A. Buku
Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2008.
Adrian Sutedi, Sertifikat Hak Atas Tanah, Cetakan Kedua, Sinar Grafika,
Jakarta, 2012.
192
193
Edy Putra Tje Aman, Kredit Perbankan Suatu Tinjauan Yuridis, Liberty,
Yogyakarta, 2012.
Iswi Hariyani, dkk., Credit Top Secret: Buku Pintar Perjanjian Kredit
dan Penyelesaian Piutang Macet, Andi, Yogyakarta, 2018.
Neni Sri Imaniyati dan Panji Adam Agus Putra, Pengantar Hukum
Perbankan Indonesia, Cetakan Kedua, Refika Aditama, Bandung,
2016.
Salim H.S, Hukum Kontrak Teori & Tehnik Penyusunan Kontrak, Sinar
Grafika, Cetakan Kedelapan, Jakarta, 2011.
Wancik K Saleh, Hak Anda Atas Tanah, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1977.
Winanto, Asas Keadilan Dalam Hukum Perjanjian Berdasarkan
KUHPerdata, Bina Cipta, Jakarta, 2005.
B. Jurnal
Curzon, L.B, Land Law, Pearson Education Limited, Great Britain,
Seventh Edition, 1999.
C. Kamus
D. Peraturan Perundang-Undangan
E. Internet
Pendidikan
SD : SDN Raya Barat VIII (1985-1991)
SMP : SMPN 21 Bandung (1991-1994)
SMA : SMAN 2 Bandung (1994-1997)
S1 : Fakultas Ilmu Komunikasi, Jurusan Hubungan
Masyarakat Universitas Islam Bandung (1997-
2002)
S1 : Fakultas Hukum Universitas Islam Nusantara
(1999-2004)
S2 : Magister Kenotariatan Pascasarjana
Universitas Islam Bandung (2017-2020)
Pengalaman Organisasi
1. Wakil Sekretaris I DPW Provinsi Jawa Barat Partai Penyelamat Perjuangan
Reformasi (2003-2006).
2. Wakil Bendahara I DPW Provinsi Jawa Barat Partai Kedaulatan (2008-
2012).
3. Bidang Advokasi pada Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH)
PGRI Jawa Barat (2008-2013).
4. Ketua Komite SDN Bojongsari 01 Depok (2020-2023).
Pengalaman Kerja
1. Magang di Divisi Public Relation PT.Dirgantara Indonesia (Indonesian
Aerospace), Bandung, 2001.
2. Staff Legal di Kantor Hukum H.Komarudin,S.H. & Associates.
3. Advokat pada Kantor Hukum Irna Ramdhan & Partners, Depok, Jawa Barat.
199
Keabsahan Pengalihan Hak Atas Tanah Melalui Take Over
Kepemilikan Rumah Yang Dilakukan Dengan Perjanjian
Dibawah Tangan Berdasarkan Putusan Pengadilan Nomor:
326/Pdt.G/2018/PN.Bdg Dihubungkan dengan Asas
Kepastian Hukum
Abstract:
Home Ownership Credit (KPR) often faces obstacles or problems, one of which is the transfer of rights
to the KPR object, namely the house, which is carried out under the hands of the debtor to another party
before the KPR is paid off without the knowledge of the bank or known by the public as take over. The
purpose of this study is to analyze the position and validity of the agreement to transfer land rights
through the take over of homeownership which is carried out underhand based on Court Decision
Number: 326 / Pdt.G / 2018 / PN.Bdg and according to statutory regulations and to analyze the
position of the decision. court number: 326 / Pdt.G / 2018 / PN.Bdg which overrides the provisions of
the laws and regulations regarding land transfer agreements related to the principle of legal certainty.
This research method uses a normative juridical approach by conducting interviews or primary data
and examining literature or secondary data and is a descriptive legal research analysis. The results
showed that the position of the credit transfer agreement (take over) under the hands of the Bandung
District Court Decision No.326 / Pdt / G / PN.Bdg is valid and has permanent legal force, applies to
parties who make it under the provisions of Article 1338 of the Book. The Civil Law Law (Asas Pacta
sunt servanda) and as a legal sale and purchase are binding and have the same legal force as the legal
force of an authentic deed and have met the provisions of Article 1320 of the Civil Code. The position of
the Court Decision that overrides the provisions of the legislation is less in line with the principle of
legal certainty. Because the agreement under the hand does not have a legal causa requirement under
the provisions of Article 1320 of the Civil Code, however, as long as it does not harm one of the parties
to the agreement is valid, because the underhand take-over agreement has become a habit in society, the
judge is obliged to explore the values that are in the community according to the provisions of Law
Number 48 of 2009 calm Judicial Power, so that legal certainty in society can be realized.
Keywords: Transfer of Land Rights, Transfer, Home Ownership Credit, Legal Certainty.
Abstrak:
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sering menghadapi kendala maupun permasalahan, salah
satu diantaranya adalah pengalihan hak atas objek KPR yaitu rumah, yang dilakukan secara
dibawah tangan oleh debitur kepada pihak lain sebelum KPR tersebut lunas tanpa
sepengetahuan pihak bank atau dikenal oleh masyarakat dengan istilah take over. Tujuan dari
penelitian ini untuk menganalisis kedudukan dan keabsahan perjanjian pengalihan hak atas
tanah melalui take over kepemilikan rumah yang dilakukan di bawah tangan berdasarkan
Putusan Pengadilan Nomor:326/Pdt.G/2018/PN.Bdg dan menurut peraturan perundang-
undangan dan menganalisis kedudukan putusan pengadilan nomor:
326/Pdt.G/2018/PN.Bdg yang mengesampingkan ketentuan peraturan perundang-
undangan tentang perjanjian pengalihan hak atas tanah dihubungkan dengan asas kepastian
hukum. Metode penelitian yang digunakan metode pendekatan yuridis normatif dengan
analisis data primer berupa putusan pengadilan dan wawancara serta data sekunder berupa
Perundang-undangan, buku-buku dan literasi Pustaka, sifat penelitian hukum deskriptif
analisis. Hasil penelitian bahwa kedudukan perjanjian pengalihan kredit (take over) dibawah
tangan adalah sah dan mempunyai kekuatan hukum yang tetap,berlaku bagi para pihak
yang membuatnya sesuai ketentuan Pasal 1338 KUHPerdata (Asas Pacta sunt servanda) dan
sebagai jual beli yang sah, mengikat dan berkekuatan hukum sama dengan kekuatan hukum
akta otentik dan sudah memenuhi ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang Undang Hukum
Perdata. Kedudukan Putusan Pengadilan yang mengenyampingkan ketentuan Perundang-
undangan kurang selaras dengan asas kepastian hukum. Karena perjanjian dibawah tangan
tersebut tidak memiliki persyaratan causa yang halal sesuai ketentuan Pasal 1320
KUHPerdata, namun demikian, sepanjang tidak merugikan salah satu pihak perjanjian
tersebut sah, karena Perjanjian take over dibawah tangan telah menjadi kebiasaan di dalam
masyarakat, hakim wajib menggali nilai-nilai yang ada di masyarakat sesuai ketentuan
Undang-undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasan Kehakiman, sehingga kepastian
hukum dalam masyarakat dapat terwujud.
Kata Kunci: Pengalihan Hak Atas Tanah, Take Over, Kredit Pemilikan Rumah, Putusan
Hakim, Kepastian Hukum.
Jakarta:Intermasa, h.56.
terhadap keabsahan mengenai objek ketentuan perjanjian KPR yang
dalam perjanjian kredit. seharusnya berlaku sebagai undang-
undang bagi debitor lama dengan bank.
Peraturan lain yang juga
Dengan demikian perjanjian take over ini
mengatur mengenai bentuk pengalihan
tidak memenuhi causa yang halal dari
adalah Peraturan Pemerintah Nomor 24
persyaratan keabsahan perjanjian.
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah,
sebagaimana termuat dalam Pasal 37 Perjanjian pengalihan hak atas
ayat (1). tanah tersebut dilakukan dengan cara
perjanjian dengan akta dibawah tangan,
Ketentuan tersebut di atas berarti
artinya perjanjian itu dibuat
segala bentuk peralihan hak atas tanah
berdasarkan akta di bawah tangan yang
hanya dapat dilaksanakan apabila
dibuat oleh para pihak tanpa
dibuktikan dengan akta yang dibuat
melibatkan pihak Bank maupun
oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah
Notaris. Akta di bawah tangan adalah
(PPAT). Dengan demikian perjanjian
akta yang hanya dibuat di antara
take over yang dibuat di bawah tangan
mereka para pihak yang membuat akta
tidak memenuhi causa yang halal
atau dengan kata lain tanpa keterlibatan
karena melanggar ketentuan dalam
orang lain.7
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997 tentang Pendaftaran Tanah yang Adanya pengalihan kredit
mengharuskan pengalihan hak atas pemilikan rumah supaya masyarakat
tanah harus dibuat di depan PPAT. dengan mudah memiliki rumah.
Berbagai lembaga keuangan contohnya
Selain itu, perjanjian take over juga
bank, memberikan fasilitas kredit
melanggar ketentuan dalam perjanjian
kepada masyarakat yang ingin memiliki
KPR itu sendiri. Setiap perjanjian KPR
rumah secara kredit. fasilitas ini biasa
dapat dipastikan mencantumkan
dikenal oleh masyarakat luas sebagai
klausul tanpa adanya persetujuan
Kredit Pemilikan Rumah atau biasa
tertulis terlebih dahulu dari bank, maka
disingkat KPR. Bank telah menyalurkan
pihak debitur dilarang untuk:
berbagai kredit perumahan kepada
a. Membebani lagi rumah tersebut masyarakat yang realitasnya tentu tidak
dengan hak tanggungan atau akan selalu berjalan sesuai dengan
dengan sesuatu jenis pembebanan skema kredit yang telah disepakati.
lain apapun juga untuk Pengalihan hak kredit adalah
keuntungan pihak lain kecuali pengalihan kewajiban yang berupa
bank; pembayaran angsuran kredit
b. Menyewakan, menjual atau perumahan, tindakan ini adalah
mengijinkan penempatan atau merupakan suatu delegasi yaitu
penggunaan maupun pengalihan kewajiban/perhentian
menguasakan harta tersebut debitor, ketika telah adanya piutang
kepada pihak lain; dan merupakan tindakan sepihak yaitu
c. Menyerahkan rumah tersebut tindakan debitur.8
kepada pihak lain.
Bila pihak penerima pengalihan
Mengingat perjanjian berlaku
hak tersebut masih terus melanjutkan
sebagai undang-undang bagi para
kredit rumah yaitu dengan tetap
pihak yang membuatnya, maka
membayar cicilan kredit pemilikan
perjanjian take over juga melanggar
21Irma Devita.com, diakses dari: URL: hukum-tetap, pada tanggal 29 Desember 2020
/https://irmadevita.com/2019/perolehan- Pukul 12.17 Wib.
hak-atas-tanah-yang-telah-berkekuatan-
tercipta kepastian hukum di tangan sudah menjamur menjadi
masyarakat. kebiasaan yg tumbuh dimasyarakat.
5. Saran 5.2. Untuk pihak bank diharapkan
5.1. Untuk pemerintah, khususnya Badan melakukan pengawasan yang berkala
Pertanahan Nasional (BPN) dan kepada pihak debitur lama yang
Pejabat-pejabat Pemerintah lainnya melakukan over kredit agar
yang terkait, perlu memberikan dikemudian hari tidak terjadi
pemahaman/sosialisasi kepada pengalihan hak atas tanah yang
masyarakat mengenai pentingnya dilakukan pihak debitur lama kepada
perjanjian jual beli yang dilakukan debitur baru secara dibawah tangan
secara resmi lebih baik dibanding atau dengan perjanjian tanpa
dengan perjanjian dibawah tangan, sepengetahuan pihak bank. Sehingga
khususnya proses take over, karena pada bank tidak merasa dirugikan dan pihak
dasarnya tetap perjanjian take over debitur merasa memiliki tanggung
secara resmi lebih baik, aman dan jawab terhadap perjanjian kredit yang
terjamin dengan asas terang, tunai dan telah disepakati dalam proses take over.
nyata, meskipun perjanjian dibawah
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Asyhadie, Zaeni dan Rahman, Arief, (2019), Pengantar Ilmu Hukum. Cetakan Keenam,
Depok:Rajawali Pers.
Fuady, Munir, (2012), Pengantar Hukum Bisnis:Menata Bisnis Modern di Era Global.
Bandung:Citra Aditya Bakti.
ND.Mukti Fajar Dan Achmad,Yulianto, (2017), Dualisme Penelitian Hukum Normatif &
Empiris. Yogyakarta:Pustaka Pelajar, Cetakan Keempat.
Rahardjo, Satjipto, (2013), Ilmu Hukum. Bandung:Citra Aditya Bakti.
B. Jurnal
C. Peraturan Perundang-Undangan
D. Website
Irma Devita.com, diakses dari: URL: /https://irmadevita.com/2019/perolehan-hak-
atas-tanah-yang-telah-berkekuatan-hukum-tetap, pada tanggal 29 Desember 2020
Pukul 12.17 Wib.