Hak-hak atas tanah sebagai yang dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) ialah: a. Hak milik. b. Hak guna usaha. c. Hak guna bangunan. d. Hak pakai, e. Hak sewa. f. Hak membuka tanah. g. Hak memungut hasil hutan. h. Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak- hak tersebut di atas yang akan ditetapkan dengan undang-undangserta hak-hak yang sifatnya sementara sebagai yang disebutkan dalam pasal 53 A. HAK MILIK (Ps 20-27 UUPA) Pasal 20 ayat (1) UUPA menentukan yang dimaksud dengan Hak Milik adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan dalam pasal 6.
3 unsur/sifat hak milik adalah:
1. Turun temurun. 2. Terkuat dan terpenuh. 3. Harus berfungsi sosial (pasal 6) Turun temurun, artinya bahwa pemegang hak milik dapat mewariskannya kepada generasi penerusnya atau kepada orang lain yang dikehendakinya. Terkuat, artinya hak milik adalah hak yang paling kuat dibandingkan dengan hak-hak lainnya karena hak milik dimiliki tanpa batas waktu oleh seseorang atau badan hukum yang memenuhi syarat untuk itu, asal hak itu belum dialihkan ke pihak lain. Terpenuh, artinya pemegang hak milik itu dapat berbuat apa saja terhadap haknya asal tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Pasal 20 ayat (2) UUPA menentukan:
Hak milik dapat beralih dan dialihkan
kepada pihak lain. Beralih, artinya peralihan/perpindahan hak milik tidak dikehendaki oleh pemiliknya melainkan oleh hukum, misalnya pewarisan. Unsur-unsurnya adalah: a. Tidak dikehendaki. b. Peristiwa hukum. c. Subjeknya pasti/yang menerima telah tertentu. Dialihkan, artinya peralihan/ perpindahan hak milik itu disengaja atau dikehendaki oleh pemiliknya melalui perbuatan-perbuatan hukum, misalnya: jual beli, hibah, tukar menukar, pemasukan tanah sebagai modal usaha (Inbreng) Subjek Hak Milik (pasal 21 UUPA). 1. WNI. 2. Badan-badan hukum tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan PP No.38/1973, ada 4 katagori badan hukum yang boleh mempunyai hak milik, yaitu: a. Bank-bank yang didirikan oleh negara (PMA No.2/1960). b. Perkumpulan-perkumpulan koperasi pertanian (UU No.79/1958 dan UU No.12/1967). c. Badan-badan keagamaan yang ditetapkan oleh Mendagri/BPN setelah mendapat rekomendasi dari Menteri Agama. d. Badan-badan sosial yang ditetapkan oleh Mendagri/BPN setelah mendapat rekomendasi dari Menteri Sosial. Hak milik dapat diperoleh dengan cara:
a. Peralihan hak, misalnya dengan jual beli,
pewarisan, penghibahan. b. Dengan ketentuan hukum adat yang tentunya berkaitan dengan hak/tanah ulayat. c. Dengan penetapan pemerintah. d. Dengan ketentuan undang-undang Hak milik hapus karena: a.Dicabut. b.Diserahkan dengan sukarela. c.Ditelantarkan. d.Ketentuan pasal 21 ayat (3) dan pasal 26 ayat (2) UUPA. e.Tanahnya musnah. Tata Cara memperoleh hak milik 1. Pemohon mengajukan permohonan kepada pejabat yang berwenang melalui bupati/walikota cq kepala sub direktorat agraria kabupaten/kota yang bersangkutan secara tertulis. 2. Permohonan itu harus menerangkan tentang identitas pemohon dan tanah meliputi, luas, batas, letak, status tanah, serta kegunaannya. 3.