PASIEN ANEMIA
ANEMIA
• Definisi fungsional: penurunan jumlah massa eritrosit (redcell
mass) tidak dapat memenuhi fungsi membawa O2 yg cukup
ke jaringan perifer (penurunan O2 carrying capacity).
Normal Abnormal
Normal/Tinggi Defisiensi Fe
Hemolitik ? Thalasemia
Gangguan metabolisme Fe
Mielodisplasia (MDS)
Infiltrasi Keganasan
Negatif Positif Hb/
Hipoplasia SSTL hemosiderin
Tes coombs, C3/C4
Cincin sideroblastik ? Anti dsDNA
Hemolisis Hemolisis
Positif Ekstravaskular Intravaskular
AIHA Primer or Secunder
Defect Extra corpuscular
Negatif Mekanik, Toksin, Infeksi
Defect Intra corpuscular
• Gejala Khas :
• Pemeriksaan Laboratorium:
– Hb, indeks eritrosit, hapusan darah tepi, lekosit,
trombosit, hitung retikulosit, LED,
• Pemeriksaan sumsum tulang:
– Mengetahui keadaan hemopoesis
– Mutlak utk Dx anemia aplastik, megaloblastik, dan
kelainan hematologik yg dapt mensupresi sistem
eritroid.
Pemeriksaan khusus:
BERDASARKAN :
• Kecepatan timbulnya penyakit (awitan anemia)
• Berat ringannya derajat anemia
• Gejala yang menonjol
Kecepatan timbulnya penyakit (awitan anemia)
• Meliputi proses
• Besi dalam makanan
transportasi besi
diolah dalam
• Proses penyerapan dalam sirkulasi,
lambung dan siap
proses aktif utilisasi besi, storage
untuk diserap dalam
duodenum • Penyerapan terjadi • Besi setelah diserap
melalui mukosa oleh enterosit
• Terdapat 2 bentuk:
duodenum dan basal eiptel kapiler
a. Besi heme jejunum proksimal usus berikatan dg
apotransferin
b. Besi non heme
transferin besi
dilepas di sel RES
via pinositosis
Metabolisme Besi
Besi feri dikonversi mjd fero oleh enzim ferireduktase, dimediasi duodenal
Cytochrome b-like (DCytB).
Transfer melalui membran difasilitasi oleh divalent metal transporter
(Nramp2/DMT1).
Besi dalam sitoplasma sebagian disimpan mjd feritin, sebagian diloloskan lewat
basolateral transporter (feroportin) ke dlm kapiler usus Fero diubah mjd feri oleh
feroreduktase (antara lain hephaestin) Besi diikat apotransferin dlm kapiler usus
mjd tranferin.
Koolman, Color Atlas of Biochemistry, 2nd edition © 2005 Thieme
Absorbsi, Transportasi & Penyimpanan Besi
Lanjutan Absorpsi besi
• Deplesi besi:
Cadangan besi menurun, tetapi penyediaan besi
untuk eritropoeisis belum terganggu
• Eritropoeisis defisiensi besi:
Cadangan besi kosong, penyediaan besi untuk
eritropoeisis terganggu tetapi belum timbul
anemia secara laboratorik
• Anemia defisiensi besi:
Cadangan besi kosong disertai anemia
hipokrom mikrositer disertai gejala anemia
defisiensi besi
MANIFESTASI KLINIS
Gejala Klinis
• Gejala anemia defisiensi besi dapat
digolongkan menjadi 3 bagian:
1. Gejala umum anemia
2. Gejala khas defisiensi besi
3. Gejala penyakit dasar
Gejala Klinis Lanjutan…
Hoffbrand AV, Catovsky D, Tuddenham EGD. Postgraduate Haematology 5th ed. 2005
Bridges KR, Pearson H. Anemias and Other Red Cells Disorders, 2008
DIAGNOSIS
• Penegakkan diagnosis anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium.
• Secara laboratorik Modifikasi kriteria Kerlin et al sbb:
Anemia hipokrom mikrositer atau MCH <80 fl dan MCHC <31 fl dg salah satu
dari a,b,c atau d
a. 2 dari 3 parameter ini: Besi serum <50 mg/dl, TIBC >350 mg/dl, Saturasi
transferin <15%
b. Feritin serum < 20 mg/L
c. Perl’s Stain pd sumtul cad besi (-)
d. respon dg pemberian SF 3x200 mg/hari selama 4 mgg disertai kenaikan
Hb >2 g/dl
Iron deficiency: bone marrow showing absence of stainable iron (Perls’ stain).
Hoffbrand AV, Catovsky D, Tuddenham EGD. Postgraduate Haematology 5th ed. 2005
Normal bone marrow showing plentiful iron in macrophages (Perls’ stain) with iron
granules in erythroblasts (insets).
Hoffbrand AV, Catovsky D, Tuddenham EGD. Postgraduate Haematology 5th ed. 2005
DIAGNOSIS BANDING
• Lain-lain: diit dari sumber hewani, vit C 3x100 mg, transfusi darah
PRC
• Respon terapi baik jika: retikulosit naik mgg I normal 10-14
hari, Hb naik 0,15 g/hari atau 2 g/dl setelah 3-4 mgg normal
setelah 4-10 mgg.
Lama terapi:
Terapi Fe diteruskan sampai 4-6 bln stl Hb normal u/ mengisi
cadangan Fe
Respon tidak Baik Terhadap Terapi :
Evaluasi ulang
Prognosis
1. Toksisitas langsung
-Iatrogenik: radiasi, kemoterapi
-benzena
-metabolit intermediate beberapa jenis obat
2. Penyebab yang diperantarai imun
-Iatrogenik : transfusi
-kehamilan
-Penyakit terkait hepatitis
-metabolit intermediate beberapa jenis obat
Patogenesis
- Berat
- Selularitas sumsum tulang < 25 %
- Sitopenia sedikitnya dua dari tiga seri sel darah
> Hitung netrofil < 500 /uL
> Hitung trombosit < 20.000 /uL
> Hitung retikulosit absolut <60.000 /uL
- Sangat berat
- s.d.a, kecuali hitung netrofil < 200/ul
Gambaran klinis
• Gambaran klinis
Perdarahan: eccymoses, petechiae, epistaxis
Lemah: fatique
Tanda-tanda infeksi bacteri (TR, sellulitis), Jamur
• Pemeriksaan fisik
Pucat
Purpura (eccymoses, petechiae)
Gingivitis, stomatitis, pharyngitis, proctitis
Organomegali (-)
Laboratorium
Darah tepi
– Anemia: normositik normokrom
– Granulosit rendah
– Trombosit rendah (<150.000/ul)
– Netropenia:Netrofil (1500/ul)
– Retikulosit rendah ( < 1%)
Laboratorium
• Destruksi intravaskular
Jika membran eritrosit mengalami kerusakan akan
dihancurkan di sirkulasi tapi jumlahnya sedikit kecuali pd
kasus hemolitik, cth tranfusi imkompatibilitas ABO, PNH
dll
• Destruksi ekstravaskular
Dilaksanakan di RES oleh makrofag melalui sinyal berupa
penurunan deformabilitas dan atau perubahan permukaan
eritrosit.
Red cell destruction
Extravascular Intravascular
Free plasma Hb
RE System Hp
Globin Haemopexin
Haem Hb-Hp complex
Methaemalbumin
Plasma Plasma protein pool
iron pool Protoporphyrin Liver
Expire CO
Unconj bilirubin Kidney
Conj bilirubin
GI Tract
Urobilinogen
Faeces Urine
Katabolisme Haemoglobin
Siklus Besi pada Manusia
Eritropoisis &
sintesis hem
Sumsum Tulang
Phagositosis
Perdarahan &
Cadangan besi
Destruksi eritrosit & eksresi lainya
(Feritin &
Hemosiderin katabolisme Hb
Anemia normositik
Normositik anemia
Apakah ada
Apakah ada
- gagal ginjal an. pada gagal ginjal
hemolisis ?
- gangguan endokrin an. pd gangguan endokrin
- inflamasi kronik an. pd penyakit kronik
ya tidak
Jika tidak periksa masalah pembentukan
(MDS, MM, infiltrasi)
Anemia Perdar
hemolitik ahan
Penyelidikan sumsum tulang
baru
Klasifikasi Etiologi Anemia Hemolitik
1.Akuisita
a.Mekanik
• Makroangiopati (cth:methemoglobinuria, katup
buatan)
• Mikroangiopati (cth:TTP, DIC, vasculitis)
• Parasit & mikroorganisme (cth:malaria, klostridium)
b.Reaksi antibodi
• Warm type otoimun hemolytic anemia
• Cryopatic syndrome (cold agglutinin, paroxysmal cold
hemoglobinuria)
• Reaksi transfusi (reaksi lambat dan cepat)
Klasifikasi Etiologi Anemia Hemolitik
c. Hipersplenismus
d. Kerusakan membran eritrosit
1. spur cell hemolysis
2. akantosis dan stomatositosis didapat
e. Trauma kimiawi atau senyawa kimia ( arsenik,
tembaga, klorat, bisa ular, bisa kalajengking)
f. Trauma fisik ( panas, oksigen dan radiasi)
Klasifikasi Etiologi Anemia Hemolitik
2. Herediter
a. Hemoglobinopati
– Sickle cell anemia
– Unstable hemoglobin
b. Abnormalitas struktur & membran eritrosit
– Kerusakan membran sikloskeletal ( cth:sferesitosis,dll)
– Kerusakan membran lipid ( cth:stomatositosis dll)
– Kerusakan membran yg disertai abnormalitas antigen
eritrosit (cth: Mc Leod synd, dll)
Klasifikasi Etiologi Anemia Hemolitik
• Klinis
– Dapat terjadi asimtomatik, akut atau berat
– Mendadak mual-mual, muntah, demam, menggigil, nyeri perut
atau pinggang, badan lemah, sesak napas, pucat.
– Gangguan kardiovaskular
– BAK warna gelap atau merah
– Ikterik, splenomegali, ptekie, purpura, kolelitiasis
– Bentuk kronis berupa badan lemah beberapa minggu atau bulan.
Gambaran Umum Hemolisis
• Laboratorium
1. Peningkatan penghancuran eritrosit
- bilirubin tak terkonjugasi serum ↑
- urobilinogen urin ↑
- sterkobilinogen ↑
- Haptoglobin (-)
2.Peningkatan produksi eritrosit
- retikulositosis
- hiperplasia eritroid sumsum tulang
3.Eritrosit rusak
- morfologi (mikrosferosit dll)
- fragilitas osmotik, otohemolisis dll
- umur eritrosit pendek
- LDH ↑
Hemolisis Ekstravaskular vs Intravaskular
Ekstravaskular Intravaskular
Tes hemolisis hemolisis
LDH
bilirubin
Imun Non-imun
Congenital Didapat
• Autoimmune Defects of: • Infeksi
• Eritrosit membrane/ sepsis
• Alloimmune skeleton malaria
(eg. Hereditary spherocytosis)
• Drug-induced • Mekanik
• Eritrosit enzymes prosthetic heart valve
(other causes of (eg. G6PD deficiency) microangiopathic HA
immune hemolysis are
rare) • Hemoglobin
Anemia Hemolitik - Imun
• Hemolisis yang berhubungan dengan obat
• Hemolisis Alloimun
– Hemolitik sebagai akibat reaksi transfusi
– Penyakit hemolitik pada bayi baru lahir
• Hemolisis Autoimun
– Hemolisis autoimun panas
– Hemolisis autoimun dingin
Hemolisis autoimun
Berhubungan dengan obat
Autoantibodi
(methyldopa)
Hemolisis Alloimun
Hemolisis akibat reaksi transfusi
• Disebabkan karena pengenalan antigen asing pada
transfusi sel-sel darah
• Beberapa tipe
– Hemolisis intravaskular cepat (Menit) –
Tergantung antibodi yang dibentuk sebelumnya;
mengancam jiwa
– Hemolisis ekstravaskular lembat (Hari) - Biasanya
akibat pajanan berulang terhadap suatu antigen
asing dimana sebelumnya telah terjadi pajanan
serupa; biasanya hanya berupa gejala-gejala
ringan
– Sensitisasi tertunda - (Minggu) - Biasanya terjadi
akibat pajanan pertama terhadap antigen asing;
asimptomatik
Hemolisis Alloimun
Pengujian sebelum transfusi
• ABO & Tipe rhesus baik dari donor &
resipien
• Skrining antibodi dari donor & resipien,
mencakup pemeriksaan Coombs tidak
langsung
• Cross-match utama melalui prosedur yang
sama (serum resipien & donor sel-sel darah
merah)
Hemolisis Autoimun
• Tergantung pada pembentukan dari
autoantibodi yang menyerang RBC pasien
itu sendiri
• Jenisnya diciri-khaskan berdasarkan
kemampuan autoantibodi dalam mengikat
komplemen & dari lokasi penghancuran
RBC
• Sering dikaitkan dengan penyakit
limfoproliferatif atau penyakit vaskular
kolagen
Hemolisis Autoimun
Tipe Panas
• Biasanya antibodi IgG
• Mengikat komplemen hanya sampai level
C3, Pengikatan imunoglobulin terjadi pada
setiap temperatur
• Reseptor Fc/C3b dikenali oleh makrofag;
• Hemolisis yang secara primer
ekstravaskular
• 70% dikaitkan dengan penyakit lainnya
• Bersifat responsif terhadap
steroid/splenektomi
Hemolisis Autoimun
Tipe Dingin
• Paling banyak termediasi dengan IgM
• Ikatan antibodi terbaik pada suhu 30º atau
di bawahnya
• Mengikat seluruh rangkaian komplemen
• Mengarah pada pembentukan kompleks
serangan membran, yang bisa menyebabkan
terjadinya lisis RBC di dalam vaskular
• Secara tipikal hanya komplemen yang
ditemukan pada sel
• 90% dikaitkan dengan penyakit lainnya
• Tidak begitu responsif terhadap steroid,
splenektomi; responsif thd plasmaferesis
Defisiensi Glukosa 6-Fosfat
Dehidrogenase
• Gangguan sintesis NADPH dan GSH (glutation
tereduksi).
• Proteksi melawan tekanan oksidatif
• Kekurangan enzim G6PD mengarah pada
hemolisis selama adanya tekanan oksidatif
– Infeksi (pneumonia, demam thypoid)
– Obat-obatan (glibenklamid, sulfonamid,
primakuin, nitrofurantoin dll.)
– Fava bean
• D/Laki-laki, episode hemolisis akut, riw. kontak
obat2an, seny.kimia & pem. aktivitas enzim.
• Th/ tranfusi, hindari kontak dg fc pencetus
Thalasemia
• Kelainan herediter akibat mutasi gen
globin
• Terbagi : Thallasemia α, Thallasemia β
• Tetramer Hb inadekuat hipokrom
mikrositer
• Sintesa rantai globin sehat >>
akumulasi toksik thd normoblas
destruksi normoblas eritropoesis
inefektif
Gejala klinik :
• Mongoloid Facies/Facies Rodent
• Anemi, sklera ikterik,
hepatosplenomegali
• Ggn maturitas seksual
• Ggn pertumbuhan
• Gagal jantung kongestif
Diagnosis :
• Apusan darah : anemia hipokrom
mikrositer, sel target, normoblast
• Tanda hemolisis : peningkatan
retikulosit, bilirubin indirek
• Elektroforesis Hb
Terapi
Terhadap Etiologi
•Coomb’s test : hemolitik autoimun
•Ham’s test : PNH
•G6PD : G6PD defisiensi
•Piruvat Kinase : Piruvat kinase defisiensi
•Donath Lansteiner tes : Paroxysmal cold
haemoglobinuria
•Hb Elektroforese : Talassemia
•Tes fragilitas osmotik : Sferositosis skunder
•DDR, apus darah tepi : Malaria
Terapi
1.Tergantung Etiologi
Anemia hemolitik autoimun
Obati penyakit dasar : SLE, infeksi,
malaria, keganasan
Kelainan kongenital
2.Bila perlu transfusi darah : washed red
cell, packed red cell
3.Pada hemolisis kronik diberikan asam folat
Terapi
Ketika sintesis DNA dan/atau sintesis RNA terganggu, siklus sel terhambat berlanjut dari
tahap pertumbuhan(G2) ke tahap mitosis (M).
Hal ini menyebabkan proliferasi dan diferensiasi terbatas pada sel-sel progenitor sehingga
diferensiasi sel terhambat yang akan menyebabkan morfologi sel menjadi makrositosis.
Anemia makrosltlk
dapat dibagi menjadi anemia makrositik megaloblastik dan non-megaloblastik. Pada anemia
megaloblastik sering tampil dengan hipersegmentasi sel netrofil (6-l-0 lobus).
Klasifikasi anemia makrositer:
Megaloblastik
a.Hipovitaminosis
- Defisiensi vitamin 89 (asam folat) yang akan
menyebabkan gangguan biosintesis basa purin
dan pirimidin serta gangguan proses metilasi
DNA, RNA, dan Protein.
b. Non Hipovitaminosis
Akibat gangguan sintesis DNA, RNA, atau Protein
karena gangguan proses metilasi yang memengaruhi
proliferasi dan diferensiasi pada prekursor (pendahulu)
SDM.
Non Megaloblastik
Tidak terjadi gangguan sintesis DNA dan/atau RNA yang memengaruhi proliferasi
dan diferensiasi pendahulu (prekursor) SDM.
. Termasuk dalam kategori ini adalah gangguan yang berkaitan dengan meningkatnya
luas permukaan membran sel akibat alkoholime atau drug induced, peningkatan
eritropoiesis akibat sekunder dari retikulositosis (retikulosit lebih besar dari SDM tua)
berkaitan dengan peningkatan kadar eritropoeitin seperti pada hemolisis atau
perdarahan, hipoksia (penyakit paru obstruktif kronik, hipertensi pulmonal, dataran tlnggi,
dan lain-lain).
. Tumor yang mensekresi eritropoeitin; tumor berasal dari sistem vaskular (hemangioma,
hemangioblastoma, hipervascular carcinoma( hepato-celular), karsinoma sel ginjal,
karsinoma adrenal.
PATOGENESIS
Penghambatan sintesis DNA dan/atau RNA pada SDM yang paling sering disebabkan oleh
hipovitaminosis, khususnya defisiensi sianokobalamin (B12) dan/atau asam folat.
Mekanismenya adalah akibat gangguan proses siklus B12 yang bergantung asam folat.
Defisiensi asam folat akan diikuti oleh terhambatnya sintesis basa nukleotida (khususnya timin), menyebabkan
terhambatnya sintesis DNA.
Kekurangan vitamin B1-2 saja dapat tidak menyebabkan sindrom makrositer tersebut jika kadar asam folat cukup.
Suplementasi asam folat tanpa adanya B12 mencegah anemia jenis ini (meskipun keadaan patologis spesifik
lain dari defisiensi B12 terus berlanjut).
Asam folat dengan enzim katalisis dihydrofolote reductose (DHFR) diperlukan untuk biosintesis basa
nukleotida purin dan pirimidin untuk digabungkan ke dalam DNA dan RNA, melalui pembentukan
tetrahidrofolat (FH4)yang dimulai ketika asam folat (F) direduksi menjadi dihidrofolate (FH2), yang kemudian
direduksi menjadi FH4
Vitamin B12 berfungsi sebagai koenzim dalam reaksi re-metilasi homosistein
untuk membentuk metionin yang diperlukan untuk reaksi metilasi substrat
termasuk DNA, RNA, fosfolipid, dan protein.
Hambatan proses metilasi merupakan awal dari kumpulan gejala klinis yang
dipengaruhi oleh adanya gangguan metabolism asam folat dan B12.
Hambatan proses metilasi akan menyebabkan ketidakstabilan kromosom
sehingga mudah terjadi mutasi, gangguan sintesis DNA (replikasi DNA), dan
gangguan translasi (produksi asam amino/protein).
Anemia megaloblastik karena gangguan sintesis DNA (gangguan replikasi DNA),
gangguan translasi sering disebabkan karena gangguan proses metilasi, dan dapat juga oleh
karena obat-obat kemoterapi atau antimikroba.
Proliferasi yang tinggi dengan/tanpa gangguan diferensiasi SDM yang terjadi akibat dari
hipometilasi seluruh genom disertai hipermetilasi lokal dan peningkatan ekspresi DNA
methyltronsferose.
Wanita hamil atau akan hamil dianjurkan mengonsumsi asam folat untuk mencegah keguguran dan kelainan
tabung neural yaitu cacat lahir dimana pembentukan tulang belakang janin tidak menutup kembali (spina
bifida).
DEFISIENSI ASAM FOLAT DAN B12
Gejala dan Tanda
Gejala yang timbul dapat disebabkan oleh anemianya
maupun oleh kondisi penyebab anemia tersebut. Gejala yang timbul antara lain:
a. Gejala umum anemia:
Gejala peningkatan tonus adrenergik atau
dopaminergik akibat penurunan kapasitas angkut
oksigen:
- Lesu, lemah/lemas, cepat capek.
- Pucat, terutama pada konjungtiva (end ortery).
- Takikardi, murmur ejeksi sistolik, gallop keempat
(presistolik),
- Excertionol dispneu, Takipneu,
- Konsentrasi menurun, pingsan
- Telinga berdenglng
- Skotoma (edema papil)
. Gejala khusus berkaitan dengan penyebab:
- Akibat perdarahan
- Menorhogio, Polymenorhogio
- Melena, hematoskezia
- Epistaksis
- Gusi berdarah
- Akibat defisiensi asam folat, B12
- Hipertrofi ginggiva, PaPilla
pasien anemia dapat ditransfusi dengan pocked red cells apabila dalam keadaan kedaruratan
(dekompensasi, rencana operasi segera).
Jika suatu obat diperkirakan menjadi penyebab anemia makrositik, terutama jika hemolisis yang
terjadi, hentikan pemberian obat tersebut.
Pasien kekurangan vitamln B12 atau folat harus mendapat terapi pengganti, asam folat 1, mg/
hari dapat diresepkan pada pasien dengan defisiensi
folat. Injeksi intra-muskular vitamin B12 (100-1000 mcg perbulan), berlangsung terus menerus, dapat
diberikan.
Pasien yang diduga menyalahgunakan alcohol dinasihatkan untuk menghindarkannya.
Mengobati
keganasan, penyakit granulomatosa, dan PPOK menurut
standar terapi untuk masing-masing penyakit. Rawat inap
mungkin diperlukan untuk mengobati beberapa penyebab
anemia makrositosis, terutama leukemia akut
Komplikasi defisiensi vitamin Bl-2 antara lain: