Anda di halaman 1dari 29

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku
Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2008.

Abdulkadir Muhammad, Hukum Dan Penelitian Hukum, Citra Aditya


Bakti, Bandung, 2004.

____________________, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti,


Bandung, 2010.

___________________, Hukum Perjanjian, Citra Aditya Abadi,


Bandung, 2014.

Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis Dan


Sosiologis), Gunung Agung, Jakarta, 2002.

____________, Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum, Yasrif


Watampone, Jakarta, 2008.

Adrian Sutedi, Sertifikat Hak Atas Tanah, Cetakan Kedua, Sinar Grafika,
Jakarta, 2012.

____________, Pengalihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Sinar


Grafika, Jakarta, Cetakan Kesembilan, 2018.

Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Raja Grafindo Persada,


Jakarta, 2003.

Al-Ashfahani, Al-Raghib , Al-Mu’jam Al-Mufradat Li Al-Fazh Al-Qur’an,


Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah, Beirut, 2004.

A.P.Parlindungan, Pendaftaran Tanah Di Indonesia, Mandar Maju,


Bandung, 2004.

______________, Pedoman Pelaksanaa Undang-Undang Pokok Agraria


Dan Tata Cara Pejabat Pembuat Akta Tanah, Mandar Maju,
Bandung, 1991.

Bernard Arief Sidharta, Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum, Mandar


Maju, Bandung, 2010.

192
193

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan


Undang-Undang Pokok Agraria, Djambatan, Jakarta, 2007.

Djamat Samosir, Hukum Acara Perdata, Nuansa Aulia, Bandung, 2011.

Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman, Hukum Perbankan, Sinar Grafika,


Jakarta, 2010.
Dominikus Rato, Filsafat Hukum Mencari: Memahami Dan Memahami
Hukum, Laksbang Pressindo, Yogyakarta, 2010.

Edy Putra Tje Aman, Kredit Perbankan Suatu Tinjauan Yuridis, Liberty,
Yogyakarta, 2012.

Eddy Ruchiyat, Sistem Pendaftaran Tanah Sebelum dan Sesudah


Berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria, CV. Armico,
Bandung, 1989.

Efendi Perangin, Hukum Agraria di Indonesia (Suatu Telaah Dari Sudut


Pandang Praktisi Hukum), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
1994.

Gunawan Widjaja dan Kartini Widjaja, Jual-Beli, Raja Grafindo Persada,


Jakarta, 2007.

Hakmi Kurniawan, Akta Otentik dan Akta di Bawah Tangan, Remaja


Rosdakarya, Bandung, 2014.

Hans Kelsen (terjemahan Raisul Muttaqien), Teori Umum Tentang


Hukum dan Negara, Nusa Media, Bandung, 2016.

Hasanuddin Rahman, Aspek-aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan


di Indonesia, Edisi Revisi, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005.

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Cetakan


Kedelapan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2014.

Iswi Hariyani, dkk., Credit Top Secret: Buku Pintar Perjanjian Kredit
dan Penyelesaian Piutang Macet, Andi, Yogyakarta, 2018.

Jayadi Setiabudi, Panduan Lengkap Mengurus Tanah Rumah Serta


Segala Perizinannya, Buku Pintar, Yogyakarta, 2015.

Johnny Ibrahim, Teori Dan Metodologi Penelitian Hukum, Banyumedia,


Malang, 2009.
194

J. Satrio, Hukum Perjanjian, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Citra


Aditya Bakti, Bandung, 2005.

Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Jual Beli, RajaGrafindo Persada,


Jakarta, 2003.

Lembaga Studi Islam dan Pengembangan Kepribadian Unisba, Tafsir Al-


Qur’an Juz III, LSI Unisba, Bandung, 2013.

___________________, Tafsir Al-Qur’an Juz XIII, LSI Unisba, Bandung,


2013.

___________________,Tafsir Al-Qur’an Juz V, LSI Unisba, Bandung,


2013.

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya,


Bandung, 2001.

Mahfud M.D., Kepastian Hukum Tabrak Keadilan, Citra Aditya Bakti,


Bandung, 2007.
_____________, Dilema Sifat Melawan Hukum: Kepastian Hukum Atau
Keadilan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2009.

_______________, Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi,


Cetakan Keempat, Rajawali Press, Depok, 2017.

Mariam Darus Badrulzaman, Permasalahan Hukum Hak Jaminan Dalam


Hukum Bisnis, Alumni, Bandung, 2000.

_______________________, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional,


BPHN, Alumni, Bandung, 2003.
_______________________, KUHPerdata Buku III : Tentang Hukum
Perikatan dengan Penjelasan, Alumni, Bandung, 2011.

_______________________, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung,


2014.

Moh. E. Hasim, Ayat Suci Lenyepaneun, Pustaka, Bandung, 1987.

Moh. Taufik Makarao, Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata, Rineka


Cipta, Jakarta, 2009.

Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Citra Aditya


Bakti, Bandung, 2011.
195

__________________, Hukum Perbankan di Indonesia, Cetakan


Ketujuh, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2018.

Muhamad Erwin, Fitsafat Hukum Refteksi Kritis Terhadap Hukum Dan


Hukum Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011.

Muhammad Firdaus, Peranan Notaris/PPAT dalam Perjanjian Kredit


Pemilikan Rumah (KPR), Andi, Yogyakarta, 2012.

Mukti Fajar ND. Dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum


Normatif & Empiris, Pustaka Pelajar, Cetakan Keempat,
Yogyakarta, 2017.

Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis:Menata Bisnis Modern di Era


Global, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2012.

M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung,


2011.

_________________, Hukum Perseroan Terbatas, Sinar Grafika,


Jakarta, 2013.

Neni Sri Imaniyati dan Panji Adam Agus Putra, Pengantar Hukum
Perbankan Indonesia, Cetakan Kedua, Refika Aditama, Bandung,
2016.

Norma K. Denzin Dan Yvonna S. Lincoln, Handbook Of Qualitative


Research, Sage Publication, London, 1994.

Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Pranada Media


Group, Jakarta, 2008.

____________________, Penelitian Hukum Empiris, Kencana Prenada


Media Group, Jakarta, 2009.

Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia, Bina


Ilmu, Surabaya, 2011.

Ridwan Khairandy, Hukum Kontrak Indonesia Dalam Perspektif


Perbandingan, FH UII Press, Yogyakarta, 2014.

R.Soeroso, Perjanjian Di Bawah Tangan, Sinar Grafika, Jakarta, Cetakan


Kedua, 2011.

R. Subekti, Aneka Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005.


196

_________, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 2008.

Satjipto Rahardjo, Sisi lain Dari Hukum di Indonesia, Cetakan Ketiga,


Kompas Gramedia, Jakarta, 2009.

Salim H.S, Hukum Kontrak Teori & Tehnik Penyusunan Kontrak, Sinar
Grafika, Cetakan Kedelapan, Jakarta, 2011.

Slamet Ristanto, Mudah Meraih Dana KPR (Kredit Pemilikan Rumah),


Pustaka Gratama, Yogyakarta, 2008.

Soeparmono, Hukum Acara Perdata dan Yurisprudensi, Mandar Maju,


Bandung, 2015.

Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum, Bina Cipta, Bandung, 1983.

_______________, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia


(UI-Press), Jakarta, 2006.

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty,


Yogyakarta, 2002.

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif Dan Dilengkapi Dengan


Contoh Proposal Dan Laporan Penelitian, Alfabeta, Bandung,
2009.

Theo Huijbers, Filsafat Hukum Dalam Lintas Sejarah, Cetakan


Keempatbelas, Kanisius, Yogyakarta, 2007.

Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah, Kencana


Prenada Media Group, Jakarta, 2010.
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veitzal, Credit Management
Handbook: Teori, Konsep, Prosedur, dan Aplikasi Panduan
Praktis Mahasiswa, Bankir, dan Nasabah, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2014.

Wancik K Saleh, Hak Anda Atas Tanah, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1977.
Winanto, Asas Keadilan Dalam Hukum Perjanjian Berdasarkan
KUHPerdata, Bina Cipta, Jakarta, 2005.

Zaeni Asyhadie dan Arief Rahman, Pengantar Ilmu Hukum, Cetakan


Keenam, Rajawali Pers, Depok, 2019.
197

B. Jurnal
Curzon, L.B, Land Law, Pearson Education Limited, Great Britain,
Seventh Edition, 1999.

Gustav Radbruch, “Statutory Lawlessness And Supra-Statutory Law”,


Oxford Journal Of Legal Studies, Volume 26, Nomor 1, 2006.

Israbeta Putrisani, “Analisis Pengalihan Kredit Pemilikan Rumah di


Bawah Tangan”, Jurnal Mimbar Keadilan, Universitas 17 Agustus
1945, Volume 14 Nomor 28, Agustus 2018, Surabaya.

John Braithwaite, “Rules And Principles: A Theory Of Legal Certainty”,


Australian Journal Of Legal Philosophy, No.27, 2002.

C. Kamus

Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,


Jakarta, 2000.

D. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.


Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-


Pokok Agraria.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan
Pemukiman sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1992 tentang Perumahan dan Pemukiman.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan.
198

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-


Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.

Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan


Pejabat Pembuat Akta Tanah.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas


Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan
Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah.

E. Internet

Syafran Sofyan, “Notaris Openbare Amtbtenaren”, Jimlyschool.com,


(https://www.jimlyschool.com/baca/9/notaris-openbare-
amtbtenaren-syafran-sofyan), diakses pada Tanggal 25 November
2019 Pukul 08.18 Wib.

Prasko Abdullah, “Definisi Perlindungan Hukum”, Artikel, diakses dari


(http://prasxo.wordpress.com/2011/02/17/definisi-perlindungan-
hukum/), tanggal 14 Maret 2020 pukul 16.50 Wib.
BIODATA DIRI

Nama : Irna Mulya Sari, S.Sos., S.H., M.Kn.


Tempat,Tanggal Lahir : Bandung, 11 Juni 1979
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Bukit Sawangan Indah, Jl. Mawar Raya Blok A.11
No.2, Bojongsari, Sawangan Kota Depok
No.HP : 087825643265
Email : Iershary11@gmail.com

Pendidikan
SD : SDN Raya Barat VIII (1985-1991)
SMP : SMPN 21 Bandung (1991-1994)
SMA : SMAN 2 Bandung (1994-1997)
S1 : Fakultas Ilmu Komunikasi, Jurusan Hubungan
Masyarakat Universitas Islam Bandung (1997-
2002)
S1 : Fakultas Hukum Universitas Islam Nusantara
(1999-2004)
S2 : Magister Kenotariatan Pascasarjana
Universitas Islam Bandung (2017-2020)
Pengalaman Organisasi
1. Wakil Sekretaris I DPW Provinsi Jawa Barat Partai Penyelamat Perjuangan
Reformasi (2003-2006).
2. Wakil Bendahara I DPW Provinsi Jawa Barat Partai Kedaulatan (2008-
2012).
3. Bidang Advokasi pada Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH)
PGRI Jawa Barat (2008-2013).
4. Ketua Komite SDN Bojongsari 01 Depok (2020-2023).

Pengalaman Kerja
1. Magang di Divisi Public Relation PT.Dirgantara Indonesia (Indonesian
Aerospace), Bandung, 2001.
2. Staff Legal di Kantor Hukum H.Komarudin,S.H. & Associates.
3. Advokat pada Kantor Hukum Irna Ramdhan & Partners, Depok, Jawa Barat.

199
Keabsahan Pengalihan Hak Atas Tanah Melalui Take Over
Kepemilikan Rumah Yang Dilakukan Dengan Perjanjian
Dibawah Tangan Berdasarkan Putusan Pengadilan Nomor:
326/Pdt.G/2018/PN.Bdg Dihubungkan dengan Asas
Kepastian Hukum

Irna Mulya Sari1, Yeti Sumiyati2, Alin Ardinal Widjaksana3


1 Alumni Magister Kenotariatan Universitas Islam Bandung, E-mail:
iershary11@gmail.com
2 Dosen Fakultas Hukum dan Magister Kenotariatan Universitas Islam Bandung, E-mail:
yeti_sumiyati74@yahoo.com
3 Dosen Magister Kenotariatan Universitas Islam Bandung dan Notaris di Kota Bandung,
E-mail: notaris.alinardinal@gmail.com

Abstract:
Home Ownership Credit (KPR) often faces obstacles or problems, one of which is the transfer of rights
to the KPR object, namely the house, which is carried out under the hands of the debtor to another party
before the KPR is paid off without the knowledge of the bank or known by the public as take over. The
purpose of this study is to analyze the position and validity of the agreement to transfer land rights
through the take over of homeownership which is carried out underhand based on Court Decision
Number: 326 / Pdt.G / 2018 / PN.Bdg and according to statutory regulations and to analyze the
position of the decision. court number: 326 / Pdt.G / 2018 / PN.Bdg which overrides the provisions of
the laws and regulations regarding land transfer agreements related to the principle of legal certainty.
This research method uses a normative juridical approach by conducting interviews or primary data
and examining literature or secondary data and is a descriptive legal research analysis. The results
showed that the position of the credit transfer agreement (take over) under the hands of the Bandung
District Court Decision No.326 / Pdt / G / PN.Bdg is valid and has permanent legal force, applies to
parties who make it under the provisions of Article 1338 of the Book. The Civil Law Law (Asas Pacta
sunt servanda) and as a legal sale and purchase are binding and have the same legal force as the legal
force of an authentic deed and have met the provisions of Article 1320 of the Civil Code. The position of
the Court Decision that overrides the provisions of the legislation is less in line with the principle of
legal certainty. Because the agreement under the hand does not have a legal causa requirement under
the provisions of Article 1320 of the Civil Code, however, as long as it does not harm one of the parties
to the agreement is valid, because the underhand take-over agreement has become a habit in society, the
judge is obliged to explore the values that are in the community according to the provisions of Law
Number 48 of 2009 calm Judicial Power, so that legal certainty in society can be realized.
Keywords: Transfer of Land Rights, Transfer, Home Ownership Credit, Legal Certainty.
Abstrak:
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sering menghadapi kendala maupun permasalahan, salah
satu diantaranya adalah pengalihan hak atas objek KPR yaitu rumah, yang dilakukan secara
dibawah tangan oleh debitur kepada pihak lain sebelum KPR tersebut lunas tanpa
sepengetahuan pihak bank atau dikenal oleh masyarakat dengan istilah take over. Tujuan dari
penelitian ini untuk menganalisis kedudukan dan keabsahan perjanjian pengalihan hak atas
tanah melalui take over kepemilikan rumah yang dilakukan di bawah tangan berdasarkan
Putusan Pengadilan Nomor:326/Pdt.G/2018/PN.Bdg dan menurut peraturan perundang-
undangan dan menganalisis kedudukan putusan pengadilan nomor:
326/Pdt.G/2018/PN.Bdg yang mengesampingkan ketentuan peraturan perundang-
undangan tentang perjanjian pengalihan hak atas tanah dihubungkan dengan asas kepastian
hukum. Metode penelitian yang digunakan metode pendekatan yuridis normatif dengan
analisis data primer berupa putusan pengadilan dan wawancara serta data sekunder berupa
Perundang-undangan, buku-buku dan literasi Pustaka, sifat penelitian hukum deskriptif
analisis. Hasil penelitian bahwa kedudukan perjanjian pengalihan kredit (take over) dibawah
tangan adalah sah dan mempunyai kekuatan hukum yang tetap,berlaku bagi para pihak
yang membuatnya sesuai ketentuan Pasal 1338 KUHPerdata (Asas Pacta sunt servanda) dan
sebagai jual beli yang sah, mengikat dan berkekuatan hukum sama dengan kekuatan hukum
akta otentik dan sudah memenuhi ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang Undang Hukum
Perdata. Kedudukan Putusan Pengadilan yang mengenyampingkan ketentuan Perundang-
undangan kurang selaras dengan asas kepastian hukum. Karena perjanjian dibawah tangan
tersebut tidak memiliki persyaratan causa yang halal sesuai ketentuan Pasal 1320
KUHPerdata, namun demikian, sepanjang tidak merugikan salah satu pihak perjanjian
tersebut sah, karena Perjanjian take over dibawah tangan telah menjadi kebiasaan di dalam
masyarakat, hakim wajib menggali nilai-nilai yang ada di masyarakat sesuai ketentuan
Undang-undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasan Kehakiman, sehingga kepastian
hukum dalam masyarakat dapat terwujud.
Kata Kunci: Pengalihan Hak Atas Tanah, Take Over, Kredit Pemilikan Rumah, Putusan
Hakim, Kepastian Hukum.

1. Pendahuluan lembaga perbankan maupun lembaga


keuangan non-perbankan diatur dalam
Berdasarkan ketentuan pasal 27 Pasal 127 juga dalam Pasal 128 UU
ayat (2) UUD NRI 1945, yang Perumahan dan Kawasan Pemukiman
menyatakan: Oleh karena itu, salah satu
“Tiap-tiap warga negara berhak atas alternatif dalam pendanaan perumahan
pekerjaan dan penghidupan yang layak yang dapat digunakan adalah melalui
bagi kemanusiaan”. bank. Dengan semakin banyaknya
Hal tersebut mengandung permintaan akan kebutuhan
pengertian bahwa masyarakat perumahan, maka semakin banyak
indonesia memiliki hak akan bermunculan bisnis perumahan yang
penghidupan yang layak, baik itu menawarkan berbagai fasilitas
tercukupinya kebutuhan papan, perumahan bagi masyarakat,
sandang dan pangan. Salah satunya salahsatunya adalah fasilitas
kebutuhan papan, yaitu kebutuhan kepemilikan rumah secara Kredit
akan perumahan/ pemukiman yang Pemilikan Rumah (selanjutnya
layak dan terjangkau. disingkat KPR).
Pemerintah menyadari bahwa Undang-Undang Nomor 10
tidak semua masyarakat dapat membeli Tahun 1998 Tentang Perbankan
rumah dengan bentuk pembayaran (selanjutnya disingkat UU Perbankan),
secara tunai. Untuk memenuhi dijelaskan dalam pasal 1 angka 2, bahwa
kebutuhan akan perumahan, bank adalah badan usaha yang
masyarakat memerlukan fasilitas menghimpun dana dari masyarakat
pendanaan berupa kredit. Pengaturan dalam bentuk simpanan dan
pembiayaan perumahan baik melalui menyalurkan kepada masyarakat
dalam rangka meningkatkan taraf Berdasarkan uraian diatas,
hidup rakyat banyak. dapat dikatakan bahwa KPR
Hal tersebut dapat dilihat merupakan suatu alternatif bagi
dalam UU Perbankan dan UU masyarakat untuk dapat memiliki
Perumahan dan Kawasan Pemukiman. rumah. Bagi pembeli yang sudah
Terkait dengan KPR, kreditnya diatur memenuhi persyaratan dalam
dengan UU Perbankan. Sementara itu perjanjian pemesanan rumah dapat
kepemilikan rumahnya diatur melalui menandatangani akad perjanjian kredit
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 pemilikan rumah dari Bank, setelah
Tentang Perumahan dan Kawasan ditandatangani maka pembeli sebagai
Pemukiman. pemilik rumah dan tanah sekaligus
Setiap kredit yang telah sebagai debitur baru dari Bank, dengan
disetujui dan disepakati antara pemberi jaminan kredit rumah dan tanah
kredit dan penerima kredit wajib tersebut. Dari pendapat di atas, dapat
dituangkan dalam bentuk perjanjian dinyatakan bahwa KPR diberikan oleh
kredit atau perjanjian pembiayaan. bank sebagai kreditur kepada
Berkaitan dengan perjanjian masyarakat yang membutuhkan rumah
tersebut, menurut Pasal 1320 KUHPer, sebagai debitur.(Edi Putra Tje Aman,
suatu perjanjian haruslah memenuhi 2012: 26)
syarat sahnya perjanjian. Yaitu terdiri Terkait dengan perjanjian kredit
atas: perumahan dibuat dengan perjanjian
1. Kesepakatan mereka yang standar karena demi efisiensi waktu
mengikatkan dirinya; dan mempermudah debitur yang akan
2. Kecakapan untuk membuat suatu mengambil kredit tanpa harus
perikatan; menunggu dalam pembuatan akta oleh
3. Suatu pokok persoalan tertentu; Notaris dan untuk meminimalisasi
4. Suatu sebab yang tidak dilarang. biaya dalam pembuatan akta dalam
kredit perumahan. Untuk memperoleh
Syarat pertama dan kedua kepastian tanggal dan kebenaran tanda
adalah syarat subjektif, karena tangan para pihak, maka selanjutnya
mengatur mengenai perjanjian standar yang telah
subjeksuatuperjanjian. Jika dalam ditandatangani oleh para pihak tersebut
suatu perjanjian para pihak tidak oleh bank dilegalisasi dan didaftarkan
memenuhi syarat subjektiftersebut, pada Notaris. Perjanjian Kredit
makaperjanjian tersebut dapat Pemilikan Rumah (KPR) sering
dibatalkan. Maka, permohonan menghadapi kendala/ permasalahan
pembatalan kepada hakim dapat diantaranya adalah pemindahan hak
diajukanjikasalah satu pihakadayang atas objek KPR yaitu rumah, yang
merasa dirugikan. Syarat ketiga dan dilakukan di bawah tangan oleh debitur
keempat adalah syarat objektif, karena kepada pihak lain sebelum KPR
mengenai objek dari perjanjian. tersebut lunas tanpa sepengetahuan
Suatuperjanjian akan dianggap batal pihak bank atau dikenal oleh
demi hukum jika para pihak tidak masyarakat dengan istilah over kredit.
memenuhi syarat objektif. Hal ini Proses alih debitur tersebut di atas akan
disebabkan karena perjanjian tidak menimbulkan suatu permasalahan
pernah ada dan tidak mengikat para hukum yang cukup kompleks di
pihak.1 kemudian hari karena hal ini berkaitan

1 Gumanti, R. (2012). Syarat Sahnya http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JPI/arti


Perjanjian (Ditinjau Dari Kuhperdata). Jurnal cle/view/900/840.
Pelangi Ilmu, 5(1),1-13. Diakses dari URL :
dengan kepastian hukum atas hak terjadi melalui jual beli, tukar menukar,
kepemilikan rumah. Selain itu, masalah hibah, pemasukan dalam perusahaan
yang sering timbul dalam pelaksanaan dan perbuatan hukum pemindahan hak
perjanjian kredit adalah keadaan lainnya. Pada pengertian ini terdapat 2
dimana debitur lalai untuk melakukan (dua) peralihan hak atas tanah yaitu
kewajibannya atau yang biasanya beralih dan dialihkan. Menurut Adrian
disebut wanprestasi. Fakta yang Sutedi beralih merupakan
dihadapi oleh debitur pengambil kredit berpindahnya hak atas tanah tanpa ada
KPR, pada akhir masa kredit, debitur perbuatan hukum yang dilakukan oleh
pengambil alih kredit tidak bisa pemiliknya, contohnya pewarisan,
mengambil sertifikat karena bank hanya sedangkan dialihkan adalah
mengakui debitur pertama. Jadi pihak berpindahnya hak atas tanah melalui
bank akan menyerahkan sertifikat perbuatan hukum yang dilakukan oleh
kepada debitur pertama bukan kepada pemiliknya, contohnya jual beli.
orang lain yang tidak dikenal/tidak Sementara itu, larangan alih
tercatat pada para pihak bank. debitur merujuk pada Undang-Undang
Pengalihan hak atas tanah dan Perumahan dan Kawasan Permukiman,
bangunan melalui alih take over KPR khususnya Pasal 137 yang mengatur
pada bank BTN terjadi karena jangka setiap orang dilarang menjual satuan
waktu kredit yang belum berakhir atau lingkungan perumahan yang belum
belum ada pelunasan dari debitur lama. menyelesaikan status hak atas
Alih debitur/ take over terjadi setelah tanahnya. Sementara itu, menurut Pasal
ada kesepakatan antara debitur lama 114 ayat (2) Undang-Undang
selaku penjual dengan debitur baru Perumahan dan Kawasan Pemukiman
selaku pembeli. Debitur lama yang yang mengatur peralihan hak atas tanah
bertindak selaku penjual akan dibuat di hadapan Pejabat Pembuat
mengalihkan objek yang akan menjadi Akta Tanah (PPAT) setelah ada
haknya kepada pembeli dan pembeli kesepakatan bersama. Kedua ketentuan
selaku debitur baru bersedia untuk ini dapat ditafsirkan bahwa setiap
membayar sisa angsuran kepada bank orang dilarang menjual rumah yang
yang terikat perjanjian KPR dengan belum menyelesaikan haknya, yang
penjual yakni debitur lama setelah artinya belum melunasi KPR-nya dan
adanya persetujuan dari bank pemberi peralihan hak atas tanah harus dibuat di
kredit take over atau alih debitur depan PPAT setelah para pihak
sebagaimana dikemukakan di atas membuat kesepakatan perjanjian take
sebenarnya merupakan proses over.
pengalihan hak atas tanah dari debitur Kasus yang akan dibahas dalam
lama kepada debitur baru. Take over penelitian ini diambil dari Putusan
atau alih debitur KPR, menurut Pasal 37 Pengadilan Negeri (PN) Bandung
ayat (1) PP Pendaftaran Tanah tersebut Nomor 326/ Pdt.G/ 2018/ PN.Bdg.
diatas hanya dapat didaftarkan jika (Selanjutnya disebut Putusan
dibuktikan dengan akta yang dibuat Pengadilan)Kasus ini berawal ketika
oleh PPAT. Dengan demikian take over Herman Ardisuardi membeli rumah di
atau alih debitur yang dilakukan Riung Bandung Permai secara over
dengan perjanjian di bawah tangan kredit dari R. Harsono. Proses
tidak dapat dijadikan alas hak untuk pembelian rumah ini dilakukan secara
pendaftaran hak atas tanah karena over kredit/alih debitur dengan
adanya peralihan hak. perjanjian di bawah tangan.
Menurut Pasal 37 ayat (1) PP Awal mula R. Harsono pada
Pendaftaran Tanah, dapat dinyatakan tanggal 3 April 1985 telah mengambil
bahwa peralihan hak atas tanah bisa kredit kepemilikan rumah dari PT.
Riung Bandung Permai dengan uang Negara Cabang Bandung untuk
muka sebesar Rp.750.000,- (tujuh ratus menyerahkan Sertifikat Hak Milik No.
lima puluh ribu rupiah) dan sisanya 534/Desa Cipamokolan atas nama R.
dibayar melalui kredit kepada Bank Harsono, akan tetapi Bank Tabungan
Tabungan Negara Cabang Bandung Negara Cabang Bandung tetap tidak
untuk jangka waktu 15 (lima belas) memberikannya dengan alasan
tahun sebagaimana perjanjian kredit pengambilannya harus oleh R. Harsono
No.24208/80 tanggal 27 Agril 1985 yang namanya tercantum dalam
dengan besar angsuran per bulannya sertifikat.
adalah Rp. 95.630,- (Sembilan puluh Berdasarkan kronologi tersebut,
lima ribu enam ratus tiga puluh rupiah) permasalahan hukum dalam kasus ini
yang harus dibayar mulai pada bulan muncul ketika Herman Ardisuardi
Juni 1985. Sehubungan R. Harsono meninggal dunia dan ahli warisnya
adalah seorang ABRI yang bertugas di bermaksud mengambil sertifikat yang
SESKO ABRI Bandung yang pada tahun dijadikan agunan (karena kredit sudah
1987 berpindah tugas ke MABES ABRI lunas) tapi Bank BTN tidak memberikan
di Jakarta, berdasarkan alasan itulah R. dengan alasan yang tercatat sebagai
Harsono menjual rumah tersebut yang debitur adalah R. Harsono. Bank BTN
suratnya masih dalam anggunan kredit menyatakan bahwa pengambilan
di Bank Tabungan Negara cabang sertifikat harus dilakukan oleh R.
Bandung dengan cara over kredit Harsono sendiri atau dengan surat
kepada Herman Ardisuardi, dengan kuasa dari R. Harsono.
harga Rp.8.700.000,- (delapan juta tujuh Permasalahannya keberadaan R.
ratus ribu rupiah) dengan tiga kali Harsono sudah tidak diketahui lagi.
pembayaran. Dan selanjutnya Pihak ahli waris
Over kredit kepemilikan rumah Herman Adisuardi menempuh jalur
atas nama R. Harsono kepada Herman hukum dengan melayangkan gugatan
Ardisuardi, telah dimohon over alih kepada R Harsono yang didaftarkan
debitur oleh R. Harsono bersama pada Pengadilan Negeri Bandung
Herman Ardisuardi, kepada Bank dengan Nomor Registrasi Perkara:326/
Tabungan Negara Cabang Bandung Pdt.G/2018/PN.Bdg, yang kemudian
pada tanggal 20 Juni 1988. Selanjutnya Hakim Pengadilan Negeri Bandung
pada bulan Mei tahun 2000 angsuran memutuskan bahwa Perjanjian di
kredit kepemilikan rumah tersebut bawah tangan yang dibuat antara
telah dibayar lunas oleh Herman R.Harsono dan Herman Adisuardi
Ardisuardi, kepada Bank Tabungan adalah sah dan berkekuatan hukum
Negara Cabang Bandung, sehingga tetap (inkracht), menghukum Pihak
dengan demikian perjanjian kredit Bank BTN untuk menyerahkan
kepemilikan rumah No.24208/80 sertifikat hak milik R.Harsono dan
tertanggal 27 April 1985 telah berakhir. memerintahkan Pihak Badan
Dengan telah berakhirnya Pertanahan Nasional (BPN) untuk
perjanjian kredit kepemilikan rumah memproses Balik nama sertifikat
No.24208/80 tersebut, maka kewajiban tersebut kepada Herman Adisuardi
Bank Tabungan Negara Cabang (almarhum) yang dalam hal ini ahli
Bandung harus menyerahkan bukti warisnya. Hal tersebut bertentangan
kepemilikannya yang dijadikan dengan ketentuan PP Nomor 24 Tahun
angunan kepada R. Harsono atau 1997 tentang Pendaftaran Tanah Pasal
kepada Herman Ardisuardi, selaku 37 ayat 1.
penerima over kredit. Herman Terkait dengan ketentuan tersebut,
Ardisuardi telah beberapa kali dapat dinyatakan bahwa banyak
memohon kepada Bank Tabungan masyarakat yang kurang memahami
prosedur tetap perolehan hak atas menurut peraturan perundang-
tanah. Masyarakat juga kurang undangan; (2) Untuk menganalisis
memahami bahwa tidak boleh kedudukan putusan pengadilan nomor:
melakukan perlaihan hak atas tanah 326/Pdt.G/2018/PN.Bdg yang
yang dilakukan di bawah tangan, mengesampingkan ketentuan
Maka peneliti tertarik untuk peraturan perundang-undangan
melakukan penelitian dalam bentuk tentang perjanjian pengalihan hak atas
tesis dengan judul: “Keabsahan tanah dihubungkan dengan asas
Pengalihan Hak Atas Tanah Melalui kepastian hukum.
Take Over Kepemilikan Rumah Yang
Dilakukan Dengan Perjanjian 2. Metode Penelitian
Dibawah Tangan Berdasarkan
Putusan Pengadilan Nomor:326/ Penelitian ini menggunakan metode
Pdt.G/ 2018/ PN.Bdg Dihubungkan penelitian yuridis normatif karena
dengan Asas Kepastian Hukum”. dalam tulisan ini terdapat kekaburan
Berdasarkan latar belakang norma.2 Pendekatan (approach) yang
masalah yang telah diuraikan di atas, digunakan dalam suatu penelitian
maka rumusan masalah dalam yuridis normatif akan memungkinkan
penelitian ini dapat dikemukakan seorang peneliti untuk memanfaatkan
dalam research questions adalah (1) hasil-hasil temuan ilmu hukum dan
Bagaimana Kedudukan dan Keabsahan ilmu-ilmu lain untuk kepentingan
Perjanjian Pengalihan Hak Atas Tanah analisis dan eksplanasi.3 Jenis
Melalui Take Over Kepemilikan Rumah pendekatan yang digunakan dalam
Yang Dilakukan Di Bawah Tangan penelitian ini adalah metode statute
Berdasarkan Putusan Pengadilan approach (pendekatan perundang-
Nomor:326/ Pdt.G/ 2018/ PN.Bdg dan undangan) yaitu Dilakukan dengan
Menurut Peraturan Perundang- menelaah semua peraturan perundang-
Undangan? dan (2) Bagaimana undanganyang berkaitan dengan isu
Kedudukan Putusan Pengadilan hukum yang diteliti dan case approach
Nomor: 326/ Pdt.G/ 2018/ PN.Bdg (pendekatan kasus) yaitu, Bertujuan
Yang Mengesampingkan Ketentuan untuk mempelajari norma-norma atau
Peraturan Perundang-Undangan kaidah hukum yang dilakukan dalam
Tentang Perjanjian Pengalihan Hak praktik hukum.4 Guna memecahkan
Atas Tanah Dihubungkan Dengan Asas suatu permasalahan hukum, maka
Kepastian Hukum? diperlukan sumber penelitian. Sumber
Adapun tujuan dari penelitian ini penelitian yang dipergunakan berasal
adalah (1) Untuk menganalisis dari Data Sekunder seperti, bahan
kedudukan dan keabsahan perjanjian hukum primer yaitu peraturan
pengalihan hak atas tanah melalui take perundang-undangan, sekunder yaitu
over kepemilikan rumah yang buku, doktrin serta jurnal, dan tersier.
dilakukan di bawah tangan Juga berasal dari Data Primer seperti
berdasarkan Putusan Pengadilan wawancara. Bahan-bahan tersebut
Nomor:326/Pdt.G/2018/PN.Bdg dan didapatkan dengan studi dokumentasi,

2 Diantha, I. M. P. (2016).Metodologi 4 Fajar,ND.M., Dan Yulianto


Penelitian Hukum Normatif dalam Achmad,, (2017), Dualisme Penelitian Hukum
Justifikasi Teori Hukum Jakarta:Kencana Normatif & Empiris, Yogyakarta:Pustaka
Prenada Media Group, h.12. Pelajar, Cetakan Keempat, h.185.
3 Ibrahim, Johnny, (2009), Teori Dan

Metodologi Penelitian Hukum,


Malang:Banyumedia, h.301.
lalu dilakukan analisis secara yang berkaitan dengan perjanjian kredit
deskriptif.5 tersebut, sama sekali tidak dibenarkan
oleh bank BTN.
Hal ini dikarenakan perjanjian
3. Hasil dan Pembahasan kredit hanya mengikat pihak bank dan
3.1. Kedudukan dan Keabsahan Perjanjian debitur pertama saja. Dengan demikian,
Pengalihan Hak Atas Tanah Melalui segala bentuk take over atau pengalihan,
Take Over Kepemilikan Rumah Yang penjualan atau apapun yang dilakukan
Dilakukan Di Bawah Tangan oleh debitur pertama terkait dengan
Berdasarkan Putusan Pengadilan perjanjian kredit tersebut yang mana
Nomor:326/Pdt.G/2018/PN.Bdg dan dilakukan tanpa adanya izin tertulis
Menurut Peraturan Perundang- terlebih dahulu dari bank BTN adalah
Undangan tindakan wanprestasi dan segala bentuk
tindakan tersebut tidak akan mengikat
Kedudukan perjanjian pengalihan pihak ketiga yaitu debitur baru.
hak atas tanah melalui take over (proses Meskipun sebenarnya diantara debitur
alih debitur) dibawah tangan, pertama dan debitur baru telah
merupakan salah satu perjanjian tidak dilakukan suatu tindakan hukum
bernama. Menurut KUHPerdata, berupa pengalihan debitur. Oleh karena
“perjanjian tidak bernama adalah itu, terhadap tindakan tersebut di atas
perjanjian yang tidak mempunyai nama pihak bank hanya akan tetap
tertentu dan jumlahnya tidak terbatas”. menganggap debitur pertama yang
Hal tersebut mengandung pengertian melakukan perjanjian kredit dan
bahwa take over dalam Kredit Pemilikan perjanjian kredit tersebut tidak berlaku
Rumah yang dilakukan secara dibawah bagi pihak ketiga atau debitur baru.
tangan dapat diartikan bahwa Dasar bahwa perjanjian hanya mengikat
pengalihan terjadi tanpa sepengetahuan para pihak yang membuat perjanjian
pihak bank pemberi kredit. Pada dikuatkan dengan adanya Pasal 1340
Putusan Pengadilan, terjadi kasus KUH Perdata yang menyatakan bahwa
terhadap take over kredit KPR pada Bank perjanjian hanya berlaku bagi pihak-
BTN (Persero) Cabang Bandung yang pihak yang membuatnya. Jadi dalam
dilakukan tidak di hadapan pejabat hal ini tidak mengikat pihak ketiga
yang berwenang. Adapun bentuk take yaitu pihak yang menerima pengalihan
over tersebut adalah pengalihan kredit dari debitur pertama, karena
terhadap tanah dan bangunan (rumah) perjanjian dalam KPR hanya mengikat
yang menjadi objek jaminan dalam KPR pembeli (debitur) pertama dengan bank
BTN tersebut. Perjanjian kredit BTN dan tidak mengikat pembeli secara di
merupakan persetujuan pemberian bawah tangan yang dilakukan tanpa
kredit oleh PT Bank Tabungan Negara sepengetahuan pihak bank.
(BTN) kepada debitur guna pembelian
sebuah bangunan (rumah) berikut Terkait dengan keabsahan
tanahnya. Adapun perjanjian kredit pengalihan hak atas tanah melalui take
tersebut hanya mengikat pihak bank over kepemilikan rumah yang
BTN selaku pemberi pinjaman dan dilakukan di bawah tangan, secara
debitur selaku peminjam. Terhadap umum dilihat terlebih dahulu
debitur yang melakukan take over atau persyaratan keabsahan perjanjian pada
pengalihan, penjualan atau apapun

5 Muhammad,A.K., (2004), Hukum


Dan Penelitian Hukum, Bandung:Citra Aditya
Bakti, h.30.
umumnya yang diatur dalam Pasal 1320 kecakapan ini dibuktikan keduanya
KUH Perdata. atau para pihak sudah dewasa dan
tidak di bawah pengampuan. Dengan
Syarat sahnya perjanjian
demikian syarat cakap atau kecakapan
sebagaimana diatur dalam Pasal 1320
ini dipenuhi dalam perjanjian take over.
KUHPerdata, adalah:
Terkait dengan syarat hal tertentu
1. Sepakat mereka yang mengikatkan
juga dipenuhi oleh perjanjian take over.
dirinya;
Perjanjian take over ini mengenai hal
2. Kecakap untuk membuat suatu
tertentu yaitu take over perjanjian KPR
perikatan;
antara debitur lama kepada debitur
3. Suatu hal tertentu; dan
baru. Terkait dengan syarat suatu sebab
4. Suatu sebab yang halal.
yang halal atau causa yang halal disini
Keempat syarat di atas dapat
yang diperlukan pembahasan yang
dikelompokkan menjadi dua, yaitu
mendalam. Jika causa yang halal ini
berdasarkan subyeknya dan
diartikan tidak melanggar undang-
berdasarkan obyeknya. Dua syarat
undang, kebiasaan atau kepatutan
pertama disebut syarat subyektif,
maka syarat causa yang halal ini sekilas
karena menyangkut subyek yang
terpenuhi.
menutup perjanjian, sedangkan dua
Dikaji dari UU Perumahan dan
syarat yang lain disebut syarat obyektif,
Kawasan Permukiman, khususnya
karena menyangkut obyek dari
Pasal 114 ayat (2) Undang-Undang
perjanjian.6Pembedaan ini
Nomor 1 Tahun 2011 yang mengatur
menimbulkan konsekuensi hukum,
peralihan hak atas tanah dibuat di
yaitu apabila suatu perjanjian tidak
hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah
memenuhi syarat subyektif maka
(PPAT) setelah ada kesepakatan
perjanjian itu tetap ada walaupun tidak
bersama. Sementara itu Pasal 137 UU
sah dan menimbulkan kemungkinan
Perumahan dan Kawasan Permukiman
untuk dibatalkan. Sementara itu,
mengatur setiap orang dilarang menjual
apabila suatu perjanjian tidak
satuan lingkungan perumahan yang
memenuhi syarat obyektif maka
belum menyelesaikan status hak atas
perjanjian tersebut dianggap tidak
tanahnya. Kedua ketentuan ini dapat
pernah ada dan dengan sendirinya batal
ditafsirkan bahwa setiap orang dilarang
demi hukum.
menjual rumah yang belum
Terkait dengan syarat sepakat menyelesaikan haknya, yang artinya
mereka yang mengikatkan dirinya belum melunasi KPR-nya dan peralihan
dipenuhi bahwa para pihak yang hak atas tanah harus dibuat di depan
membuat perjanjian take over sepakat PPAT setelah para pihak membuat
untuk membuat perjanjian take over kesepakatan perjanjian take over. Maka
tanpa paksaan, tanpa tekanan ataupun dikatakan perjanjian take over yang
penipuan. Dengan demikian syarat dilakukan secara di bawah tangan,
“sepakat” ini dipenuhi dalam perjanjian melanggar ketentuan-ketentuan dalam
take over. Terkait dengan syarat Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011,
kecakupan untuk membuat suatu yang artinya causa yang halal dalam
perikatan, para pihak yang membuat perjanjian take over tidak terpenuhi.
perjanjian take over tersebut, kedua Oleh karena itu, adanya perbuatan
cakap atau memiliki kecakapan untuk hukum ini menimbulkan beberapa
membuat perjanjian. Cakap atau konsekuensi hukum yang berpengaruh

6 Subekti,R., (2008), Hukum Perjanjian,

Jakarta:Intermasa, h.56.
terhadap keabsahan mengenai objek ketentuan perjanjian KPR yang
dalam perjanjian kredit. seharusnya berlaku sebagai undang-
undang bagi debitor lama dengan bank.
Peraturan lain yang juga
Dengan demikian perjanjian take over ini
mengatur mengenai bentuk pengalihan
tidak memenuhi causa yang halal dari
adalah Peraturan Pemerintah Nomor 24
persyaratan keabsahan perjanjian.
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah,
sebagaimana termuat dalam Pasal 37 Perjanjian pengalihan hak atas
ayat (1). tanah tersebut dilakukan dengan cara
perjanjian dengan akta dibawah tangan,
Ketentuan tersebut di atas berarti
artinya perjanjian itu dibuat
segala bentuk peralihan hak atas tanah
berdasarkan akta di bawah tangan yang
hanya dapat dilaksanakan apabila
dibuat oleh para pihak tanpa
dibuktikan dengan akta yang dibuat
melibatkan pihak Bank maupun
oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah
Notaris. Akta di bawah tangan adalah
(PPAT). Dengan demikian perjanjian
akta yang hanya dibuat di antara
take over yang dibuat di bawah tangan
mereka para pihak yang membuat akta
tidak memenuhi causa yang halal
atau dengan kata lain tanpa keterlibatan
karena melanggar ketentuan dalam
orang lain.7
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997 tentang Pendaftaran Tanah yang Adanya pengalihan kredit
mengharuskan pengalihan hak atas pemilikan rumah supaya masyarakat
tanah harus dibuat di depan PPAT. dengan mudah memiliki rumah.
Berbagai lembaga keuangan contohnya
Selain itu, perjanjian take over juga
bank, memberikan fasilitas kredit
melanggar ketentuan dalam perjanjian
kepada masyarakat yang ingin memiliki
KPR itu sendiri. Setiap perjanjian KPR
rumah secara kredit. fasilitas ini biasa
dapat dipastikan mencantumkan
dikenal oleh masyarakat luas sebagai
klausul tanpa adanya persetujuan
Kredit Pemilikan Rumah atau biasa
tertulis terlebih dahulu dari bank, maka
disingkat KPR. Bank telah menyalurkan
pihak debitur dilarang untuk:
berbagai kredit perumahan kepada
a. Membebani lagi rumah tersebut masyarakat yang realitasnya tentu tidak
dengan hak tanggungan atau akan selalu berjalan sesuai dengan
dengan sesuatu jenis pembebanan skema kredit yang telah disepakati.
lain apapun juga untuk Pengalihan hak kredit adalah
keuntungan pihak lain kecuali pengalihan kewajiban yang berupa
bank; pembayaran angsuran kredit
b. Menyewakan, menjual atau perumahan, tindakan ini adalah
mengijinkan penempatan atau merupakan suatu delegasi yaitu
penggunaan maupun pengalihan kewajiban/perhentian
menguasakan harta tersebut debitor, ketika telah adanya piutang
kepada pihak lain; dan merupakan tindakan sepihak yaitu
c. Menyerahkan rumah tersebut tindakan debitur.8
kepada pihak lain.
Bila pihak penerima pengalihan
Mengingat perjanjian berlaku
hak tersebut masih terus melanjutkan
sebagai undang-undang bagi para
kredit rumah yaitu dengan tetap
pihak yang membuatnya, maka
membayar cicilan kredit pemilikan
perjanjian take over juga melanggar

7 Mertokusumo, Sudikno, (2002), 8 Fuady, Munir (2012), Pengantar


Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Hukum Bisnis:Menata Bisnis Modern di Era
Yogyakarta:Liberty, h.125. Global, Bandung:Citra Aditya Bakti, h.151.
rumah atas nama pihak pertama yang 2. Meskipun setiap bulannya pihak
terikat dengan bank pemberi kredit kedua meneruskan angsuran,
yang jangka waktu kreditnya masih namun bila kredit sudah lunas maka
cukup lama, sehingga timbul sertifikat (agunan) hanya dapat
permasalahan di kemudian hari dengan diserahkan oleh bank kepada pihak
pihak bank pemberi kredit. Apabila pertama, karena agunan masih atas
kredit telah lunas ataupun dilunasi nama pihak pertama.
untuk segala administrasi menyangkut 3. Bisa saja terjadi mendekati
kredit tersebut pihak bank masih tetap pelunasan, pihak pertama (yang
mensyaratkan pihak pemberi sebenarnya sudah menjual kepada
pengalihan hak tersebut harus hadir pihak ketiga) kemudian datang ke
untuk menyelesaikan masalah bank melunasi dan mengambil
administrasi sehingga dengan adanya sertifikatnya yang sebenarnya
syarat-syarat tersebut sering kali merupakan hak pihak ketiga.
menyulitkan pihak penerima 4. Jika pihak pertama meninggal dunia,
pengalihan hak kredit tersebut, maka dimungkinkan ahli warisnya
bilamana pihak pemberi (debitor awal) akan tetap mengakui bahwa tanah
pengalihan kredit tersebut sudah dan rumah tersebut menjadi haknya,
meninggal dunia atau pindah dan tidak meskipun pihak ketiga
diketahui keberadaannya. menunjukkan bukti kwitansi
Terjadinya alih debitur yang pembayaran. Jika terjadi gugatan,
dilakukan di bawah tangan oleh debitur pihak ketiga akan kalah karena pihak
kepada pihak ketiga (melalui take over) ahli waris mempunyai kekuatan
dapat terjadi karena:9(Israbeta hukum yang lebih kuat.
Putrisani, 2018:178) 5. Rumah yang dijual tersebut masih
1. Debitur lama tidak lagi mampu tercatat sebagai agunan kredit di
melanjutkan angsuran Kredit bank, sehingga debitor tidak berhak
Pemilikan Rumah Bank BTN; mengalihkan kepada pihak
2. Debitur lama mengalami kesulitan manapun tanpa sepengetahuan
ekonomi; pihak bank. Bank mempunyai
3. Debitur lama pindah domisili; wewenang untuk melaporkan
4. Debitur tidak beritikad baik untuk debitor kepada pihak berwajib
memenuhi kewajibannya; dengan tuduhan penggelapan
5. Ketidakpahaman para pihak akan sekaligus mengajukan tuntutan
hukum khususnya tentang proses pidana atas debitor yang
alih debitur. mengalihkan Kredit Pemilikan
Jika ditinjau dari kacamata bank, Rumah tersebut.
Pengalihan Kredit Pemilikan Rumah di Akan tetapi, pihak bank akan
bawah tangan dari segi legalitas hukum memberikan 2 (dua) bentuk
tindakan ini tidak dibenarkan karena penyelesaian bilamana perjanjian take
akan merugikan pihak ketiga karena over dibawah tangan ini telah terjadi,
beberapa hal:10 antara lain, pertama dengan cara
1. Terjadinya peralihan hak atas objek Perjanjian dibuat kembali dari awal;
yang menjadi agunan bank dilarang dengan menghadirkan para pihak yaitu
tanpa sepengetahuan bank. debitur lama, debitur baru, notaris dan
pihak bank itu sendiri, dengan tetap

9Putrisani, Israbeta, (2018), “Analisis Universitas 17 Agustus 1945, Volume 14


Pengalihan Kredit Pemilikan Rumah di Bawah Nomor 28, Agustus, Surabaya, h.178.
Tangan”, Jurnal Mimbar Keadilan, 10 Ibid., h.180.
menerapkan prinsip 5C Putusan Pengadilan, yang
(character,capacity, capital, collateral dan memutuskan bahwa: “Pihak penggugat
condition of economy) lagi. Karena pihak merupakan pihak yang mempunyai
Bank juga tetap melaksanakan prinsip itikad baik dengan melakukan proses
kehati-hatian (prudential banking jual beli, dengan adanya bukti-bukti
principle) bilamana pihak debitur yang kwitansi, surat permohonan alih
baru ini tidak memenuhi unsur 5C. debitur dan ketentuan-ketentuan
Namun dalam pelaksanaannya opsi ini lainnya, kedudukannya sama dengan
membutuhkan proses yang lama. Opsi akta notaril, meskipun perjanjiannya
selanjutnya yaitu dengan membuat dilakukan dibawah tangan”. (Ibid).
Surat Kesepakatan Bersama (personal Beliau berpendapat pula bahwa
guarantee); dimana perjanjian dihubungkan dengan keabsahan
kesepakatan ini dibuat dengan perolehan hak atas tanah, perjanjian
menghadirkan debitur baru, debitur tersebut sah mengikat para pihak dan
lama, notaris dan pihak bank itu sendiri. sudah mempunyai kekuatan hukum
Pihak bank juga melihat dari unsur yang tetap (inkracht).
adanya itikad baik dari debitur baru.
Perbedaan jual beli menurut
(Hasil Wawancara dengan Pihak Bank
hukum agraria nasional yang
BTN).
bersumber pada hukum adat, dimana
Terkait dengan Putusan apa yang dimaksud dengan jual beli
Pengadilan nomor:326/ bukan merupakan perbuatan hukum
Pdt.G/2018/PN.Bdg yang menutuskan yang merupakan perjanjian obligatoir.
bahwa bukti-bukti perjanjian dibawah Jual beli (tanah) dalam hukum adat
tangan dalam take over kepemilikan merupakan perbuatan hukum
rumah adalah sebagai jual beli yang sah pemindahan hak yang harus memenuhi
mengikat dan berkekuatan hukum tiga (3) sifat yaitu:11
sama dengan kekuatan hukum sama
1. Harus bersifat tunai, artinya harga
dengan Akta Notaril, untuk dapat
yang disetujui bersama dibayar
melakukan balik nama Sertifikat Hak
penuh pada saat dilakukan jual beli
Milik. Karena Herman Adisuardi
yang bersangkutan.
(orang tua para penggugat) adalah
2. Harus bersifat terang, artinya
selaku pembeli yang beritikad baik
pemindahan hak tersebut dilakukan
yang perlu mendapatkan perlindungan
dihadapan Pejabat Pembuat Akta
hukum.
Tanah yang berwenang atas obyek
Menurut hasil wawancara dengan perbuatan hukum.
kuasa hukum Para Penggugat, yaitu 3. Bersifat riil atau nyata, artinya
H.Komarudin, S.H., mengemukakan dengan ditanda tangani akta
bahwa:“Dengan didaftarkannya pemindahan hak tersebut, maka akta
gugatan kepada Pengadilan Negeri, tersebut menunjukkan secara nyata
pihak pembeli sudah benar untuk dan sebagai bukti dilakukan
memperoleh haknya sebagai pembeli perbuatan hukum tersebut.
yang beritikad baik, yang harus Majelis hakim pun menyatakan,
dilindungi keberadaannya oleh dengan diakuinya bukti-bukti kwitansi
Undang-undang”.(Hasil Wawancara (akta/surat dibawah tangan) tersebut
Dengan Pihak Kuasa Hukum secara sah dan berkekuatan hukum,
Penggugat). pihak Kantor Pertanahan Kota Bandung

11 Harsono, Boedi, (2007), Hukum Undang Pokok Agraria, Jakarta:Djambatan,


Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang- h.157.
untuk dapat memproses balik nama Tetapi yang perlu diingat dalam
Sertifikat Hak Milik atas tanah dan peralihan hak atas tanah melalui
bangunan rumah yang ada diatasnya perjanjian dibawah tangan adalah
dari atas nama R. Harsono menjadi atas dampak setelah perbuatan hukum
nama Herman Adisuardi atau atas tersebut dilakukan tidak dapat memiliki
nama para Penggugat selaku ahli kekuatan hukum yang kuat, karena
warisnya. setiap peralihan hak atas tanah wajib
Hal ini sesuai dengan Peraturan melibatkan Pejabat Pembuat Akta
Menteri Negara Agraria Nomor 3 Tanah (PPAT) untuk dibuatkan akta
Tahun 1997 tentang Ketentuan otentik, sesuai dengan ketentuan Pasal
Peraturan Pelaksanaan PP Pendaftaran 37 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor
Tanah Pasal 125 Ayat 1, yaitu 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran
pencatatan data perubahan pendaftaran Tanah.
tanah oleh Kepala Kantor Pertanahan
Terkait dengan Proses
dalam daftar buku tanah yang
pendaftaran peralihan hak atas tanah
bersangkutan setelah diterimanya
pada Kantor Pertanahan diperlukan
Putusan Pengadilan yang telah
suatu alat bukti bahwa telah dilakukan
mempunyai kekuatan hukum tetap
perbuatan hukum jual beli yang
(inkracht). Selanjutnya dalam Pasal 125
menurut Pasal 37 ayat 1 bahwa alat
ayat 2, pencatatan sebagaimana
bukti harus berupa akta yang dibuat
dimaksud dalam Pasal 125 ayat 1
oleh dan dihadapan pejabat pembuat
tersebut dapat pula dilakukan atas
akta tanah. Untuk dapat memenuhi
permohonan pihak yang
ketentuan tersebut maka cara yang
berkepentingan dengan melampirkan
dapat dilakukan pemohon (pembeli)
salinan resmi Putusan Pengadilan yang
untuk dapat melakukan pendaftaran
telah mempunyai kekuatan hukum
peralihan hak atas tanah karena jual beli
tetap (inkracht) dan salinan Berita Acara
adalah dengan terlebih dahulu
Eksekusi, sertifikat hak atas tanah yang
melakukan perjanjian dari awal
bersangkutan dan identitas pemohon.
dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah
Lalu, dalam Pasal 125 ayat 3 mengatur
untuk mendapatkan akta jual beli yang
dalam hal pendaftaran pencatatan
merupakan salah satu persyaratan
hapusnya suatu hak atas tanah
pendaftaran peralihan hak atas tanah.
berdasarkan Putusan Pengadilan
dilaksanakan oleh Kepala Kantor
Pertanahan setelah diterimanya salinan 3.2. Kedudukan Putusan Pengadilan
keputusan mengenai hapusnya hak Nomor: 326/Pdt.G/2018/PN.Bdg Yang
bersangkutan dari Menteri atau Pejabat Mengesampingkan Ketentuan
yang ditunjuk. Peraturan Perundang-Undangan
Hal tersebut mengandung Tentang Perjanjian Pengalihan Hak
pengertian bahwa perjanjian Atas Tanah Dihubungkan Dengan
pengalihan hak atas tanah yang Asas Kepastian Hukum
dilakukan dibawah tangan merupakan
perjanjian yang sah menurut hukum, Pada hakikatnya hakim
karena sudah sesuai dengan ketentuan menjatuhkan putusan dipengaruhi oleh
Pasal 1320 KUHPer mengenai syarat aliran konservatif dan aliran progresif.
sahnya perjanjian, ketentuan Pasal 1338 Aliran konservatif merupakan putusan
ayat 1 s/d 3 yang menyatakan bahwa hakim yang didasarkan semata-mata
perjanjian tersebut hanya berlaku bagi pada ketentuan hukum tertulis atau
para pihak yang membuatnya peraturan perundang-undangan.
sebagaimana termaktub dalam Sementara itu, aliran progresif
ketentuan Pasal 1340 KUHPer. merupakan putusan hakim yang tidak
semata-mata mendasarkan ketentuan dan/atau menciptakan hukum
pada ketentuan hukum tertulis, tetapi (rechtescaphing) untuk melengkapi
berdasarkan pengetahuan dan hukum yang telah ada.
pengalaman empiris yang dialaminya.
Menurut Moh. Taufik Makarao,
Menurut ketentuan Pasal 5 ayat 1 putusan hakim atau lazim disebut
UU Nomor 48 tentang Kekuasaan dengan istilah putusan pengadilan
Kehakiman bahwa Hakim wajib merupakan sesuatu yang sangat
menggali, mengikuti dan memahami diinginkan atau dinanti-nantikan oleh
nilai-nilai hukum dan rasa keadilan pihak-pihak yang berperkara guna
yang hidup dalam masyarakat. menyelesaikan sengketa diantara
Menurut penulis, kata menggali mereka dengan sebaik-baiknya.12 Selain
mengasumsikan bahwa hukumnya itu itu, menurut Sudikno Mertokusumo,
ada, tetapi tersembunyi, agar sampai menyatakan putusan hakim adalah
permukaan masih harus digali. Jadi suatu pernyataan yang oleh hakim,
hukumnya itu ada, tetapi masih harus sebagai pejabat yang diberi wewenang
digali, dicari dan diketemukan, yang diucapkan dipersidangan dan
kemudian diciptakan. bertujuan mengakhiri atau
menyelesaikan suatu perkara atau
Peranan nilai-nilai etis yang
sengketa antara para pihak.13
dijunjung oleh masyarakat mempunyai
latar belakang berkaitan dengan Secara yuridis hakim tidak boleh
masalah efektivitas berlakunya hukum. untuk menolak suatu kasus atau
Suatu perbuatan hukum yang perkara dengan alasan tidak ada
dilakukan tanpa memperhatikan hukum, dengan kata lain hakim harus
kepentingan masyarakat mengandung menerima semua kasus/perkara
resiko untuk tidak bias dijalankan meskipun belum ada hukumnya dan
dengan baik. Oleh karena itu, putusan disini hakim harus berperan untuk
hakim tidak bias direduksi sebagai mengisi kekososngan hukum, berusaha
putusan yang berkutat sesuai prosedur untuk menafsirkan suatu ketentuan
undang-undang. Tetapi hakim harus hukum atau kaidah perundang-
mampu menciptakan nilai-nilai undangan yang tidak ada atau kurang
undang-undang yang baru, artinya jelas. Hakim harus berusaha
hakim dalam memeriksa dan memutus menemukan hukumnya.14
perkara selain harus mendasarkan
Dengan demikian, menurut
hukum pada satu pihak juga harus
penulis yang dimaksudkan dengan
berdasarkan pada nilai-nilai etis yang
penemuan hukum secara sederhana
dijunjung di masyarakat.
adalah, “jika peraturannya sudah ada
Seorang hakim dituntut untuk dan sudah jelas, hakim tinggal
mempunyai bekal pengetahuan yang menerapkannya saja, sebaliknya jika
tinggi dalam ilmu hukum, teori hukum, peraturannya tidak ada hakim harus
filsafat hukum serta ilmu-ilmu lainnya. menemukan hukumnya”.
Hakim berkewajiban pula melakukan
Dalam hal ini hakim tetap
penemuan hukum (rechtvinding)
dianggap melakukan penemuan, yaitu

12 Makarao, M.T., (2009), Pokok-Pokok 14 Asyhadie, Zaeni, dan Rahman,


Hukum Acara Perdata, Jakarta:Penerbit Rineka Arief, (2019), Pengantar Ilmu Hukum, Cetakan
Cipta, h.124. Keenam, Depok:Rajawali Pers, h.167.
13 Mertokusumo, Sudikno, (2009),

Hukum Acara Perdata Indonesia,


Yogyakarta:Liberty, h.174.
menemukan kecocokan antara maksud Para pihak harus menghormati
dan bunyi peraturan perundang- dan melaksanakan jual beli dengan
undangan dengan kasus konkretnya. itikad baik. Hal ini disebabkan karena
Sudikno Mertokusumo mengatakan jual beli pada dasarnya merupakan
bahwapenemuan hukum dalam arti suatu perjanjian dan para pihak harus
sempit adalah, “suatu penemuan dapat melaksanakan asas
hukum terutama dilakukan oleh hakim keseimbangan. Keseimbangan
dalam memeriksa dan memutus suatu kepentingan antara para pihak (debitur
perkara”.15 yang menerima pengalihan dan debitur
yang mengalihkan) dapat tercapai
Untuk penerapan hak dan
bilamana masing-masing pihak tersebut
kewajiban disetiap masing-masing
menyadari hak dan kewajibannya.
putusan terdapat tahapan yang
Satjipto Rahardjo mengemukakan
diberikan oleh hakim untuk para pihak
bahwa pada dasarnya hak merupakan
dalam melaksanakan isi putusan. Hal
suatu kekuasaan yang diberikan oleh
ini disesuaikan dengan apa yang
hukum kepada seseorang, dengan
menjadi petitum gugatan penggugat.
maksud untuk melindungi kepentingan
karena hakim dilarang memutus apa
seseorang. Hak merupakan
yang tidak ada dalam petitum gugatan
pengalokasian kekuasaan tertentu
(ultra petita).
kepada seseorang untuk bertindak
Pengalihan kepemilikan rumah
dalam rangka kepentingan.17
objek KPR secara di bawah tangan
Sebagai suatu bentuk penguasaan
sebagai suatu bentuk perjanjian, juga
atas rumah, hak harus diimbangi
harus memperhatikan asas pacta sunt
dengan kewajiban. Yang dimaksud
servanda sebagaimana diatur dalam
dengan kewajiban adalah segala
ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUH
sesuatu yang harus dilakukan oleh
Perdata yang menyatakan bahwa,
seseorang. Hak dan kewajiban memiliki
Semua perjanjian dibuat secara sah
hubungan yang erat di mana hak
berlaku sebagai undang-undang bagi
senantiasa mencerminkan kewajiban
mereka yang membuatnya.
dan demikian pula sebaliknya. Hak
Lebih lanjut, dalam ketentuan
tidak untuk digunakan oleh pemiliknya
Pasal 1338 ayat (2) KUHPer juga
secara mutlak, akan tetapi harus
menyebutkan bahwa, Perjanjian-
digunakan dalam menjalankan peran
perjanjian itu tidak dapat ditarik
sosialnya guna kepentingan masyarakat
kembali selain dengan kesepakatan
pada umumnya.
kedua belah pihak, atau karena alasan-
Mengingat adanya hubungan
alasan yang oleh Undang- undang
yang erat antara hak dan kewajiban
dinyatakan cukup untuk itu. Hal ini
maka para pihak yang memiliki hak
berarti bahwa pengalihan kredit (over
seringkali juga dibebani dengan
kredit) yang telah dilangsungkan dan
kewajiban. Ketentuan ini berlaku pula
mengikat dengan tercapainya kata
terhadap debitur yang penerima
sepakat mengenai kebendaan yang
pengalihan dan debitur yang
akan dijual dan harga beli antara
mengalihkan kepemilikan rumah objek
penjual dan pembeli, tidak dapat
KPR secara di bawah tangan dalam
dibatalkan secara sepihak oleh pembeli
rangka menjalankan perannya masing-
(debitur yang menerima pengalihan)
masing.
dan penjual (debitur yang
Pengertian putusan pengadilan,
mengalihkan).16
menurut Satjipto Rahardjo, secara

15 Ibid., h.168. 17 Rahardjo, Satjipto, (2013), Ilmu


16 Ibid., h.169. Hukum, Bandung:Citra Aditya Bakti, h.53.
sosiologis sulit diterima adanya ada hukum yang menanamkan benih
pengadilan yang netral, lebih lagi dalam disintegrasi.
negara pancasila. Pengadilan di 2. Hukum harus menjamin keadilan
Indonesia mempunyai sisi untuk sosial dengan proteksi khusus bagi
memperjuangkan dan mewujudkan golongan lemah agar tidak
Pancasila dalam masyarakat. Dengan tereksploitasi dalam persaingan
demikian, pengadilan menjadi salah bebas melawan golongan kuat.
satu tempat penting dimana keadilan 3. Hukum harus dibangun secara
dan moral pancasila diwujudkan. demokratis sekaligus membangun
Perwujudan masyarakat Pancasila tidak demokrasi sejalan dengan nomokrasi
cukup hanya melalui undang-undang (negara hukum).
dan retorika pemerintahan, tetapi 4. Hukum tidak boleh diskriminatif
menuntut untuk benar-benar berdasarkan ikatan primordial
diwujudkan. Institusi legislatif baru apapun dan harus mendorong
menjalankan sebagian dari usaha terciptanya toleransi beragama
mewujudkan masyarakat yang berdasarkan kemanusiaan dan
demikian itu dan itu pun lazimnya keberadaban.
menggunakan bahasa yang abstrak dan Permasalahan yang timbul pada
sangat umum. Baru melalui putusan Sub-bab kedua pembahasan yang
pengadilan segalanya menjadi jelas dan penulis deskripsikan akan penulis
konkret.18 Lebih lanjut Satjipto kaitkan dengan data sekunder berjenis
menambahkan, bahwa di dalam bahan hukum primer berupa Putusan
pengadilan terjadi perjuangan untuk Pengadilan. Putusan Nomor
mewujudkan ideologi-ideologi. Itu 326/Pdt.G/2018/PN.Bdg yang telah
berarti, bahwa pengadilan dan hakim dikemukakan di dalam Bab sebelumnya
tidak hanya mengkonkretkan isi merupakan bukti bahwa ada gugatan
undang-undang atau memutus tentang proses alih debitur tanpa
berdasarkan undang-undang, persetujuan bank/kreditur. Secara
melainkan lebih jauh daripada itu. umum permasalahan yang timbul
Hakim itu juga berpolitik dan menjadi adalah karena pihak debitur baru atau
pejuang ideologi, oleh karena melalui ahli waris merasa dirugikan ketika ia
putusannya ia mewujudkan pikiran sudah melunasi sisa angsuran ke
ideologis menjadi kenyataan.19 bank/kreditur namun debitur baru atau
ahli waris tidak dapat memiliki objek
Mengingat begitu pentingnya
perjanjian secara de jure karena sertifikat
putusan pengadilan, maka hendaknya
masih dalam penguasaan
garis resmi yang harus dijadikan dasar
bank/kreditur.
pertimbangan hukum oleh hakim
Majelis Hakim berpendapat dalam
dalam menyelesaikan suatu perkara
pertimbangan hukumnya bahwa,
atau sengketa antara para pihak,
walaupun jual beli tersebut tidak
setidak-tidaknya mengacu kepada
memenuhi persyaratan layaknya dalam
empat kaidah penuntun, yaitu:20
jual beli untuk suatu benda tidak
1. Hukum harus melindungi segenap
bergerak, tetapi perjanjian tersebut
bangsa dan menjamin keutuhan
dinyatakan sah menurut hukum karena
bangsa dan karenanya tidak boleh
telah memenuhi ketentuan Pasal 1320

18 Rahardjo, Satjipto (2009), Sisi lain 20 M.D., Mahfud, (2017), Membangun


Dari Hukum di Indonesia, Cetakan Ketiga, Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi, Cetakan
Jakarta:Kompas Gramedia, h.238. Keempat, Depok:Rajawali Press, h.55.
19 Ibid., h.239.
KUHPer yang mengatur tentang syarat- dirinya yang tidak hanya terbatas pada
syarat sahnya perjanjian. peraturan perundang-undangan saja,
Majelis Hakim mengabulkan melainkan juga nilai-nilai hukum dan
Gugatan para Penggugat mengenai rasa keadilan yang hidup dalam
bukti-bukti kwitansi pembayaran over masyarakat. Undang-undang bertujuan
kredit rumah dari orang tua Penggugat untuk menciptakan kepastian hukum
kepada Tergugat I (R. Harsono) dan sedangkan nilai-nilai hukum dan rasa
bukti-bukti kwitansi pembayaran keadilan yang hidup bertujuan untuk
pelunasan kepada Tergugat II (Bank terwujudnya keadilan berdasarkan
BTN Cabang Bandung) adalah sebagai hukum. Menurut penulis, kata
jual beli yang sah mengikat dan menggali mengasumsikan bahwa
berkekuatan hukum sama dengan hukumnya itu ada, tetapi tersembunyi,
kekuatan hukum Akta Jual Beli antara agar sampai permukaan masih harus
R.Harsono sebagai penjual dengan digali. Jadi hukumnya itu ada, tetapi
Herman Adisuardi selaku pembeli. masih harus digali, dicari dan
Dalam hal ini, merujuk pada diketemukan, kemudian diciptakan.
Putusan Pengadilan dalam Dengan demikian, Majelis Hakim
pertimbangannya sudah benar sudah melaksanakan ketentuan Pasal 5
Walaupun jual beli rumah KPR tersebut ayat 1 UU Kekuasaan Kehakiman,
tidak memenuhi persyaratan dengan menggali nilai-nilai di
sebagaimana layaknya dalam jual beli masyarakat dimana keberadaan
untuk suatu benda tidak bergerak, akan perjanjian dibawah tangan sekarang ini
tetapi majelis hakim memandang dalam sudah menjadi hal yang tidak asing dan
pertimbangannya, jual beli tanah banyak dilakukan di masyarakat,
berikut bangunan rumah yang berdiri sehingga menjadikankannya suatu
diatasnya tersebut tetap dapat kebiasaan yang ada dan hidup di
dinyatakan sah menurut hukum karena masyarakat. Dengan kata lain Hakim
telah memenuhi ketetntuan Pasal 1320 sudah melakukan rechtvinding atau
KUHPer. Penemuan Hukum.
Berkenaan dengan hal tersebut, Keberadaan UU Pemukiman dan
Majelis Hakim juga berpendapat Kawasan Perumahan khususnya Pasal
berdasarkan ketentuan Pasal 1338 137 belum mewakili secara spesifik
KUHPer yang menyatakan bahwa mengenai hak-hak debitur baru yang
Perjanjian yang dilakukan oleh terlanjur melakukan Perjanjian dibawah
Penggugat dan tergugat adalah berlaku tangan dan pembeli/debitur baru
sebagai undang-undang bagi Para tersebut telah beritikad baik dengan
Pihak yang membuatnya. melaksanakan kewajibannya
Terkait dengan Putusan pengadilan membayar sisa angsuran dari debitur
yang mengenyampingkan ketentuan lama. Menurut Penulis harus ada
Pasal 137 UU Perumahan dan Kawasan klausul aturan tambahan, apakah itu
Pemukiman, Hal tersebut sah-sah saja, klausul si debitur lama harus melapor
karena pada prinsipnya menurut ke Pihak Bank setelah kesepakatan
Ketentuan UU Kekuasaan Kehakiman pejanjian dibuat ataupun ada klausul
Pasal 5 Ayat 1 bahwa: Hakim wajib lain yang menyatakan bahwa Pihak
menggali, mengikuti dan memahami debitur lama telah menyerahkan
nilai-nilai hukum dan rasa keadilan kewajibannya kepada debitur baru .
yang hidup dalam masyarakat. Sehingga Pihak debitur baru tidak
Ketentuan diatas mengandung merasa dirugikan.
pengertian bahwa hakim dalam Sementara itu, Pihak Bank juga
menyelenggarakan peradilan harus melakukan pengawasan yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar lebih baik terhadap debitur yang
melakukan over kredit dengan adanya Pengadilan Negeri, pihak pembeli
pengawasan berkala, diharapkan tidak sudah benar untuk memperoleh
akan ada lagi debitur-debitur yang haknya sebagai pembeli yang beritikad
terlilit angsuran ataupun ada kendala baik, yang harus dilindungi
lainnya sehingga tidak bisa melanjutkan keberadaannya oleh Undang-
kewajibannya mengangsur. undang.(Berdasarkan Hasil
Dengan adanya Putusan Wawancara).
Pengadilan yang menyatakan bahwa Beliau berpendapat pula bahwa
Perjanjian dibawah tangan dihubungkan dengan keabsahan
kedudukannya adalah sah berkekuatan perolehan hak atas tanah, perjanjian
hukum yang tetap. Hal tersebut tersebut sah mengikat para pihak dan
mengandung pengertian bahwa suatu sudah mempunyai kekuatan hukum
hukum yang berkembang dimasyarakat yang tetap (inkracht). karena putusan
dan sudah menjadi kebiasaan dapat tersebut telah inkracht (mempunyai
menjadi suatu penemuan hukum, yang kekuatan hukum tetap), pihak Badan
keberadaannya untuk mengisi Pertanahan Nasional dan Bank harus
kekosongan hukum yang ada di tunduk terhadap putusan pengadilan
masyarakat, karena nilai-nilai etis yang tersebut. Menurutnya, putusan tersebut
dijunjung oleh masyarakat mempunyai merupakan terobosan hukum sebagai
latar belakang berkaitan dengan perlindungan hukum bagi pembeli
masalah efektivitas berlakunya hukum. dengan mengesampingkan ketentuan
Suatu perbuatan hukum yang Pasal 37 ayat (1) PP Pendaftaran Tanah
dilakukan tanpa memperhatikan dan Pasal 137 UU Perumahan dan
kepentingan masyarakat mengandung Kawasan Pemukiman. Hal ini dapat
resiko untuk tidak bisa dijalankan dilihat bahwa untuk memperoleh hak
dengan baik, Keadaan demikian dapat atas tanah tidak selalu harus ada akta
terjadi manakala perbuatan itu notaril tetapi dengan adanya bukti
melibatkan pendapat-pendapat yang kwitansi, suratsehingga kekuatan
bertentangan di masyarakat. Oleh hukum dari putusan pengadilan
karena itu putusan Hakim tidak bisa tersebut nilainya sama dengan akta.
direduksi sebagai putusan yang (Berdasarkan Hasil Wawancara).
berkutat sesuai prosedur undang- Peralihan hak milik atas tanah
undang, tetapi Hakim disini mampu berdasarkan putusan pengadilan
menciptakan nilai-nilai baru. adalah berpindahnya hak milik atas
Terkait dengan Putusan tanah dari satu pihak kepada pihak lain,
Pengadilan, yang memutuskan bahwa karena adanya putusan pengadilan.
Pihak penggugat merupakan pihak Dalam contoh kasus, hak milik atas
yang mempunyai itikad baik dengan tanah yang dahulu atas nama
melakukan proses jual beli, dengan Tn.R.Harsono dialihkan kepada
adanya bukti-bukti kwitansi, surat Tn.Herman Adisuardi berdasarkan
permohonan alih debitur dan putusan pengadilan yang berkekuatan
ketentuan-ketentuan lainnya, hukum tetap. Tn.Herman dalam hal ini
kedudukannya sama dengan akta ahli warisnya dapat langsung
notaril, meskipun perjanjiannya membaliknamakan tanah/ rumah
dilakukan dibawah tersebut atas nama dirinya tanpa harus
tangan.(Berdasarkan Hasil melakukan pembuatan AJB. Hal
Wawancara). Berdasarkan hasil tersebut sejalan dengan Pasal 37 ayat 2
wawancara dengan kuasa hukum Para Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
Penggugat, yaitu H.Komarudin, S.H., 1997 tentang Pendaftaran Tanah, yang
mengemukakan bahwa:Dengan menyatakan bahwa balik nama
didaftarkannya gugatan kepada sertifikat bisa berdasarkan Surat
Otentik yang dibuat oleh PPAT, dalam Rumah yang dilakukan secara dibawah
hal ini putusan pengadilan yang tangan merupakan pengalihan terjadi
berkekuatan hukum tetap, termasuk tanpa sepengetahuan pihak bank
surat atau akta otentik. Balik nama pemberi kredit. Keabsahan perjanjian
sertifikat dapat dilakukan setelah pengalihan hak atas tanah menurut
putusan tersebut inkracht.21 Putusan Pengadilan adalah sah berlaku
Dari uraian tersebut diatas bagi mereka yang membuatnya (pacta
menurut penulis, telah memenuhi asas sunt servanda) dan menyatakan bahwa
kepastian hukum, yang didasarkan pihak pembeli adalah pihak yang
pada upaya yang dilakukan oleh para beritikad baik, Sehingga perjanjian jual
penggugat (dalam hal ini debitur beli yang terjadi antara tuan Herman
kedua) salah satunya dengan Adisuardi dengan tuan R.Harsono
mengajukan Gugatan ke Pengadilan adalah sah mengikat dan berkekuatan
Negeri dan atas Putusan Pengadilan hukum yang tetap (inkracht).
tersebut, dengan segera pihak debitur 4.2. Kedudukan Putusan Pengadilan yang
baru dengan segera dapat mengenyampingkan ketentuan
melaksanakan hak dan kewajibannya. Perundang-undangan yaitu Pasal 137
Bentuk perlindungan dan dan Pasal 114 Undang-Undang Nomor
kepastian hukum dalam kasus ini 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan
sudah terwujud dengan dikabulkannya Kawasan Pemukiman kurang selaras
sebagian gugatan para penggugat dan dengan asas kepastian hukum, karena
menghukum pihak tergugat dan turut menurut peraturan perundang-
tergugat, diantaranya dengan undangan perjanjian dibawah tangan
menyatakan Bapak Herman Adisuardi tersebut tidak memiliki persyaratan
selaku pembeli yang beritikad baik keabsahan perjanjian khususnya
yang perlu mendapatkan perlindungan persayaratan causa yang halal. Jika
hukum, menyatakan bukti-bukti perjanjian take over ini dianggap sah,
kwitansi adalah sebagai jual beli yang maka hal itu justru akan menimbulkan
sah mengikat dan berkekuatan hukum ketidakpastian hukum. Namun
sama dengan kekuatan hukum Akta demikian, apabila perjanjian itu tidak
Jual Beli, memerintahkan Bank BTN merugikan salah satu pihak, yaitu pihak
Cabang Bandung untuk menyerahkan debitur baru yang memiliki itikad baik
Sertifikat Hak Milik Nomor 534/Desa dengan melunasi pembayaran sampai
Cipamokolan atas nama pemegang hak lunas (Tn.Herman Adisuardi), maka
R.Harsono kepada Herman Adisuardi perjanjian take over itu mengikat bagi
atau kepada Para Penggugat selaku para pihak yang membuatnya. Terkait
ahliwarisnya yang sah menurut Perjanjian dibawah tangan sebagai
hukum. suatu kebiasaan yang ada di
masyarakat, putusan hakim telah
merujuk pada ketentuan Perundang-
4. Kesimpulan Undangan Nomor 48 Tahun 2009
4.1. Kedudukan perjanjian pengalihan hak tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 5
atas tanah melalui take over (proses alih ayat 1 bahwa hakim wajib menggali,
debitur) dibawah tangan, merupakan mengikuti dan memahami nilai-nilai
salah satu perjanjian tidak bernama. Hal hukum dan rasa keadilan yang hidup
tersebut mengandung pengertian dalam masyarakat (recht vinding) agar
bahwa take over dalam Kredit Pemilikan

21Irma Devita.com, diakses dari: URL: hukum-tetap, pada tanggal 29 Desember 2020
/https://irmadevita.com/2019/perolehan- Pukul 12.17 Wib.
hak-atas-tanah-yang-telah-berkekuatan-
tercipta kepastian hukum di tangan sudah menjamur menjadi
masyarakat. kebiasaan yg tumbuh dimasyarakat.
5. Saran 5.2. Untuk pihak bank diharapkan
5.1. Untuk pemerintah, khususnya Badan melakukan pengawasan yang berkala
Pertanahan Nasional (BPN) dan kepada pihak debitur lama yang
Pejabat-pejabat Pemerintah lainnya melakukan over kredit agar
yang terkait, perlu memberikan dikemudian hari tidak terjadi
pemahaman/sosialisasi kepada pengalihan hak atas tanah yang
masyarakat mengenai pentingnya dilakukan pihak debitur lama kepada
perjanjian jual beli yang dilakukan debitur baru secara dibawah tangan
secara resmi lebih baik dibanding atau dengan perjanjian tanpa
dengan perjanjian dibawah tangan, sepengetahuan pihak bank. Sehingga
khususnya proses take over, karena pada bank tidak merasa dirugikan dan pihak
dasarnya tetap perjanjian take over debitur merasa memiliki tanggung
secara resmi lebih baik, aman dan jawab terhadap perjanjian kredit yang
terjamin dengan asas terang, tunai dan telah disepakati dalam proses take over.
nyata, meskipun perjanjian dibawah

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Asyhadie, Zaeni dan Rahman, Arief, (2019), Pengantar Ilmu Hukum. Cetakan Keenam,
Depok:Rajawali Pers.

Diantha, I. M. P. (2016).Metodologi Penelitian Hukum Normatif dalam Justifikasi Teori


Hukum. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.

Fuady, Munir, (2012), Pengantar Hukum Bisnis:Menata Bisnis Modern di Era Global.
Bandung:Citra Aditya Bakti.

Harsono, Boedi, (2007), Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang


Pokok Agraria. Jakarta:Djambatan.

Ibrahim,Johny, (2009), Teori Dan Metodologi Penelitian Hukum. Malang:Banyumedia.

Makarao,M.T. (2009), Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata. Jakarta:Penerbit Rineka Cipta.

MD, Mahfud, (2017), Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi. Cetakan


Keempat, Depok:Rajawali Press.

Mertokusumo, Sudikno, (2002), Mengenal Hukum (Suatu Pengantar).


Yogyakarta:Liberty.

____________________, (2009), Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta:Liberty.

Muhammad,A.K, (2004), Hukum Dan Penelitian Hukum. Bandung:Citra Aditya Bakti.

ND.Mukti Fajar Dan Achmad,Yulianto, (2017), Dualisme Penelitian Hukum Normatif &
Empiris. Yogyakarta:Pustaka Pelajar, Cetakan Keempat.
Rahardjo, Satjipto, (2013), Ilmu Hukum. Bandung:Citra Aditya Bakti.

Subekti, R, (2008), Hukum Perjanjian. Jakarta:Intermasa.

_______________, (2009), Sisi lain Dari Hukum di Indonesia. Cetakan Ketiga,


Jakarta:Kompas Gramedia.

B. Jurnal

Gumanti, R. (2012). Syarat Sahnya Perjanjian (Ditinjau Dari Kuhperdata). Jurnal


Pelangi Ilmu, 5(1),1-13. Diakses dari URL :
http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JPI/article/view/900/840.

Putrisani,Israbeta, (2018), “Analisis Pengalihan Kredit Pemilikan Rumah di Bawah


Tangan”, Jurnal Mimbar Keadilan, Universitas 17 Agustus 1945, Volume 14
Nomor 28, Agustus, Surabaya.

C. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok


Agraria.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang


Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman


sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan
dan Pemukiman.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-


Undangan.

D. Website
Irma Devita.com, diakses dari: URL: /https://irmadevita.com/2019/perolehan-hak-
atas-tanah-yang-telah-berkekuatan-hukum-tetap, pada tanggal 29 Desember 2020
Pukul 12.17 Wib.

Anda mungkin juga menyukai