TENTANG
UNSUR-UNSUR ASURANSI
1
c. suatu pokok persoalan tertentu;
Suatu hal tertentu merupakan pokok perjanjian, objek perjanjian, prestasi yang wajib
dipenuhi. Prestasi itu harus tertentu atau sekurang-kurangnya dapat ditentukan.
Kejelasan mengenai pokok perjanjian atau objek perjanjian ialah memungkinkan
pelaksanaan hak dan kewajiban pihak-pihak. Jika pokok perjanjian, atau objek
perjanjian, atau prestasi itu kabur, tidak jelas, sulit bahkan tidak mungkin
dilaksanakan, maka perjanjian itu batal (nietig,viod);
d. suatu sebab yang tidak terlarang.
Yang dimaksud dengan causa yang halal dalam Pasal 1320 KUHPdt itu bukanlah
sebab dalam arti yang menyebabkan atau yang mendorong orang membuat perjanjian,
melainkan sebab dalam arti “isi perjanjian itu sendiri” yang menggambarkan tujuan
yang akan dicapai oleh pihak-pihak, apakah dilarang oleh undang-undang atau tidak,
apakah bertantangan dengan ketertiban umum atau tidak (Pasal 1337 KUHPdt).
Ketentuan 1320 KUH Perdata belaku bagi asuransi, disamping syarat khusus yang diatur
dalam KUH Perdata yaitu :
a. Asas kepentingan yang dapat diasuransikan (insurable interest principle)
b. Asas kejujuran yang sempurna (utmost good faith principle)
c. Asas indemnitas (indemnity principle)
d. Asas subrogasi (subrogation principle)
Bukti dari perjanjian asuransi berupa polis, bagi pemegang polis apabila dalam perjanjian
asuransi terdapat kesesatan, paksaaan, dan penipuan (dwang, dwaling, bedrog) dari penanggung
dapat mengajukan pembatalan. Sesuai pengaturan dalan Pasal 1266 KUH Perdata: “Syarat batal
dianggap selalu dicantumkan dalam persetujuan yang timbal balik, andaikata salah satu pihak
tidak memenuhi kewajibannya. Dalam hal demikian persetujuan tidak batal demi hukum, tetapi
pembatalan harus dimintakan kepada Pengadilan. Permintaan ini juga harus dilakukan, meskipun
syarat batal mengenai tidak dipenuhinya kewajiban dinyatakan di dalam persetujuan. Jika syarat
batal tidak dinyatakan dalam persetujuan, maka Hakim dengan melihat keadaan, atas permintaan
tergugat, leluasa memberikan suatu jangka waktu untuk memenuhi kewajiban, tetapi jangka
waktu itu tidak boleh lebih dan satu bulan.”
Bagi pemegang polis, apabila suatu waktu terlambat membayar premi maka perjanjian tidak
batal demi hukum tetapi dapat dibatalkan. Artinya dalam pembatalan perjanjian harus ada
2
gugatan dari pihak yang merasa dirugikan oleh pihak lainnya, dan putusannya melalui putusan
hukum yang mempunyai kekuatan hukum.
Apabila penanggung melakukan wanprestasi, maka pihak tertanggung dapat menggugatnya
menggunakan Pasal 1267 KUH Perdata: “Pihak yang terhadapnya perikatan tidak dipenuhi,
dapat memilih: memaksa pihak yang lain untuk memenuhi persetujuan, jika hal itu masih dapat
dilakukan, atau menuntut pembatalan persetujuan, dengan penggantian biaya, kerugian dan
bunga.”
Pada prinsipnya perjanjian asuransi memiliki asas-asas yang terdapat dalam Pasal 1338
KUH Perdata : “Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali
selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh
undang-undang.Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas-asasnya meliputi asas
kekuatan mengikat para pihak, asas kebebasan berkontrak, asas keseimbangan, asas tidak dapat
ditarik tanpa persetujuan, asas itikad baik dan asas konsensualisme.
Asas itikad baik, dalam asuransi diatur dalam Pasal 251 KUHD: “Semua pemberitahuan
yang keum atau tidak benar, atau semua penyembunyian keadaan yang diketahui oleh
tertanggung, meskipun dilakukannya dengan itikad baik, yang sifatnya sedemikian, sehingga
perjanjian itu tidak akan diadakan, atau tidak diadakan dengan syaratsyarat yang sama, bila
penanggung mengetahui keadaan yang sesungguhnya dari semua hal itu, membuat
pertanggungan itu batal.” Pada intinya merupakan beban tertanggung yaitu harus memberikan
keterangan sebenar-benarnya dengan ancaman kebatalan.
Berdasarkan Pasal 1339 KUH Perdata: “Persetujuan tidak hanya mengikat apa yang dengan
tegas ditentukan di dalamnya, melainkan juga segala sesuatu yang menurut sifatnya persetujuan
dituntut berdasarkan keadilan, kebiasaan, atau undang-undang.” Untuk asuransi ketentuan ini
berarti bahwa kebiasaan dan udang-undang tetap berlaku walaupun tidak diperjanjikan; dan
harus tetap memperhatikan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.
Sedangkan untuk perbuatan melawan hukum (onrechtmatigedaad) diatur dalam Pasal 1365
KUH Perdata: “Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang
lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk mengganti
kerugian tersebut.” Unsur-unsur dalam pasal ini adalah :
a. Perbuatan melawan hukum;
3
Melanggar hukum berupa berbuat tidak berbuat dapat berupa melanggar hak orang lain,
bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku, bertentangan dengan kesusilaan,
bertetangan dengan kepatutan
b. Ada kesalahan (mampu bertanggung jawab);
c. Harus ada kerugian; dan
d. Hubungan kausal perbuatan dengan kerugian
4
menanggung kerugian dengan digantungkan pada peristiwa yang belum terjadi. Sedangkan
Molengraaf berpendapat premi merupakan kewajiban tertanggung, tetapi bukan syarat mutlak
(hampir sama dengan pendapat Dorhout mess).
Menurut Scheltema, asuransi tanpa premi merupakan hibah bersyarat. Jadi Premi syaratnya
mutlak untuk adanya asuransi. Hal ini sejalan dengan pendapat Emmy, yang menyatakan premi
syarat mutlak, tidak ada asuransi tanpa premi. Pertimbangannya karena asuransi adalah bisnis
yang harus menguntungkan, sehingga premi merupakan unsur asuransi menurut Pasal 246
KUHD.
Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa :
a. premi merupakan hak penanggung untuk menuntutnya;
b. premi merupakan kewajiban bagi tertanggung untuk memenuhinya;
c. premi mempunyai fungsi sebagai imbalan dan risiko yang dialihkan kepada
penanggung; dan
d. sebagai akibat pada waktunya tidak dibayar oleh tertanggung, penanggung dapat
meminta pemecahan perjanjian asuransi bersangkutan berdasar KUH Perdata
5
Peristiwa yang belum pasti terjadi atau peristiwa tidak pasti, merupakan terjemahan dari
istilah Evenemen yang diadobsi dari bahasa Belandan “evenement”. Evenemen atau peristiwa
tidak pasti adalah peristiwa terhadap mana asuransi diadakan, tidak dapat dipastikan terjadi dan
tidak diharapkan terjadi. Evenemen memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Peristiwa yang terjadi itu menimbulkan kerugian;
b. Terjadinya itu tidak diketahui, tidak dapat diprediksi terlebih dahulu;
c. Berasal dari faktor ekonomi, alam dan manusia;
d. Kerugian terhadap diri, kekayaan dan tanggung jawab seseorang
Evenemen erat sekali persoalannya dengan ganti kerugian. Akan tetapi tidak setiap
kerugian (loss) akibat evenemen harus mendapat ganti kerugian. Antara evenemen yang terjadi
dan kerugian yang timbul ada hubungan kausal. Evenemen adalah sebab dan kerugian adalah
akibat. Jika sudah dipastikan evenemen yang terjadi itu dijamin oleh polis dan karenanya
menimbulkan kerugian, penanggung terikat untuk membayar ganti kerugian.
2. Abdulkadir Muhammad2
Menurut Abdulkadir Muhammad, berdasarkan definisi asuransi di atas dapat di uraikan
unsur-unsur asuransi atau pertanggungan sebagai berikut:
1
Radiks Purba, Memahami Asuransi di Indonesia, Ctk. Kedua, CV Teruna Grafica, Jakarta, 1995.
2
Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, Ctk. Ke-empat, Citra Aditya Bakti, 2006.
6
a. Unsur pihak-pihak
Subjek asuransi adalah pihak-pihak dalam asuransi, yaitu penanggung dan
tertanggung yang mengadakan perjanjian asuransi. Penanggung dan tertanggung
memiliki hak dan kewajiban. Penanggung wajib memikul risiko yang dialihkan
kepadanya dan berhak memperoleh pembayaran premi. Sedangkan tertanggung wajib
membayar premi dan berhak memperoleh perlindungan dan ganti rugi atas harta
miliknya.
b. Unsur Status
Penanggung harus berstatus sebagai perusahaan badan hukum, dapat berbentuk
Perseroan Terbatas (PT), Perusahaan Perseroan (Persero) atau Koperasi. Tertanggung
berstatus sebagai perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang sebagai pemilik
atau pihak berkepentingan atas harta benda yang diasuransikan.
c. Unsur objek
Objek asuransi dapat berupa benda, hak atau kepentingan yang melekat pada benda
dan sejumlah uang yang disebut sebagai premi.
d. Unsur peristiwa
Peristiwa asuransi adalah perbuatan hukum berupa persetujuan atau kesepakatan
bebas antara penanggung dan tertanggung mengenai objek asuransi, peristiwa tidak
pasti (evenemen) yang mengancam benda asuransi dan syarat-syarat yang berlaku
dalam asuransi.
e. Unsur hubungan asuransi
Hubungan asuransi yang terjadi antara penanggung dan tertanggung adalah
keterikatan (legally bound) yang timbul karena persetujuan atau kesepakatan bebas.
Keterikatan tersebut berupa kesediaan secara sukarela dari penanggung dan
tertanggung untuk memenuhi kewajiban dan hak masing-masing terhadap satu sama
lain, yang artinya sejak tercapainya kesepakatan asuransi tertanggung terikat dan
wajib membayar premi asuransi kepada penanggung dan sejak itu pula penanggung
menerima pengalihan risiko.
7
Berdasarkan pengertian asuransi dalam Pasal 1 angka 1 UU Usaha Perasuransian, dapat
ditarik unsur-unsur asuransi yaitu:
1. Perjanjian
2. Para Penanggung dan pihak tertanggung (para pihak)
3. Premi
4. Memberikan Penggantian karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung
5. Suatu peristiwa yang tidak pasti
6. Memberikan suatu pembayaran didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.
Apabila dibandingkan dengan pengertian asuransi menurut KUHD, terdapat perbedaan unsur
asuransi. Dalam pengertian asuransi menurut KUHD, prestasi penanggung hanya untuk
memberikan penggantian atas suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan. Sementara prestasi penanggung yang disebutkan dalam pengertian asuransi
menurut UU Usaha Perasuransian yaitu di samping memberikan penggantian atas kerugian
dan sebagainya, juga memberikan sejumlah uang. Prestasi penanggung untuk memberikan
penggantian oleh para ahli hukum direpresentasikan sebagai asuransi kerugian, dan prestasi
penanggung untuk memberikan sejumlah uang direpresentasikan sebagai asuransi jumlah.
Dengan demikian, jenis asuransi yang terkandung dalam pengertian asuransi menurut KUHD
yaitu asuransi kerugian saja. Sementara jenis asuransi yang terkandung dalam pengertian
asuransi menurut UU Usaha Perasuransian yaitu asuransi kerugian dan asuransi jumlah.
Berikutnya, jenis risiko yang disebutkan dalam pengertian asuransi menurut KUHD yaitu
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan. Sementara jenis risiko
yang disebutkan dalam pengertian asuransi menurut UU Usaha Perasuransian yaitu kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada
pihak ketiga.
8
D. Unsur Asuransi Berdasarkan Pengertian Asuransi Menurut UU Nomor 40 Tahun 2014
tentang Perasuransian
Berdasarkan pengertian asuransi menurut Pasal 1 angka 1 UU Perasuransian, dapat
ditarik unsur-unsur asuransi yaitu:
1. Perjanjian
2. Para Pihak (perusahaan Asuransi dan Pemegang Polis)
3. Premi
4. Memberikan penggantian kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan
keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita
tertanggung
5. Karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti
6. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau
pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung
7. Dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil
pengelolaan dana.
1. Jelaskan perbedaan antara unsur asuransi yang terkandung dalam pengertian asuransi
menurut KUHD dengan UU Perasuransian?
2. Jelaskan perbedaan antara unsur asuransi yang terkandung dalam pengertian asuransi
menurut UU Perasuransian dengan UU Usaha Perasuransian?
9
3. Berikan contoh masing dari risiko kerugian, risiko kerusakan, risiko biaya yang timbul, risiko
kehilangan keuntungan, dan risiko tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga?
10