untuk berbuat sesuatu mengenai tanah yang menjadi haknya. Sesuatu yang
boleh, wajib atau dilarang untuk diperbuat, yang merupakan isi hak
penguasaan itulah yang menjadi kriteria atau tolak ukur di antara hak-hak
“Atas dasar ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 dan hal-hal
sebagai yang dimaksud dalam Pasal 1, bumi, air dan ruang
angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya itu
pada tingkatan yang tertinggi dikuasai oleh Negara sebagai
organisasi kekuasaan seluruh masyarakat.”
Atas dasar ketentuan tersebut, Negara berwenang untuk menentukan
hak-hak atas tanah yang dimiliki oleh dan atau diberikan kepada
67
Boedi Harsono, Op.Cit., Hlm. 24.
68
Pasal 2 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria.
48
49
Kewenangan tersebut diatur dalam Pasal 4 ayat 1 dan ayat 2 UUPA 69,
yaitu :
(1) Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud
dalam Pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas
permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan
kepada dan dipunyai oleh orang-orang baik sendiri maupun
bersama dengan orang lain serta badan-badan hukum.
(2) Hak-hak atas tanah yang dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini
memberi wewenang untuk mempergunakan tanah yang
bersangkutan demikian pula tubuh bumi dan air serta
ruang yang ada diatasnya sekedar diperlukan untuk
kepentingan yang langsung berhubungan engan penggunaan
tanah itu, dalam batas-batas menurut undang- undang ini dan
peraturan-peraturan hukum lain yang lebih tinggi.
Sebagai kawasan yang dimiliki oleh bangsa yang berdaulat dan bersatu,
seluruh wilayah indonesia adalah kesatuan tanah air dari seluruh rakyat
memiliki konsekuensi yang jauh terhadap pemilikan atau pemegang hak milik
hak milik adalah hanya warga negara indonesia. Hak milik tidak terbatas
jangka waktunya. Dalam UU Pokok Agraria hak milik atas tanah bersifat
kepada keturunanya tanpa batas waktu dan tanpa batas generasi. Kalau hal itu
terjadi dengan orang asing, konsekuensinya ialah orang asing tersebut bisa
69
Pasal 4 Ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria.
70
Ibid., Hlm.8.
50
d. Hak-hak individual,yaitu:
71
Boedi Harsono, Op.Cit., Hlm.264.
72
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria.
73
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria.
74
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria.
75
Pasal 16 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria.
76
Pasal 37, Pasal 41 dan Pasal 53 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
51
Hak Tanggungan).
tertentu. Pada hakikatnya, pemakaian tanah itu hanya terbatas untuk tujuan.
gedung, tempat parkir, jalan, pariwisata serta lainnya. Karena semua ha katas
tanah itu merupakan hak untuk memakai tanah maka semuanya memang
dapat dicakup dalam pengertian dan dengan sebutan Hak Pakai. Maka untuk
itu kemudian masing-masing diberi nama sebutan yang berbeda, yaitu, Hak
Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai.77 Pada
penjelasan dibawah ini, dijelaskan bagian hak milik dan hak pengelolaan
yaitu:
a. Hak milik
Diantara hak-hak (pakai) diatas, ada yang sifatnya sangat khusus, yang
bersangkutan.78
Nama Hak Milik bukan nama asli Indonesia. Tetapi sifat-sifat hak
menguasai tanah yang diberi nama sebutan Hak Milik itu sudah dikenal
atau penggunaan sebagian tanah ulayat secara intensif dan terus-menerus oleh
karena itu, pada dasarnya Hak Milik hanya diperuntukkan bagi warga negara
Sesuai dengan nama dan sifat hak milik, maka UUPA menetapkan
bahwa Hak Milik tidak terbatas jangka waktu berlakunya. Hak Milik juga
dapat beralih karena pewarisan dan dapat juga dipindahkan kepada pihak lain
modern atas tanah, maka Hak milik dapat dijadikan jaminan hutang dengan
dan/luas bidang tanah yang dimiliki dibatasi. Hak milik oleh UUPA
digambarkan sebagai hak yang paling penuh dan paling kuat yang bisa
78
Ibid., Hlm.37.
79
Ibid., Hlm.37.
80
Ibid., Hlm.38.
53
b. Hak Pengelolaan
bandara.81
terputus.82
81
Ibid., Hlm.38.
82
Ibid., Hlm.38.
54
implisist, pengertian itu diturunkan dari Pasal 2 ayat (4) UUPA yang
hukum adat, sekadar diperlukan dan tidak bertentangan dengan aturan .”83
2. Pendaftaran Tanah
hak atas tanah dengan pembuktian sertipikat tanah, sebagai instrument untuk
Tanah untuk pertama kali adalah kegiatan pendaftaran tanah yang dilakukan
83
Ibid., Hlm.39.
84
Adrian Sutedi, Sertifikat Hak Atas Tanah, Cetakan Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, 2012,
Hlm.59.
55
untuk menyesuaikan data fisik dan data yuridis dalam peta pendaftaran, daftar
tanah, daftar nama, surat ukur, buku tanah, dan sertipikat karena adanya
dan pendaftaran atau pencatatan dari hak-hak lain yaitu baik hak
menjamin kepastian hukum hak atas tanah. Berikut ini penjabaran lebih lanjut
85
Jayadi Setiabudi, Panduan Lengkap Mengurus Tanah Rumah Serta Segala
Perizinannya, Buku Pintar, Yogyakarta, 2015, Hlm.67.
86
Ibid., Hlm.68.
87
Ibid., Hlm.46.
56
hukum yang dapat dijamin meliputi kepastian mengenai letak batas dan luas
tanah, status tanah dan orang yang berhak atas tanah dan pemberian surat
berupa sertifikat.88
Buku Tanah sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang
1834-27. Akta atau surat perjanjian peralihan hak atas tanah dilakukan
tanah pada masa itu. Sebagai hasil dari pendaftaran tersebut, kepada penerima
hak diberikan grosse akta sebagai bukti terjadinya peralihan hak tersebut.
atas tanah di Indonesia sesuai dengan hukum adat adalah bersifat nyata,
Buku Tanah sebagai dokumen yang memuat data yuridis serta data fisik yang
bukti hak yang didaftar. Pembuatan akta tanah adalah perbuatan hukum yang
menimbulkan akibat hukum, karena akta yang telah dibuat PPAT itu telah
mensahkan transaksi antar para pihak, demikian pula akta tanah tersebut telah
menutup kesempatan pihak lain atas pokok materi yang telah ditransaksikan
itu. Bagi pihak yang merasa dirugikan oleh akta PPAT, dapat mengajukan
gugatan baik Tata Usaha Negara maupun perdata dan jika diindikasikan
ketersediaan Peta Dasar Pendaftaran yang memuat titik-titik dasar teknik dan
Peta Pendaftaran.
Sertifikat hak atas tanah sebagai hasil akhir proses pendaftaran tanah,
berisi data fisik mengenai keterangan tentang letak, batas, luas bidang tanah
melainkan sistem yang dianut adalah sistem publikasi negatif (sistem negatif).
aspek administrative yang disajikan, karena tetap terbuka bagi pihak lain
dilakukan penelitian data disertai publikasi secara terbuka serta kesaksian dan
atau pembukuan suatu hak dalam daftar tanah atas nama subjek hak, tidak
kehilangan haknya.92
pihak yang tidak berhak, menjadi pemegang hak yang baru. Dalam sistem ini
berlaku asas yang dikenal sebagai nemo plus juris. Asas ini berasal dari
hukum romawi yang secara lengkap berbunyi “nemo plus juris in alium
transferre potest quam ipse habet”. Orang tidak dapat menyerahkan atau
92
Ibid., Hlm.48.
59
memindahkan hak melebihi apa yang dia punyai. Hakikat yang menentukan
sah atau tidaknya suatu hak serta pemilikannya adalah itikad baik dan sahnya
biarpun sudah didaftar dalam buku tanah dan diterbitkan sertifikat, masih
dikuasainya karena digugat oleh pihak yang sebenarnya berhak. Subjek hak
yang merasa mempunyai hak atas tanah yang terdaftar atas nama orang lain,
issue sertifikat palsu, yang jika dilihat dari penyebabnya dapat dicirikan
sebagai berikut:94
menyatakan bahwa, “sesuatu yang dibuat pasti memiliki cita atau tujuan”. 95
93
Ibid., Hlm.49.
94
Ibid., Hlm.49.
95
Muhamad Erwin, Op.Cit., Hlm.123.
60
prioritas. Asas prioritas tersebut dijadikan sebagai tiga nilai dasar tujuan
hukum yaitu:96
1. Kepastian
dunia ini runtuh hukum harus ditegakkan). Itulah yang diinginkan oleh
keadaan tertentu.
2. Keadilan
96
Gustav Radbruch, Op.Cit., Hlm.107.
61
3. Kemanfaatan
itu tidak jalan. Idealnya dalam menegakkan hukum itu nilai-nilai dasar
nilai dasar kepastian hukum yang merupakan kesatuan yang secara yuridis
pengertian hukum yang memadai. Aspek yang pertama ialah keadilan dalam
arti yang sempit. Keadilan ini berarti kesamaan hak untuk semua orang di
depan pengadilan. Aspek yang kedua ialah tujuan keadilan atau finalitas.
Aspek ini menentukan isi hukum, sebab isi hukum memang sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai. Aspek yang ketiga ialah kepastian hukum atau
Kedua, bahwa hukum itu didasarkan pada fakta, artinya didasarkan pada
kenyataan. Ketiga, bahwa fakta harus dirumuskan dengan cara yang jelas
97
Theo Huijbers, Op.Cit., Hlm.163.
62
konsistensi dalam putusan hakim antara putusan hakim yang satu dengan
98
Gustav Radbruch, Op.Cit., Hlm.107.
99
Sudikno Mertokusumo, Op.Cit., Hlm.145.
100
Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit. Hlm.158.
101
Mahfud M.D., Kepastian..... ,Op.Cit., Hlm.91.
63
ataukah rasa keadilan merupakan persoalan yang sudah ada sejak lama.
dalam tradisi hukum kawasan Anglo Saxon dengan konsep negara hukum the
rule of law.102
hukum, karena dengan adanya kepastian hukum, fungsi hukum dapat berjalan
alasan pokok dari tujuan hukum tetapi yang penting adalah kepastian hukum.
kaidah umum yang berlaku secara umum, serta mengakibatkan bahwa tugas
umum untuk mencapai kepastian hukum. Hal ini dilakukan agar terciptanya
suasana yang aman dan tentram dalam masyarakat luas dan ditegakkannya
102
Mahfud M.D., Dilema Sifat Melawan Hukum........, Op.Cit., Hlm.89.
103
Soerjono Soekanto, Op.Cit., Hlm.15.