Anda di halaman 1dari 3

MODUL LANDREFORM

Undang-Undang No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang


sering disebut UUPA . UUPA mencabut atau menyatakan tidak berlaku hukum agrarian
colonial yang diatur dalam Agrarische Wet Stb 1870 No 55 dan Agrarische Besluit STB.
1870 No 118. Lnadreform adalah perubahan secara mendasar mengenai penguasaan dan
pemilikan tanah dari system yang lama sebelum berlakunya UUPA ke system yang baru
menurut UUPA. Pengertian land reform meliputi:
a. Perombakan dan pembangunan kembali system pemilikan dan penguasaan tanah.
Tujuannya yaitu melarang adanya groot grond bezit, pemilikan tanah yang
melampaui batas sebab hal yang demikian akan merugikan kepentingan umum. Asas
ini tercantum dalam Pasal 7, 10, dan 17 UUPA.
b. Perombakan dan penetapan kembali system penggunaan atas tanah atau sering
disebut landuse planning asas-asas tercantum dalam Pasal 15 dan 14 UUPA;
Undang-Undang No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan dasar Pokok-Pokok Agraria memuat
asas-asas land reform yaitu:
a. Asas penghapusan tuan-tuan tanah besar
Asas inin dimuat dalam Pasal 7 UUPA yang mebetapkan bahwa untuk tidak
merugikan kepentingan umum, maka pemilikan dan penguasaan tanah yang
melampaui batas tidak diperkenankan.
b. Asas pembatasan luas maksimum dan/atau minimum tanah
Asas ini termuat dalam Pasal 17 UUPA, yaitu:
1) Dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 7, maka untuk mencapai tujuan
yang dimaksud Pasal 2 ayat (3) diatur luas maksimum dan/atau minimum
tanah yang boleh dipunyai dengan sesuatu hak tersebut dalam Pasal 16 oleh
satu keluarga atau badan hukum.
2) Penetapan batas maksimum terhadap ayat 1 pasal ini dilakukan dengan
peraturan perundang-undangan dalam waktu yang singkat
3) Tanah-tanah yang merupakan kelebihan dari batas maksimum termaksud
dalam ayat 2 pasal ini diambil alih oleh pemerintah dengan ganti kerugian,
untuk selanjutnya dibagikan kepada rakyat yang membutuhkan menurut
peraturan pemerintah.
4) Tercapainya batas minimum termaksud dalam ayat 1 pasal ini, yang akan
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan dilaksanakan secara
berangsur-angsur.
c. Asas Larangan pemerasan orang oleh orang lain
Asas ini dimuat dalam Pasal 11 UUPA, yaitu:
1) Hubungan hukum antara orang termasuk badan hukum dengan bumi air, dan
ruang angkasa serta wewenang-wewenang yang bersumber pada hubungan
hukum itu akan diatur, agar tercapai tujuan yang disebut dalam Pasal 2 dan
ayat 3 dan dicegah penguasaan atas kehidupan dan pekerjaan orang lain yang
malampaui batas.
2) Perbedaan dalam keadaan masyarakat dan keperluan hukum golongan rakyat
dimana perlu dan tidan bertentangan kepentingan nasional diperhatikan
dengan menjamin perlindungan terhadap kepentingan golongan ekonomi
lemah.
d. Asas kewajiban mengerjakan atau mengusahakan sendiri secara aktif atas tanah
pertanian
Asas ini dimuat dalam Pasal 10 UUPA, yaitu: Setiap orang dan badan hukum yang
mempunyai sesuatu hak atas tanah pertanian pada asasnya dowajibkan mengerjakan
atau mengusahakan sendiri secara aktif dengan mencegah cara-cara pemerasan.

Tanah-tanah yang menjadi objek landreform akan dibagikan kepada petani yang
belum memiliki tanah diatur dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah No 224 Tahun 1961,
yaitu:
1) Tanah-tanah selebihnya dari batas-batas maksimum sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang No 56 Prp Tahun 1960 dan Tanah-Tanah yang jatuh
pada negara, karena pemiliknya melanggar ketentuan-ketentuan undang-
undang tersebut.
2) Tanah-tanah yang diambil oleh pemerintah karena pemiliknya berdomisili di
luar kecamatan tempat letak tanah yang bersangkutan.
3) Tanah-tanah swapraja dan bekas swapraja yang telah beralih kepada negara.l
4) Tanah-Tanah lain yang dikuasai langsung oleh negara.
Tindaklanjut dari bagian ke empat diatas adalah Keputusan BPN Nomor 25 Tahun 2002
Tentang Pedoman Pelaksanaan Permohonan Penegasan Tanah Negara Menjadi Obyek
Pengaturan Penguasaan Tanah/ Landreform pada bagian KEDUA, meliputi:
Tanah-tanah Negara Lainnya yang akan ditegaskan menjadi obyek Pengaturan Penguasaan
Tanah/ Landreform oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional meliputi:
a. Tanah Negara Bebas
b. Tanah-tanah bekas Hak Erfpacht
c. Tanah-tanah bekas Hak Guna Usaha yang telah berakhir waktunya dan tidak diperpanjang
oleh pemegang hak atau telah dicabut/dibatalkan oleh Pemerintah
d. Tanah-tanah Kehutanan yang telah digarap/dikerjakan oleh rakyat dan telah dilepaskan
haknya oleh Instansi yang bersangkutan
e. Tanah-tanah bekas Gogolan
f. Tanah-tanah bekas Hak Adat/ Ulayat

Anda mungkin juga menyukai