A. Pengertian Landreform
Landreform berasal dari bahasa Inggris “land” yang artikan tanah dan “reform” yang artinya
perubahan, perombakan. Landreform berarti perombakan terhadap struktur pertanahan, akan
tetapi sebenarnya yang dimaksudkan bukan hanya perombakan terhadap struktur penguasaan
pertanahan, melainkan perombakan terhadap hubungan manusia dengan manusia berkenaan
dengan tanah. Istilah Land itu sendiri mempunyai arti yang berbagai macam, sedangkan istilah
reform berarti mengubah kearah yang lebih baik, jadi landreform berkaitan dengan perubahan
struktur secara institusional yang mengatur hubungan manusia dengan tanah. Menurut Dorren
Warrier sebagaimana yang dikutip oleh Arie Sukanti Hutagalung bahwa pada dasarnya Jika dilihat
dari pengertian tersebut, landreform memerlukan program redistribusi tanah untuk keuntungan
pihak yang mengerjakan tanah dan pembatasan dalam hak-hak individu atas sumber-sumber
tanah. Jadi landreform lebih merupakan sebuah alat perubahan sosial dalam perkembangan
ekonomi, selain merupakan manifestasi dari tujuan politik, kebebasan dan kemerdekaan suatu
bangsa.
Sumber : https://suduthukum.com/2017/01/pengertian-landreform.html
Kesulitan pemerintah saat ini menurut peneliti disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu :
1) Pemerintah tidak secara tegasuntuk menerapkan aturan-aturan tentang kelebihan tanah,
2) Pemerintah tidak tegas menerapkan aturan tentang tanah absentee,
3) Pemerintah kesulitan untuk merumuskan bentuk landreform dan redistribusi tanah yang
berkeadilan
4) Pemerintah kesulitan untuk memberikan ganti rugi yang layak kepada pemilik tanah yang
tanahnya terkena program landreform dan redistribusi tanah.
2. Undang-Undang Nomor 56 Tahun 1950 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian. Undang-
undang ini mengatur tentang penetapan luas maksimum dan minimum pemilikan tanah oleh
satu keluarga, serta pengaturan tentang pelaksanaan gadai tanah pertanian. Undang-Undang
ini sering disebut sebagai Undang-undang tentang Landreform di Indonesia.
3. Peraturan-peraturan pelaksanaan landreform, antara lain sebagai berikut.
A. Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 41
Tahun 1964 tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian.
B. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1977 tentang pemilikan Tanah secara
Guntai/Absentee bagi Para Pensiunan Pagawai Negeri;
C. Keputusan Presiden tanggal 5 April 1961 No. 131 Tahun 1961 yang kemudian diubah
dengan Keputusan Presiden tanggal 6 September 1961 No. 509 Tahun 1961 dan
Keputusan Presiden tanggal 17 Oktober 1964 No. 263 Tahun 1964 tentang Organisasi
Penyelenggara Landreform yang kemudian dicabut dan diganti dengan Keputusan
Presiden No. 55 Tahun 1980 tentang Organisasi dan Tata Cara Penyelenggaraan
Landreform
D. Keputusan Menteri Agraria tanggal 31 Desember 1960 No. 978 tentang Penegasan Luas
Maksimum Tanah Pertanian;
E. Instruksi Menteri Dalam Negeri tanggal 18 September 1973 No. 21 Tahun 1973 tentang
larangan penguasaan tanah pertanian yang melampaui batas.
4. Peraturan perudang-undangan yang berkenaan dengan Pengha- pusan Tanah Partikelir adalah
antara lain:
Kendala utama dari pelaksanaan landreform adalah pola kebijakan politik pemerintah sekarang
yang lebih mengejar pertumbuhan ekonomi serta masih adanya pandangan dikalangan birokrat
sendiri bahwa landreform merupakan program yang “tabu” untuk dibicarakan apalagi untuk
dilaksanakan karena dianggap merupakan produk komunis, konsep “tanah untuk petani”
dianggap sebagai konsep komunis. Bila kita membandingkan program landreform yang
dilaksanakan di Negara-negara yang berbasis komunis seperti Uni Sovyet (sekarang telah runtuh)
sangat berbeda dengan program landreform yang dilaksanakan di Indonesia atau beberapa
Negara asia lain seperti Jepang, dimana bila di Jepang dan Indonesia kepada bekas pemilik tanah
diberikan ganti kerugian maka di Uni Sovyet tanah disita tanpa pemberian ganti kerugian.
Kemudian kalau di Jepang dan Indonesia tanah-tanah yang diambil oleh pemerintah
diredistribusikan kepada para petani penggarap dengan hak milik dengan memungut uang
pemasukan, maka di Uni Sovyet tanah tidak diredistribusikan kepada para petani penggarap
dengan hak milik, tetapi diusahakan secara kolektif atau sebagai perusahaan Negara.