Anda di halaman 1dari 16

USAHA PENUNJANG ASURANSI

MAKALAH


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Komersial

Oleh:










PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah dengan judul Usaha Penunjang Asuransi yang ditulis
untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Komersial pada Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Malang.
Selama penyusunan makalah ini tidak sedikit kendala yang penulis
hadapi, namun berkat bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak semua
kendala tersebut dapat teratasi. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih kurang sempurna. Oleh karena itu, penulis akan sangat berterima
kasih bagi pihak yang bermaksud memberikan saran maupun kritik demi
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat, khususnya
bagi penulis, serta seluruh kalangan pembaca dan masyarakat pada
umumnya.


Malang, 16 Juni 2012


Penulis








DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..... i
DAFTAR ISI................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Rumusan Masalah... 2
1.3. Tujuan................. 2
1.4. Manfaat.............. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian dan Unsur-Unsur Asuransi...........3
2.2. Polis Asuransi..... 5
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Usaha Pialang Asuransi.. 7
3.2. Usaha Pialang Reasuransi...... 10
3.3. Usaha Agen Asuransi......... 10
3.4. Usaha Penilai Kerugian Asuransi...... 11
3.5. Usaha Konsultan Aktuaria..... 11
BAB IV KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan.... 12
DAFTAR PUSTAKA....... 13



BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Secara umum, asuransi merupakan suatu pengalihan risiko atau
kerugian dari pihak yang menderita kerugian kepada pihak lain yang mau
menanggungnya baik dalam bentuk materi maupun non-materi. Dalam
asuransi dikenal ada istilah penanggung dan tertanggung. Penanggung
adalah perusahaan yang menyediakan jasa asuransi, ia bersedia untuk
menanggung kerugian yang diderita oleh tertanggung dengan syarat
tertanggung membayar sejumlah premi atau uang kepada penanggung.
Sedangkan tertanggung adalah seseorang yang menginginkan kerugiannya
yang diperkirakan akan diderita di masa depan ditanggung oleh pihak yang
lain dan bukan dirinya, pihak tersebut adalah penanggung atau perusahaan
asuransi. Jadi,dari kedua pengertian mengenai penanggung dan
tertanggung di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian asuransi secara
umum adalah pengalihan risiko dari tertanggung kepada penanggung
dengan syarat tertanggung harus membayar premi dengan jumlah yang
sudah ditentukan oleh penanggung.
Dalam asuransi tidak hanya ada perusahaan asuransi saja, namun
juga terdapat usaha yang menungjang asuransi. Calon tertanggung
umumnya membutuhkan bantuan dalam menggunakan jasa asuransi,
biasanya hanya sedikit informasi yang didapatkan oleh calon tertanggung
sehingga calon tertanggung akan kebingungan dalam memilih
perusahaanjasa asuransi yang tepat untuk mereka. Salah satu fungsi usaha
penunjang asuransi adalah membantu calon tertanggung dalam
memperoleh informasi yang tepat. Selain itu, usaha penunjang asuransi
juga membantu perusahaan asuransi itu sendiri, misalnya dengan cara
pengalihan risiko atau penutupan asuransi.

Usaha penunjang asuransi tidak banyak diketahui orang
keberadaaannya, karena itu penulis tertarik untuk mendalami apa saja
usaha penunjang asuransi ini dengan harapan hasil penyusunan makalah
ini dapat menambah pengetahuan orang awam mengenai usaha penunjang
asuransi sehingga diharapkan dapat membantu pembaca di masa depan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas penuls merumuskan masalah sebagai berikut:
Apa sajakah usaha penunjang asuransi dan bagaimanakah usaha tersebut
bekerja?
1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apa saja usaha
penunjang asuransi dan bagaimana usaha tersebut bekerja.
1.4. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini bagi penulis dan pembaca adalah
menambah wawasan mengenai usaha penunjang asuransi sehingga
diperkirakan dapat membantu penulis atau pembaca bila akan menjadi
calon tertanggung bagi suatu perusahaan asuransi.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian dan Unsur-Unsur Asuransi
Asuransi dalam Undang-Undang No.2 Tahun 1992
Definisi Asuransi menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 1992 tentang usaha perasuransian Bab 1, Pasal 1 :
"Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau
lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul
dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang
yang dipertanggungkan .

Asuransi dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
Definisi Asuransi menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD), tentang asuransi atau pertanggungan seumurnya, Bab 9, Pasal
246:
"Asuransi atau Pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana
seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung,
dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya
karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang
tak tertentu.

Berdasarkan definisi di atas maka asuransi merupakan suatu bentuk
perjanjian dimana harus dipenuhi syarat sebagaimana dalam Pasal 1320

KUH Perdata, namun dengan karakteristik bahwa asuransi adalah
persetujuan yang bersifat untung-untungan sebagaimana dinyatakan dalam
Pasal 1774 KUH Perdata.
Menurut Pasal 1774 KUH Perdata, Suatu persetujuan untung
untungan (kans-overeenkomst) adalah suatu perbuatan yang hasilnya,
mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak maupun bagi sementara
pihak, bergantung kepada suatu kejadian yang belum tentu.
Beberapa hal penting mengenai asuransi:
1. Merupakan suatu perjanjian yang harus memenuhi Pasal 1320 KUH
Perdata;
2. Perjanjian tersebut bersifat adhesif artinya isi perjanjian tersebut sudah
ditentukan oleh Perusahaan Asuransi (kontrak standar). Namun
demikian, hal ini tidak sejalan dengan ketentuan dalam Undang-
undang No.8 tahun 1999 tertanggal 20 April 1999 tentang
Perlindungan Konsumen;
3. Terdapat 2 (dua) pihak di dalamnya yaitu Penanggung dan
Tertanggung, namun dapat juga diperjanjikan bahwa Tertanggung
berbeda pihak dengan yang akan menerima tanggungan;
4. Adanya premi sebagai yang merupakan bukti bahwa Tertanggung
setuju untuk diadakan perjanjian asuransi;
5. Adanya perjanjian asuransi mengakibatkan kedua belah pihak terikat
untuk melaksanakan kewajibannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur yang harus ada pada
Asuransi adalah:
1. Subjek hukum (penanggung dan tertanggung);
2. Persetujuan bebas antara penanggung dan tertanggung;
3. Benda asuransi dan kepentingan tertanggung;
4. Tujuan yang ingin dicapai;
5. Risiko dan premi;

6. Evenemen (peristiwa yang tidak pasti) dan ganti kerugian;
7. Syarat-syarat yang berlaku;
8. Polis asuransi.
2.2. Polis Asuransi
1. Fungsi Polis
Menurut ketentuan pasal 225 KUHD perjanjian asuransi harus
dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis yang memuat
kesepakatan, syarat-syarat khusus dan janji-janji khusus yang menjadi
dasar pemenuhan hak dan kewajiban para pihak (penanggung dan
tertanggung) dalam mencapai tujuan asuransi. Dengan demikian, polis
merupakan alat bukti tertulis tentang telah terjadinya perjanjian asuransi
antara tertanggung dan penanggung.
Mengingat fungsinya sebagai alat bukti tertulis maka para pihak
(khususnya Tertanggung) wajib memperhatikan kejelasan isi polis dimana
sebaiknya tidak mengandung kata-kata atau kalimat yang memungkinkan
perbedaan interpretasi sehingga dapat menimbulkan perselisihan (dispute).
2. Isi Polis
Menurut ketentuan pasal 256 KUHD, setiap polis kecuali
mengenai asuransi jiwa harus memuat syarat-syarat khusus berikut ini:
a. Hari dan tanggal pembuatan perjanjian asuransi;
b. Nama tertanggung, untuk diri sendiri atau pihak ketiga;
c. Uraian yang jelas mengenai benda yang diasuransikan;
d. Jumlah yang diasuransikan (nilai pertanggungan);
e. Bahaya-bahaya/ evenemen yang ditanggung oleh penanggung;
f. Saat bahaya mulai berjalan dan berakhir yang menjadi tanggungan
penanggung;
g. Premi asuransi;
h. Umumnya semua keadaan yang perlu diketahui oleh penanggung dan
segala janji-janji khusus yang diadakan antara para pihak, antara lain
mencantumkan BANKERS CLAUSE, jika terjadi peristiwa (evenemen)

yang menimbulkan kerugian penanggung dapat berhadapan dengan
siapa pemilik atau pemegang hak.
Untuk jenis asuransi kebakaran Pasal 287 KUHD menentukan bahwa di
dalam polisnya harus pula menyebutkan:
a. Letak barang tetap serta batas-batasnya;
b. Pemakaiannya;
c. Sifat dan pemakaian gedung-gedung yang berbatasan, sepanjang
berpengaruh terhadap objek pertanggungan;
d. Harga barang-barang yang dipertanggungkan;
e. Letak dan pembatasan gedung-gedung dan tempat-tempat dimana
barang-barang bergerak yang dipertanggungkan itu berada.














BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Usaha Pialang Asuransi
Kegiatan pialang asuransi dijalankan oleh perusahaan asuransi.
Menurut pasal 1 angka 8 Undang-Undang Perasuransian, yang dimaksud
dengan perusahaan pialang asuransi adalah perusahaan yang memberikan
jasa keperantaraan dalam penutupan asuransi dan penanganan
penyelesaian ganti rugi asuransi. Perusahaan pialang asuransi merupakan
suatu badan hukum yang dibentuk dalam rangka memenuhi kebutuhan
masyarakat atas suatu badan yang dapat membantu mereka dalam membeli
produk asuransi dan mendampingi pada saat terjadi klaim, di mana
masyarakat tertanggung sangat awam dengan kondisi dan persyaratan
polis asuransi. Sebaliknya, pihak perusahaan asuransi sangatlah paham
dengan hal tersebut. Oleh karena itu, pemerintah merasa perlu untuk
membentuk perusahaan pialang asuransi melalui peraturan, yaitu Undang-
Undang Asuransi Nomor 2 Tahun 1992 dengan tujuan melindungi
kepentingan masyarakat luas.
Perusahaan pialang asuransi berbentuk badan hukum dan harus
memiliki izin dari Departemen Keuangan dengan persyaratan cukup ketat
dan diatur dengan jelas dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992,
Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 dan Keputusan Menteri
Keuangan RI Nomor 226/ KMK.017/1993, serta peraturan terbaru lainnya.
Lebih lanjut, Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992, Pasal 24 ayat
(1) menegaskan bahwa pialang asuransi wajib menjelaskan secara benar
kepada tertanggung tentang ketentuan isi polis, termasuk tentang hak dan
kewajiban tertanggung.
Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 226/ KMK.017/1993,
mempersyaratkan bahwa dalam pembentukan perusahaan pialang asuransi

harus memenuhi kualifikasi tenaga ahli, penyelenggaraan usaha, dan
laporan pemeriksaan. Lebih lanjut, Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun
1999 menegaskan bahwa perusahaan pialang asuransi harus memiliki
Polis Professional Indemnity/ Liability.
1. Manfaat Pialang Asuransi
Masyarakat Indonesia sebagian besar belum mengetahui keberadaan
pialang asuransi bahkan yang sudah mengetahuinya pun masih belum
memahami fungsi dan peranan pialang asuransi bagi masyarakat. Hal
ini terjadi karena kurangnya informasi yang tersedia dan kurangnya
promosi yang menyentuh seluruh lapisan masyarakat, baik oleh
lembaga pendidikan formal maupun nonformal yang ada, serta oleh
asosiasi industri asuransi. Adapun beberapa manfaat pialang asuransi
untuk masyarakat, antara lain:
a. Mengenal dan menganalisis risiko yang dimiliki tertanggung.
b. Memberikan saran bagaimana menangani risiko kepada
tertanggung.
c. Mendesain program asuransi yang sesuai dengan kebutuhan
tertanggung.
d. Menyeleksi perusahaan asuransi dari segi kekuatan keuangan dan
segi komitmen, serta reputasi.
e. Mempresentasikan risiko dan menegosiasikan ruang lingkup
jaminan yang luas serta premi yang bersaing kepada perusahaan
asuransi.
f. Memantau kondisi dan situasi setiap adanya perubahan dalam
industri asuransi secara konsisten.
g. Membantu dan menangani klaim yang terjadi dari segi prosedur
dan dokumentasi serta menegosiasikan nilai klaim yang wajar dan
memadai bagi tertanggung.
Dengan berbekal pengetahuan dan pengalaman serta jumlah
portofolio bisnis yang besar, memudahkan pialang asuransi dalam
menegosiasikan luas jaminan dan harga premi dibandingkan dengan

tertanggung (jika tertanggung berhubungan dan berhadapan langsung
dengan perusahaan asuransi).
Pialang asuransi mengerjakan beberapa pekerjaan perusahaan asuransi
yang mencakup:
a. Memasarkan produk dan jasa perusahaan asuransi kepada
masyarakat luas.
b. Menjelaskan kondisi polis kepada calon tertanggung.
c. Mengumpulkan data risiko yang dimiliki oleh calon tertanggung.
d. Melaksanakan survey ke lokasi risiko.
e. Melakukan seleksi risiko dan menyadurkannya kepada perusahaan
asuransi sesuai dengan kebutuhan dan prosedur yang ada.
Dengan demikian, perusahaan asuransi tidak perlu
mengeluarkan biaya akuisisi dalam mendapatkan bisnis dan tidak
memiliki risiko kehilangan biaya apabila mereka menolak menerima
penutupan atas suatu risiko karena biaya ini diinvestasikan oleh
pialang asuransi.
Dalam hal ini, tertanggung tidak dibebani biaya tambahan atas
jasa dan pelayanan yang diberikan oleh pialang asuransi kepada
tertanggung, sehubungan dengan penutupan asuransi atas risiko yang
dimilikinya.
2. Fungsi pialang asuransi
Fungsi pialang asuransi adalah sebagai berikut:
a. Menempatkan risiko tertanggung kepada perusahaan asuransi
(security first class/ bonafide) yang telah diseleksi, baik dari segi
manajemen maupun finansial dengan kondisi jaminan yang luas
dan dengan harga premi yang bersaing (tidak lebih mahal).
b. Membantu pengurusan dan pelayanan klaim hingga ganti rugi
memadai diterima dalam kurun waktu yang relatif cepat oleh
tertanggung.

c. Menjadi rekan kerja yang setia dan terpercaya bagi tertanggung
sepanjang tahun.
Dalam menjalankan usahanya, perusahaan pialang asuransi
wajib memberikan keterangan yang sejelas-jelasnya kepada
penanggung tentang objek asuransi yang dipertanggungkan dan wajib
menjelaskan secara benar kepada tertanggung tentang ketentuan isi
polis, termasuk mengenai hak dan kewajiban tertanggung.
Perusahaan pialang asuransi harus menjaga perimbangan yang
sehat antara jumlah premi yang belum disetor kepada perusahaan
asuransi dan jumlah modal sendiri. Selain itu, perusahaan pialang
asuransi dilarang untuk menerbitkan dokumen penutupan sementara
dan/ atau polis asuransi.
3.2. Usaha Pialang Reasuransi
Kegiatan atau usaha pialang reasuransi dijalankan oleh perusahaan
pialang reasuransi, yaitu perusahaan yang memberikan jasa keperantaraan
dalam penempatan reasuransi dan penempatan penyelesaian ganti rugi
reasuransi dangan bertindak untuk kepentingan perusahaan asuransi
(ceding company).
3.3. Usaha Agen Asuransi
Agen asuransi adalah seorang atau badan hukum yang kegiatannya
memberikan jasa dalam memasarkan jasa asuransi untuk dan atas nama
penanggung. Setiap agen asuransi hanya dapat menjadi agen dari satu
perusahaan asuransi. Agen asuransi wajib memiliki perjanjian keagenan
dengan perusahaan asuransi yang diageni. Semua tindakan agen asuransi
yang berkaitan dengan transaksi asuransi menjadi tanggung jawab
perusahaan asuransi yang diageni. Agen asuransi dalam menjalankan
kegiatannya harus memberikan keterangan yang benar dan jelas kepada
calon tertanggung tentang program asuransi yang dipasarkan dan

ketentuan isi polis, termasuk mengenai hak dan kewajiban calon
tertanggung.
3.4. Usaha Penilai Kerugian Asuransi
Perusahaan penilai kerugian asuransi adalah perusahaan yang
memberikan jasa penilaian terhadap kerugian pada objek asuransi yang
dipertanggungkan. Setiap perusahaan penilai kerugian asuransi dalam
menjalankan usahanya harus mempergunakan keahlian berdasarkan norma
profesi yang berlaku.
3.5. Usaha Konsultan Aktuaria
Perusahaan konsultan aktuaria adalah perusahaan yang
memberikan jasa aktuaria kepada perusahaan asuransi dan dana pensiun
dalam rangka pembentukan dan pengelolaan suatu program asuransi dan/
atau program pensiun. Lebih lanjut, setiap perusahaan konsultan aktuaria
dalam menjalankan kegiatan usahanya harus mempergunakan keahlian
berdasarkan norma profesi yang berlaku.











BAB IV
KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan
1. Usaha penunjang asuransi didirikan untuk membantu tertanggung
dalam menentukan pilihannya dalam pengalihan risiko, atau untuk
membantu penanggung dalam menjalankan usaha jasa asuransinya.
2. Usaha penunjang asuransi meliputi usaha pialang asuransi, usaha
pialang reasuransi, usaha agen asuransi, usaha penilai kerugian
asuransi, dan usaha konsultan aktuaria.














DAFTAR PUSTAKA

1. Arus Akbar dan Wirawan. 2011. Pokok-Pokok Hukum Bisnis. Jakarta:
Salemba Empat.
2. Hasanuddin Rahman, S.H.. 1995. AspekAspek Hukum Pemberian Kredit
Perbankan di Indonesia. Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti.
3. H. Mashudi, SH. MH dan Moch. Chidir Ali, SH. (Alm.). 1995. Hukum
Asuransi, Penerbit CV. Mandar Maju.
4. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Cetakan IV. Citra Umbara,
Bandung. 2010.
5. Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, S.H.. 1986. Hukum Asuransi di
Indonesia, Penerbit PT Intermasa.
6. Prof. Abdulkadir Muhammad, SH.. 1999. Hukum Asuransi Indonesia.
Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti.
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian.
8. Undang Undang Usaha Perasuransian Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Perbankan. 1992. Jakarta: Penerbit CV. Eko Jaya.

Anda mungkin juga menyukai