KULIAH TAMU
Disususun Oleh :
Hamzah Shatri
Rudi Putranto
Edward Faisal
Jakarta, 2021
Kata Pengantar
Pertama sekali kami mengucapkan syukur alhamdulillah, telah dapat melaksanakan kuliah
tamu dan diskusi aktif bersama terkait Ilmu Psikosomatik dan Paliatif bidang Ilmu Penyakit
Dalam.
Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak sehingga kuliah tamu dan diskusi interaktif bersama-sama dengan rekan sejawat
peserta Program Studi Ilmu Penyakit Dalam tersebut dapat berjalan dengan baik
Walaupun diskusi dilakukan dalam waktu yang singkat, namun diharapkan dapat menambah
wawasan dan semangat terkait Ilmu Psikosomatik dan Paliatif yang banyak di jumpai dalam
praktek klinis sehari-hari. Bahan kuliah tamu dan diskusi ini kami susun dengan harapan
dapat untuk membantu mengingat, membaca kembali dan kemudian mengembangkan ilmu
Psikosomatik dan Paliatif khususnya dalam bidang Penyakit Dalam. Pelaksanaan kuliah
tamu dan diskusi Psikosomatik Paliatif tersebut juga merupakan amanah PAPDI dalam
mencapai kompetensi untuk menjadi seorang Spsesialis Penyakit Dalam.
Kiranya buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan kerja sama kolabolasi ini dapat tetap
berlanjut dengan lebih baik lagi dikemudian hari
Hamzah Shatri
Keterangan: Dalam pemahaman ketrampilan prosedur tersebut juga perlu memahami ketrampilan
prosedur diagnostik maupun terapeutik yang dipelajari di bidang Penyakit Dalam
Keterangan: Diatas adalah poin-pon penting terkait gangguan Psikosomatik yaitu ada gejala psikis
dan somatic, gejala tersebut bisa subjektif ataupun objektif, ada stresor yang menyebabkan reaksi stres
sehinggan timbul distres. Dapat bermanifetasi sebagai gangguan psikosomatik fungsional atau
strutura (organik).
Keterangan: Psikodinamik adanya reaksi stres dan timbulnya gangguan Psikosomatik terlihat pada
fase-fase diatas. Gangguan Psikosomatik lebih jelas terlihat pada fase keletihan dimana biasanya perlu
pertolongan dokter.
Keterangan. Stres adalah reaksi atau respon terhadap stresor, bila timbul gejala disebut Distres atau
gangguan Psikosomatik.
Keterangan: Kondisi distres (stres) yang berlanjut terus menerus bila tidak ditangani dengan baik akan
menjadi atau timbul berbagai penyakit.
Keterangan: Poin-poin diatas perlu dipelajari dan didalami agar lebih bisa memahami patofisiologi
gangguan psikosomatik dengan berbagai akibatnya yang sering kali tidak disadari.
Keterangan: Lebih luas terlihat pada gambar bahwa distres berhubungan dengan berbagai penyakit
terkait berbagai organ dan sistem.
Keterangan: Selain mengenali stresor juga perlu dilihat reaksi atau respon yang timbul agar
pendekatan diagnosis dan pengobatan jadi lebih sempurna
Pada pelayanan di poli Psikosomatik RSCM, 52,7 % pasien kami memenuhi kriteria untuk Ansietas.
Keterangan:
Keterangan: Dalam praktek klinik, bila memakai sistem multiaksial diagnosis, Depresi pada aksis 1
dan gangguan Somatik pada aksis 3, agar pengobatan dilakukan secara bersama-sama dan terintegrasi
dengan memperhatikan aksis-aksis lainnya.
Keterangan: Kemampuan diagnosis dan pengobatan Depresi somatik perlu terus ditingkatkan
Keterangan: Prevalensinya sangat tinggi, perlu diperhatikan pada tiap pasien yang berobat
Keterangan: Perhatian terkait kasus Depresi tidak hanya di rawat jalan, tetapi juga dirawat inap pada
berbagai penyakit.
Keterangan: Juga perlu diperhatikan karakteristik demografi dan epidemiologi kasus Depresi
Keterangan: Harus memahami gejala-gejala depresi secara umum dan secara khusus terutama bila
ada gangguan organik.
Keterangan: Tidur sangat dibutuhkan seperti juga makan, minum, bernafas. Untuk restorasi tubuh.
Gangguan tidur bisa gangguan pada kualitas, bisa kuantitas dan akan mengganggu aktifitas rutin.
Keterangan: Banyak yang tidak terdiagnosis dan tidak mendapat pengobatan yang baik
Keterangan: Bisa disamakan dengan gangguan tidur fungsional dan gangguan tidur struktural
Keterangan: Paling sering, paling banyak dijumpai dalam praktek sehati-hari dengan keluhan sulit
tidur atau tidak bisa tidur. Biasanya akibat stresor akut dan bersifat sementara
Keterangan: Cukup sering terkait pekerjaan dengan jadwal pagi, sore, malam.
Keterangan: Bahaya terjadi sesuatu terhadap dirinya ataupun orang lain. Mungkin terkait juga dengan
genetik
Keterangan: Jenjang 4 adalah tidur dalam yang sangat diperlukan untuk restorasi
Keterangan: Jenjang tidur 3 dan 4 bila tercapai akan segar, walaupun kurang tidur dari kebutuhan
rata-rata lama jam dalam tidur (6-8jam)
Keterangan. Perlu ekplorasi aspek psikis terutama Ansietas dan atau Depresi
Keterangan: Dalam diagnosis bila perlu diagnosis tersendiri, maka masuk aksis 3, agar dapat
tatalaksana yang menyeluruh
Keterangan: Kesulitan masuk tidur, tidur tidak nyenyak, sulit masuk jenjang tidur dalam 3 dan 4
Keterangan: Pilih obat dengan efek hipnotik yang memadai dan onset serta lama kerja singkat
Keterangan: Penggunaan antibiotik pada kondisi akhir hayat/hospice, end of life care perlu
dipertimbangkan manfaat dan risikonya. Tujuan pemberian antibiotik adalah comfort care.
Masalah Psikososial-spiritual: gangguan psikis, adaptasi, keluarga, pelaku rawat, ekonomi, nilai-
budaya
Sebelum ke kasus perlu diperhatikan dahulu pembuatan daftar masalah dalam bidang
Psikosomatik dan Paliatif. Daftar masalah Psikosmatik dibuat dalam sistem aksis multiaksial yang
terdiri dari 5 aksis. Daftar masalah Paliatif berbeda dengan daftar masalah Psikosomatik, akan
tetapi gangguan Psikosomatik dapat dimasukkan dalam salah satu daftar masalah di bidang
perawatan Paliatif. Berikut adalah cara pembuatan daftar masalah di bidang Psikosomatik dan
Paliatif:
Adaptasi dikatakan ringan jika hanya 1 kondisi yang terganggu; adaptasi sedang jika 2 kondisi
yang terganggu; adaptasi berat jika semua kondisi terganggu.
1. Daftar masalah Medik: semua tanda dan gejala yang ditemukan pada pasien. Urutan penulisan
daftar masalah medik disesuaikan dengan keluhan utama saat klinisi membuat daftar diagnosis.
2. Daftar masalah Keperawatan: Daftar masalah yang kemungkinan dapat terjadi pada masa
perawatan atau masalah dalam asuhan keperawatan.
3. Daftar masalah Fungsional: daftar masalah ini memberikan gambaran status fungionsl pasien
(ECOG, Karnofsky) juga status prognosis secara paliatif (Palliative Prognostic Index/PPI dan
Palliative Performance Scale/PPS)
4. Daftar masalah Psiko-Sosial-Spiritual: semua daftar masalah yang berhubungan dengan psikis
pasien termasuk stresor yang membuat gangguan fungsional maupun organik pada pasien
(termasuk penyakit/gangguan itu sendiri dapat menjadi stresor perlu dimasukkan), untuk spiritual
dikaji dalam hal pandangan pasien terhadap kondisi spiritualnya dan kebutuhan pendampingan
rohani.
Kasus 1
Pasien perempuan, 56 tahun, janda dengan diagnosis rheumatoid arthritis (RA) dirujuk keluhan
lelah yang tidak mereda dengan istirahat sudah 6 bulan ini. Keluhan ini disertai dengan sulit tidur,
ada rasa lelah yang bertahan selama 24 jam setelah melakukan aktivitas, gangguan konsentrasi,
nyeri seluruh sendi tubuh, nyeri otot dan ada pembesaran kelanjar limfe yang tidak terasa nyeri.
Kadang ada nyeri tenggorokan, tapi tanpa disertai demam. Pasien ada rasa khawatir akan
bertambah berat sakitnya dan akan meninggal. Napsu makan pasien meningkat. Kadang pasien
juga malas melakukan aktivitas hariannya. Pasien menderita RA sudah 7 tahun dan terkontrol
dengan MTX 5 mg per minggu. Tapi sejak 6 bulan ini pasien merasa nyeri sendiri tidak terkontrol,
sudah ditingkatkan dosis MTX dan ditambah dengan leflunomide tapi keluhan tidak membaik.
Pasien sudah tidak melakukan ibadahnya karena nyerinya dan beribadah dianggap tidak
bermanfaat untuk sakit yang dialaminya. Pasien pada 10 tahun lalu pasien ada riwayat dipasang
stent ke LAD dan RCA, dan masih rutin minum clopidogrel 1 dd 75 mg, atorvastatin 1 dd 20 mg,
glyceryl trinitrate retard 3 dd 2,5 mg.
Status lokalis: tender point metacarpal bilateral, swelling metacarpal bilateral dan genu dextra
Soal 1
Diagnosis aksis 1 dan aksis 3 yang tepat untuk pasien ini adalah
A. Aksis 1: Gangguan Depresi; Aksis 3: Sindrom lelah kronik, Nyeri, RA, CAD, Obesitas
B. Aksis 1: Gangguan campuran Depresi dan Ansietas; Aksis 3: Sindrom lelah kronik, Nyeri,
Insomnia, RA, CAD Obesitas
C. Aksis 1: Gangguan stres akut; Aksis 3: Sindrom lelah kronik, Insomnia, RA, CAD, Obesitas
D. Aksis 1: Gangguan cemas menyeluruh; Aksis 3: Sindrom lelah kronik, RA, CAD, Obesitas
Jawaban : A
Pembahasan:
Aksis 1: Gangguan Depresi. Pada pasien, trias Depresi ada walaupun disertai dengan gejala Cemas.
Gejala Cemas dapat menjadi bagian dari gangguan Depresi. Jika ada gejala Depresi ringan dan gejala
Cemas ringan dapat didiagnosis sebagai gangguan campuran Depresi dan Cemas (Gangguan Depresi
ditulis lebih dahulu karena lebih berat gangguannya). Jika sudah ada gejala Depresi sedang sampai
berat disertai dengan gejala cemas maka diagnosis dimasukkan ke dalam gangguan dengan gejala
lebih berat, yaitu gangguan Depresi. Secara umum gangguan Depresi dampak dan komplikasinya
lebih berat dan harus segera ditatalaksana.
Jika kriteria tidak memenuhi kriteria sesuai DSM V/ICD 10 untuk gangguan depresi/gangguan
ansietas maka pasien didiagnosis sebagai gangguan adaptasi dengan afek (depresi/cemas).
Soal 2
Untuk gangguan psikosomatik yang terjadi pada soal no. 1 terapi yang sesuai untuk pasien ini yang
masih aktif bekerja adalah
Jawaban: B
Pembahasan:
Gangguan psikosomatik yang ada pada soal nomor 1 adalah gangguan Depresi. Pilihan terapi dapat
TCA, SSRI, SNRI. Semua jawaban diatas adalah obat pilihan terapi untuk gangguan depresi. Perlu
dikaji dosis, komorbid pada pasien dan waktu pemberian. Untuk dosis diberikan dengan teknik “go
slow, low dose”. Selanjutnya dikaji untuk komorbid, pada pasien ini terdapat komorbid: RA, CAD
dan Obesitas. RA sendiri dapat memiliki risiko komplikasi ke kardiovaskular.
Untuk kasus ini risiko tinggi jika diberikan adalah TCA-amitriptilin. Sebelumnya akan dijelaskan
sedikit tentang amitriptilin. Amitriptilin memiliki efek sedatif yang lebih tinggi dibandingkan SSRI
dan SNRI. Jika diperlukan efek sedatifnya untuk memperbaiki gangguan tidur yang terjadi dapat
diberikan amitriptilin. Tapi karena kondisi komorbid pasien ada sakit jantung maka TCA merupakan
kontra indikasi. Kemudian obat yang tersisa sertralin dan fluoxetin. Kedua obat ini memiliki efek
terhadap trombosit yaitu menyebabkan agregasi trombosit menurun. Pada pasien ada komorbid
CAD, walau sudah diberikan antiplatelet maka akan mempotensiasi kerja antiplatelet, akan tetapi
karena pada CAD diharapkan agar tidak terjadi trombus/emboli berulang maka dipertahankan
Untuk waktu pemberian karena setralin/fluoxetin efek sedasinya lebih kecil maka kurang bermanfaat
jika diberikan saat malam hari. Selain itu jika diberikan pada pagi hari, maka jika mood pasien
membaik maka saat malam hari dapat tidur tanpa gangguan.
Aksis 4: Stresor
Aksis 5: Adaptasi
Hobi:
Kasus 2
Pasien laki-laki, 19 tahun, mahasiswa, belum menikah dikonsulkan dengan keluhan nyeri ulu hati
2 minggu. Pasien juga ada keluhan sering kembung, perutnya terasa seperti ada kupu-kupu di
dalamnya, kadang ada BAB cair bergantian dengan sembelit, pasien juga ada keluhan nyeri di
punggung. Keluhan ini sudah ada sejak 6 bulan, tapi makin sering sejak 3 bulan ini. Pasien selama
1 bulan ini disertai sering murung dan menyendiri. Menurut ibunya napsu makan pasien
meningkat. Pasien sudah didagnosis ALL sejak 1 tahun lalu dan sudah menjalani kemoterapi
Pemeriksaan fisik: Compos mentis, afek datar. Tekanan darah 90/60 mmHg; Frek Nadi 56x/mnt;
Frek napas: 12x/mnt. VAS 3/10. Abdomen: nyeri tekan epigastrium. Ekstremitas dingin.
Soal 1
Pertama tentukan menggunakan daftar masalah apakah daftar masalah dari pendekatan psikosomatik
(aksis multiaksial) atau pendekatan secara paliatif karena dalam kasus no 2 dapat dimasukkan ke
dalam dua daftar masalah tersebut, maka sebaiknya dibuat daftar masalah yang komprehensif, yaitu
dengan membuat daftar masalah paliatif. Mengapa demikian? Karena dalam daftar masalah paliatif
juga dapat dimasukkan daftar masalah di bidang psikosomatik pada daftar masalah psiko-sosial-
spiritual.
- Bradikardi asimptomatik
2. Daftar masalah Keperawatan: kemungkian yang dapat terjadi pada pasien ini akibat dari blast
yang banyak jumlahnya antara lain: gangguan oksigenasi, gangguan perfusi jaringan, gangguan
rasa nyaman karena nyeri. Untuk hal lain dapat diidentifikasi juga jika diperlukan saat perawatan.
Semua skor ini jika ada pada psien dijumlahkan. Semakin tinggi nilainya maka semakin buruk
prognosisnya. Skor PPI antara 0 – 15, Jika skor 6 keatas maka survival < 3minggu; jika skor 4-6
maka survival > 6 minggu.
Psikis: Pasien dari anamnesis yang ada mengarahkan ke gangguan depresi dengan adaptasi buruk
Spiritual: masalah pasien yang berhubungan dengan kepercayaan/agama yang dianutnya (misal:
pasien sudah tidak mau beribadah karena nyeri).