3. Subjek HM :
a. Menganut asas kewarganegaraan dan asas persamaan bagi pria dan
wanita – Pasal 9 UUPA.
b. Asas umum – perorangan – Pasal 20 ayat (1) UUPA.
c. Hanya dapat dimiliki oleh WNI tunggal Pasal 20 ayat (1) dan Badan
Hukum yang ditunjuk berdasarkan PP No.38/1963 – bank-bank
pemerintah, badan-badan koperasi pertanian, badan-badan sosial,
badan-badan keagamaan.
Catatan :
Pasal 21 ayat (3) UUPA menentukan bahwa :
a. WNA yang setelah 24 Sept 1960 mendapat HM karena pewarisan tanpa
wasiat/percampuran harta perkawinan wajib melepaskan HM itu dalam
jangka waktu 1 tahun sejak didapatnya HM tersebut.
b. WNI yang mempunyai HM dan setelah 24 Sept 1960 kehilangan
kewarganegaraannya, wajib melepaskan HM-nya dalam jangka waktu 1
tahun sejak ia kehilangan kewarganegaraannya.
c. Akibat hukumnya bila pemilikan tersebut tidak diakhiri adalah : HM-nya
hapus karena hukum, tidak perlu ada keputusan yang bersifat konstitutif,
tetapi supaya ada ketegasan bagi pihak lain yang berkepentingan maka
diterbitkan SK dari instansi agraria sesuai Permendagri No.1/1967.
2. Pengertian HGU :
Hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh negara
selama jangka waktu tertentu guna usaha pertanian, perikanan,
perkebunan, dan peternakan.
5. Subjek HGB :
a. WNI.
b. Badan Hukum Indonesia.
c. Perusahaan Patungan (PMA), apabila memerlukan tanah untuk keperlu-
an emplasemen, bangunan pabrik – Keppres No.34/1992.
6. Luas tanah HGB :
Tidak ada pembatasan, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan, hanya ada
ketentuan bahwa apabila 1 keluarga telah mempunyai 5 sertifikat tanah
maka untuk setiap perubahannya harus mendapat izin dari BPN.
7. Terjadinya HGB :
Jika asal tanah adalah tanah negara Permohonan Hak
Jika asal tanah adalah tanah yang telah dikuasai dengan hak tertentu
(HM atau HPL) Perjanjian.
8. Hapusnya HGB :
a. Jangka waktunya berakhir.
b. Dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena suatu syarat tidak
terpenuhi.
c. Dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya berakhir.
d. Dicabut untuk kepentingan umum.
e. Ditelantarkan.
f. Tanahnya musnah.
g. Ketentuan Pasal 26 ayat (2) UUPA.
Dari rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa HP adalah hak atas tanah
bangunan dan tanah pertanian.
Kata “menggunakan” menunjukan bahwa tanah itu dapat digunakan
untuk bangunan (sebagai wadah).
Kata “memungut hasil” menunjukan bahwa tanah itu dapat digunakan
untuk usaha pertanian (sebagai faktor produksi).
3. Sifat dan Ciri-Ciri Hak Pakai :
a. Tergolong hak yang wajib didaftarkan.
b. Dapat dialihkan setelah berlakunya PMA No.9 Tahun 1965 jo PMA
No.1 Tahun 1966 yang menetapkan bahwa HP atas tanah negara
termasuk hak yang wajib didaftarkan, maka HP boleh dialihkan kepada
pihak lain.
c. Dapat diberikan dengan cuma-cuma, dengan pembayaran atau pemberi-
an jasa berupa apa pun – Pasal 41 ayat (2) UUPA.
d. Dapat dilepaskan.
e. Dapat dijadikan jaminan hutang dengan Hak Tanggungan.
Bagian HPL tersebut dapat diberikan kepada pihak lain dengan HM, HGB
atau HP. Pemberiannya dilakukan oleh pejabat BPN yang berwenang atas
usul pemegang HPL.
Menurut Pasal 1 angka 2 PP No.40/1996, HPL : hak menguasai dari negara
yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada
pemegangnya.
4. Subjek HPL :
a. Badan hukum yang didirikan menurut Hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia yang seluruh modalnya dimiliki oleh
Pemerintah dan/atau Pemda yang bergerak dalam kegiatan usaha
sejenis dengan industri dan pelabuhan.
b. Instansi Pemerintah termasuk Pemda.
c. Badan otorita.
d. Badan-badan hukum Pemerintah lainnya yang ditunjuk Pemerintah.
6. Hapusnya HPL:
a. Dilepaskan oleh pemegangnya.
b. Dicabut untuk kepentingan umum.
c. Ditelantarkan.
d. Tanahnya musnah.
5. Terjadinya Hak Sewa : karena perjanjian dan konversi, dengan luas tanah :
a. Untuk tanah pertanian : dibatasi dengan UU No.56/Prp/1960.
b. Untuk tanah bangunan : tidak ada pembatasan.
5. Subjek Hak Gadai – Pasal 45 UUPA : WNI – Pasal 9 (2) UUPA, dan
terjadinya Hak Gadai adalah karena jual gadai dan konversi.
Ad. PERWAKAFAN
1. Dasar hukumnya :
Pasal 49 UUPA.
PP No.28/1977 tentang Perwakafan Tanah.
PMDN No.6/1977 tentang Pendaftaran Perwakafan Tanah Hak Milik.
Surat Keputusan BPN No.630.1-2782 tgl 27 Agustus 1991 tentang :
Pelaksanaan Pensertifikatan Tanah Wakaf :
UU No.41/2004 tentang Wakaf.
PP No.42/2006 tentang Pelaksanaan UU No.41/2004
Keputusan Bersama Men.Agama dan KaBPN No.422/2004 tentang
Sertifikasi Tanah Wakaf.
2. Pengertian Wakaf :
Perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian
dari harta miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu
tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau
kesejahteraan umum menurut syariah.
3. Fungsi Wakaf :
Untuk mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk
kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum.
Ad. Wakif :
Perseorangan, syaratnya dewasa, berakal sehat, tidak terhalang untuk
melakukan perbuatan hukum dan merupakan pemilik sah harta benda
yang akan diwakafkan.
Organisasi, syaratnya benda yang akan diwakafkan adalah milik
organisasi dan sesuai dengan anggaran dasar organisasi.
Badan hukum, syaratnya benda yang akan diwakafkan adalah milik
badan hukum dan sesuai dengan anggaran dasar badan hukum tersebut.
Ad. Nadzir :
Perseorangan, syaratnya WNI, Islam, dewasa, amanah, mampu secara
rohani rohani dan jasmani serta tidak terhalang untuk melakukan
perbuatan hukum.
Organisasi.
Badan Hukum.
Pengurus memenuhi syarat perseorangan di bidang sosial, pendidikan,
kemasyarakatan dan keagamaan Islam serta badan hukum didirikan
menurut Hukum Indonesia.