Anda di halaman 1dari 21

ASURANSI

MATA KULIAH :

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 9 :

1. ALFI OKA R. (1704518051)

2. FERDIANA PUSPA P. (1704518039)

3. MITA ARIQIA R. (1704518021)

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya, kami dapat diberikan
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tanpa
pertolongan-Nya, tentu kami tidak akan mampu untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis senantiasa bersyukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas kelompok dari mata kuliah Bank dan
Lembaga Keuangan Lainnya dengan judul “Asuransi”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
untuk kedepannya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Jakarta, 19 Mei 2019

Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di perkembangan zaman yang semakin pesat, manusia menjadi semakin sibuk
dengan berbagai pekerjaannya dengan motif untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Pekerjaan atau usaha yang dilakukan tidak akan jauh dari kata risiko. Risiko tersebut
bisa berupa risiko kerusakan harta benda, risiko kecelakaan kerja, bahkan risiko
kematian. Untuk menanggulangi berbagai risiko yang kemunculannya tidak mengenal
waktu, maka hadirnya Asuransi merupakan penyelesaian yang mutakhir.
Asuransi adalah pertanggungan atau perjanjian antara dua belah pihak,
dimana pihak satu berkewajiban membayar kontribusi berupa premi. Asuransi
memberikan berbagai produk jaminan dan perlindungannya kepada masyarakat
sebagai konsumen. Dengan kemudahan prosedur untuk membeli produk
asuransi, masyarakat menjadi lebih cerdas dalam perencanaan hidupnya di
masa depan.
Namun disisi lainnya, Perusahaan penyedia jasa Asuransi tidak selalu
dijalankan secara baik dan benar. Beberapa dari perusahaan itu tidak mematuhi
prinsip-prinsip asuransi yang secara jelas tertera dalam perundang-undangan
perasuansian di Indonesia. Akhirnya timbul beragam kasus gagalnya asuransi.
Oleh karena itu, kami sebagai mahasiswa yang peduli terhadap masyarakat
turut memaparkan penjelasan mengenai asuransi, prinsip-prinsip asuransi,
dasar hukum asuransi, jenis-jenis asuransi, beserta pembahasan mengenai salah
satu kasus gagalnya asuransi di Indonesia. Besar harapan kami agar para
pembaca bisa lebih memahami tentang perasuransian dan menambah wawasan
dalam hal jika para pembaca ingin mencoba untuk membeli produk asuransi.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa contoh kasus gagalnya asuransi yang terjadi di Indonesia ?
b. Apakah teori-teori mengenai asuransi yang dijadikan sebagai tolak ukur analisis
kasus gagalnya asuransi tersebut ?
c. Bagaimanakah penyelesaian kasus yang sesuai untuk mengatasi terjadinya
kegagalan asuransi tersebut ?

1.3. Tujuan Makalah


a. Untuk menjelaskan tentang contoh kasus kegagalan asuransi di Indonesia
b. Untuk memaparkan teori-teori yang dijadikan acuan untuk analisis kasus
kegagalan asuransi.
c. Untuk menyajikan cara penyelesaian yang sesuai terhadap kasus kegagalan
asuransi.
BAB II
PERMASALAHAN

Nasabah Gugat Asuransi Prudential

Seorang nasabah pemegang hak polis asuransi jiwa bernama Mela Sari melayangkan
gugatan kepada PT Prudential Life Assurance pada tanggal 18 Februari 2014 di
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Nasabah menggugat atas dasar bahwa PT Prudential
Life Assurance melakukan perbuatan wanprestasi atau ingkar janji. Mela Sari merupakan
tertanggung atau pemegang hak polis asuransi jiwa Nomor 06193211 yang diterbitkan
Prudential sebagaimana tertuang dalam Polis tertanggal 8 Agustus 2012 bahwa Mela Sari
mendapat uang pertanggungan asuransi (Prulink Assurance Account) sejumlah Rp 300
juta. Dan uang pertanggungan asuransi tambahan kondisi kritis sebesar Rp 300 juta.
Sebelum Prudential menerbitkan polis, Mela Sari telah mengajukan Surat
Permohonan Asuransi Jiwa (SPAJ) dengan melampirkan dokumen sebagaimana
dipersyaratkan Prudential. Kemudian pada 8 Agustus 2012 Prudential menyetujui
pengajuan Asuransi Jiwa Penggugat dan menrtbitkan Polis atas nama Mela Sari.
Selanjutnya pada tanggal 29 September 2013 sampai 3 Oktober 2013, Mela Sari jatuh
sakit dan menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit rekanan Prudential yaitu Rumah
Sakit Kartika.
Berdasarkan diagnosa dokter, diketahui Mela Sari mengidap penyakit Chronic
Kidney Disease (Gagal Ginjal). Dan penyakit gagal ginjal yang diderita Mela Sari
termasuk salah satu dari 34 jenis penyakit Kritis yang di tanggung oleh Prudential
berdasarkan Ketentuan Khusu Polis Asuransi Tambahan PruCrisis Cover 34. Pada bulan
Oktober 2013, penggugat mengajukan klaim penyakit kritis dengan melampirkan seluruh
dokumen klaim sebagaimana ketentuan polis. Namun selama hampir sebulan, Prudential
tidak kunjung mencairkannya. Prudential justru mengirimkan surat kepada kuasa hukum
penggugat yang isinya meminta klarifikasi atas dokumen terkait Polis atas nama Mela
Sari. Meskipun sudah memverifikasi dokumen – dokumen yang diperlukan, Prudential
tidak juga membayar kewajibannya. Dimana hal tersebut merupakan perbuatan
wanprestasi.
Atas perbuatan wanprestasi tersebut, penggugat menderita kerugian Rp 300 Juta.
Dan penggugat meminta agar Prudential membayar bunga 10% per bulan terhitung mulai
Oktober 2013 sampai pelunasan dan kerugian immateril sebesar Rp 2 Miliar. Penggugat
meminta agar untuk menjamin putusan. Jaminannya seperti alat – alat perlengkapan
kantor beruba komputer, meja – meja, ATK, kendaraan bermotor, dan semua benda –
benda bergerak.– NASIONAL KONTAN
BAB III
TEORI

A. Pengertian Asuransi

Asuransi adalah perjanjian antara penanggung dan tertanggung yang mewajibkan


tertanggung membayar sejumlah premi untuk memberikan penggantian atas risiko
kerugian, kerusakan, kematian atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang
mungkin terjadi atas peristiwa yang tak terduga.

B. Manfaat Asuransi

Pada dasarnya asuransi memberikan manfaat bagi pihak tertanggung, antara lain:
1. Rasa aman dan perlindungan
Polis asuransi yang dimiliki oleh tertanggung akan memberikan rasa aman dari
risiko atau kerugian yang mungkin timbul. Kalau risiko atau kerugian tersebut
benar-benar terjadi, pihak tertanggung (insured) berhak atas nilai kerugian sebesar
nilai polis atau ditentukan berdasarkan perjanjian antara tertanggung dan
penanggung.
2. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil
Prinsip keadilan diperhitungkan dengan matang untuk menentukan nilai
pertanggungan dan premi yang harus ditanggung oleh pemegang polis secara
periodik dengan memperhatikan secara cermat faktor-faktor yang berpengaruh
besar dalam asuransi tersebut. Untuk mendapatkan nilai pertanggungan, pihak
penanggung sudah membuat kalkulasi yang tidak merugikan kedua belah pihak.
Semakin besar nilai pertangguangan, semakin besar pula premi periodik yang
harus dibayar oleh tertanggung.
3. Polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh kredit.
4. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan
Premi yang dibayarkan setiap periode memiliki substansi yang sama dengan
tabungan. Pihak penanggung juga memperhitungkan bunga atas premi yang
dibayarkan dan juga bonus (sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak).
5. Alat penyebaran risiko
Risiko yang seharusnya ditanggung oleh tertanggung ikut dibebankan juga
pada penanggung dengan imbalan sejumlah premi tertentu yang didasarkan atas
nilai pertanggungan.
6. Membantu meningkatkan kegiatan usaha
Investasi yang dilakukan oleh para investor dibebani dengan risikokerugian
yang bisa diakibatkan oleh berbagai macam sebab (pencurian, kebakaran,
kecelakaan, dan lain-lain).
C. Risiko dan Ketidakpastian
Secara umum, risiko adalah kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan yang menimbulkan kerugian. Risiko dalam industri perasuransian
diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadinya
kerugian. Berikut ini adalah jenis-jenis risiko:
1. Risiko Murni
Adalah risiko yang apabila benar-benar terjadi, akan memberikan kerugian dan
apabila tidak terjadi, tidak akan menimbulkan kerugian dan tidak juga memberikan
keuntungan.
2. Risiko Spekulatif
Adalah risiko yang berkaitang dengan terjadinya dua kemungkinan, yaitu
kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan dam kemungkinan untuk mendapat
kerugian.
3. Risiko Individu
Adalah risiko yang kemungkinan dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Risiko
individu ini masih dipilah menjadi 3 jenis :
a. Risiko pribadi (personal risk)
Adalah risiko yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memperoleh
manfaat ekonomi. Atau dengan kata lain risiko ini berfungsi untuk menanggung
dirinya sendiri atau orang yang ia asuransikan.
b. Risiko harta (property risk)
Adalah risiko yang ditanggungkan atas harta yang dimilikinya rusak, hilang atau
dicuri. Dengan kerusakan atau kehilangan tersebut, pemilik akan kehilangan
kesempatan ekonomi yang diperoleh dari harta yang dimilikinya.
c. Risiko tanggung gugat (liability risk)
Risiko yang mungkin kita alami atau derita sebagai tanggung jawab akibat
kerugian atau lukanya pihak lain. Misalkan, pemberian asuransi oleh mandor
bangunan kepada para pekerjanya.
Risiko yang dihadapi perlu ditangani dengan baik untuk mempertimbangkan
kehidupan perekonomian di masa mendatang. Dalam menangani risiko tersebut
minimal ada lima cara yang dapat dilakukan, antara lain:
1. Menghindari risiko(risk avoidance)
Dapat dilaksanakan dengan cara mempertimbangkan risiko yang mungkin
timbul sebelum kita melakukan aktivitas-aktivitas. Setelah mengetahui risiko
yang mungkin timbul kit bisa menetukan apakah aktivitas tersebut bisa kita
lanjutkan atau kita hentikan.
2. Mengurangi risiko(risk reduction)
Tindakan ini hanya bersifat meminimalisasi risiko yang mungkin terjadi.

3. Menahan risiko(risk retention)


Berarti kita tidak melakukan aktivitas apa-apa terhadap risiko tersebut. Risiko
tersebut dapat ditahan karena secara ekonomis biasanya melibatkan jumlah yang
kecil. Bahkan kadang-kadang orang tidak sadar akan usaha menahan risiko ini.
4. Membagi risiko(risk sharing)
Tindakan ini melibatkan orang lain untuk sama-sama menghadapi risiko.
5. Mentransfer risiko(risk transferring)
Berarti memindahkan risiko kerugian kepada pihak lain yang bersedia serta
mampu memikul beban risiko.

D. Prinsip Asuransi

1. Insurable Interest
Hak berdasarkan hukum untuk mempertanggungkan suatu risiko yang
berkaitan dengan keuangan, yang diakui sah secara hukum antara tertanggung
dengan sesuatu yang dipertanggungkan. Syarat yang perlu dipenuhi agar
memenuhi kriteria insurable interest:
a. Kerugian tidak dapat diperkirakan
Risiko yag dapat diasuransikan berkaitan dengan kemungkinan
terjadinya kerugian. Kerugian tersebut harus dapat diukur. Selanjutnya
kemungkinan terjadinya resiko tersebut tidak dapat diperkirakan terjadinya.
b. Kewajaran
Risiko yang dipertanggungkan dalam asuransi adalah benda ataupun
harta yang memiliki nilai material baik bagi tertanggung maupun
penanggung.
c. Catastrophic
Agar suatu barang atau harta dapat diasuransikan, risiko yang mungkin
terjadi haruslah tidak akan menimbulkan suatu kemungkinan rugi yang
sangat besar.
d. Homogen
Untuk memenuhi syarat dapat diasuransikan, barang atau harta yang
akan dipertanggungkan haruslah homogen, yang berarti banyak barang atau
harta yang sejenis.

2. Itikad Baik (Utmost Good Faith)


Dalam kontrak asuransi, kedua belah pihak dilandasi oleh itikad baik (utmost
good faith). Pihak penanggung perlu menjelaskan secara lengkap hak dan
kewajibannya selama masa asuransi. Pihak tertanggung juga perlu
mengungkapkan secara rinci kondisi yang akan diasuransikan sehingga pihak
penanggung mempunyai gambaran yang memadai untuk menentukan
persetujuan. Kewajiban dari kedua belah pihak untuk mengungkapkan fakta
disebut duty of disclosure. Faktor-faktor yang melanggar duty of disclosure
adalah:
a. Nondisclosure
Adanya data-data penting yang tidak diungkapkan sehingga menyalahi
utmost good faith.
b. Concealment
Secara sengaja melakukan kebohongan dan tidak mengungkapkan fakta
penting.
c. Fraudulent Misrepresentation
Sengaja memberikan gambaran yng tidak cocok dengan kondisi riil.
d. Innocent Misrepresentation
Secara tidak sengaja member gambaran yang salah yang memiliki
pengaruh besar dalam proses asuransi.

3. Indemnity
Konsep indemnity adalah mekanisme penanggung untuk mengompensasi
risiko yang menimpa tertanggung dengan ganti rugi financial. Prinsip indemnity
tidak dapat diterapkan dalam asuransi kecelakaan dan kematian. Indemnity ini
dapat dilakukan dengan beberap cara yakni pembayaran tunai, penggantian,
perbaikan, dan pembangunan kembali.

4. Proximate Cause
Adalah suatu sebab aktif, efisien yang mengkibatkan terjadinya suatu
peristiwa secara berantai atau berurutan tanpa intervensi suatu ketentuan lain,
diawali atau bekerja dengan aktif dari suatu sumber baru dan independen.

5. Subrogation
Merupakan hak penanggung yang telah memberikan ganti rugi kepada
tertanggung untuk menuntut pihak lain yang mengakibatkan kepentingan
asuransinya mengalami suatu peristiwa kerugian.

6. Kontribusi
Yaitu bahwa penanggung berhak mengajak penanggung-penanggung lain
yang memiliki kepentingan yang sama untuk ikut bersama membayar ganti rugi
kepada seorang tertanggung meskipun jumlah tanggungan masing-masing belum
tentu sama besar.

E. Polis Asuransi
Polis asuransi adalah bukti atau surat perjanjian antara pihak-pihak yang
mengadakan perjanjian asuransi. Polis asuransi memuat hal-hal sebagai berikut:
a) Nomor polis
b) Nama dan alamat tertanggung
c) Uraian risiko
d) Jumlah pertanggungan
e) Jangka waktu pertanggungan
f) Besar premi, bea materai dan lain-lain
g) Bahaya-bahaya yang yang dijaminkan
h) Khusus untuk polis pertanggungan kendaraan bermotor ditambah dengan nomor
polisi, nomor rangka dan nomor mesin kendaraan.

F. Premi Asuransi

Merupakan pembayaran dari tertanggung kepada penanggung, sebagai imbalan


jasa atas pengalihan risiko kepada penanggung. Besarnya premi atas keikutsertaan di
asuransi yang harus dibayarkan telah ditetapkan oleh perusahaan asuransi dengan
memperhatikan keadaan-keadaan dari tertanggung. Aktuaria/aktuaris adalah
bagian/ orang yang menghitung premi pada asuransi. Premi Asuransi memiliki
fungsi sebagai berikut :

1. Mengembalikan tertanggung pada posisi ekonomi seperti sebelum terjadi


kerugian
2. Mengembalikan tertanggung dari kebangkrutan, hingga mampu berdiri pada
posisi seperti keadaan sebelum terjadi kerugian

Selain itu, terdapat unsur – unsur penentuan tarif premi asuransi yakni :

1. Kemungkinan/probability terjadinya kerugian


2. Value judgment
3. Policy pemerintah

Dalam menentukan tarif premi asuransi mengikuti beberapa prinsip berikut ini,
antara lain:
1. Adequate : Premi tersebut harus menghasilkan cukup uang untuk membayar
kerugian yang mungkin terjadi.
2. Note Cessive : Tarif jangan berlebih-lebihan
3. Equity : Bila kualitas exposurenya sama, tarif sama.
4. Flexible : Tarif ditentukan harus selaku disesuaikan dengan keadaan.
Dengan demikian, ada beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan tarif premi,
yakni :
1. Faktor Eksternal :
1. Persaingan
2. Kondisi ekonomi
3. Peraturan perundang-undangan dari  pemerintah

2. Faktor Internal obyek kerugian (terutama dalam Asuransi Kerugian)


1. Macam barang yang diasuransikan
2. Kondisi pertanggungan
3. Macam alat pengukur barang yang diasuransikan
4. Cara penimbunan/pengaturan barang dalam pengangkutan
5. Jangka waktu pertanggungan

G. Penggolongan Asuransi

1. Menurut Sifat Pelaksanaannya


a) Asuransi Sukarela
Pertanggungan dilakukan dengan cara sukarela, atas kesadaran seseorang
akan kemungkinan terjadinya risiko kerugian atas sesuatu yang dipertanggungkan.
b) Asuransi Wajib
Asuransi yang sifatnya wajib dilakukan oleh pihak-pihak terkait yang
pelakasanaannya dilakukan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang
ditetapkan oleh pemerintah.

2. Menurut Jenis Usaha Perasuransian


Menurut UU No. 40 tahun 2014 tentang usaha perasuransian jenis usaha
perasuransian dibagi menjadi beberapa jenis :
a) Usaha Asuransi
 Asuransi Kerugian
Yaitu usaha yang memberikan jasa-jasa dalam penanggulangan risiko atas
kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga
yang timbul dari peristiwa yag tidak pasti. Usaha asuransi kerugian ini dapat
dipilah sebagai berikut:
1) Asuransi kebakaran adalah asuransi yang menutup risiko kebakaran.
2) Asuransi pengangkutan adalah asuransi pengangkutan penanggung atau
perusahaan asuransi akan menjamin kerugian yang dialami tertanggung akibat
terjadinya kehilangan atau kerusakan saat pelayaran.
3) Asuransi aneka adalah jenis asuransi kerugian yang tidak dapat digolongkan
kedala kedua asuransi diatas, missal : asuransi kendaraan bermotor, asuransi
kecelakaan diri, dan lain sebagainya.
 Asuransi Jiwa (life insurance)
Adalah suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan asuransi dalam
penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan jiwa atau meninggalnya seseorang
yang dipertanggungkan. Asuransi jiwa memberikan:
1) Dukungan bagi pihak yang selamat dari suatu kecelakaan.
2) Santunan bagi tertanggung yang meninggal
3) Bantuan untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh meninggalnya
orang kunci.
4) Penghimpunan dana untuk persiapan pensiun
Ruang lingkup usaha asuransi jiwa dapat digolongkan menjadi 3, yaitu :
 Asuransi jiwa biasa (ordinary life insurance)
Biasanya polis asuransi jiwa ini diterbitkan dalam suatu nilai tertentu
dengan premi yang dibayar secara periodik (bulanan, triwulanan,
semesteran, dan tahunan).
 Asuransi jiwa kelompok (group life insurance)
Asuransi jiwa ini biasanya dikeluarkan tanpa ada pemeriksaan medis
atas suatu kelompok orang di bawah satu polis induk di mana masing-masing
anggota kelompok menerima sertifikat partisipasi.
 Asuransi jiwa industrial (industrial life insurance)
Dalam jenis asuransi ini dibuat dengan jumlah nominal tertentu. Premi
umumnya dibayar mingguan yang dibayarkan di rumah pemilik polis kepada
agen yang disebut debit agent.

 Asuransi Sosial
Asuransi sosial dalam penyelanggaraannya berdasarkan peraturan perundang-
undangan tersendiri yang bersifat dan terkandung tujuan tertentu dari pemerintah
untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat atau sebagaian anggota
masyakarat. Ada lima perusahaan asuransi sosial di Indonesia, yang semuanya
BUMN, yaitu PT Taspen, PT Jasa Raharja, PT Jamsostek, PT Askes, dan PT
Asuransi Sosial ABRI.
Taspen memberikan asuransi pensiun dan tunjangan hari tua bagi PNS. Jasa
Raharja melayani santunan kecalakaan yang penumpang kendaraan umum dan
pemilik kendaraan. Jaminan sosial dan tenaga kerja bagi perkerja swasta diberikan
Jamsostek. Askes memberikan asuransi layanan kesehatan. Jaminan sosial bagi
ABRI diberikan ASABRI.

 Asuransi Syariah dan Reasuransi Syariah


Asuransi syariah dalah kumpulan perjanjian, yang terdiri atas perjanjian
antara perusahaan asuransi syariah dan pemegang polis dan perjanjian di antara
para pemegang polis, dalam rangka pengelolaan kontribusi berdasarkan prinsip
syariah guna saling menolong dan melindungi dengan cara:
a. Memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang polis
karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita peserta
atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau
b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya
peserta atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya peserta dengan
manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil
pengelolaan dana.
Berikut ini merupakan prinsip-prinsip asuransi syariah :
1. Dibangun atas dasar kerjasama dan tolong menolong (taawun).
2. Asuransi syariat bersifat sumbangan (tabarru’) atau mudhorobah (bagi hasil).
3. Sumbangan (tabarru’) sama dengan hibah (pemberian) oleh karena itu haram
hukumnya ditarik kembali. Kalau terjadi peritiwa, maka diselesaikan menurut
syariat.
4. Setiap anggota yang menyetor uangnya menurut jumlah yang telah ditentukan
harus disertai dengan niat membantu demi menegakkan prinsip ukhuwah.
5. Tidak dibenarkan seseorang menyetorkan sejumlah kecil uangnya dengan
tujuan supaya ia mendapat imbalan yang berlipat bila terkena suatu musibah.
Akan tetapi ia diberi uang jamaah sebagai ganti atas kerugian itu menurut ijin
yang diberikan oleh jamaah.
6. Apabila uang itu akan dikembangkan maka harus dijalankan menurut aturan
syar’i.
Selain Asuransi Syariah, adapula Reasuransi Syariah yang merupakan
usaha pengelolaan risiko berdasarkan Prinsip Syariah atas risiko yang dihadapi
oleh perusahaan asuransi syariah, perusahaan penjaminan syariah, atau
perusahaan reasuransi syariah lainnya.

 Reasuransi (reinsurance)
Reasuransi adalah suatu sistem penyebaran risiko dimana penanggung
menyebarkan seluruh atau sebagian dari pertanggungan yang ditutupnya kepada
penanggung yang lain. Penyebaran risiko tersebut dapat dilakukan dengan dua
mekanisme, yaitu koasuransi dan reasuransi. Koasuransi adalah pertanggungan
yang dilakukan secara bersama atas suatu objek asuransi. Sedangkan reasuransi
adalah proses untuk untuk mengasuransikan kembali pertanggung jawaban pada
pihak tertanggung. Fungsi reasuransi adalah :
 Meningkatkan kapasitas akseptasi.
 Alat penyebaran risiko.
 Meningkatkan stabilitas usaha.
 Meningkatkan kepercayaan.
Mekanisme untuk reasuransi antara lain:
1) Treaty dan facultative reinsurance
Dalam model ini, reasuradur memberikan sejumlah pertanggungan yang
diinginkan dengan perjanjian kontrak dan reasuradur harus menerima jumlah
yang ditawarkan.
2) Reasuransi proporsional
Pembagian risiko antara ceding company dengan reasuradur dilakukan
secara proporsional berdasarkan jumlah retensi yang telah ditetapkan. Retensi
adalah jumlah maksimum risiko yang ditahan atau ditanggung oleh ceding
company.
3) Reasuransi nonproporsional
Bentuk ini memberikan kemungkinan bagi reasuradur untuk tidak
membayar klaim atau membayar klaim terbatas jumlah yang ada di treaty.

b) Usaha Penunjang
 Pialang asuransi adalah usaha yang memberikan jasa keperantaraan dalam
penutupan asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi asuransi dengan
bertindak untuk kepentingan tertanggung.
 Pialang reasuransi adalah usaha yang memberikan jasa keperantaraan dalam
penetapan reasuransi dan penanganan ganti rugi reasuransi dewan bertindak
untuk kepentingan perusahaan asuransi.
 Penilai kerugian asuransi adalah usaha yang memberikan jasa penilaian
terhadap kerugian pada objek asuransi yang dipertanggungkan.
 Konsultan aktuaria adalah usaha yang memberikan jasa konsultan aktuaria.
 Agen asuransi adalah pihak yang memberikan jasa keperantaraan dalam
rangka pemasaran jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung.

D. Pengaturan Perasuransian di Indonesia


Berikut merupakan peraturan perundangan yang digunakan sebagai dasar acuan
pembinaan dan pengawasan atas usaha perasuransian di Indonesia saat ini :
1. UU no. 40 tahun 2014 tentang Perasuransian
2. UU no.2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
3. PP no.73 tahun 1002 tentang Usaha Perasuransian
4. Keputusan menteri keuangan, antara lain:
 Nomor 223/KMK.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Perizinan
Perusahaan Asuransi dan Reasuransi
 No.224/KNE.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Kesehatan Keuangan
Perusahaan Asuransi dan Reasuransi
 No.225/KMK.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Penyelenggaraan
Usaha Perusahaan Asurasni dan Reasuransi

 No.226/CMK.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Perizinan dan


Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Usaha Asuransi

E. Perizinan Pendirian Perusahaan Asuransi


Pemberian izin oleh Menteri Keuangan bagi perusahaan perasuransian menurut
PP Nomor 73 Tahun 1992 dilakukan dalam dua tahap, yaitu:
1. Persetujuan Prinsip
Adalah persetujuan yang diberikan untuk melakukan persiapan pendirian suatu
perusahaan yang bergerak di bidang perasuransian, dimana batas waktu
persetujuan prinsip dibatasi selama-lamanya satu tahun.
2. Izin usaha
Adalah izin yang diberikan untuk melakukan usaha setelah perisiapan pendirian
selesai, dimana izin usaha diberikan setelah persyaratan izin usaha telah dipenuhi.

F. Asuransi Kredit

Dalam hal ini, asuransi yang dikaitkan dengan dunia perbankan dan lebih
dititikberatkan pada asuransi jaminan kredit merupakan bidang asuransi kerugian
(general insurance) yang meliputi :
 Asuransi kebakaran (fire insurance);
 Asuransi pengangkutan laut (marine insurance);
 Asuransi kendaraan bermotor (motor vehide insurance)
Oleh karena itu asuransi kredit mempunyai kaitan erat dengan jasa perbankan
terutama di bidang perkreditan yang selalu dikaitkan dengan jaminan kredit berupa
barang bergerak dan tidak bergerak yang sewaktu-waktu dapat tertimpa risiko yang
dapat mengakibatkan kerugian bagi pemilik barang dan bank sebagai pemberi
kredit.
Dalam asuransi kredit, yang menjadi pihak tertanggung adalah pemberi kredit
(bank dan/atau lembaga keuangan) dan yang ditanggung oleh penanggung adalah
risiko kredit di mana tidak diperolehnya kembali kredit kepada para nasabahnya
(yang umumnya terdiri atas para pengusaha). Asuransi kredit bertujuan :
1. Melindungi pemberi kredit dari kemungkinan tidak diperolehnya kembali kredit
yang diberikan kepada para nasabahnya.
2. Membantu kegiatan, pengarahan, dan keamanan perkreditan baik kredit
perbankan maupun kredit lainnya diluar perbankan.
Dengan adanya asuransi kredit ini bank terdorong untuk lebih giat membantu para
nasabahnya dalam menyediakan modal untuk mengembangkan usahanya.
Pengelolaan asuransi kredit di Indonesia dipercayakan oleh pemerintah kepada PT
Asuransi Kredit Indonesia (PT Askrindo) yang berkantor pusat di Jakarta, di mana
yang menjadi tertanggung adalah bank-bank pemerintah, bank-bank swasta, dan
lembaga-lembaga keuangan lainnya.
Sebagai imbalan atas jaminan yang diberikan oleh PT Askrindo, bank membayar
premi atas kredit yang ditanggung. Premi tersebut menjadi beban bank, tetapi dalam
praktik, ada juga bank yang membebankan premi tersebut kepada nasabahnya yang
memperoleh kredit. Walaupun begitu, yang menjadi tertanggung bukan nasabahnya,
tetapi bank pemberi kredit.

G. Asuransi Unit Link

Pihak asuransi membuat produk perpaduan antara produk proteksi dan investasi
yang lebih dikenal dengan sebutan unit link. Asuransi unit link ini termasuk dalam
asuransi dwiguna. Dalam asuransi unit link, total premi yang dibayarkan sebagian
digunakan untuk produk proteksi dan sebagian lain digunakan digunakan untuk
produk investasi. Premi yang telah dibayarkan melalui asuransi unit link ini tidak
hangus karena adanya pengalokasian untuk produk investasi.
Pengelolaan dana asuransi unit link dibuat terpisah dengan sesuai dengan
pemisahan fungsinya. Pengelolaan dana untuk klaim nasabah dipegang oleh
perushaan asuransi, sedangkan dana investasi dikelola oleh manajer investasi.
Mekanisme investasinya dilakukan secara lebih transparan karena dana investasi
tersebut dikelola secara terpisah,sehingga bisa dipertanggungjawabkan kepada
nasabah.
Modal investasi pada asuransi unit link mirip dengan reksa dana yang dana
nasabahnya diwakilkan dengan unit penyertaan sesuai dengan besarnya dana yang
diinvestasikan. Jadi, bisa dikatakan juga nasabah berinvestasi dengan cara membeli
unit penyertaan. Bedanya, dengan reksadana hanya pada pencantuman nilainya.
Berdasarkan pada penempatan investasinya, asuransi unit link bisa dibagi menjadi
empat jenis, antara lain:

1. Unit Link Pasar Uang


Produk asuransi unit link ini menempatkan seluruh porsi dana investasinya di
instrumen pasar uang, seperti deposito berjangka dan surat utang yang berjangka
kurang dari satu tahun. Risikonya terendah namun juga memberikan imbal hasil
yang terbatas. Produk ini tepat bagi orang yang tidak berani mengambil risiko
yang besar.

2. Unit Link Pendapatan Tetap


Produk asuransi unit link ini menempatkan porsi dana investasi yang dikelola
sekurang-kurangnya 80 persen di instrumen surat utang atau obligasi, dan
selebihnya di instrumen pasar uang. Risiko investasinya lebih tinggi daripada unit
link pasar uang, dengan nilai imbal hasil yang lebih tinggi pula, meski masih lebih
rendah daripada imbal hasil dari unit link campuran atau saham. Produk ini tepat
bagi orang yang ingin mendapatkan imbal hasil yang relatif stabil.

3. Unit Link Pendapatan Campuran


Produk asuransi unit link campuran menempatkan porsi dana investasi di
beragam instrumen, seperti saham, surat utang, dan pasar uang, dengan
perbandingan yang tidak termasuk dalam kategori unit link pendapatan tetap atau
saham. Potensi imbal hasil dan risiko dari produk ini secara teori bisa lebih besar
daripada unit link pendapatan tetap, namun lebih kecil daripada unit link saham.
Jenis ini tepat bagi orang yang ingin mendapatkan pendapatan cukup sambil
mengharapkan hasil investasi jangka panjang.

4. Unit Link Saham


Produk asuransi unit link saham menempatkan sekurang-kurangnya 80 persen
dari portofolio investasi yang dikelola ke dalam instrumen saham. Saham
umumnya memberikan potensi imbal hasil yang lebih tinggi berupa keuntungan
modal melalui pertumbuhan harga saham dan dividen. Unit link saham
menawarkan potensi pertumbuhan nilai investasi yang paling besar, namun
dengan risiko yang paling besar pula. Jenis ini tepat bagi orang yang
mengharapkan hasil investasi tinggi dan terbiasa dengan risiko tinggi.

Berdasarkan pada cara pembayarannya, asuransi unit link terbagi menjadi dua
macam, yaitu:

1. Asuransi Jiwa Unit Link Premi Tunggal

Untuk unit link premi tunggal, nasabah berkewajiban membayar premi


tunggal secara sekaligus di muka. Cara pembayaran premi tunggal ini cocok
bagi orang secara finansial sudah mapan, karena setoran preminya besar dan
hanya dilakukan satu kali selama masa perlindungan polis asuransi.
Selanjutnya, nasabah tidak mempunyai kewajiban untuk membayar premi
lagi. Namun, artinya nilai preminya termasuk paling tinggi dibandingkan jenis
asuransi yang lain.

2. Asuransi Jiwa Unit Link Berkala

Nasabah harus membayar premi secara berkala atau bertahap. Tahapan


pembayaran premi ini bisa setiap bulan, setiap triwulan, atau setiap tahun
hingga jangka waktu tertentu. Jenis unit link premi berkala ini cocok untuk
seseorang yang ingin mendapatkan perlindungan sekaligus investasi, namun
hanya memiliki dana yang terbatas. Produk ini juga sering menjadi pilihan
bagi yang masih berusia muda.

H. Perbedaan Asuransi Konvensional dengan Asuransi Syariah

1. Perjanjian

Syariah : Memakai akad hibah dengan konsep saling menolong, sama-sama gak
mengharap imbalan.
Konvensional: Mirip transaksi jual-beli, sama-sama berharap bisa ambil untung
sebesarnya dan rugi sekecilnya.

2. Dana

Syariah : Dana dimiliki semua peserta asuransi. Perusahaan hanya menjadi


pengelola dana, gak punya hak memiliki.
Konvensional : Dana premi yang dibayarkan jadi milik perusahaan karena
konsepnya jual-beli, sehingga bebas mau dipakai buat apa pun asal sesuai dengan
perjanjian.

3. Pengelolaan Dana

Syariah : Dana semaksimal mungkin diolah untuk keuntungan peserta asuransi.


Pengelolaannya juga lebih transparan.
Konvensional : Perusahaan secara sepihak menetapkan premi dan biaya lain,
misalnya administrasi, untuk mendapat keuntungan sebesar-besarnya.

4. Bagi Hasil

Syariah : Keuntungan yang didapat dari pengelolaan dana asuransi akan dibagi
untuk semua peserta dan perusahaan asuransi secara merata.
Konvensional : Keuntungan dari kegiatan asuransi sepenuhnya jadi milik
perusahaan.

5. Ada Zakat
Syariah: Peserta wajib membayar zakat yang diambil dari jumlah keuntungan
perusahaan.
Konvensional : Tak ada zakat.

6. Pengawasan Dana

Syariah : Ada Dewan Pengawas Syariah (DPS) di tiap perusahaan berbasis


syariah, termasuk perusahaan asuransi. Tugasnya mengawasi perusahaan itu untuk
selalu menaati prinsip syariah dalam mengelola dana asuransi.
DPS bertanggung jawab kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Konvensional : Pengawasan dana dilakukan secara internal oleh manajemen, gak
ada pihak luar yang bisa masuk.

7. Status Dana

Syariah : Dana yang disetor peserta asuransi bisa diambil kalau dalam
perjalanannya gak sanggup lanjut bayar, hanya ada potongan kecil berupa dana
tabarru.
Konvensional : Kalau gak sanggup bayar premi, seluruh dana yang sudah disetor
statusnya hangus alias jadi milik perusahaan.

8. Jenis Investasi (Unit Link)

Syariah : Dana asuransi unit link hanya boleh diinvestasikan ke bidang yang gak
dinilai haram. Investasi ke perusahaan yang berkaitan dengan judi, misalnya,
dilarang.
Konvensional : Dana bebas diasuransikan di bidang mana pun, asal itu berpotensi
mendatangkan keuntungan

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Analisis Studi Kasus


 Seorang nasabah pemegang hak polis asuransi jiwa bernama Mela Sari
melayangkan gugatan kepada PT Prudential Life Assurance.
 Nasabah beranggapan bahwa Prudential telah melakukan perbuatan wanprestasi
atau ingkar janji.
 Mela mendapat uang pertanggungan asuransi dasar (Prulink Assurance Account)
sejumlah Rp 300 juta. Dan uang pertanggungan asuransi tambahan kondisi kritis
sebesar Rp 300 juta.
 Pada bulan Oktober 2013, Mela mengajukan klaim penyakit kritis dengan
melampirkan seluruh dokumen klaim sebagaimana ketentuan polis. Setelah
hampir sebulan, Prudential tidak kunjung mencairkannya.
 Prudential justru mengirimkan surat kepada kuasa hukum Mela yang intinya
meminta klarifikasi atas dokumen terkait Polis atas nama Mela. Meskipun sudah
memverifikasi dokumen-dokumen yang diperlukan, tapi Prudential tidak juga
membayar kewajibannya.
 Atas perbuatan Prudential itu, Mela menderita kerugian Rp 300 juta. Mela
meminta agar prudensial membayar bunga 10% per bulan terhitung mulai Oktober
2013 sampai pelunasan dan kerugian immateril sebesar Rp 2 miliar.
 Mela meminta agar untuk menjamin putusan, maka perlu diletakkan sita jaminan
seperti, alat-alat perlengkapan kantor berupa komputer-komputer, meja-meja, alat-
alat tulis kantor, kendaraan bermotor dan semua benda-benda bergerak yang
berada di lingkungan tetapi tidak terbatas pada benda yang berada di Prudential
Tower Jl.Jend Sudirman Kav 79 Jakarta Selatan.
 Kasus ini tengah memasuki tahap mediasi di PN Jakarta Selatan. Sampai tanggal
14 Mei 2014 belum ada tanda-tanda Prudential akan bersedia berdamai.

4.2. Cara Agar Klaim Asuransi Berjalan dengan Baik


 Polis asuransi harus aktif. Cara memastikannya, yaitu membayar premi tepat
waktu. Perusahaan asuransi tidak akan membayar klaim Anda apabila polis
tidak aktif (lapse).
 Risiko yang ditanggung tertuang dalam perjanjian polis. Polis memuat terkait
risiko-risiko apa saja yang bisa diklaim dan tidak, pastikan risiko yang ingin
Anda klaim tertuang dalam perjanjian.
 Jujur. Nasabah harus mengungkapkan dengan jujur seluruh informasi, seperti
riwayat hidup dan penyakitnya. Nasabah yang ketahuan menyembunyikan
penyakit saat mengikuti asuransi, tidak boleh kaget apabila klaimnya ditolak
di kemudian hari.
 Tidak sedang dalam masa tunggu. Beberapa produk asuransi memiliki
kebijakan masa tunggu. Artinya, nasabah tidak dapat mengajukan klaim bila
sedang dalam masa tunggu ini. Umumnya, untuk penyakit kritis.
 Nasabah atau pemegang polis tidak terlibat tindakan pelanggaran hukum.

DAFTAR PUSTAKA
Noverius L, Asnil B. 2014. Nasabah Gugat Asuransi Prudential. Kontan.co.id [Internet].
[diunduh 2019 Mei 19. Tersedia pada https://nasional.kontan.co.id/news/nasabah-gugat-
asuransi-prudential

Presiden Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40


Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang
Usaha Perasuransian. Lembaran RI Tahun 2014 No. 5618. Jakarta : Otoritas Jasa
Keuangan.

Ramadhan, Best Yan’t. 2016. Bank dan Lembaga Keuangan Lain Bab 12 : Asuransi.
Makalah. https://www.academia.edu/29842010/BLKL_BAB_12_Asuransi_FIX.docx.
Data diambil pada 19 Mei 2019.

Noverius L, Asnil B. 2014. Nasabah Gugat Asuransi Prudential. Kontan.co.id [Internet].


[diunduh 2019 Mei 19. Tersedia pada https://nasional.kontan.co.id/news/nasabah-gugat-
asuransi-prudential

SahamOke. 2016. Pengertian Asuransi. sahamoke.com[Internet]. [diunduh 2019 Mei 19.


Tersedia pada https://www.sahamok.com/edukasi/pengertian-asuransi/

Christine N. 2017. Belajar dari Kasus Allianz Agar Klaim Asuransi Tak Ditolak. CNN
INDONESIA[Internet]. [diunduh 2019 Mei 19. Tersedia pada
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20170927151814-83-244375/belajar-dari-kasus-
allianz-agar-klaim-asuransi-tak-ditolak

JADWAL KEGIATAN
Tanggal Keterangan Penanggung Jawab

Mencari Studi Kasus & Meresume 1 Studi


19 Mei 2019 Alfi Oka R.
Kasus Pilihan Kelompok

19 Mei 2019 Mencari Studi Kasus & Membuat Makalah Ferdiana Puspa P.

Mencari Studi Kasus & Membuat Persentasi


19 Mei 2019 Mita Ariqia R.
Power Point

Anda mungkin juga menyukai