Anda di halaman 1dari 8

A.

KASUS I
KLAIM ASURANSI JIWA OLEH PT.PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE
Penggugat adalah penerima manfaat (beneficiary) dan/atau ahli waris dari Eva Pasaribu
(istri penggugat) selaku tertanggung dan/atau pemegang hak polis asuransi jiwa No.31494813
yang dikeluarkan oleh PT. Prudential Life Assurance dan tergugat adalah pihak PT.
Prudential Life Assurance selaku penanggung asuransi jiwa. Sebagaimana tertuang dalam
polis tertanggal 01 September 2008, dengan uang pertanggungan asuransi dasar sejumlah
Rp150.000.000,00 (seratuslima puluh juta rupiah),uang pertanggungan kondisi kritis
sejumlah Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah), dan pertanggungan tambahan
santunan meninggal dan cacat tetap karena kecelakaan dengan uang pertanggungan sejumlah
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Bahwa Eva Pasaribu (istri penggugat) sebelumnya telah mengisi dokumen-dokumen
persyaratan yang disyaratkan tergugat yaitu diantaranya surat pengajuan asuransi jiwa yang
ditandatangani oleh Eva Pasribu (istri penggugat) tertanggal 25 Agustus 2008, serta dokumen
lain sebagai syarat penerbit polis dan setelah semua persyaratan dipenuhi selanjutnya Eva
Pasaribu (istri penggugat)menyerahkan dokumen persyaratan tersebut kepada tergugat untuk
di analisa. Kemudian tergugat menyetujui pengajuan asuransi jiwa istri penggugat, hal mana
terbukti dengan diterbitkannya polis asuransi jiwa nomor.31494813 atas nama Eva Pasaribu
(istri penggugat), oleh karenanya dengan telah diterbitkannya polis tersebut maka segala
dokumen dan persyaratan yang harus dipenuhi istri penggugat adalah telah sah dan lengkap.
Bahwa karena antara penggugat dan terugat telah terjadi kesepakatan tentang asuransi
/pertanggungan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 246 KUHD JO. Pasal 247 KUHD
yang tertuang dalam polis Nomor.31494813 dan pertanggungan tambahan santunan
meninggal dan cacat tetap karena kecelakaan,kesepakatan mana telah memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan dalam pasal 1320 KUHPertdata sehingga sesuai dengan ketentuan pasal
1338 KUHPerdata, perjanjian antara penggugat dan tergugat berlaku sebagai undang-undang
bagi para pihak dan perjanjian tersebut harus dilaksanakan dengan iktikad baik.

1
pasal 246 Jo pasal 247 Kitab Undang-undang Hukum dagang

1
Namun pada saat pengisian surat pengajuan asuransi jiwa tertanggal 25 Agustus 2008
tentang data kesehatan diman pihak tertanggung mengidap penyakit Endocarditis AR,MS/MS
Radang katup jantung katup yang bocor, dalam pengisiannya dilakukan oleh Agen Berto
Sinaga dan dikaitkan dengan fakta bahwa pola kerja Agen Asuransi telah tidak melaksanakan
kewajibannya sepenuhnya yaitu tidak memberikan penerangan dan penjelasan secara
sempurna terutama perihal akibat dari sekiranya Surat Penajuan Asuransi Jiwa (SPAJ) tidak
diisi lengkap dan ada hal-hal yang disembunyikan yang bersangkutan dengan resiko yang
dialihkan untuk ditanggung oleh Tergugat selaku Penanggung.
ANALISA KASUS :
Dalam kasus yang tersebut di atas, dalam perjanjian asuransi bahwa kewajiban dari
pihak tertanggung adalah membayar premi dan kewajiban dari pihak penanggung adalah
membayarkan klaim atau kerugian dari resiko sesuai dengan pasal 246 KUHD yang
menetapkan bahwa pertanggungan itu adalah perjanjian dimana penanggung berkewajiban
untuk mengganti kerugian apabila terjadi peristiwa yang merugikan tertanggung serta untuk
menerima uang premi, sedangkan tertanggung berkewajiban untuk membayar premi dan
berhak untuk mendapatkan penggantian kerugian. Bahwa tergugat selaku penanggung yang
diwakili agennya juga telah mengabaikan kewajibannya sehingga dirinya harus di nilai
sebagai telah beriktikad buruk mementingkan dapat nasabah tetapi dapat merugikan nasabah
dimaksud tertanggung.
Dari penjelasan sengketa klaim asuransi jiwa yang telah diuraikan telah diketahui
bahwa Pihak Prudential selaku penanggung tidak bisa membuktikan secara tertulis bahwa
tertanggung benar-benar mengetahui bahwa nasabah mengidap penyakit jantung dan dengan
sengaja enutp-nutupi penyakitnya sehingga perjanjian tidak berakhir sebagaimana mestinya
sesuai dengan pasal 251 KUHDagang “setiap keterangan yang keliru atau tidak benar
ataupun setiap tidak memberitahukan hal-hal yang diketahui oleh tertanggung, berapapun
iktikad baik ada padanya, yang demikian sifatnya sehingga seandainya si penanggung telah
mengetahui keadaan yang sebenarnya perjanjian itu tidak akan ditutup ataupun tidak akan
ditutup dengan syarat-syarat yang sama, mengakibatkan batalnya pertanggugan.”

2 pasal 251 Kitab Undang-undang Hukum Dagang

2
Sehingga sekiranya yang beriktiad buruk adalah Tertanggung saja maka perjanjian anata
tertanggung (yang mengisi SPAJ (Surat Pengajuan Asuransi Jiwa)) dengan penanggung yang
mengeluarkan polis tertanggung menjadi batal sebagaimana pasal 251 KUHD dengan akibat
tertanggung tidak berhak menuntut uang pertanggungan atau santun, akan tetapi pihak
penanggung/tergugat juga beriktikad buruk, maka adilnya adalah perjanjian benefit mana
tetap sa berlaku dengan resiko kerugian dipikul oleh keduanya.
Selain itu juga karena perjanjian pertanggungan asuransi jiwa dipandang sah berlaku,
maka dengan meninggalnya tertanggung seharusnya tertanggung membayar uang santunan
atau uang pertanggungan sebesar Rp150.000.000,00 (seratus limapuluh juta rupiah), akan
tetapi karena penanggung juga dalam posisi beriktikad buruk sehingga kedua belah pihak
harus menanggung resiko kerugian, artinya penggugat yang memperoleh manfaat dari
tertanggung tidak memperoleh benefit penuh sebesar Rp150.000.000,00 )seratus lima puluh
juta rupiah) akan tetapi hanya separuhnya yaitu RP75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta
rupiah), sebaliknya penanggung tidak berkewajiban membayar uang pertanggungan penuh
sebesar Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah), akan tetapi hanya separuhnya
yaitu Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah). Dengan demikian kedua belah pihak
dibebani menanggung resiko kerugian masing-masing separunya uang pertanggungan.
Pihak penanggung diakhir penutupan klaim asuransi jusstru mencari kesalahan dari
polis tersebut agar klaim tersebut tidak bisa dicairkan dengan menyertakan surat keterangan
dokter bahwa nasabah telah mengidap penyakit jantung sejak 2007 dan pihak nasabah atau
tertanggung tersebut tidak memberitahukan hal tersebut kepada pihak penanggung. Dalam
hal ini tentu pihak tertanggung bisa jadi memang tidak ada bukti keterangan pasti bahwa
pihak tertanggung mengetahui akan penyakit yang diderita nasabah tersebut, semisal surat
medical check up yang dilakukan oleh tertanggung sendiri. Dan terlebih lagi surat medical
check up tidak dijadikan persyaratan wajib oleh pihak penanggung, kemudian pihak asuransi
juga seharusnya sudah memeriksa untuk kemudian polis ini diterbitkan dan sah berlaku
sebagai undang-undang bagi kedua belah pihak.
Berdasarkan kasus pelanggaran asuransi oleh PT.Prudential Life Assanurance jika
dikaitkan dengan Undang-undang Asuransi Nomor 2 Tahun 1992 melanggar pasal 17 yaitu :
(1) Dalam hal terdapat pelanggaran terhadap ketentuan dalam Undang-undang ini atau
peraturan pelaksanaannya, Menteri dapat melakukan tindakan berupa pemberian
peringatan, pembatasan kegiatan usaha, atau pencabutan izin usaha.

3 pasal 17 Undang-undang Asuransi Nomor 2 tahun 1992

3
(2) Tindakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diterapkan dengan tahapan pelaksanaan
sebagai berikut:
a. Pemberian peringatan;
b. Pembatasan kegiatan usaha;
c. Pencabutan izin usaha.

4
B. KASUS II
KLAIM ASURANSI YANG DITOLAK PHAK ASURANSI RAKSA PRATIKARA
MALANG ATAS KENDARAAN BERMOTOR
Dalam kasus yang dialami oleh bapak Nursiman warga wagir Kota Malang. Kasus yang
dihadapi bapak Nursiman ini adalah terkait dengan klaim asuransi yang ditolak oleh pihak
Asuransi Raksa Pratikara. Bapak Nursiman membeli sebuah Motor lalu motor tersebut diikat
dengan perjanjian pembiayaan sepeda motor dengan PT. CS Finance. Lalu pada tanggal 3
mei 2014 anak bapak Nursiman Bayu berusia 15 tahun dengan mengendarai motor yang
dibiayai pihak PT. CS Finance tersebut mengalami pencurian yang disertai kekerasan, lalu
bapak Nursiman melaporkan kasus tersebut kepada pihak Kepolisian.
Selanjutnya pada tanggal 5 Mei 2014 bapak Nursiman melaporkan kasus tersebut
kepada pihak PT. CS finance dalam hal pemenuhan atas hak asuransinya, namun PT CS
Finance ternyata Menolak dengan alasan bahwa yang mengendarai motor pada saat terjadi
pencurian adalah Bayu yang berusia 15 tahun dan belum cakap hukum atau belum memiliki
sim C. Merasa dirugikan dan tidak mendapat penyelesaian atas kasus yang dialami, akhirnya
penggugat melaporkan kasus tersebut kepada BPSK Kota Malang. Dan perjuangan bapak
Nursiman berhasil putusan BPSK 21 Juli 2014 lalu memenangkan bapak Nursiman. BPSK
menyatakan bahwa yang menjadi obyek dari asuransi adalah berupa barang yaitu sepeda
motor, sehingga tidak ada kaitanya sama sekali dengan pengendaranya sehingga menghukum
pihak tergugat PT. Asuransi Raksa Pratikara dengan PT. CS Finance untuk mengganti rugi
secara tanggung renteng sepeda motor tersebut sebesar nilai Polis sesuai yang tercantum
didalamnya yang dikeluarkan oleh tergugat (PT. Asuransi Raksa Pratikara). Contoh alasan
penolakan pada kasus lain yang timbul dari suatu klaim terkait kehilangan kendaraan
bermotor adalah adanya penafsiran yang berbeda mengenai sebab dan akibat suatu kronologi
kejadian kehilangan kendaraan bermotor tersebut.

5
ANALISA KASUS
Berdasarkan kasus yang dialami oleh bapak Nursiman warga wagir Kota Malang
terdapat faktor adanya permasalahan kesulitan pengajuan klaim asuransi bukan saja akibat
dari pihak penanggung tetapi juga akibat dari pihak tertanggung (konsumen jasa Asuransi).
Dalam beberapa kasus yang ada hal tersebut terjadi akibat dari timbulnya suatu sengketa
konsumen karena adanya perbedan tolak ukur mengenai hal-hal yang terdapat didalam
perjanjian asuransi yaitu disebut dengan Polis Asuransi serta tidak terpenuhinya persyaratan
serta dokumen-dokumen yang merupakan langkah pertama yang harus dipenuhi apabila akan
mengajukan klaim asuransi. Polis asuransi adalah salah satu dokumen penting yang terdapat
didalam perjanjian asuransi yang merupakan alat bukti tertulis bahwa telah terjadi perjanjian
pertanggungan antara penanggung dan tertanggung. Kewajiban untuk menuangkan perjanjian
asuransi didalam polis ini terdapat didalam pasal 255 KUHD yaitu bahwa suatu
pertanggungan haruslah dibuat secara tertulis dalam suatu akta yang dinamakan polis.
Sehingga selanjutnya polis ini dapat digunakan sebagai suatu bukti apabila terjadi suatu
sengketa. Asuransi adalah suatu bentuk perjanjian, maka seluruh kesepakatan yang tertuang
didalam polis perjanjian asuransi akan mengikat kedua belah pihak yaitu penanggung dan
tertanggung dan berlaku sebagai hukum khusus.
Identik dengan sengketa yang terjadi sehubungan dengan klaim asuransi pada kasus
antara bapak nursiman dengan PT. Asuransi raksa Pratikara. Didalam kasus yang dialami
oleh bapak Nursiman ini yaitu bapak nursiman sebagai pihak tertanggung Asuransi yang
mengajukan klaim kehilangan kendaraan bermotor namun ditolak oleh PT. Asuransi Raksa
Pratikara karena dianggap bahwa orang yang mengendarai kendaraan tersebut adalah anak
dari bapak Nursiman yang belum berusia cakap hukum (15 tahun) sehingga belum memilik
Surat Kendraan Bermotor (SIM). Didalam polis atau kontrak yang disepakati oleh bapak
Nursiman dan PT. Raksa Pratikara terdapat pernyataan didalam perihal Pengecualian yaitu
pada Pasal 4 angka 4 yang berbunyi “Perjanjian ini tidak menjamin kerugian, kerusakan dan
atau biaya atas kendaraan bermotor dan atau tanggungjawab hukum terhadap pihak ketiga
apabila pada saat terjadinya kerugian atau kerusakan, kendaraan bermotor dikemudikan oleh
seseorang yang tidak memiliki surat izin mengemudi (SIM) sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.”

4 pasal 255 Kitab Undang-undang Hukum Dagang

6
Didalam mengajukan klaim mengenai kehilangan kendaraan bermotor hal pertama
yang harus dilakukan adalah memenuhi seluruh persyaratan dan prosedur yang berkaitan
dengan pengajuan klaim. Pada dasarnya pihak Asuransi tidak memiliki itikad untuk
mempersulit dalam pengajuan klaim ganti rugi asuransi kehilangan kendaraan bermotor,
namun hal-hal seperti belum terpenuhinya dokumen persyaratan yang merupakan prosedur
awal serta adanya beda penafsiranlah yang akhirnya menimbulkan adanya sengketa.
Hambatan yang sering terjadi didalam penyelesaian klaim asuransi antara lain adalah karena
timbulnya beberapa faktor yaitu
1. kelalaian dalam berkendara oleh tertanggung karena tidak dipenuhinya persyaratan
kelengkapan surat-surat kendaraan bermotor
2. Tidak dipenuhinya persyaratan-persyaratan kelengkapan dokumen pengajuan klaim
asuransi oleh pihak tertanggung.
3. Tidak jelasnya isi polis asuransi mengenai hal-hal penyebab suatu obyek asuransi dapat
diganti rugi atau tidak.
Kedua belah pihak sudah mengupayakan untuk menyelesaikan sengketa dengan jalur damai
dengan bermusyawarah atau negosiasi disertai dengan upaya yang dilakukan oleh PT. Asuransi
Raksa Pratikara dengan cara penyelesaian dengan cara kekeluargaan dengan Bapak Nursiman
Sebagai Tertanggung. Pengajuan klaim oleh pihak tertanggung akan dicocokan dengan isi polis.
Upaya yang dilakukan oleh pihak penanggung biasanya mampu memberikan ganti rugi klaim
kehilangan kendaraan bermotor apabila seluruh persyaratan dapat dipenuhi oleh pihak
tertanggung. Didalam setiap ganti kerugian jumlah nilai yang diberikan adalah berbeda-beda
sesuai dengan jumlah nilai pertanggungan. Dari masalah-masalah yang timbul kelalaian dari
pihak tertanggung dapat menjadi masalah akibat tidak diberikanya ganti kerugian berupa
perbaikan bengkel, pembayaran uang tunai, penggantian suku cadang, bahkan penggantian nilai
sesuai dengan jumlah kehilangan yang dialami tertanggung tentu saja disesuaikan dengan isi
perjanjian didalam polis.
Dalam kasus yang diambil terkait kasus penyelesaian sengketa asuransi tersebut, pihak
bapak Nursiman yang mengajukan permohonan penyelesaian sengketa di BPSK setelah
permohonan diterima selanjutnya kasus tersebut dilanjutkan lalu dihadirkan kedua belah pihak
bersama majelis lalu dihasilkan putusan bahwa pihak PT asuransi Raksa Pratikara dinyatakan
kalah lalu harus memenuhi kewajiban untuk mengganti rugi kehilangan atas bapak Nursiman
secara tanggung renteng dengan pihak Lising yaitu PT. CS Finance dengan bagian 25% pihak PT.
Raksa Pratikara 25% PT. CS finance dan sisanya harus ditanggung sendiri oleh bapak Nursiman
karena pada waktu itu proses pembayaran Asuransi baru dilakukan sekitar 3 bulan.

7
DAFTAR BACAAN

1. Undang-undang Asuransi Nomor 2 Tahun 1992


2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
3. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
4. http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol18412/klaim-tak-dibayar-kau-kugugat,
diakses tanggal 23 Mei 2012.
5. http://iamafanofpeace.blogspot.com/2011/09/kasus-ingkar-janji-pt-prudentiallife.html,
diakses tanggal 25 Mei 2012
6. http://kenapaasuransi.wordpress.com/prosedur-pengajuan-klaim/diakses pada 15
September 2013 pukul 12.18 WIB

Anda mungkin juga menyukai