Kelompok 14
Gejala Anemia
Fisik
Pemeriksaan
Penunjang
Diagnosis
Mikrositik Hipokrom
Derajat Kadar Hb
Ringan sekali Hb 10 g/dL – cut of point
Ringan Hb 8-9.9 g/dL
Sedang Hb 6-7.9 g/dL
Berat HB < 6 g/dL
LI 2 – Etiologi, Klasifikasi, dan Epidemiologi
Anemia
Klasifikasi Berdasarkan Etiologi
Anemia defisiensi besi
Kekuranganbahan esensial
Anemia defisiensi asan folat
pembentuk eritrosit
Anemia defisiensi Vit B12
Kekurangan eritropoietin
Anemia pada gagal ginjal kronik
Anemia defisiensi
asam folat
Bentuk Megaloblastik Anemia defisiensi Vit
B12 (Anemia
Pernisiosa)
Anemia Makrositer Anemia pada penyakit
hati kronik
Bentuk Non Anemia pada
Megaloblastik hipotiroidisme
Anemia Pada sindrom
mielodisplastik
Klasifikasi Berdasarkan Morfologi
Sumber: WHO: Proportion (%) of Population covered by Anemia (National or Subnational) Prevalence Survey
between 1993 and 2005
Prevalensi Anemia di Indonesia
NO Kelompok Populasi Angka prevalensi
1 Hamil 50 – 70 %
2 Perempuan dewasa tidak hamil 30 – 40 %
3 Anak prasekolah (balita) 30 – 40 %
4 Pekerja berpenghasilan rendah 30 – 40 %
5 Anak usia sekolah 25 – 35 %
6 Laki-laki dewasa 20 – 30 %
Prevalensi anemia di Dunia (WHO)
Gejala Anemia
Anemia defisiensi besi
Iron deficiency
anemia
Gejala Klinis
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Anemia sideroblastik
• Anemia dengan sideroblas cincin dalam sumsum tulang
• Klasifikasi:
a. Anemia sideroblastik primer
i. Hereditary sex linked sideroblastic anemia
ii. Primary acquired sideroblastic anemia (PASA) atau idiopathic
acquired sideroblastic anemia (IASA)
b. Anemia sideroblastik sekunder
i. Akibat obat
ii. Akibat alkohol
iii. Akibat keracunan timah hitam
c. Pyridoxin responsive anemia
Patofisiologi Anemia Sideroblastik
Gangguan inkorporasi besi ke dalam protoprifin
(pembentukan heme, def vit B6)
ANEMIA
Eritropoesis tidak efektif
SIDEROBLAST
Anemia megaloblastik
• Anemia khas yang ditandai oleh adanya sel megaloblast dalam
sumsum tulang
• Sel megaloblast prekursor eritrosit dengan bentuk sel yang besar
disertai adanya kesenjangan pematangan sitoplasma dan inti, dimana
sitoplasma maturasinya normal tetapi inti besar dengan susunan
kromosm yang longgar.
• Disebabkan gangguan pembentukan DNA pada inti eritroblast,
terutama akibat defisiensi vitamin B12 dan asam folat
Penyebab anemia megaloblastik
Hemolisis intramedular
Anemia
Anemia Defisiensi asam folat
Dalam usus oleh enzim
folat reduktase yang Tetrahidrofolat
Asam folat
menggunakan NADPH (as. Folat aktif)
Gangguan sintesis
purin dan pirimidin
Anemia megaloblastik
Patofisiologi Anemia Def. Vitamin B12
Berkurang
faktor intrinsik Diikat dengan glikoprotein Reaksi metionin
(akibat diserap oleh usus sintase terganggu
gastrektomi)
Disimpan di hati
↑ megaloblast di sumsum tulang
dan eritrosit imatur dalam
peredaran darah
Anemia Hemolitik
• Anemia hemolitik merupakan anemia sbg hasil dr peningkatan
destruksi eritrosit
• Kata hemolitik (kelainan hemolitik) terbatas pd keadaan dimana
destruksi eritrosit dipercepat tp kemampuan dr sumsum tulang utk
merespon stimulus anemia tdk terganggu.
• Gejala anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali
Anemia Hemolitik
Anemia Hemolitik – def G6PD
• Anemia yang dijumpai pada penyakit kronik tertentu yang khas
ditandai oleh gangguan metabolisme besi ada hipoferemia
kurangnya penyediaan besi yang dibutuhkan untuk sintesi
hemoglobin tetapi cadangan besi sumsum tulang masih cukup
ANEMIA AKIBAT PENYAKIT KRONIK
• Etiologi
• Infeksi kronik (TB, mikosis, bronkiektasis, radang panggul,
osteomielitis, UTI, kolitis)
• Inflamasi kronik (RA, lupus eritematosus sistemik, inflammatory
bowel disease, sakoidosis)
• Neoplasma ganas (carcinoma, limfoma maligna)
• Terapi
• Penyakit dasar diobati dengan baik
• Pemberian eritropoetin
Patogenesis anemia akibat penyakit kronik
• Patogenesis anemia akibat penyakit kronik belum
diketahui dengan pasti, tetapi beberapa teori yang
diajukan antara lain:
1. Gangguan pelepasan besi dari RES (sel makrofag) ke plasma
2. Pemendekan masa hidup eritrosit
3. Pembentukan eritropoeitin tidak adekuat
4. Respon sumsum tulang terhadap eritropoetin tak adekuat
• Diperkirakan semua perubahan diatas disebabkan oleh
pengaruh sitokin proinflamasi, IL-1, dan TNF-α terhadap
eritropoesis
• Gangguan peepasan besi ke plasma menyebabkan
berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis yang
berakibat pada gangguan pembentukan hemoglobin
sehingga terjadi anemia hipokromik mikrositer
• Patofisiologi
• Gangguan
pelepasan besi
dari makrofag ke
plasma
• Pemendekan masa
hidup eritrosit
• Pembentukan
eritropoetin tidak
adekuat
• Respons sumsum
tulang terhadap
eritropoetin tak
adekuat
Anemia Akibat Penyakit Kronis
2 Inflamasi kronik
a. Artritis rematoid
b. Lupus eritematosus sistemik
c. Inflammatory bowel disease
d. Sarkoidosis
e. Penyakit kolagen lain
3 Neoplasma ganas
a. Karsinoma: ginjal, hati, kolon, pankreas, uterus, dll
b. Limfoma maligna: limfoma Hodgkin, limfoma non-Hodgkin
Patofisiologi Anemia Pasca Perdarahan Akut
Perdarahan cepat
Hemolisis
intravaskular
Volume darah intravaskuler ↓
Dibersihkan
RES Penyesuaian kompensatorik sirkulasi
Volume sirkulasi ↑
(mengorbankan cairan ekstravaskular)
Anemia
Thalasemia
• Thalasemia : Terjadi karena produksi Hb yang tidak adekuat
akibat kurang/tidak adanya sintesa satu atau lebih rantai
polipeptida globin
• Terjadi karena gangguan pada rantai globin. Thalasemia
dapat terjadi karena sintesis Hb yang abnormal dan juga
karena berkurangnya kecepatan sintesis rantai α atau β yang
normal.
Thalasemia α
• Dapat terjadi akibat kelainan pada sekuens pengkode, transkripsi,
atau pengolahan, atau defek pada translasi.
• Talasemia α:
• disebabkan oleh hilangnya satu atau dua gen
• tidak disertai anemia walaupun VER dan HER berjumlah
rendah dan jumlah eritrosit > 5,5 x 10 12/l
• dampak sindrom thalasemia α :
a. Jika tidak terdapat keempat gen globin-α menyebabkan
kematian in-vitro (hidrops fetalis).
b. Delesi tiga gen α menyebabkan anemia mikrositik
hipokrom yang cukup berat (hb 7-11 g/dl) disertai
splenomegali.
c. Hilangnya satu atau dua gen, menyebabkan MCV dan
MCH berjumlah rendah dan jumlah eritrosit lebih dari
5,5X1012 /l.
Thalasemia beta
• Thalasemia β homozigot:
• Tidak akan memperlihatkan manifestasi klinis saat lahir
karena Hb yg dominan: Hb F.
• Penurunan sintesis β secara parsial dikompensasi oleh
peningkatan Hb F & Hb A2.
• Apabila kedua gen rantai β abnormal, pasien menderita
anemia seumur hidup (talasemia mayor/anemia
cooley/anemia mediteranea).
• Untuk kompensasi, terjadi eritropoesis dlm jumlah besar
besi juga tambah banyak tp pemakaian tdk efektif
penimbunan besi simpanan besar
• Thalasemia β heterozigot:
• Talasemia minor ringan, eritropoesis hanya sedikit yg tdk
efisien
The pathophysiology of α- The pathophysiology of β-
thalassaemia Four α gene deletions thalassaemia
Hydrops fetalis or also called:
Erythroblastosis Fetalis.
Normal Hb
Two α gene deletions
α-Thal1
Leukosit Trombosi
Eritrosit
t
Mudah infeksi Perdarahan :
Sindroma : febris, ulkus kulit, mukosa,
anemia mulut, organ dalam
pharynx,
sepsis
Anemia Mieloptisik
• Gangguan infiltrasi sumsum tulang yang disebabkan karena terdapat sel
nonhematopoitik pada sumsum tulang yang menyebabkan penurunan seperti anemia,
trombositopenia, neutropenia, dan pansitopenia. Kegagalan sumsum tulang
mengakibatkan infiltrasi sekunder dapat mengakibatkan penurunan produksi sel darah.
Etiologi :
Metastatis karsinoma(kanker paru-paru, payudara, dan prostat)
Mielofibrosis
Granulomatous diseases
Patofisiologi Anemia Mielopstisik
Sel nonhemopetik
atau sel patogen
Fibrosis sekunder
Merusak sel
hemopotik normal
Sumsum tulang
menginfiltrasi
kolagen, dan retikulin
yang mengantikan sel
hemopoitik
Anemia pada gagal ginjal kronik
• Anemia pada gagal ginjal kronik (GGK) akan timbul apabila
kreatinin serum lebih dari 3,5 mg/dL.
Anemia pada penyakit Hati menahun
• Anemia dijumpai pd lbh dr 30% kasus peny. hati menahun.
• Penyebab utama :
1. Peningkatan vol. Plasma
2. Hemolisis ringan sampai sedang
3. Respon eritropoesis tidak adequat terhadap stimulus
anemia
• Ikterus
• Splenomegali
• Hepatomegali
• Kholelithiasis (batu empedu dengan pigmen)
• Ulkus di pergelangan kaki (sickle cell anemia dan sferositosis)
• Kelainan tulang (pada masa pertumbuhan terjadi pengembangan sumsum
tulang) : tower shaped skull, penebalan os. frontal dan parietal
• Membran mukosa yang pucat
• Krisis aplastik (penurunan eritropoiesis)
• Krisis megaloblastik
ANEMIA MEGALOBLASTIK
• Glositis (lidah berwarna merah daging/buffy tongue dan terasa nyeri)
• Ikterus ringan (warna kuning lemon) karena pemecahan Hb yang
berlebihan dari eritropoiesis inefektif
• Stomatitis angularis
• Kelainan struktur dan fungsi epitel di mukosa usus, sehingga
mengakibatkan malabsorpsi ringan dan penurunan berat badan
ANEMIA MEGALOBLASTIK-DEFISIENSI VITAMIN B12
• Gejala neuropati :
• mati rasa, rasa terbakar pada jari, gangguan posisi, sulit
berjalan, vibrasi, spasme, rasa lemah, ataksia, demensia
• Demielinasi, degenerasi akson, kematian neuron
• Pucat
• Kulit dan mata kekuningan karena naiknya bilirubin
• Risiko penyakit kardiovaskuler (infark miokard,
thrombosis vena)
ANEMIA MEGALOBLASTIK-DEFISIENSI ASAM FOLAT
Indikasi utama Pemeriksaan anemia, pansitopenia, Indikasi utk trephin tambahan: kecurigaan
kecurigaan leukemia atau mieloma, polisitemia vera, kelainan mielofibrosis dan
neutropenia, trombositopenia, dll mieloproliferatif lain, anemia aplastik,
limfoma ganas, karsinoma sekunder, kasus
splenomegali atau demam dengan penyebab
yg tdk diketahui. Kasus-kasus dg aspirasi
kering.
E (juta/mm³)
Kadar Hb < 5.0 g/dL (kondisi yang dapat menyebabkan gagal jantung dan kematian)
Saturasi transferin Menurun 15% Menurun / N 10- Meningkat >20% Meningkat >20%
20%
Besi sumsum - + ++ + dengan ring
tulang sinderoblast
Protoforfirin Naik Naik Norm Norm
eritrosit
Feritin serum turun <20 ug/L Norm 20-200 ug/L Naik >50ug/L Naik > 50ug/L
Kerugian :
• - Fk pembekuan sudah habis
• - Penurunan kadar 2,3 DPG afinitas Hb thd
oksigen tinggi Oksigen sukar dilepas ke
jaringan
• - Kadar kalium, amonia, & asam laktat tinggi
Indikasi :
• 1. Perdarahan > 30% TBV (syok hemovolemik) stabilkan dulu dgn
cairan elektrolit.
• 2. Pada bayi perdarahan >10% TBV
• 3. Bedah mayor dgn perdarahan > 1500 ml
PACKED RED SEL (PRC)
• Sebagian besar (2/3) dr plasma dibuang
• 1 unit berasal dr 500 ml WB volumenya = 200-250 ml
• Daya angkut oksigen 2X> dr 1 Unit WB
• Kadar Hematokrit 70-80%,Vol plasma 15-25 ml, volume
antikoagulan 10-15 ml
• Untuk naikkan Hb 1 gr/dl perlu PRC 4 ml/kgBB 1 unit
naikkan hematokrit 3-5%
• Dipakai pada : anemia yg tdk disertai penurunan volume
yg disertai tanda “oksigen need” (sesak, mata berkunang,
palpitasi, pusing, gelisah)
KEUNTUNGAN PRC :
• 1. Kemungkinan overload sirkulasi minimal
• 2. Rx transfusi akibat komponen plasma minimal
• 3. Rx transfusi akibat antibodi donor minimal
• 4. Efek samping volume antikoagulan berkurang
• 5. Sisa plasma dapat dibuat menjadi komponen lain
• gn normal saline 3X u/ hilangkan antibodi
KERUGIAN :
• 1. Masih cukup banyak plasma , lekosit,& trombosit bentuk
Antibodi
• 2. Mengurangi efek samping bagi pasien yg perlu transfusi berulang
PRC yg dicuci (washed PRC)
• KONSENTRAT TROMBOSIT
• Didapat dari darah segar dgn metode pemutaran dgn
waktu tertentu
• Volume 25-40 ml/unit
• 1 unit menaikkan jumlah platelet 9000-11.000/mm3
• Trombositopenia berat butuh 8-10 unit
• Trombosit harus ditransfusikan dlm waktu 2 jam
Diberikan sampai perdarahan berhenti atau Bleeding
Time pd 2 X nilai kontrol normal
Kemungkinan komplikasi :
• Menggigil, demam, alergi
• Dapat menyebabkan allo imunisasi pasien refrakter
thd transfusi berikutnya
PLASMA
• Plasma 250 ml darah diperoleh 125 ml darah
Digunakan Untuk :
• 1. Mengatasi gangguan koagulasi yg tdk disebabkan oleh
trombositopenia
• 2. Mengganti plasma yg hilang
• 3. Defisiensi imunoglobulin
• 4. Overdosis obat antikoagulan (warfarin, dsb)
Tersedia sebagai :
1. Plasma segar (Fresh Plasma) Dari darah lengkap
segar (<6 jam)
• Berisi semua faktor pembekuan (juga fk.labil) &
trombosit Harus diberikan dalam 6 jam
• Saran:
• Mahasiswi tersebut sebaiknya mengikuti saran dokter untuk tidak sembarang menggunakan
obat guna menghindari Hemosiderosis (penumpukan besi di ginjal dan hati dalam jangka
panjang, pendarahan lambung (jangka pendek) akibat kebiasaan pasien gejala anemia pada
umumnya untuk mengkonsumsi tablet tambah darah.
Daftar Pustaka
• Sudoyo, Aru W et all. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam, Jilid II Edisi VI,
Interna Publishing, Jakarta. 2009
• Hoffbrand,AV, Moss, PAH. Kapita Selekta Hematologi, EGC, Jakarta.
2013
• Wintrobe MM, Clinical Hematology, 13th ed. Philadelphia; Lea and
Febiger, 2014
Terima Kasih