Anda di halaman 1dari 21

Definisi

● Anemia merupakan penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak
dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke
jaringan perifer.
● Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri, tetapi merupakan gejala
berbagai macam penyakit dasar.
● Parameter: Hb, Hct, dan hitung eritrosit.

Adeli K, Raizman JE, Chen Y, et al. Complex Biological Profile of


Hematologic Markers across Pediatric, Adult, and Geriatric Ages:
Establishment of Robust Pediatric and Adult Reference Intervals on the
Basis of the Canadian Health Measures Survey. Clinical Chemistry 2015;
61:1075.
Klasifikasi
• Berdasarkan Etiopatogensis
• Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang
• Anemia akibat pendarahan
• Anemia hemolitik
• Anemia dengan penyebab tidak diketahui
• Berdasarkan Morfologi dan Etiologi
• Anemia mikrositik hipokromik (MCV<80 fl, MCH<27pg)
• Anemia normositik normokromik (MCV 80-95 fl, MCH 27-34 pg)
• Anemia makrositik (MCV>95 fl)
Klasifikasi
Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang
a. Kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit
• Anemia defisiensi besi
• Anemia defisiensi asam folat
• Anemia deisiensi vit b12
b. Gangguan penggunaan besi
• Anemia penyakit kronis
• Anemia sideroblatik
c. Kerusakan sumsum tulang
• Anemia aplastik
• Anemia mieloplastik
• Anemia pada keganasan hematologi
• Anemia diseritropoietik
• Anemia pada sindrom mielodisplastik
• Anemia akibat kekurangan eritropoietin: anemia pada gagal ginjal kronik
Klasifikasi
Anemia akibat pendarahan
a. Anemia pasca pendarahan akut
b. Anemia akibat pendarahan kronis
Anemia Hemolitik
c. Anemia hemolitik intrakorpuskular
• Gangguan membran eritrosit
• Gangguan enzim eritrosit
• Gangguan hemoglobin
d. Anemia hemolitik ekstrakopuskular
• Anemia hemolitik autoimun
• Anemia hemolitik mikroangiopatik
Anemia dengan penyebab yang tidak diketahui
Klasifikasi
Anemia mikrositik
hipokromik (MCV<80
fl, MCH<27pg)
a. Anemia defisiensi besi
b. Thalassemia major
c. Anemia akibat penyakit
kronik
d. Anemia sideroblastik
Klasifikasi
Anemia normositik
normokromik (MCV 80-95 fl,
MCH 27-34 pg)
a. Anemia pasca pendarahan
b. Anemia aplastik
c. Anemia hemolitik didapat
d. Anemia akibat penyakit kronik
e. Anemia akibat gagal ginjal
kronik
f. Anemia pada dindrom
mielodisplatik
g. Anemia pada keganansan
hematologik
Klasifikasi
Anemia makrositik (MCV>95 fl)
a. Bentuk Megaloblastik
• Anemia defisiensi asam
folat
• Anemia defisiensi b12
b. Bentuk non-megaloblastik
• Anemia pada penyakit hati
kronik
• Anemia pada hipotiroidisma
• Anemia pada sindrom
meiolodisplatik
Patofisiologi
● Patofisiologi anemia tergantung pada penyebab primernya
● Ketidakseimbangan antara produksi terhadap pembuangan atau penghancuran RBC
→ anemia
○ Peningkatan destruksi RBC → perdarahan (akut/kronik), anemia hemolitik
(acquired/herediter)
○ Defisiensi Eritropoiesis → anemia mikorsitik, makrostik, normositik
● 𝛽-Thalassemia
disebabkan oleh tidak adanya/berkurangnya sintesis rantai 𝛽-globin → anemia
hemolitik + gangguan EPO → anemia berat, pertumbuhan buruk, kelainan tulang,
dan kematian (major)
Patofisiologi
● Gejala umum anemia disebabkan oleh:
1. Anoksia organ
2. Mekanisme kompensasi tubuh terhadap berkurangnya daya angkut O2
● Gejala umum anemia (simptomatik) → kadar Hb < 7 g/dl
● Berat ringannya gejala bergantung pada:
1. Derajat penurunan Hb
2. Kecepatan penurunan Hb
3. Usia
4. Kelainan jantung & paru (sebelumnya)
Tanda dan Gejala
● Pusing, atau merasa seperti akan pingsan
● Lemas
● Detak jantung cepat atau iregular
● Nyeri kepala
● Nyeri, termasuk di tulang, dada, perut, dan persendian
● Sesak napas
● Masalah dengan pertumbuhan, untuk anak-anak dan remaja
● Kulit yang pucat atau kuning
● Tangan dan kaki dingin
Pemeriksaan Penunjang untuk Anemia
● Complete blood count (CBC)
● Peripheral smear
● Reticulocyte count
● Serum iron, total iron-binding capacity (TIBC), dan serum ferritin
● Hemoglobin electrophoresis dan pengukuran dari hemoglobin A 2 dan fetal
hemoglobin, dan hemoglobin H
● Serum kreatinin
● Tes fungsi tiroid T4 dan TSH
● Activated partial thromboplastin time (APTT), prothrombin time/international
normalized ratio (PT/INR), dan thrombin time (TT)
● Lactate dehydrogenase (LDH), dan indirect bilirubin
● Analisis sumsum tulang
Pendekatan Diagnosis
Tahap-tahap dalam diagnosis anemia:
- Menentukan adanya anemia
- Menentukan jenis anemia
- Menentukan etiologi atau penyakit dasar anemia
- Menentukan ada / tidaknya penyakit penyerta
Pendekatan Diagnosis
- Pendekatan tradisional : berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik,
hasil lab
- Pendekatan morfologi : berdasar apusan darah tepi / indeks
eritrosit → normo-normo, mikro-hipo, makrositer
- Pendekatan probabilistik : berdasar pola etiologi & epidemiologi
- Epidemiologi dunia : anemia defisiensi besi, penyakit kronik, talasemia
- Perempuan hamil : anemia defisiensi folat
- Daerah endemis malaria: anemia ec malaria
- Anak : thalasemia
- Bali & Indonesia : anemia aplastik
- Pendekatan klinis :
- Awitan (onset) anemia
- Berat / ringannya derajat anemia
- Gejala yang menonjol
- Pendekatan laboratorium
Pendekatan Diagnosis - Klinis (cont.)
- Berdasarkan awitan
- Cepat (hari - minggu): perdarahan akut, anemia hemolitik, leukemia akut,
krisis aplastik pada anemia hemolitik kronik
- Lambat : anemia def besi, def folat & vit.B12, penyakit kronil, hemolitik
kronik (kongenital)
- Berdasarkan beratnya anemia
- Berat : def. Besi, aplastik, leukemia akut, pasca perdarahan akut, gagal
ginjal kronik stadium terminal
- Ringan - sedang : peny. kronik, peny. sistemik
- Gejala yang menonjol
- Anemia : def. besi, aplastik, hemolitik
- Gejala penyakit dasar : peny. kronik, anemia sekunder (peny. sistemik,
hati / ginjal)
Pendekatan Diagnosis - Lab (cont.)
Pendekatan Terapi
Beberapa hal yang harus diperhatikan:
● Pengobatan diberikan berdasarkan diagnosis definitif
● Pemberian hematinik tanpa indikasi yang jelas tidak dianjurkan
● Pengobatan anemia dapat berupa terapi untuk keadaan darurat, terapi
suportif, terapi yang khas untuk masing-masing anemia, terapi kausal
untuk mengobat penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut.
● Diagnosis definitif tidak dapat ditegakkan → terapi percobaan
● Transfusi diberikan pada anemia pasca perdarahan akut dengan tanda-tanda
gangguan hemodinamik. Anemia kronik → transfusi hanya untuk anemia
bersifat simtomatik atau adanya ancaman gagal jantung
Pendekatan Terapi
Beberapa hal yang harus diperhatikan:
● Pengobatan diberikan berdasarkan diagnosis definitif
● Pemberian hematinik tanpa indikasi yang jelas tidak dianjurkan
● Pengobatan anemia dapat berupa terapi untuk keadaan darurat, terapi
suportif, terapi yang khas untuk masing-masing anemia, terapi kausal
untuk mengobat penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut.
● Diagnosis definitif tidak dapat ditegakkan → terapi percobaan
● Transfusi diberikan pada anemia pasca perdarahan akut dengan tanda-tanda
gangguan hemodinamik. Anemia kronik → transfusi hanya untuk anemia
bersifat simtomatik atau adanya ancaman gagal jantung
Terima Kasih
Mohon Asupan

www.ugm.ac.id Locally Rooted, Globally Respected

Anda mungkin juga menyukai