasar

Meliputi kebutuhan nutrisi klien sehubungan dengan anoreksia, diet yang

harus dijalani, pasang NGT, cairan IVFD yang digunakan jika ada.

c) Pemeriksaan tingkat perkembangan

Bergantung pada usia, terdiri dari motoric kasar, halus,kognitif, dan bahasa.

d) Data psikologis

1. Keseriusan ancaman penyakit terhadap anaknya

2. Pengalaman sebelumnya terhadap penyakit dan hospitalisasi

3. Prosedur medis yang akan dilakukan

4. Adanya sistem dukungan

5. Kemampuan koping

6. Agama, kepercayaan, adat

7. Pola komunikasi dalam keluarga

b. Diagnosis keperawatan

Diagnosis keperawatan menurut NANDA NIC-NOC (2016: 24) terdiri

dari:
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi

Hb dan darah, suplai oksigen berkurang.

2) Ketidakefektifan pola napas b.d sindrom hipoventilasi, penurunan transfer

oksigen ke paru.

3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang kurang,

anoreksia.

4) Nyeri akut b.d perubahan frekuensi jantung.

5) Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik.

6) Resiko infeksi b.d penurunan hemoglobin.

7) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,

proses metabolism yang terganggu.

8) Kelelahan berhubungan dengan anemia.

c. Perencanaan

Menurut NANDA NIC-NOC (2016 : 392) terdiri dari:

1) Diagnosa Keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

a) Definisi: penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu

kesehatan.

b) Batasan karakteristik:

1. Tidak ada nadi

2. Perubahan fungsi motoric

3. Perubahan karakteristik kulit (warna, elastisitas, rambut, kelembapan,

kuku, sensasi, suhu)

4. Indek angkle-brachial <0,90


5. Perubahan tekanan darah diekstremitas

6. Waktu pengisian kapiler >3 detik

7. Klaudikasi

8. Warna tidak kembali ketungkai saat tungkai diturunkan

9. Kelambatan penyembuhan luka perifer

10. Penurunan nadi

11. Edema

12. Nyeri ekstremitas

13. Bruit femoral

14. Pemendekan jarak total yang ditempuh dalam uji berjalan 6 menit

15. Pemendekan jarak bebas nyeri yang di tempuh dalam uji berjalan 6 menit

16. Perestesia

17. Warna kulit pucat saat elevasi

c) Faktor yang berhubungan

1. Kurang pengetahuan tentang faktor pemberat (mis, Merokok, gaya

hidup menonton, trauma, obesitas, asupan garam, imobilitas)

2. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit

3. Diabetes melitus

4. Hipertensi

5. Gaya hidup menonton

6. Merokok

d) NOC

1. Circulation status
2. Tissue perfusion: cerebral

e) Kriteria hasil

1. Mendemonstrasikan status sirkulasi

2. Mendemonstrasikan kemampuan kognitif

3. Menunjukan fungsi sensori motori cranial yang utuh: tingkat kesadaran

membalik, tidak ada gerakan gerakan involunter

f) Intervensi

1. Awasi tanda-tanda vital

Rasional: mengetahui keadaan umum pasien.

2. Kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.

Rasional: memberi informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi

jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi

3. Selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi

Rasional: iskemia seluler mempengaruhi jaringan

miokardial/potensial resiko infark.

4. Awasi pemeriksaan laboratorium. Mis. Hb dan jumlah SDM, GDA

Rasional: mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan

respons terhadap terapi.

5. Berikan SDM, darah lengkap/packed, produk darah sesuai indikasi.

Awasi ketat untuk komplikasi transfuse Rasional: meningkatkan sel

pembawa oksigen: memperbaiki defisiensi untuk menurunkan risiko

perdarahan.
6. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi Rasional: memaksimalkan
transport oksigen ke jaringan.

d. Pelaksanaan Keperawatan

Pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik.

Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disuse dan ditunjukan

pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan

(Nursalam,2013).

e. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intlektual untuk melengkapi proses keperawatan

yang menandakan keberhasilan dari diagnose keperawatan, rencana intervensi,

dan implementasinya. Tahap evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor

keadaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisis, perencanaan, dan

implementasi intervensi (Nursalam, 2018)


PATHWAY ANEMIA
DAFTAR PUSTAKA

Priyanto, L. D. (2018) ‘The Relationship of Age, Educational Background, and

Physical Activity on Female Students with Anemia’, Jurnal Berkala Epidemiologi, 6(2),

p. 139. doi: 10.20473/jbe.v6i22018.139-146.

World Health Organization. 2015. The global prevalence of anaemia in 2015

Geneva: World Health Organization. [Google Scholar]

World Health Organization. 2016. Global Health Observatory data repository:

prevalence of anaemia in women. Diakses pada tanggal 14 Maret 2020

http://apps.who.int/gho/data/view.main.GSWCAH28REG.

World Health Organization. 2016. Global Health Observatory data repository:

anaemia in children <5 years by region. Diakses tanggal 14 Maret 2020.

http://apps.who.int/gho/data/view.main.ANEMIACHILDRENv?lang=en. 20

Anda mungkin juga menyukai