(TGD21308)
Dosen
Fauzi Janu Amarrohman, S. T., M. Eng.
Hak atas tanah yang dimiliki atau diberikan kepada orang (atau orang-orang) dan badan hukum,
dan yang memberikan kepada pemegang haknya (pemiliknya) untuk menggunakan bagian permukaan
bumi yang disebut tanah dalam batas-batas perundang-undangan dan peraturan hukum.
B. Isi/Kandungan HAT
HAT mengandung kewenangan-kewenangan dan kewajiban-kewajiban
hak itu diberikan langsung oleh negara yakni Hak Atas Tanah yang diperoleh
(“diperoleh langsung dari tangan dari pemegang hak primer
pertama, yaitu negara”) Hak Sewa Hak Gadai
Hak Pakai (HP) Hak Menumpang
Hak Milik (HM) Hak Membuka Tanah Hak Bagi Hasil Usaha
2. Pengertian: Menurut Pasal Pasal 20 ayat (1), Hak Milik adalah hak atas tanah yang bersifat:
➢ terkuat (yang berarti bahwa Hak Milik dapat menjadi induk HGB, HP)
➢ terpenuh (maksudnya, hak milik memberi kewenangan menggunakan tanah untuk keperluan apa saja/tidak
dibatasi peruntukannya)
➢ dengan mengingat Pasal 6 (bahwa semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial)
3) Subjek Hak Milik
Pasal 21 UUPA :
1. Bank-bank Negara;
3. Badan-badan keagamaan, yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian/Agraria setelah mendengar Menteri
Agama;
4. Badan-badan sosial yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian/Agraria setelah mendengar Menteri
Kesejahteraan Sosial;
4) Terjadinya Hak Milik (Pasal 22)
- ketentuan Undang-undang
5) Hapusnya (Pasal 27) : HM dihapuskan bila:
(3) diterlantarkan
b) tanahnya musnah
b. HAK GUNA USAHA (HGU)
1) Diatur dalam Pasal 28-34; Pasal 51 UUPA
HGU dapat diberikan kepada: (1) WNI dan (2) badan hukum Indonesia yakni badan hukum yang didirikan
menurut hukum Indonesia.
e) Diterlantarkan
f) Tanahnya musnah
Hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan di atas tanah yang bukan miliknya sendiri (bisa tanah
negara, bisa tanah milik orang lain).
b. Ciri-ciri :
1. WNI
1. Tanahnya masih diusahakan dengan baik sesuai dengan keadaan, sifat, dan tujuan pemberian hak tersebut,
2. Syarat-syarat pemberian hak tersebut masih dipenuhi dengan baik oleh pemegang hak,
5. Permohonan diajukan selambat-lambatnya 2 tahun sebelum berakhirnya jangka waktu HGB tersebut.
f. Kewajiban dan Hak Pemegang HGB
No. Kewajiban
1 Membayar uang pemasukan kepada negara,
2 Menggunakan tanah sesuai dengan peruntukan,
3 Memelihara dengan baik tanah dan bangunan yang ada di atasnya serta
menjaga kelestarian hidup,
4 Memberikan jalan keluar atau jalan air atau kemudahan lain bagi pekarangan
atau bidang tanah yang terkurung karena keadaan geografis atau sebab lain,
5 Menyerahkan kembali tanah yang diberikan dengan HGB kepada negara, atau
pemegang hak pengelolaan atau pemegang hak milik sesudah HGB tersebut
hapus,
6 Menyerahkan sertifikat HGB yang telah hapus kepada Kepala Kantor
Pertanahan.
No. Hak
1 Menguasai dan mempergunakan tanahnya selama waktu tertentu untuk
mendirikan dan mempunyai bangunan untuk keperluan pribadi atau
usahanya,
2 Mengalihkan hak tersebut kepada pihak lain dan membebaninya.
g. Hapusnya HGB
3. Dilepaskan secara sukarela oleh pemegang haknya sebelum jangka waktu berakhir,
5. Tanah diterlantarkan,
6. Tanahnya musnah,
b. Pengertian :
Hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil di atas tanah negara (berdasarkan penetapan
pemerintah) atau tanah milik orang lain (berdasarkan perjanjian dengan pemilik tanah)
c. Terjadinya, karena :
- UUPA (Penjelasan Umum) : tidak menyebut secara ekspilisit tentang hak HPL; hanya disebut: “Negara dapat
memberikan tanah dalam pengelolaan kepada suatu Badan Penguasa....”
- UU 21/1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan : HPL bukan termasuk hak atas tanah atau
hak perorangan, tetapi merupakan bagian dari hak menguasai negara”.
- PP 40/1996 (Pasal 1) : HPL adalah hak menguasai dari Negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian
dilimpahkan kepada pemegangnya.
b. Subjek Hak Pengelolaan :
• Badan Otorita
• Perusahaan Negara
• Perusahaan Daerah
• Industrial estate
c. Kewenangannya :
• merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah;
• menggunakan tanah untuk keperluan pelaksanaan tugasnya;
• menyerahkan bagian-bagian dari tanah tersebut kepada pihak ketiga (misalnya berupa hak milik, HGB atau
Hak Pakai).
f. HAK MILIK ATAS
SATUAN RUMAH SUSUN (HMSRS)
a. Diatur dalam :
UU No 16 tahun 1985 tentang Rumah Susun; yang kemudian diatur lebih lanjut dalam :
2) Peraturan Ka BPN 2/1989 tentang Bentuk dan Tata Cara Pengisian serta Pendaftaran Akta Pemisahan Rumah
Susun;
3) Peraturan Ka BPN 4/1989 tentang Bentuk dan Tata Cara Pembuatan Buku Tanah serta Penerbitan Sertifikat
HMSRS;
HMSRS adalah hak yang bersifat perorangan dan terpisah, yang terdiri atas hak pemilikan atas satuan SRS
tertentu, dan juga hak pemilikan atas bagian bersama, tanah bersama, dan benda bersama, yang semuanya
merupakan satuan yang tidak terpisahkan dengan satuan yang bersangkutan (pasal 8).
• Bagian bersama :
Bagian-bagian rumah susun yang dimiliki bersama secara tidak terpisah oleh semua pemilik Satuan Rumah
Susun dan diperuntukkan bagi pemakaian bersama, seperti lift, lorong, pondasi, atas bangunan, ruang untuk
umum, dan sebagainya.
• Tanah bersama :
Sebidang tanah di atas mana dibangun/berdiri rumah susun yang bersangkutan, yang sudah pasti status
haknya, batas-batas dan luasnya. Tanah ini merupakan hak bersama dari semua pemilik Satuan Rumah Susun
dalam bangunan rumah susun yang bersangkutan, dan bukan hanya hak pemilik Satuan Rumah Susun yang ada
di lantai dasar.
• Benda bersama :
Benda dan bangunan yang bukan merupakan bagian dari bagunan gedung rumah susun yang
bersangkutan, tetapi berada di atas tanah bersama, dan diperuntukkan bagi pemakaian bersama, seperti :
tempat ibadah, lapangan parkir, olahraga, pertamanan, tempat bermain anak-anak, dan lain lain. Benda-benda
dan bangunan tersebut juga merupakan milik bersama yang tidak terpisah dari semua pemilik Satuan Rumah
Susun.
c. Tanah untuk Pembangunan Rumah Susun
Rumah Susun hanya dapat dibangun di atas tanah Hak Milik, HGB dan Hak Pakai yang diberikan oleh
negara serta Hak Pengelolaan.
Namun bila dibangun di atas tanah Hak Pengelolaan, ada kewajiban bagi Penyelenggara Pembangunan Rumah
Susun (PPRS), untuk menyelesaikan lebih dahulu pemberian HGB atau Hak Pakai di atas hak Pengelolaan
tersebut sebelum diperbolehkan menjual satuan-satuan rumah susun yang bersangkutan.
d. Pemegang HMSRS
HMSRS, selain meliputi pemilikan secara individual SRS yang dibelinya, juga meliputi hak bersama atas
tanah bersama. Maka dengan sendirinya pembeli satuan rumah susun, atau pemegang HMSRS, harus
memenuhi syarat untuk menjadi pemegang hak hak atas tanah bersama, tempat dibangunnya rumah susun
yang bersangkutan.
Status Hak Atas Tanah Yang bisa Memiliki Satuan Rumah Susun
WNI,
Hak Milik
Badan Hukum
WNI,
Hak Guna Bangunan
Badan Hukum
Pihak Asing,
Hak Pakai
Badan Perwakilan Asing
Setiap HMSRS didaftarkan dan diterbitkan sertifikatnya yang disebut sertifikat HMSRS. Karena HMSRS,
selain meliputi pemilikan atas SRS yang bersangkutan, juga meliputi pemilikan bersama atas tanah bersama,
bagian bersama dan benda bersama, maka sertifikat HMSRS selain merupakan alat bukti untuk pemilikan SRS-
nya, juga sekaligus merupakan alat bukti hak bersama atas tanah bersama, bagian bersama dan benda bersama
sebesar nilai perbandingan proporsionalnya.