Anda di halaman 1dari 14

PANDUAN

PERLINDUNGAN KEKERASAN FISIK

RUMAH SAKIT UMUM EL-SYIFA


PROGRAM KERJA HAK PASIEN DAN KELUARGA (HPK)
Jl. R.E. Martadinata No. 108 Ancaran – Kuningan – Jawa Barat
Telp. (0232) 876240 Fax. 876240
DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................................................


Daftar Isi .............................................................................................................................
Lembar Pengesahan ............................................................................................................
BAB I DEFINISI ..........................................................................................................
BAB II RUANG LINGKUP .........................................................................................
BAB III TATA LAKSANA ...........................................................................................
BAB IV DOKUMENTASI .............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................
LAMPIRAN .......................................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN

PANDUAN PERLINDUNGAN KEKERASA FISIK


TANDA
NAMA KETERANGAN TANGGAL
TANGAN
Pembuat
Ade Dian Tryanna, SKM
Dokumen
Direktur RSU
Dr. Loudry Amsal Elfa Gustamar
El-Syifa
BAB I

DEFINISI

1. Tujuan
Tujuan dari Perlindungan Terhadap Kekerasan Fisik, Usia Lanjut, Penderita
Cacat, Anak-anak dan yang Berisiko Disakiti adalah melindungi kelompok
pasien beresiko dari kekerasan fisik yang dilakukan oleh pengunjung, staf Rumah
Sakit dan pasien lain serta menjamin keselamatan kelompok pasien beresiko yang
mendapat pelayanan di RSU El-Syifa.

2. Definisi
a. Perlindungan Pasien
Segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi hak-hak pasien selama
dalam perawatan di rumah sakit dari segala bentuk ancaman dan tindakan
yang akan mengacam fisik, mental dan emosional
b. Kekerasan fisik
Semua bentuk tindakan atau perlakuan yang dapat menyakitkan secara fisik
yang mengakibatkan cidera ringan sampai pada dampak yang mengakibatkan
kematian
c. Kekerasan psikologis
Semua bentuk ancaman fisik terhadap individu atau kelompok yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada fisik, mental, spiritual, moral, atau sosial
termasuk pelecehan secara verbal.
d. Bayi dan anak-anak
Adalah pasien yang berumur 1 hari sampai umur12 tahun
e. Usia lanjut
Adalah seseorang baik laki-laki atau perempuan yang berumur 60 tahun
keatas. Lanjut usia secara fisik dapat dibedakan menjadi 2 yaitu lanjut usia
potensial dan lanjut usia non potensial. Beberapa jenis permasalahan yang di
alami oleh lanjut usia antara lain secara fisik, mental,social dan psikologis.
Sehingga hal ini akan mengakibatkan gangguan dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari.
f. Penderita cacat
Adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan atau mental yang
dapat mengganggu atau merupakan rintangan hambatan baginya untuk
melakukan secara selayaknya terdiri dari
a. Penyandang cacat fisik
b. Penyandang cacat mental
c. Penyandang cacat fisik dan mental
BAB II

RUANG LINGKUP

Ruang lingkup Pedoman Perlindungan Pasien dari Kekerasan Fisik ini


meliputi kriteria yang dapat digolongkan sebagai tindakan kekerasan, upaya-upaya
yang dilakukan RSU El-Syifa dalam mencegah terjadinya tindak kekerasan serta
prosedur pelaporan bila dijumpai tindak kekerasan pada pasien diatur dan
dikategorikan dalam ruang lingkup dalam panduan ini.
1. Dasar hukum
a. Undang – Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
b. Undang – Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
c. Undang-undang Ripublik Indonesia tentang Penyandang Cacat.
2. Kelompok berisiko yang perlu perlindungan
a. Bayi
b. Anak-anak
c. Manula
d. Pasien tidak mampu untuk melindungi dirinya sendiri
e. Individu yang cacat
f. Pasien koma
g. Gangguan mental dan emosional
h. Populasi pasien lain yang berisiko
3. Penyebab risiko kekerasan pasien
a. Pengunjung
b. Pasien lain
c. Staf Rumah Sakit
4. Penanggung jawab
a. Staf yang bertugas/berdinas
b. Satuan pengamanan rumah sakit
c. Keluarga pasien
5. Jenis Perlindungan
a. Perlindungan dari Kekerasan Fisik
b. Keselamatan Pasien
 Penyiksaan
 Kelalaian asuhan
 Bila terjadi kebakaran
BAB III

TATA LAKSANA

Untuk memenuhi hak pasien dalam perlindungan pasien dari kekerasan fisik RSU
El-Syifa melaksanakan upaya-upaya yang di atur dalam pedoman perlindungan
pasien dari kekerasan fisik. Kekerasan fisik yang mungkin terjadi terhadap pasien
dapat berasal dari petugas rumah sakit, pasien lain maupun pengunjung. Pelaksanaan
perlindungan pasien dari kekerasan fisik diterapkan pada saat pertama kali pasien
dan keluarga pasien melakukan pendaftaran di RSU El-Syifa baik dilakukan di poli
rawat jalan, rawat inap maupun IGD serta di seluruh pelayanan kesehatan yang
tersedia di rumah sakit. Secara keseluruhan, proses perlindungan dilakukan
dilingkungan internal rumah sakit selama pasien mendapatkan pelayanan kesehatan.
proses pelaksanaan perlindungan dapat di lakukan oleh komponen staf medis RSU
El-Syifa dan tim keamanan yang disediakan dan ditugaskan untuk melakukan
identifikasi dan pengawasan terhadap pasien-pasien yang membutuhkan perhatian
extra.

1. Tata laksana Perlindungan Tindak Kekerasan secara Umum


a. Petugas medis dimasing-masing unit pelayanan mengidentifikasi pasien yang
berisiko terkenanya tindak kekerasan / yang memerlukan perlindungan.
b. Petugas medis menempatkan pasien / tempat tidur pasien sesuai dengan
kategori setiap kasus yang diderita pasien
c. Petugas medis menginformasikan/meminta keluarga pasien untuk dapat
membantu menjaga pasien Selama proses pengobatan di Rumah Sakit
Bhayangkara Tulungagung.
d. Dilakukannya sistem jam berkunjung pasien, dengan batasan-batasan tertentu
untuk dapat memonitor kondisi pasien, baik memonitor dari sisi kesehatan
maupun risiko kekerasan, meliputi :
jam : 07.00 s/d 23.00 WIB
e. Disediakan kartu jaga/penunggu pasien selama proses rawat inap untuk
keluarga pasien yang mendampingi pasien jaga malam.
f. Dilakukan monitor dengan media CCTV pada lokasi terpencil/terisolasi,
pemantauan individu yang dicurigai akan melakukan tindakan kekerasan,
identifikasi pengunjung dan pengawasan keamanan.
Pada saat shift I dan shift kedua CCTV diawasi oleh PDE apabila terjadi
kekerasan fisik kemudian lapor ke security dan untuk shift III diawasi
langsung oleh security.
g. Disusun mekanisme/sistem pengawasan yang terpadu antara perawat/petugas
dengan satuan pengamanan rumah sakit untuk mengantisipasi kondisi
terjadinya kekerasan fisik, dsb.
h. Petugas medis ruang rawat inap melakukan penguncian akses pintu yang
terhubung dengan jalan keluar masuk pengunjung dengan rang rawat inap
pasien setelah jam berkunjung selesai.

2. Tata laksana Perlindungan Terhadap Pasien Bayi dan anak-anak


a. Ruang rawat inap perinatologi harus dijaga oleh seorang perawat atau bidan
yang tidak boleh meninggalkan ruangan sebelum ada pengganti perawat atau
bidan yang menggantikannya
b. Ruang rawat inap anak-anak, yang terletak di ruang bangsal, harus ada
perawat yang menjaga dan mengawasi seisi ruangan yang ada atau adanya
salah satu anggota keluarga pasien yang menjaga pasien secara bergantian.
c. Pemanfaatan CCTV untuk memantau kondisi pasien (bayi dan anak-anak)
dan keluar masuknya pengunjung/staf di ruangan.
d. Pengamanan tempat tidur pasien dari risiko kelalaian petugas selama masa
asuhan keperawatan.

3. Tata laksana Perlindungan Terhadap Penderita Cacat


a. Petugas menskrining penderita dengan indikasi khusus (cacat) dengan
menempatkan ruang tempat tidur tersendiri atau didekatkan dengan pos jaga,
untuk penderita rawat jalan, petugas dapat menempatkan penderita yang
mudah di monitor oleh petugas/staf yang ada.
b. Perawat menginformasikan kepada keluarga untuk dapat membantu
mengawasi dan melakukan pengawasan selama proses pengobatan (rawat
jalan/rawat inap)
c. Memastikan fasilitas pendukung keamanan bagi pasien rawat inap yang
terletak diruang rawat inap berupa memasang pengaman ditempat tidur dan
penggunaan bel yang mudah dijangkau oleh pasien dan keluarganya serta
pemasangan pegangan tangan di kamar mandi pasien
4. Tata laksana Perlindungan Terhadap Pasien Manula, Gangguan Mental
dan Emosional
a. Penempatan pasien dengan gangguan mental dan emosional dapat disediakan
lokasi / ruangan khusus yang beda dengan pasien yang lainnya yaitu di ruang
isolasi.
b. Pasien dapat pula ditempatkan dengan ruang jaga perawat yang mudah
dipantau/dimonitor oleh perawat yang bertugas.
c. Meminta keluarga pasien untuk membantu menjaga pasien selama proses
rawat inap dilakukan.
d. Melakukan screening terhadap para keluarga dan pengunjung yang
melakukan kunjungan di rumah sakit khususnya rawat inap.
e. Apabila ada pasien gaduh gelisah di pasang reinstrain.

5. Tata laksana Perlindungan Terhadap Pasien yang berisiko disakiti (Risiko


Penyiksaan, tersangka tindak pidana, korban kekerasan, napi, dsb)
a. Pasien ditempatkan di ruang isolasi untuk kasus-kasus khusus dan dijaga oleh
tenaga keamanan rumah sakit.
Kasus-kasus khusus diantaranya:
- Napi dilaporkan ke polisi
- Kasus pidana dilaporkan ke polisi
- Kasus KDRT dilaporkan ke satpam atau staf bidang umum
b. Pengunjung, keluarga dan orang yang melakukan kontak dengan pasien agar
dilakukan pencatatan identifikasi, agar memudahkan petugas bila sewaktu-
waktu bila terjadi tindakan yang tidak diinginkan.
c. Memasang bel/alarm disetiap ruangan/tempat-tempat tertentu untuk
memudahkan pasien bila dilakukan kekerasan oleh orang lain.
d. Petugas berkoordinasi dengan satuan pengamanan rumah sakit untuk tetap
melakukan pemantauan kondisi dan perilaku pasien, bila diperlukan
bekerjasama dengan pihak yang berwajib.

6. Tata laksana Pelaporan Tindak Kekerasan Fisik


a. Apabila terjadi suatu tindak kekerasan fisik di rumah sakit, seluruh yang
mengetahui/menemukan insiden segera melaporkan ke kepala bagian tempat
terjadinya tindak kekerasan untuk ditindaklanjuti (dicegah/ditangani) untuk
mengurangi dampak/ akibat yang tidak diharapkan.
b. Lakukan pengamanan internal yang dilakukan oleh staf medis yang
terdekat/terkait yang melihat langung tindak kekerasan fisik kepada pasien.
c. Segera menghubungi petugas keamanan rumah sakit untuk penanganan lebih
lanjut sebagai antisipasi risiko tindakan yang berlebih terhadap pasien.
d. Setelah ditindaklanjuti, segera buat laporan insidennya dengan mengisi
Formulir Laporan Insiden pada akhir jam kerja/shift paling lambat 2x24
jam, jangan menunda laporan.
e. Setelah selesai mengisi laporan, segera serahkan kepada Atasan Langsung
pelapor : Kepala Bagian/Kasubdep/unit
f. Atasan langsung akan memeriksa laporan apakah kekerasan fisik yang terjadi
dapat diselesaikan pada tingkat kepala bagian/kasubdep/unit atau memerlukan
keputusan yang lebih tinggi.
g. Pada kasus insiden tindak kekerasan yang tidak selesai di tingkat
bagian/Kasubdep/unit setelah menerima laporan segera membentuk Tim
Investigasi yang terdiri dari Personel keamanan rumah sakit dan pihak yang
berwajib.
h. Setelah selesai melakukan investigasi, lakukan sistem pelaporan hasil
investigasi kepada Karumkit Bhayangkara Tulungagung secara berkala.
ALUR PELAPORAN INSIDEN KEKERASAN

INSIDEN TINDAK
KEKERASAN

KEPALA UNIT/
KEPALA BAGIAN

INVESTIGASI

DAPAT TIDAK DAPAT


DISELESAIKAN DISELESAIKAN

PETUGAS
KEAMANAN

DIREKTUR
BAB IV

DOKUMENTASI

Setiap kejadian insiden tindakan kekerasan harus terdokumentasi dan


dilakukan investigasi secara menyeluruh untuk dicari akar masalah agar kejadian
yang sama tidak terulang kembali. Hasil investigasi dilaporkan kepada Karumkit
Bhayangkara Tulungagung dan rumah sakit membuat surat edaran yang berkaitan
dengan upaya pencegahan tindakan kekerasan terhadap pasien.
1. Dokumentasi rekam medis pasien
2. Dokumentasi pelaporan tindakan kekerasan
3. Dokumentasi pencatatan identifikasi pengunjung pasien
Formulir Laporan Insiden Tindak Kekerasan
Rumah Sakit Umum El-Syifa

I. DATA PASIEN
Nama :
_____________________________________________________________
No Rekam Medis : _______________________ Ruangan :
_________________________
Umur * : 􀂅 0-1 bulan 􀂅 > 1 bulan – 1 tahun
􀂅 > 1 tahun – 5 tahun 􀂅 > 5 tahun – 15
tahun
􀂅 > 15 tahun – 30 tahun 􀂅 > 30 tahun – 65 tahun
􀂅 > 65 tahun
Jenis kelamin : 􀂅 Laki-laki 􀂅 Perempuan
Tanggal Masuk RS : ___________________________ Jam
____________________

II. RINCIAN KEJADIAN


1. Tanggal dan Waktu Insiden
Tanggal : ___________________________ Jam
____________________

2. Insiden :
_____________________________________________________________

3. Kronologis Insiden
______________________________________________________________
_____________
______________________________________________________________
_____________
______________________________________________________________
_____________

4. Orang Pertama Yang Melaporkan Insiden*


􀂅 Karyawan : Dokter / Perawat / Petugas lainnya
􀂅 Pasien
􀂅 Keluarga / Pendamping pasien
􀂅 Pengunjung
􀂅 Lain-lain
________________________________________________________
(sebutkan)

5. Insiden menyangkut pasien :


􀂅 Pasien rawat inap
􀂅 Pasien rawat jalan
􀂅 Pasien IGD
􀂅 Lain-lain
________________________________________________________
(sebutkan)

6. Tempat Insiden
Lokasi kejadian
_____________________________________________________
(sebutkan)
(Tempat pasien berada)

7. Unit / Bagian terkait yang menyebabkan insiden


Unit kerja penyebab
_________________________________________________ (sebutkan)

8. Akibat Insiden Terhadap Pasien* :


􀂅 Kematian
􀂅 Cedera Irreversibel / Cedera Berat
􀂅 Cedera Reversibel / Cedera Sedang
􀂅 Cedera Ringan

9. Tindakan yang dilakukan segera setelah kejadian, dan hasilnya :


______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________

Pembuat : Penerima :
Laporan __________________ Laporan __________________
: :
Paraf Paraf
__________________ __________________
: :
Tgl Lapor Tgl terima
__________________ __________________

Anda mungkin juga menyukai