Dikutip dari JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan) yang dilakukan oleh Lince Amelia, dkk, (2022). 4) Anemia akibat kekurangan eritropoietin: anemia pada gagal ginjal
Anemia adalah suatu kondisi di mana jumlah dan ukuran sel darah merah, atau kronik
konsentrasi hemoglobin, turun di bawah nilai cut-of yang ditetapkan, akibatnya 5) Anemia akibat hemoragi
mengganggu kapasitas darah untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh (WHO, a) Anemia pasca perdarahan akut
2015). b) Anemia akibat perdarahan kronik
Anemia juga diartikan sebagai berkurangnya jumlah sel darah merah di bawah nilai 6) Anemia hemolitik
a) Anemia hemolitik intrakorpuskular
normal, kuantitas hemoglobin, dan volume packed red blood cells (hematokrit) per
b) Anemia hemolitik ekstrakorpuskular
100 ml darah (Price & Wilson, 2013). c) Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan patogenesis
yang kompek
Etiologi menurut NANDA NIC-NOC (2016 : 21) terdiri dari beberapa etiologi (I.Komang,
2020) : 2. Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi dan etiologi
Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri (disease entity), tetapi merupakan a. Anemia hipokromik mikrositer, bila MCV <80 fl dan MCH <27 pg
gejala berbagai macam penyakit dasar (underlying disease). Pada dasarnya anemia 1) Anemia defisiensi besi
disebabkan oleh: 2) Thalassemia mayor
a. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang; 3) Anemia akibat penyakit kronik
b. Kehilangan darah keluar tubuh (pendarahan);
4) Anemia sideroblasti
c. Proses penghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya (hemolysis).
b. Anemia normokromiknormositer, bila MCV 80-95 fl dan MCH
27-34 :
Gambaran lebih rinci tentang etiologi anemia sebagai berikut:
c. Anemia pada keganasan hematologic
1) Anemia pasca pendarahan akut
2) Anemia aplastic
1. Klasifikasi Anemia menurut Etiopatogenesis
3) Anemia hemolitik didapat
a) Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang.
1) Kekurangan bahan esensial pembentukan eritrosit 4) Anemia akibat penyakit kronik
a) Anemia defisiensi besi 5) Anemia akibat gagal ginjal kronik
b) Anemia defisiensi asam folat 6) Anemia pada sindrom mielodisplastik
c) Anemia defisiensi vitamin B12 d. Anemia pada keganasan hematologic
2) Gangguan penggunaan (utilisasi) besi 1) Anemia makrositer, bila MCV >95 fl
a) Anemia akibat penyakit kronik a) Bentuk megaloblastik asam folat
b) Anemia sideroblastik
3) Kerusakan sumsum tulang
i. Anemia defisiensi asam folat
a) Anemia aplastic ii. Anemia defisiensi B12, termasuk anemia pernisiosa
b) Anemia mieloptisik b) Bentuk non-megaloblastik
c) Anemia pada keganasan hematologi i. Anemia pada penyakit hati kronik
d) Anemia diseritropoietik ii. Anemia pada hipotiroidisme
e) Anemia pada sindrom meilodisplastik iii. Anemia pada sindrom mielodisplastik
Manifestasi klinis yang sering muncul (I.Komang, 2020) : Penatalaksanaan menurut NANDA NIC-NOC (2016 : 24) terdiri dari beberapa
1. Pusing penatalaksanaan (I.Komang, 2020):
2. Mudah berkunang-kunang Penatalaksanaan anemia berdasarkan penyebabnya, yaitu:
3. Lesu Aktivitas kurang 1. Anemia aplastik
4. Rasa mengantuk Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immune sopresif dengan
5. Susah konsentrasi antithimocyte globulin (ATG) yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-
6. Cepat lelah 10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila
7. Prestasi kerja/pikiran menurun diperlukan dapat diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan platelet.
Gejala khas masing-masing anemia: 2. Anemia pada penyakit ginjal
1. Perdarahan berulang/kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia defisiensi Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat
besi kalau tersedia, dapat diberikan eritropoetin rekombinan.
2. Ikterus, urine berwarna kuning tua/coklat, perut mrongkol/makin buncit pada 3. Anemia pada penyakit kronis Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala
anemia hemolitik dan tidak memerlukan penanganan untuk anemianya. Dengan menangani
3. Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karena keganasan kelainan yang mendasarinya, maka anemia akan terobati dengan sendirinya.
4. Anemia pada defisiensi besi dan asam folat Dengan pemberian makanan yang
Macam-macam anemia (I.Komang, 2020) : adekuat. Pada defisiensi besi diberikan sulfas ferosus 3x10 mg/hari. Transi
1. Tidak anemia dengan Hb lebih dari 11 g/dl fusedarah diberikan apabila kadar Hb kurang dari 5 gr%.
2. Anemia ringan dengan Hb 9-10 g/dl 5. Anemia megaloblastik
3. Anemia sedang dengan Hb 7-8 g/dl 6. Anemia pasca perdarahan
4. Anemia berat dengan Hb kurang dari 7 g/dl Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan darurat
diberikan cairan intravena dengan cairan infuse apa saja yang tersedia.
Pemeriksaan diagnostik menurut NANDA NIC-NOC (2016:23) terdiri dari 7. Anemia hemolitik Dengan pemberian transfusi darah menggantikan darah
beberapa pemeriksaan diagnostic (I.Komang, 2020): yang hemolisis.
1. Pemeriksaan laboratorium a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
a. Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus defisiensi disebabkan oleh defek absorbsi atau tidak tersedianya faktor
anemia. intrinsic dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia, terapi vitamin B12 harus diteruskan
b. Pemeriksaan darah seri anemia: hitung leukosit, trambosit,laju endap
darah (LED), dan hitung retikulosit. selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi
yang tidak dapat dikoreksi.
c. Pemeriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini memberikan informasi
c. Pada anemia defisiensi asam folat diberikan asam folat 3x5 mg/hari.
mengenai keadaan system hematopoiesis.
d. Anemia defisiensi asam folat pada pasien dengan gangguan absorbs,
d. Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini untuk mengkonfirmasi penanganannya dengan diet dan penambahan asamfolat 1 mg/hari secara
dugaan diagnosis awal yang memiliki komponen berikut ini :
IM.
1) Anemia defisiensi besi: serum iron, TIBC, saturasi transferrin, feritin
serum.
2) Anemia megaloblastik: asam folat darah/eritrosit, vitamin B12
3) Anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes coombs, dan elektroforesis Gangguan yang disebabkan oleh Anemia dapat menyerang 4 fungsi organ pada
Hb. pemeriksaan 6B
4) Anemia pada leukeumia akut biasanya dilakukan pemeriksaan
sitokimia. 1. B1 (breathing) merupakan pengkajian bagian organ pernapasan.
2. Pemeriksaan laboratorium non hematologis: faal ginjal, faalendokrin, asam 2. B2 (blood) merupakan pengkajian organ yang berkaitan dengan sirkulasi
urat, faal hati, biakan kuman. darah, yakni jantung dan pembuluh darah.
3. Radiologi: tork, bone survey, USG, atau linfangiografi. 3. B3 (brain) merupakan pengkajian fisik mengenai kesadaran dan fungsi
4. Pemeriksaan sitogenetik. persepsi sensori.
5. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR= polymerase chainraction, FISH=
4. B6 (bone) merupakan pengkajian sistem muskuloskletal dan integumen.
fluorescence in situ hybrization.
WOC ANEMIA
Penurunan hormone
eritropoetin
Pola napas tidak efektif Perfusi perifer tidak efektif Risiko Infeksi Defisit Pengetahuan
Hasil yang diharapkan toleransi Hasil yang diharapkan tingkat Hasil yang diharapkan pola Hasil yang diharapkan tingkat
aktivitas meningkat keletihan membaik tidur membaik ansietas menurun
(I.05178) Manajemen Energi (I.05178) Manajemen energi ( I.05174) Dukungan Tidur (I.09314) Reduksi Ansietas :
Observasi : Observasi : Observasi : Observasi
1. Identifikasi gangguan fungsi 1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh 1. Identifikasi saat tingkat
1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
tubuh yang mengakibatkan yang mengakibatkan kelelahan ansietas berubah (mis.
2. Identifikasi faktor penggangu tidur (fisik Kondisi, waktu, stressor)
kelelahan 2) Monitor kelelahan fisik dan
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional dan/atau psikologis) 2. Monitor tanda-tanda
emosional 3) Monitor pola dan jam tidur Terapeutik : ansietas (verbal dan non
3. Monitor pola dan jam tidur 4) Monitor lokasi dan 1. Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan, verbal)
4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama kebisingan, suhu, matras dan tempat tidur) Terapeutik
ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas 2. Batasi waktu tidur siang,jika perlu 1. Pahami situasi yang
melakukan aktivitas Terapeautik membuat ansietas
3. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur 2. Gunakan pendekatan yang
Terapeutik : 1) Sediakan lingkungan nyaman dan
4. Tetapkan jadwal tidur rutin tenang dan meyakinkan
1. Sediakan lingkungan nyaman rendah stimulus (cahaya, suara,
dan rendah stimulus (mis: kunjungan) 5. Lakukan prosedur untuk meningkatkan 3. Temani pasien untuk
cahaya, suara, kunjungan) 2) Lakukan rentang gerak pasif atau kenyamanan ( mis, pijat, mengatur mengurangi ansietas, jika
2. Lakukan latihan rentang gerak aktif posisi,terapi akupresur) memungkinakan
pasif dan/atau aktif 3) Berikan aktivitas distraksi yang 6. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau 4. Motivasi mengidentifikasi
3. Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan situasi yang memicu
tindakan untuk
menenangkan 4) Fasilitas duduk disisi tempat tidur, kecemasan
7. Menunjang siklus tidur-terjaga. 5. Berikan aktivitas distraksi
4. Fasilitasi duduk di sisi tempat jika tidak dapat berpindah atau
tidur, jika tidak dapat berpindah berjalan Edukasi : yang menenangkan
atau berjalan Edukasi 1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit. Edukasi
Edukasi : 1) Anjurkan tirah baring 2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur 1. Informasikan secara factual
1. Anjurkan tirah baring 2) Anjurkan melakukan aktivitas 3. Anjurkan mengurangi makanan/minuman mengenai diagnosis,
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap yang mengganggu tidur pengobatan, dan prognosis
secara bertahap 3) Anjurkan menghubungi perawat 2. Anjurkan keluarga untuk
4. Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak
Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tetap bersama pasien, jika
mengandung supresor terhadap tidur REM. perlu
tidak berkurang
4) Ajarkan strategi koping untuk 5. Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi 3. Latih teknik distraksi
mengurangi kelelahan terhadap gangguan pola tidur (
Kolaborasi mis,psikologis, gaya hidup, sering berubah
1) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang shift bekerja)
cara meningkatkan asupan 6. Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara
makanan. nonfarmakologi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, L., Saputra, R., Lestari, L., Puspita, D., Rahayu, I. D., Purnamawati, D. A., & Almumtahanah, A. (2021). Perfusi Perifer Tidak Efektif (Anemia) pada An.
A Di Ruang Anak RSUD Dr. Soedarso Pontianak. JIK JURNAL ILMU KESEHATAN, 5(1), 1-8.
http://jik.stikesalifah.ac.id/index.php/jurnalkes/article/view/307/pdf
Fadli, F., & Fatmawati, F. (2019). Analisis Faktor Penyebab Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil. Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan Aisyiyah, 15(2), 137-46.
https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/3071246
Hakiki, A. (2022). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Oksigenasipada Kasus Anemia Terhadap Ny. Ndi Ruang Penyakit Dalam Rsd Mayjend Hm
Ryacudu Kotabumi Lampung Utaratanggal 11–13 November 2021 (Doctoral dissertation, Poltekkes Tanjungkarang).
https://repository.poltekkes-tjk.ac.id/id/eprint/1525/
https://www.studocu.com/id/document/poltekkes-kemenkes-palu/nutrition/anemia-bikin-sendiri/27336645
https://id.scribd.com/document/356478596/Pathway-Anemia
https://id.scribd.com/doc/288890037/Pathway-Anemia
Indrayati, E. (2022). Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny W Dengan Anemia Di Bangsal Nakula Rsud Nyi Ageng Serang Kabupaten Kulon Progo
Yogyakarta (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/9026/
Kementerian Kesehatan RI. Riskesdas 2018 [Internet]. Vol. 44, Laporan Nasional Riskesdas 2018. Available from:
http://www.yankes.kemkes.go.id/assets/downloads/PMK No. 57 Tahun 2013 tentang PTRM.pdf
Lestari, F., Zakiah, L., & Ramadani, F. N. (2023, January). Faktor Risiko Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di BPM Bunda Helena Bukit Cimanggu Kota Bogor.
In Jurnal Formil (Forum Ilmiah) Kesmas Respati (Vol. 8, No. 1, pp. 91-98).
https://formilkesmas.respati.ac.id/index.php/formil/article/view/463/194
NANDA. (2015). Buku Diagnosa Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi. 2015-2017. Jakarta: EGC.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi Dan Indikator Diagnostik (Cetakan Iii) 1 Ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi Dan Tindakan Keperawatan (Cetakan II) 1 Ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi Dan Kreteria Hasil Keperawatan (Cetakan II) 1 Ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Suryawan, I. K. T. (2022). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anemia Dengan Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Di Ruang Dahlia
Brsud Tabanan.
https://repository.itekes-bali.ac.id/medias/journal/KTI_TRIADI_SURYAWAN_TTD-dikonversi.pdf