YOLINA
OFFICE ADDRESS:
www.optimaprep.com
Proses Hematopoeisis
Proses hematopoeisis
Proses
hematopoiesis
Anemia
• Menurut WHO, anemia merupakan keadaan
dimana terjadi pengurangan jumlah sel darah
merah, baik itu dalam kadar hemoglobin dan
atau hematokrit, selama volume darah total
dalam batas normal
• WHO memakai standard kadar Hb < 12,5 g/dL
untuk dapat menegakkan diagnosis anemia
• Di Amerika, digunakan batas Hb < 13,5 g/ dL
untuk laki-laki dan <12,5 dL untuk perempuan.
Gejala anemia
• Gejala dapat bervariasi
• Pada anemia karena
kehilangan darah yang akut,
lemah atau pun tidak
sadar.
• Sementara pada keadaan
pendarahan kronisbadan
lemah atau bahkan tidak
bergejala sama sekali.
• Pada anemia hemolisis
perubahan warna kulit
menjadi warna kuning
(ikterus) karena proses
hemolisis yang menghasilkan
bilirubin
Indeks Eritrosit
• Indeks eritrosit/ indeks • mean corpuscular volume (MCV)
kospouskuleradalah batasan untuk
– Volume/ ukuran eritrosit :
ukuran dan isi hemoglobin eritrosit.
mikrositik (ukuran kecil),
• terdiri atas :
normositik (ukuran normal),
– (MCV : mean corpuscular volume) dan makrositik (ukuran
– (MCH : mean corpuscular besar).
hemoglobin)
– (MCHC : mean corpuscular
• mean corpuscular hemoglobin
hemoglobin) (MCH)
– (RDW : RBC distribution width atau – bobot hemoglobin di dalam
luas distribusi eritrosit) perbedaan eritrosit tanpa
ukuran
memperhatikan ukurannya.
• Indeks eritrosit dipergunakan secara
luas dalam mengklasifikasi anemia • mean corpuscular hemoglobin
atau sebagai penunjang dalam concentration (MCHC)
membedakan berbagai macam – konsentrasi hemoglobin per
anemia. unit volume eritrosit.
Hipokrom: MCH ˂ normal Hiperkrom:
MCH ˃ normal
Mikrositik: MCV ˂ normal
Makrositik: MCV ˃ normal
Parameter pengukuran anemia
MCV C ÷ A x 10 = 90 fl
MCH B ÷ A x 10 = 30 pg
MCHC (%) B ÷ C x 100 = 33%
www.drsarma.in
Anemia
Retikulosit
• Retikulosit : eritrosit muda yang sitoplasmanya masih
mengandung sejumlah besar sisa-sisa ribosome dan RNA
yang berasal dari sisa inti dari prekursornya (sel darah
muda).
• Jumlah retikulosit yg meningkat menunjukkan kemampuan
respon sumsum tulang ketika anemia (misal perdarahan)
• Indikator aktivitas sumsum tulang, banyaknya retikulosit
dalam darah tepi menggambarkan eritropoesis yang
hampir akurat.
– Peningkatan jumlah retikulosit di darah tepi menggambarkan
akselerasi produksi eritrosit dalam sumsum tulang.
– hitung retikulosit yang rendah dapat mengindikasikan keadan
hipofungsi sumsum tulang atau anemia aplastik.
RDW
www.studyblue.com
http://emedicine.medscape.com/article/954506-workup
Anemia Mikrositik Hipokrom
GDT
Besi serum
• Gejala anemia yang timbul, antara lain cepah lelah dan pucat, kekuningan.
• Gangguan neurologi hanya terjadi pada defisiensi vitamin B12, tidak pada
defisiensi folat. Gejala neurologi yang ditemukan:
– Neuropati perifer: kesemutan, kebas, lemas
– Kehilangan sensasi proprioseptif (posisi) dan getaran
– Gangguan memori, depresi, iritabilitas
– Neuropati optik: penglihatan kabur, gangguan lapang pandang
Hipersegmentasi (segmen 5/lebih)
2. Extravascular hemolysis
• the removal and destruction of red blood cells with membrane
alterations by the macrophages of the spleen and liver.
• Circulating blood is filtered continuously through thinwalled
splenic cords into the splenic sinusoids (with fenestrated
basement membranes), a spongelike labyrinth of macrophages
with long dendritic processes
Anemia Hemolitik
THALASSEMIA
• Penyakit genetik dgn supresi produksi hemoglobin karena defek
pada sintesis rantai globin (pada orang dewasa rantai globin terdiri
dari komponen alfa dan beta)
• Diturunkan secara autosomal resesif
• Secara fenotip: mayor (transfusion dependent), intermedia (gejala
klinis ringan, jarang butuh transfusi), minor/trait (asimtomatik)
• Secara genotip:
– Thalassemia beta (kromosom 11, kelainan berupa mutasi) yang
mayoritas ditemukan di Indonesia
• Tergantung tipe mutasi, bervariasi antara ringan (++, +) ke berat (0)
– Thalassemia alfa (Kromosom 16, kelainan berupa delesi)
• -thal 2 /silent carrier state: delesi 1 gen
• -thal 1 / -thal carrier: delesi 2 gen: anemia ringan
• Penyakit HbH: delesi 3 gen: anemia hemolitik sedang, splenomegali
• Hydrops foetalis / Hb Barts: delesi 4 gen, mati dalam kandungan
Penurunan genetik
thalassemia beta jika kedua
orang tua merupakan
thalassemia trait
NB: need
two genes
(one from
each parent)
to make
enough beta
globin
protein
chains.
PATHOPHYSIOLOGY OF THALASSEMIA
ANAMNESIS + TEMUAN KLINIS
• Pucat kronik
• Hepatosplenomegali
• Ikterik
• Perubahan penulangan
• Perubahan bentuk wajah
facies cooley
• Hiperpigmentasi kulit
akibat penimbunan besi
• Riwayat keluarga +
• Riwayat transfusi
• Ruang traube terisi
• Osteoporosis
• “Hair on end” pd foto
kepala
Diagnosis thalassemia
(cont’d)
• Pemeriksaan darah
– CBC: Hb , MCV , MCH , MCHC , Rt ,
RDW
– Apusan darah: mikrositik, hipokrom,
anisositosis, poikilositosis, sel target,
fragmented cell, normoblas +, nucleated
RBC, howell-Jelly body, basophilic
stippling
– Hiperbilirubinemia
– Tes Fungsi hati abnormal (late findings
krn overload Fe)
– Tes fungsi tiroid abnormal (late findings
krn overload Fe)
– Hiperglikemia (late findings krn overload
Fe)
– HbF , HbA2 n/, Tidak ditemukan HbA, thalassemia with target cells, hypochromia, Howell-Jolly
bodies, thrombocytosis, and nucleated RBCs.Image from
Hb abnormal (HbE, HbO, dll), Jenis Hb Stanley Schrier@ 2001 in ASH Image Bank 2001;
doi:10.1182/ashimagebank-2001-100208)
kualitatif
Hepatosplenomegali & Ikterik
Pucat
Hair on End
NB: Pemeriksaan TIBC memiliki ketersediaan yang lebih luas dibandingkan pemeriksaan Transferin
Defisiensi Glukosa-6-FosfatDehidrogenase (G6PD)
• Defisiensi (G6PD) merupakan enzimopati terkait kromosom X yang paling
umum diderita manusia.
• Prevalensi tinggi terutama di daerah endemis malaria termasuk Asia
Tenggara Indonesia
• Defisiensi G6PD diturunkan melalui kromosom X
• Gen G6PD terletak pada regio telomerik lengan panjang kromosom X
(band Xq28), dekat dengan gen hemofi lia A, diskeratosis kongenital dan
buta warna
Kurniawan LB. Skrining, Diagnosis dan Aspek Klinis Defi siensi Glukosa-6-FosfatDehidrogenase (G6PD). CDK-222/ vol. 41 no. 11, th. 2014
Patogenesis defisiensi G6PD
• Glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD) enzim pengkatalisis reaksi
pertama jalur pentosa fosfat dan memberikan efek reduksi pada semua
sel dalam bentuk NADPH
• NADPH memungkinkan sel-sel bertahan dari stres oksidatif yang dapat
dipicu oleh beberapa bahan oksidan dan menyediakan glutathione
dalam bentuk tereduksi
• Eritrosit tidak memiliki mitokondria jalur pentosa fosfat merupakan
satu-satunya sumber NADPH pertahanan terhadap kerusakan
oksidatif tergantung pada G6PD
What happens in G6PD deficiency?
Manifestasi Klinis
• Sebagian besar penderita defisiensi G6PD bersifat asimtomatik
• Gejala muncul bila eritrosit mengalami stres oksidatif dipicu obat,
infeksi, maupun konsumsi kacang fava.
• Manifestasi Klinis berupa anemia hemolitik akut yang diinduksi obat
maupun infeksi, favisme, ikterus neonatorum maupun anemia
hemolitik non-sferosis kronis.
• Beberapa kondisi seperti diabetes, infark miokard, latihan fi sik
berat telah dapat menginduksi hemolisis pada penderita defisiensi
G6PD.
• Hemolisis akut rasa lemah, nyeri punggung, anemia dan ikterus.
Terjadi peningkatan kadar bilirubin tidak terkonjugasi, laktat
dehidrogenase dan retikulositosis.
Anemia hemolitik terinduksi obat
• Obat obat spesifik penyebab langsung krisis hemolisis
penderita defisiensi G6PD sulit ditentukan dengan tepat.
– Suatu obat yang dinyatakan aman untuk satu penderita
defi siensi G6PD belum tentu aman untuk penderita lain
perbedaan farmakokinetik tiap individu.
– Obat yang memiliki efek oksidan sering diberikan pada
pasien dengan keadaan klinis (misalnya infeksi) yang dapat
menyebabkan hemolisis.
– Pasien mengkonsumsi lebih dari satu jenis obat.
– Hemolisis pada defisiensi G6PD biasanya sembuh sendiri,
tidak menyebabkan anemia dan retikulositosis yang
signifikan
• Hemolisis dan ikterus klinis biasanya muncul 24-72 jam
setelah konsumsi obat.
• Anemia memburuk hingga 7-8 hari, kadar hemoglobin akan
kembali meningkat setelah 8-10 hari obat dihentikan
• Heinz body presipitat hemoglobin terdenaturasi
merupakan tanda khas pada pemeriksaan apusan darah tepi
Pansitopenia ec Anemia Aplastik
Ptekiae, epistaksis,
Pucat, lemah,
perdarahan gusi, Demam, infeksi
dispnea
menoragia
Lichtman MA, Segel GB. Aplastic anemia: acquired and inherited. In: Lichtman et al, editors. William’s hematology. 8th ed. New York: McGraw Hill; 2010. p.463-79
APLASTIC ANEMIA:
• Failure of two or more cell lines
• Anaemia, leukopenia, thrombocytopenia
(pancytopenia) + hypoplasia or aplasia of the marrow
• Pathology: Reduction in the amount of haemopoietic
tissue inability to produce mature cells for
discharge into the bloodstream
• no hepatomegaly; no splenomegaly; no
lymphadenopathy;
• Hallmark: peripheral pancytopenia with
hypoplastic/ aplastic bone marrow
ACQUIRED APLASTIC ANEMIA - CAUSES
• Radiation • Immune diseases:
• Drugs and chemicals – eosinophilic fascitis
– chemotherapy – thymoma
– Benzene • Pregnancy
– Chloramphenicol: idiosyncratic; • PNH
sudden onset after several
months; 1 of every 20,000, • Marrow replacement:
irreversible – leukemia
– organophosphate – Myelofibrosis
• Viruses: – myelodysplasia
– CMV
– EBV
– Hep B, C,D
– HIV
PATHOPHYSIOLOGY
RBC (anemia)
• Progressive and persistent pallor
• Anemia related symptoms
WBC (Leucopenia/neutropenia)
• Prone to infections - Pyodermas, OM, pneumonia, UTI, GI
infections, sepsis
Platelets (Thrombocytopenia)
• Petechiae, purpura, ecchymoses
• Hematemesis, hematuria, epistaxis, gingival bleed
• Intracranial bleed-headache, irritability, drowsiness, coma
Blood picture:
• Anemia-normocytic, normochromic
• Leukopenia (neutropenia)
• Relative lymphocytosis
• Thrombocytopenia
• Absolute reticulocyte count low
• Mild to moderate anisopoikilocytosis
Gold Standard
http://www.bangkokhealth.com/index.php/health/health-
general/first-aid/451-ขบวนการห้ามเลือด-hemostasis.html
Hemostasis
Gangguan hemostasis
Gangguan fungsi normal tubuh untuk menghentikan perdarahan
akibat gangguan trombosit, faktor pembekuan dan ggn vaskular
Bleeding
Mild Severe
intervention
stopped
continues
prolonged delayed
http://www.indianmedicinalplants.info/articles/BLEEDING-TIME.html
Clotting Time
• CT the interval between the moment when bleeding
starts and the moment when the fibrin thread is first
seen.
• BT depends on the integrity of platelets and vessel
walls, whereas CT depends on the availability of
coagulation factors.
• In coagulation disorders like haemophilia, CT is
prolonged but BT remains normal.
• CT is also prolonged in conditions like vitamin K
deficiency, liver diseases, disseminated intravascular
coagulation, overdosage of anticoagulants etc.
http://www.indianmedicinalplants.info/articles/BLEEDING-TIME.html
PT & APTT
• activated partial thromboplastin time (aPTT)
untuk mengevaluasi jalur intrinsik kaskade
koagulasi
• prothrombin time (PT) untuk mengevaluasi
jalur ekstrinsik kaskade koagulasi
http://practical-haemostasis.com/Screening%20Tests/aptt.html
Kalsium berperan menjadi jembatan yang menghubungkan faktor koagulasi
dengan fosfolipid trombosit.
Simple schematic diagram to diagnose hemostasic disorders
http://periobasics.com/wp-content/uploads/2013/01/Evaluation-of-bleeding-disorders.jpg
Henoch Schonlein Purpura
• Also called “anaphylactoid purpura”
• HSP is a systemic vasculitic syndrome
with:
– Palpable purpura
– Arthralgias
– GI involvement
– Glomerulonephritis
• 90% of cases reported in children
– Peak in children aged 4-7
• Male:Female (1.5:1)
• Renal disease is more severe in adults
PATHOGENESIS
• Likely mechanism thought to be an immune-
complex mediated disease with deposits in
the glomerular capillaries, dermal capillaries
and GI tract.
• Mesangial deposits of IgA are the same as
those seen in IgA nephropathy
PRECIPITATING ANTIGENS
• INFECTIONS
– Upper respiratory – C.difficile
tract infection – H.pylori
– Measles
– Adenovirus
– Rubella
– Legionella
– Parvovirus B19
– Tuberculosis
– Mycoplasma
– Coxsackie virus – Mumps
– Toxocara – Streptococcus
– Amebiasis – Morganella morganii
– Salmonella
PRECIPITATING ANTIGENS
• Drugs • Other:
– Vancomycin – Food hypersensitivity
– Streptokinase – Cold exposure
– Ranitidine – Autosomal recessive
– Cefuroxime Chronic granulomatous
– Diclofenac disease
– Enalapril – Myelodysplastic
syndrome
– Captopril
– Small cell lung cancer
– Breast cancer
CLINICAL FEATURES: Tetrad of
symptoms
• Abdominal pain • Palpable purpura
– GI INVOLVEMENT: more – most commonly seen on lower
common in children. Symptoms extremities and buttocks,
include abdominal pain, nausea, however can also been seen on
vomiting, diarrhea, constipation the trunk and arms.
or bowel intussusception. May – Lesions begin as erythematous
present with GI bleeding. macules and progress to
• Renal disease purpuric, non-blanching,
– in up to 50% of patients; May nonpruritic lesions that may
present with hematuria; Usually become confluent
resolve spontaneously. • Arthritis/arthralgias
– Can have mild – more common in adults and
glomerulonephritis leading to
microscopic hematuria and can most common in knees and
lead to a rapidly progressive ankles. Generally self-limiting
glomerulonephritis with RBC
casts
DIAGNOSTIC EVALUATION
• May have mild leukocytosis
• Normal platelet count
• Normal serum complement levels
• Elevated IgA in 50%
DIAGNOSIS
• Generally a clinical diagnosis
• Skin Biopsy: can be helpful and used to
confirm IgA and C3 deposits and
leukocytoclastic vasculitis.
• Renal Biopsy: not usually needed for
diagnosis. Will show mesangial IgA deposits
and segmental glomerulonephritis
MANAGEMENT
• Usually self-limiting (1-6 weeks)
• Steroids:
– may decrease tissue edema, may aid in arthralgias
and some abdominal pain
– Has not been shown to be beneficial in kidney
disease or dermal manifestations
– Does not lessen chance of recurrence
– Does not shorten duration of disease
Bleeding Disorder
Idiopathic (Immune) Thrombocytopenic Purpura
• Purpura trombositopenia
– penyakit autoimun yang ditandai dengan trombositopenia menetap (angka
trombosit darah tepi <150.000 ml/dl) akibat autoantibodi yang mengikat antigen
trombosit menyebabkan destruksi prematur trombosit dalam sistem
retikuloendotelial terutama di limpa
• 10% ITP + anemia hemolitik autoimun Evan’s syndrome
• Etiologi
– Primer: dx eksklusi
– Sekunder: virus (HIV, HCV, HBV, EBV), H. Pylori, ANA
– Anak: akut pasca infeksi
– Dewasa: kronik
• Manifestasi klinis: perdarahan mukokutan, petechiae, purpura.
Perdarahan spontan bila Tr <20,000/mm3
• Pemeriksaan lab
– BT, CT
– Hapus darah tepi: megakariosit
– Biopsi sumsum tulang: ↑ megakariosit
ITP
• Diawali dari adanya autoantibodi (sebagian besar
merupakan IgG) → melawan membran trombosit
glikoprotein IIb-IIIa atau Ib-IX.
• Antibodi antiplatelet berkerja sebagai opsonin yang dikenali
oleh reseptor IgG Fc pada makrofag → apabila ia melekat
pada trombosit, makrofag akan mengenali kompleks
tersebut sebagai substansi yang harus dihancurkan →
terjadi peningkatan destruksi platelet.
• ITP ringan:
– hanya trombosit yang diserang
– megakariosit mampu mengkompensasi kondisi itu dengan jalan
meningkatkan produksi trombosit.
• ITP berat:
– autoantibodi juga menyerang megakariosit, sehingga produksi
trombosit juga menurun.
ITP
• ITP akut
• umumnya ringan dan lebih dari 90% penderita sembuh
dalam 3-6 bulan karena merupakan self-limited disease
• bentuk pendarahannya purpura pada kulit dan mukosa
(hidung, gusi, saluran cerna dan traktus urogenital).
• ITP kronik
• pendarahannya dapat berupa ekimosis, peteki, purpura;
umumnya berat
• Traktus urogenital merupakan tempat pendarahan paling
sering.
• Spleenomegali ringan tanpa limfadenopati dapat
dijumpai pada kedua ITP, namun hanya 10-20% kasus.
Manifestasi Klinis
• Trombositopenia.
• Morfologi eritrosit, leukosit, dan retikulosit biasanya
normal, kadang dapat dijumpai adanya megatrombosit
• Bleeding time memanjang.
• Pemeriksaan aspirasi sum-sum tulang
• hanya dilakukan pada dewasa tua (>40 tahun), gambaran
klinis tidak khas, atau pasien yang tidak berespon baik
terhadap terapi.
• Kecurigaan ITP sekunder → pemeriksaan laboratoris
diperlukan untuk menginvestigasi penyakit dasarnya.
Tatalaksana
• Pasien dengan angka trombosit (AT) >30.000/µL, asimptomatik atau
purpura minimal
– tidak diterapi rutin.
• Pendarahan mukosa dengan AT <20.000/µL atau pendarahan ringan
dengan AT <10.000/µl
– Pengobatan dengan kortikosteroid
– Prednison 1-2 mg/kgBB/hari, dievaluasi 1-2 minggu
– Bila responsif, dosis diturunkan perlahan hingga AT stabil atau dipertahankan
30.000-50.000/ µL
– Prednison juga dapat diberikan dosis tinggi 4 mg/kgBB/hari selama 4 hari, bila
tidak ada respon maka pengobatan yang diberikan hanya suportif.
• Pemberian suspensi trombosit dilakukan bila
– AT <20.000/µL dengan pendarahan mukosa berulang
– pendarahan retina
– pendarahan berat
– AT <50.000/µL
– kecurigaan pendarahan intrakranial
– menjalani operasi dengan AT <150.000/µL.
Hemofilia
Antenatal diagnosis
• antihemophilic factor level
• F-VIII/F-IX gene identification (DNA analysis )
5-40% (emedicine)
Tatalaksana Hemofilia
Tatalaksana Hemofilia
• For treatment of acute bleeds, target levels by
hemorrhage severity are as follows:
– Mild hemorrhages (eg, early hemarthrosis, epistaxis,
gingival bleeding): Maintain an FVIII level of 30%
– Major hemorrhages (eg, hemarthrosis or muscle
bleeds with pain and swelling, prophylaxis after head
trauma with negative findings on examination):
Maintain an FVIII level of at least 50%
– Life-threatening bleeding episodes (ie, major trauma
or surgery, advanced or recurrent hemarthrosis):
Maintain an FVIII level of 80-100%
Blood Replacement Therapy
factor-VIII factor-IX
(unit/ml) (unit/ml) (ml)