Anda di halaman 1dari 34

ISSN: 2714-8688

https://journal.unilak.ac.id/index.php/gh/

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK TANAH PERTANIAN


YANG BERDOMISILI DI LUAR KECAMATAN BERDASARKAN
PERATURAN PEMERINTAH NO 41 TAHUN 1964 TENTANG
PELAKSANAAN PEMBAGIAN TANAH DAN
PEMBERIAN GANTI RUGI
Natashia
Mahasiswa Magister Ilmu Hukum Universitas Lancang Kuning Pekanbaru
Email: natashiaa@gmail.com
Info Artikel:
Diterima: 30 Juli 2020 | Disetujui: 01 September 2020 | Dipublikasikan: 30 Desember 2020
Abstrak
Kepemilikan tanah pertanian secara absentee dapat terjadinya karena adanya jual-beli tanah dan
pewarisan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum terhadap pemilik
tanah pertanian yang berdomisili diluar kecamatan tempat letak tanah berdasarkan peraturan pemerintah
Nomor 41 Tahun 1964 Tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah, dan bagaimanakah idealnya
perlindungan hukum terhadap pemilik tanah pertanian yang berdomisili diluar kecamatan tempat letak
tanah. Metode yang dipergunakan adalah penelitian hukum normatif. Dalam penelitian ini data dianalisis
secara kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Perlindungan hukum terhadap pemilik
tanah pertanian yang berdomisili diluar kecamatan tempat letak tanah berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 41 Tahun 1964 Tentang Pelaksanaan Pembagian tidak memberikan perlindungan terhadap
pemilik tanah, karena di dalam Peraturan Pemerintah tersebut menyebutkan bahwa pemilik tanah
pertanian yang berdomisili diluar kecamatan tempat letak tanah wajib memindahkan kepemilikan
tanahnya kepada orang lain sesuai ketetuan yang telah ditetapkan.
Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Pembagian Tanah.

LEGAL PROTECTION AGAINST AGRICULTURAL LAND OWNER WHO


ARE DOMINATED OUTSIDE THE DISTRICT BASED ON GOVERNMENT
REGULATION NO. 41 OF 1964 CONCERNING THE IMPLEMENTATION
OF LAND DISTRIBUTION ANDPROVISION OF COMPENSATION
Abstract
Absentee ownership of agricultural land can occur because of the sale and purchase of land and
inheritance. This study aims to find out how legal protection is for agricultural land owners who are
domiciled outside the sub-district where the land is located based on government regulation Number 41
of 1964 concerning the Implementation of Land Division, and how ideally is the legal protection for
agricultural land owners who are domiciled outside the sub-district where the land is located. The
method used is normative legal research. In this study the data were analyzed qualitatively. Based on
the results of the study, it is known that legal protection for agricultural land owners who are domiciled
outside the sub-district where the land is located based on Government Regulation Number 41 of 1964
concerning the Implementation of Distribution does not provide protection to land owners, because the
Government Regulation states that agricultural land owners who are domiciled outside the sub-district
The place where the land is located is obliged to transfer the ownership of the land to another person in
accordance with the provisions that have been determined.
Keywords: Legal Protection, Land Distribution

222
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.02 | Desember 2020
A. PENDAHULUAN 6. Penetapan luas minimum pemilikan
Tanah merupakan sumber daya yang tanah pertanian, disertai larangan untuk
penting bagi masyarakat, khususnya petani. melakukan perbuatan-perbuatan yang
Petani yang memerlukan tanah pertanian mengakibatkan pemecahan pemilikan
sebagai sarana mempertinggi produksi tanah-tanah pertanian menjadi bagian
pertanian dan upaya bertahan hidup. Tanah yang terlampau kecil.
pertanian sangat penting nilainya dalam Tujuan Landreform di Indonesia dapat
suatu bangsa, karena sebagai salah satu diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu
penopang ketahanan pangan disuatu negara. tujuan secara umum dan tujuan secara
Karena pentingnya tanah pertanian, maka khusus.2 Secara khusus landreform
tanah pertanian perlu diatur keberadaannya bertujuan untuk mempertinggi taraf hidup
agar tidak dikuasai secara besar-besaran dan penghasilan petani penggarap, sebagai
oleh sebagian pihak saja. landasan pembangunan ekonomi menuju
Tanah pertanian berhubungan erat masyarakat adil dan makmur. Pasal 33 ayat
dengan landreform. Landreform merupakan (3) Undang-Undang Dasar Republik
pengaturan mengenai pemilikan tanah Indonesia 1945 menentukan bahwa
pertanian dengan manusia. Program
“Bumi, air, dan kekayaan alam yang
Landreform di Indonesia meliputi:1
terkandung di dalamnya dikuasai oleh
1. Pembatasan luas maksimum
Negara dan dipergunakan untuk sebesar-
penguasaan tanah.
besarnya kemakmuran rakyat”.
2. Larangan pemilikan tanah secara
absentee/guntai. Untuk merealisasi Pasal 33 ayat (3)

3. Redistribusi tanah-tanah yang Undang-Undang Dasar 1945 maka

selebihnya dari batas maksimum, ditetapkan Undang-Undang Nomor 5

tanah-tanah yang terkena larangan Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

absentee/guntai, tanah-tanah bekas Pokok-pokok Agraria. Perlindungan

Swapraja dan tanah tanah Negara. terhadap tanah pertanian diatur lebih lanjut

4. Pengaturan soal pengembalian dan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun

penebusan tanah-tanah pertanian yang 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok

digadaikan. Agraria Pasal 7, Pasal 10 ayat (1), dan Pasal


2
5. Pengaturan kembali perjanjian bagi Ady Kusnady, Penelitian Tentang
Efektivitas Peraturan Perundang-Undangan
hasil tanah pertanian Larangan Tanah Absentee, (Jakarta: Badan
Pembinaan Hukum Nasional Departemen
1
Supriadi, Hukum Agraria, (Jakarta: Sinar Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia RI, 2001), hlm.
Grafika, 2007), hlm. 203. 22.

223
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.02 | Desember 2020
17. Pengaturan tentang pemilikan tanah penguasaan tanah yang melampaui batas
pertanian dalam Undang-Undang Nomor 5 tidak diperkenankan. Untuk menghindari
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar praktek tuan tanah dan menjamin
Pokok-pokok Agraria dapat dikelompokkan kemakmuran rakyat perlu diatur batas
menjadi dua bagian yaitu Pasal 10 ayat (1) maksimum pemilikan tanah. Pasal 17 ayat
dan Pasal 7 dengan Pasal 17 Undang- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria. Agraria menentukan bahwa:
Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5
“Tanah yang merupakan kelebihan batas
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar maksimum diambil oleh pemerintah dengan
ganti kerugian, selanjutnya dibagikan
Pokok-pokok Agraria menentukan bahwa:
kepada rakyat yang membutuhkan.
Kelebihan luas maksimum perlu diatur
“Setiap orang dan badan hukum yang
agar tercapainya pemerataan pemilikan
mempunyai sesuatu hak atas tanah
tanah oleh masyarakat”.
pertanian pada asasnya diwajibkan
mengerjakan atau mengusahakannya Pasal 10 ayat (1), Pasal 7 dan Pasal 17
sendiri secara aktif, dengan mencegah
cara-cara pemerasan”.3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
Ketentuan yang terdapat dalam Pasal
Agraria diatur lebuh lanjut dengan
10 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
Peraturan Perundang-undangan, Sebagai
tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
pelaksanaan Pasal 7 dan Pasal 17 Undang-
Agraria mengatakan bahwa tanah pertanian
Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
wajib dikerjakan sendiri oleh pemiliknya
Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria telah
sehingga muncul ketentuan yang namanya
diundangkan Undang-Undang Nomor 5
Absentee. Kata Absentee berasal dari
Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah
Bahasa inggris yang berarti yang tidak ada
Pertanian. Untuk melaksanakan redistribusi
atau yang tidak hadir ditempatnya.4
tanah sebagaimana diamanatkan Pasal 17
Bagian kedua yaitu Pasal 7 Undang- (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria Agraria Juncto Undang-Undang Nomor 5
menentukan bahwa pemilikan dan Tahun 1960 tersebut, telah ditetapkan
Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun
3
Boedi Harsono, Hukum Agraria
1961 tentang Pelaksanaan Pembagian
Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2004), hlm. 6.
4
Echols, Jhon M dan Hassain Sadhily, Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian.
Kamus Inggris-Indonesia (an English-Indonesian Peraturan Pemerintah ini kemudian telah
Dictionary), (Jakarta: Gramedia, 2012), hlm. 4.

224
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.02 | Desember 2020
diubah dan ditambah dengan Peraturan pengaturan tentang pemilikan tanah secara
Pemerintah Nomor 41 Tahun 1964 tentang absentee. Tanah absentee adalah tanah
Perubahan dan Tambahan Peraturan pertanian yang terletak diluar tempat
Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 tentang tinggal pemilik tanah.5Pemilikan tanah
Pelaksanaan Pembagian Tanah dan absentee dilarang karena mencegah
Pemberian Ganti Kerugian. penguasaan dan pemilikan tanah hanya
pada sebagian orang. Pemilikan tanah
Dalam Pasal 3a ayat (1) dan (2)
diutamakan dimiliki oleh petani karena
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun
dapat menjalankan fungsi tanah dengan
1964 tentang Perubahan dan Tambahan
baik dan optimal serta memberikan
Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun
keseimbangan dan keserasian untuk
1961 tentang Pelaksanaan Pembagian
berbagai macam keperluan manusia. Jangka
Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian
waktu pemindahan hak milik atas tanah
menyebutkan bahwa :
pertanian tersebut perlu dibatasi agar
Ayat (1) Pemilik tanah pertanian yang pemilik tanah yang bersangkutan tidak
berpindah tempat atau meninggalkan tempat
kediamannya keluar Kecamatan tempat letak mengulur-ulur waktu dalam usahanya untuk
tanah itu selama 2 (dua) Tahun berturut- memindahkan hak miliknya tersebut. Jika
turut, sedang ia melaporkan kepada pejabat
setempat yang berwenang, maka dalam kewajiban tersebut tidak dilaksanakan atau
waktu 1 (satu) Tahun terhitung sejak terjadi pelanggaran terhadap larangan
berakhirnya jangka waktu 2 (dua) Tahun
tersebut di atas ia diwajibkan untuk tersebut maka tanah yang bersangkutan
memindahkan hak milik atas tanahnya akan diambil alih oleh Pemerintah untuk
kepada orang lain yang bertempat tinggal di
Kecamatan letak tanah itu. kemudahan diredistribusikan dalam rangka
Ayat (2) Jika pemilik tanah yang program landreform, dan kepada bekas
dimaksudkan pada ayat (1) Pasal ini pemilik diberikan ganti rugi.
berpindah tempat atau meninggalkan tempat
kediamannya keluar Kecamatan tempat letak Dengan demikian, terdapat beberapa
tanah itu, sedang ia tidak melaporkan esensi yang merupakan ketentuan dari
kepada pejabat setempat yang berwenang,
maka dalam waktu 2 (dua) Tahun terhitung absentee, antara lain :
sejak ia meninggalkan tempat kediamannya
itu diwajibkan untuk memindahkan hak milik 1. Tanah-tanah pertanian wajib dikerjakan
atas tanahnya kepada orang lain yang atau diusahakan sendiri secara aktif.
bertempat tinggal di Kecamatan letak tanah
itu. 2. Pemilik tanah pertanian wajib

Ketentuan mengalihkan tanahnya bertempat tinggal di Kecamatan tempat

kepada orang lain yang bertempat tinggal di letak tanahnya.

luar kecamatan tanah terletak merupakan


5
Ibid.

225
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.02 | Desember 2020
3. Pemilik tanah pertanian yang saja jika Panitia Landreform Daerah
bertempat tinggal di luar Kecamatan menetapkan bahwa perkecualian
tempat letak tanahnya, wajib Kecamatan yang berbatasan itu ditetapkan
mengalihkan hak atas tanahnya atau dalam radius 10 KM. Namun yang perlu
pindah ke Kecamatan letak tanah dipertanyakan, apakah radius tersebut
tersebut. efektif diterapkan dalam era sekarang,
4. Dilarang memindahkan atau mengingat saat ini transportasi sudah sangat
mengalihkan hak atas tanah pertanian mudah. Kita harus melihat ke belakang saat
kepada orang atau badan hukum yang Peraturan tersebut diterbitkan, yaitu pada
bertempat tinggal atau berkedudukan di era dimana transportasi masih sulit. Maka
luar Kecamatan tempat letak tanahnya. di sini, perlu kebijaksanaan yang matang
5. Larangan pemilikan tanah secara dari Panitia Landreform Daerah untuk
absentee hanya mengenai tanah menetapkan batas-batas keefisienan
pertanian. tersebut.
Dalam Pasal 3 ayat (2) Peraturan Dalam prakteknya, kepemilikan tanah
Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 Juncto pertanian yang dimiliki oleh penduduk asli
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun wilayah tempat tanah pertanian tersebut
1964, menentukan bahwa mereka-mereka sudah berpindah ke pihak lain, diluar dari
yang mendapatkan pengecualian untuk tempat kedudukan tanah tersebut. Hal ini
memiliki tanah secara guntai (absentee), disebabkan karena adanya pergeseran
yaitu: Bagi pemilik tanah yang bertempat pemikiran mengenai kegunaan tanah. Tanah
tinggal di kecamatan yang berbatasan pertanian dijadikan objek investasi, baik
dengan kecamatan tempat letak tanah, untuk perumahan, industri, maupun
dengan syarat jika jarak antara tempat pengembangan pariwisata. Kepemilikan
tinggal pemilik dan tanahnya masih tanah pertanian secara absentee dapat
memungkinkan untuk mengerjakan tanah terjadinya karena adanya jual-beli tanah dan
tersebut secara efisien menurut pewarisan.
pertimbangan panitia landreform daerah Berdasarkan kenyataan dilapangan
tingkat II. bahwa terdapat pemilik tanah yang berada
Kemudian masih dalam Pasal 3 ayat diluar kecamatan, hal ini dapat dilihat dari
(2) tersebut, penilaian tentang apa yang tidak dapatnya pemilik tanah tersebut untuk
dimaksud “mengerjakan tanah itu secara mendaftarkan sertipikat. Dengan adanya
effisien”, pertimbangannya dipercayakan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun
kepada Panitia Landreform Daerah. Bisa 1964 Pasal 31 Ayat 1 dan 2 bahwa

226
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.02 | Desember 2020
masyarakat pemilik tanah absentee tidak penelitian hukum normatif atau doktrinal.
dapat mendaftarkan tanahnya menjadi Penelitian hukum normatif merupakan
sertipikat, yang mana sertipikat adalah penelitian yang dilakukan dengan cara
suatu bentuk kepastian hukum baik dari meneliti bahan pusaka.6
segi kepastian subjek dan kepastian objek. Penelitian Normatif adalah
Peraturan ini menyulitkan pemilik tanah penelitian yang dilakukan atau yang
mendapatkan kepastian hukum terhadap ditujukan hanya pada peraturan atau bahan
tanahnya dengan tidak bisa disertipikat hukum yang tertulis. Penelitian ini disebut
tanah absentee tersebutSelanjutnya dengan penelitian kepustakaan atau studi
penambahan syarat surat keterangan dokumen yang lebih menitikberatkan
domisili ini hanya beberapa kepala desa penelitian pada data sekunder.
yang mau menandatangani surat keterangan Penelitian hukum normatif ini
domisili itu, karena jatuhnya surat membahas tentangpolitik hukum mengenai
keterangan domisili itu tidak benar karena pengaturan Pasal 3a Peraturan Pemerintah
aslinya si pemilik tanah tidak benar-benar Nomor 41 Tahun 1964 tentang pelaksanaan
menetap dikecamatan tersebut. Dalam hal pembagian tanah dan pemberian ganti
ini penulis juga akan menganalisis kerugian dan perlindungan hukum terhadap
permalasahan tersebut dan memberikan pemilik tanah pertanian yang berdomisili
masukkan untuk mengganti klausa diluar kecamatan tempat letak tanah.
kecamatan dengan provinsi karena penulis Data yang diperoleh dari
berpendapat bahwa kecamatan tidak penggumpulan data secara studi
releevan dengan perkembangan saat ini. kepustakaan (legal research) dan studi
Berdasarkan teori perlindungan hukum lapangan dalam penelitian ini, dianalisis
bahwa hak atas tanah absentee yang dengan menggunakan analisis data secara
bertempat tinggal di luar daerah harus kualitatif, yaitu suatu cara ilmiah untuk
mendapatkan perlindungan hukum mendapatkan data yang valid (solid) dengan
diberikan oleh peraturan perundang- tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan
undangan sehingga klausa kecamatan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga
tersebut mesti diganti menjadi provinsi, dapat digunakan untuk memahami,
dengan demikian hukum memberikan memecahkan dan mengantisipasi masalah
perlindungan hukum bagi pemilik tanah
B. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan 6
Soejono Soekanto & Sri Mamudji,
Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat,
oleh penulis dalam penelitian ini adalah (Jakarta: Rajawali,1985), hlm. 15.

227
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.02 | Desember 2020
yang bersangkutan dari data alami dan Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian
mempunyai akurasi yang mendalam.7 menyebutkan bahwa :
Untuk pengambilan kesimpulan dari (1) Pemilik tanah pertanian yang berpindah
tempat atau meninggalkan tempat
data hasil penelitian ini, metode kajian
kediamannya keluar Kecamatan tempat
hukum positif yang digunakan oleh Penulis letak tanah itu selama 2 (dua) Tahun
berturut-turut, sedang ia melaporkan
dalam penelitian ini adalah metode yang
kepada pejabat setempat yang
bersifat deduktif. berwenang, maka dalam waktu 1 (satu)
Tahun terhitung sejak berakhirnya
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
jangka waktu 2 (dua) Tahun tersebut di
1. Perlindungan Hukum Terhadap atas ia diwajibkan untuk memindahkan
hak milik atas tanahnya kepada orang
Pemilik Tanah Pertanian Yang
lain yang bertempat tinggal di
Berdomisili Diluar Kecamatan Kecamatan letak tanah itu.
Tempat Letak Tanah Berdasarkan (2) Jika pemilik tanah yang dimaksudkan
pada ayat (1) Pasal ini berpindah
Peraturan Pemerintah Nomor 41
tempat atau meninggalkan tempat
Tahun 1964 Tentang Pelaksanaan kediamannya keluar Kecamatan tempat
letak tanah itu, sedang ia tidak
Pembagian Tanah
melaporkan kepada pejabat setempat
Peraturan Pemerintah Nomor 224 yang berwenang, maka dalam waktu 2
(dua) Tahun terhitung sejak ia
Tahun 1961 tentang Pelaksanaan
meninggalkan tempat kediamannya itu
Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti diwajibkan untuk memindahkan hak
milik atas tanahnya kepada orang lain
Kerugian. Peraturan Pemerintah ini
yang bertempat tinggal di Kecamatan
kemudian telah diubah dan ditambah letak tanah itu.
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Berdasarkan hal tersebut ini berarti
Tahun 1964 tentang Perubahan dan bahwa setiap pemilik tanah dilarang
Tambahan Peraturan Pemerintah Nomor memiliki tanah pertanian yang berbeda
224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan dengan kecamatan dimana sepemilik
Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti bertempat tinggal karena pemilikan
Kerugian. demikian akan menimbulkan penggarapan
Dalam Pasal 3a ayat (1) dan (2) tanah yang tidak efisien, misalnya tentang
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun penyelenggaraannya, pengawasannya,
1964 tentang Perubahan dan Tambahan pengangkutan hasilnya, sehingga dapat juga
Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun menimbulkan sistem penghisapan.
1961 tentang Pelaksanaan Pembagian Pengecualian hanya berlaku bagi pemilik
tanah yang bertempat tinggal berbatasan
7
Abdul Manab, Penelitian Pendidikan dengan kecamatan letak tanah, apabila jarak
Pendekatan Kualitatif, (Yogyakarta: Kalimedia,
2015), hlm. 1. antara tempat tinggal pemilik landreform

228
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.02 | Desember 2020
daerah kabupaten masih memungkinkan sama dengan tempat dimana tanah itu
terletak.”
untuk mengerjakan tanah tersebut secara
Pasal 3 ayat (3) Peraturan Pemerintah
efisien.
Nomor 224 Tahun 1961 Juncto Pasal 3a (1)
Dalam Pasal 10 ayat (2) Undang-
dan Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 4
Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang
Tahun 1964). Pengecualian terkait
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
pemilikan tanah secara absentee/guntai
bahwa
yakni apabila:
“setiap orang/badan hukum yang
1. Letak Tanah
mempunyai hak atas tanah pertanian pada
asasnya diwajibkan mengerjakannya atau Kecamatan dimana letak tanah tersebut
mengusahakan sendiri secara aktif dengan
berada berbatasan dengan kecamatan
mencegah cara-cara pemerasan.”
Menggunakan tenaga buruh masih dimana pemilik tanah bertempat tinggal
diperbolehkan tetapi harus dicegah cara- asalkan jarak antara tempat tinggal dan
cara pemerasan. Untuk melaksanakan asas pemilik dan tanahnya masih
yang tercantum dalam Pasal 10 Undang- memungkinkan mengerjakan tanah tersebut
Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang secara efisien (Pasal 3 ayat 2 Peraturan
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria Pemerintah Nomor 41 Tahun 1964 tentang
tersebut diadakanlah ketentuan-ketentuan Perubahan dan Tambahan Peraturan
untuk menghapuskan tanah pertanian yang Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961)
dikuasai secara absentee dalam Pasal 3 2. Subyek
Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun a. Bedasarkan Pasal 3 ayat (4) Peraturan
1961 Juncto Peraturan Pemerintah Nomor Pemerintah Nomor 41 Tahun 1964
41 Tahun 1964 dan Peraturan Pemerintah tentang Perubahan dan Tambahan
Nomor 4 Tahun 1977. Berdasarkan Pasal Peraturan Pemerintah Nomor 224
10 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tahun 1961 yaitu bagi:
Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok 1) Mereka yang menjalankan tugas
negara (pegawai negeri, pejabat
Agraria mencerminkan suatu asas/prinsip
pejabat militer serta yang
“landreform bahwa tanah untuk dipersamakan dengan mereka).
pertanian wajib diusahakan dan dikerjakan 2) Mereka menunaikan kewajiban
oleh si pemilik sendiri, olehnya itu maka agama.
dalam waktu 6 bulan pemilik tanah yang 3) Mereka mempunyai alasan khusus
masih tetap memiliki tanah secara lainnya yang dapat diterima.
absentee/guntai diberi suatu kewajiban b. Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Peraturan
untuk melepaskan dan memindahkan hak
Pemerintah Nomor 4 Tahun 1977,
atas tanahnya kepada pihak yang
bertempat tinggal di kecamatan yang sama yaitu:
dengan tanah itu terletak, atau berpindah
1) Pensiunan Pegawai Negeri
tempat tinggal pada satu kecamatan yang

229
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.02 | Desember 2020
2) Janda Pegawai Negeri dan janda tanah-tanah pertanian dikerjakan atau
pensiunan pegawai negeri selama
diusahakan sendiri secara aktif oleh
tidak menikah lagi dengan
seseorang yang bukan pegawai pemiliknya, Pemilik tanah pertanian wajib
negeri atau pensiunan pegawai
bertempat tinggal di Kecamatan tempat
negeri.
Adapun terkait dengan pemilikan atau letak tanahnya, Pemilik tanah pertanian
penguasaan tanah secara latinfundia yaitu yang bertempat tinggal di luar Kecamatan
dalam pasal 7 Undang-Undang Nomor 5 tempat letak tanahnya, wajib mengalihkan
Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar hak atas tanahnya atau pindah ke
Pokok-Pokok Agraria menetapkan untuk Kecamatan letak tanah tersebut, dilarang
tidak merugikan kepentingan umum maka memindahkan atau mengalihkan hak atas
pemilikan dan penguasaan atas tanah yang tanah pertanian kepada orang atau badan
melampaui batas tidak diperkenankan hukum yang bertempat tinggal atau
(Latifundia). Pasal ini dimaksudkan untuk berkedudukan di luar Kecamatan tempat
mencegah bertumpuknya tanah di tangan letak tanahnya.
golongan orang tertentu saja. Oleh karena Akan tetapi dalam kenyataannya
itu setiap orang atau keluarga hanya program Landreform tersebut belum
diperbolehkan menguasai tanah pertanian, terlaksana, sebagaimana terlihat jelas masih
baik miliknya sendiri, kepunyaan orang lain banyak pihak yang menguasai tanah
ataupun miliknya bersama kepunyaan orang pertanian lebih dari batas maksimum yang
lain, yang jumlahnya tidak melebihi batas telah ditentukan dan juga memiliki tanah
maksimum, sebagaimana ditetapkan dalam diluar dari domisili tempat tinggalnya
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor bahkan masih banyak petani-petani di
56/Prp/1960. Penentuan Luas tanah yang Indonesia belum memiliki bidang tanah
dapat dikuasai oleh sebuah keluarga untuk pertanian, dari gambaran ini seakan-
ditentukan dengan memperhatikan akan pihak dari kantor pertanahan menutup
penduduk-penduduk, luas daerah dan mata terkait aturan hukum mengenai
faktor-faktor lainnya, seperti tersedianya larangan kepemilikan tanah absentee
tanah yang masih dapat dibagi, kepadatan (guntai) sebagaimana terjadi di masyarakat.
penduduk, jenis-jenis dan kesuburan Penerapan dari Undang-Undang
tanahnya serta tingkat kemajuan teknologi Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan
pertanian. Dasar Pokok-Pokok Agraria terhadap
Dengan demikian, dapat dikatakan tanah-tanah yang dimiliki secara Absentee
bahwa larangan pemilikan tanah absentee hingga saat ini dapat terlihat dalam
atau guntai dimaksudkan agar supaya masyarakat sebagai suatu gejala hukum

230
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.02 | Desember 2020
yang belum ada kepastian, hal ini merekomendasi adanya pemilikan tanah
disebabkan begitu banyaknya orang-orang secara Absentee.
lebih khusus penguasa (Pejabat/orang yang Dalam hubungannya dengan hukum
kaya), tidak sedikit yang memiliki tanah Perdata lebih khusus dengan Hukum benda
secara Absentee, sedangkan dalam yakni, adalah hukum yang mengatur
penerapan hukum hal tersebut merupakan hubungan subyek hukum dengan benda,
suatu hak individu untuk melakukan yang menimbulkan hak kebendaan.8 Sesuai
peralihan hak atas tanah baik dengan cara dengan apa yang di maksud dengan benda
jual-beli ataupun dengan cara-cara lainnya yakni benda adalah segala sesuatu yang
seperti gadai. Mengenai Ketentuan Hak dan dapat dihakki. Hukum benda merupakan
Tanah tentunya berdasar dari hak suatu bagian dari hukum kekayaan. Di atur dalam
bangsa yakni Hak bangsa adalah istilah buku II KUHPerdata, Pasal 499 sampai
untuk lembaga hukumdan hubungan hukum dengan Pasal 1232 KUHPerdata, meliputi
yang kongkrit dengan bumi, air, dan ruang pengertian benda dan macam-macam benda
angkasa Indonesia termasuk kekayaan alam serta pengertian hak kebendaan dan
yang terkandum di atasnya. macam-macam hak kebendaan.
Istilah ini bukanlah istilah resmi yang Dengan berlakunya Undang-Undang
terdapat dalam Undang-undang Pokok Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 pada
Agraria. Hak ini merupakan hak tanggal 24 september 1960, maka di dalam
penguasaan tanah yang tertinggi di dalam Buku II KUHPerdata tidak ada lagi
hukum tanah nasional. Pemilik dari hak ini ketentuan-ketentuan tentang benda
adalah seluruh rakyat Indonesia yang bergerak. Berdasarkan dari apa yang
sepanjang bersatu sebagai bangsa-bangsa dijelaskan di atas maka jelaslah hubungan
Indonesia yang terdahulu dan generasi yang antara Hukum Perdata dengan Hukum
datang. Hak ini meliputi semua tanah yang Agraria, yakni agraria merupakan
ada di dalam wilayah Negara Wilayah kekhususan dari Hukum Perdata. Kemudian
Indonesia. Berdasarkan hal tersebut secara mengenai hak kepemilikan atas tanah Hak
umum masalah kepemilikan tanah milik menurut Pasal 20 ayat (1) Undang-
diserahkan penuh kepada masyarakat Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang
pemegang hak atas tanah, tetapi disisi lain Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria,
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 adalah hak turun temurun, terkuat, dan
Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria dalam pelaksanaannya tidak 8
Djaja S. Meliala, Hukum Perdata Dalam
Perspektif Burgerlijk Wet Boek, (Bandung: Nuansa
Aulia, 2013), hlm. 10.

231
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.02 | Desember 2020
terpenuh yang dapat dipunyai orang atas 2. Hak menguasai dari negara atas tanah:
tanah, dengan mengingat ketentuan dalam Hak menguasai atas tanah bersumber
Pasal 6 Undang-Undang Nomor 5 Tahun pada hak bangsa Indonesia atas tanah,
1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok- yang hakikatnya merupakan penugasan
Pokok Agraria yaitu “semua hak atas tanah pelaksanaan tegas kewenangan bangsa
mempunyai fungsi sosial”. yang mengandung unsur hukum publik.
Pengaturan dalam KUHPerdata tentang tugas mengelolah hukum tanah
masalah kepemilikan benda terutama benda bersama tidak mungkin dilaksanakan
tidak bergerak lebih khusus mengenai sendiri oleh seluruh Bangsa Indonesia,
tanah, memang sudah merupakan hak bagi maka dalam penyelengaraannya,
setiap individu untuk melakukan peralihan Bangsa Indonesia sebagai pemegang
hak atas tanah atau lahan kepada subyek hak dan pengemban amanat tersebut,
yang lain baik yang berada di daerahnya pada tingktan tertinggi dikuasakan
maupun yang berada di luar daerahnya, hal kepada Negara Republik Indonesia
inilah yang menjadi suatu fenomena dalam sebagai organisasi kekuasaan seluruh
Penerapan Undang-Undang Nomor 5 rakyat;
Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Kemudian mengenai Pengukuran hak-
Pokok-Pokok Agraria sendiri dalam hak penguasaan atas tanah dalam hukum
mencegah adanya kepemilkan tanah atau tanah di bagi menjadi dua yaitu:
lahan secara Absentee.
1. Hak penguasaan atas tanah sebagai
Hierarki hak-hak penguasaan atas tanah
lembaga Hukum, hak penguasaan atas
dalam Undang-Undang Republik Indonesia
tanah ini belum dihubungkan antara
Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan
tanah dan orang dan badan hukum
Dasar Pokok-Pokok Agraria dan Hukum
tertentu sebagai pemegang haknya; dan
Tanah Nasional, adalah;
2. Hak penguasaan atas tanah ssebagai
1. Hak bangsa Indonesia atas tanah: Hak
hubungan hukum yang kongkret. Hak
Indonesia atas tanah ini merupakan hak
penguasaan atas tanah ini sudah
penguasaan tanah yang tertinggi dan
dihubungkan antara tanah tertentu
meliputi semua yang ada dalam
sebagai objek dan orang atau badan
wilayah negara, yang merupakan tanah
hukum tertentu dan sebagai subjek atau
bersama, bersifat abadi dan menjadi
pemegang haknya.
induk bagi hak-hak penguasaan yang
Ada juga peguasaan secara yuridis
lain atas tanah;
yang tidak memberi kewenangan untuk

232
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.02 | Desember 2020
menguasai tanah yang bersangkutan secara yang dihaki, misalnya pemilik tanah
fisik, misalnya kreditor/bank pemegang hak mempergunakan atau mengambil manfaat
jaminan atas tanah mempunyai hak dari tanah yang dihaki, tidak diserahkan
penguasaan tanah secara yuridis atas tanah kepada pihak lain. Ada juga penguasaan
dijadikan agunan, akan tetapi secara fisik yuridis, yang biarpun memberikan
penguasaan tetap ada pada pemilik tanah. kewenangan untuk menguasai tanah yang
Penguasaan yuridis dan fisik atas tanah dihaki secara fisik, kenyataannya
tersebut di atas dipakai dalam aspek privat penguasaan fisiknya dilakukan oleh pihak
atau keperdataan sedang penguasaan lain, misalnya seseorang yang memiliki
yuridis yang beraspek publik dapat dilihat tanah tidak mempergunakan tanahnya
pada penguasaan atas tanah sebagaimana sendiri akan tetapi disewakan kepada pihak
disebutkan dalam Pasal 33 ayat (3) lain, dalam hal ini secara yuridis tanah
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tersebut dimiliki oleh penyewa tanah.
Tahun 1945 dan Pasal 2 Undang-Undang Orang-orang asing hanya dapat mempunyai
Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan tanah dengan hak pakai yang luas dan
Dasar Pokok Agraria. jangka waktunya terbatas. Demikian pula,
Hak penguasaan atas tanah berisi pada dasarnya badan-badan hukum tidak
serangkaian wewenang kewajiban, wajib dapat mempunyai hak milik. Adapun yang
atau dilarang bagi pemegang haknya untuk menjadi pertimbangan untuk melarang
berbuat sesuatu mengenai tanah yang badan-badan hukum tidak perlu mempunyai
dihakinya. Sesuatu yang boleh, wajib atau hak milik tetap cukup hak-hak lainnya, asal
dilarang untuk diperbuat, yang merupakan saja ada jaminan-jaminan yang cukup bagi
isi hak penguasaan itulah yang menjadi keperluan-keperluannya yang khusus (hak
kriteria atau tolak ukur pembeda diantara guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai,
hak-hak penguasaan atas tanah yang diatur dan hak-hak lainnya). Kecuali badan-badan
dalam hukum tanah. Pengertian penguasaan hukum yang bergerak dalam lapangan
dapat dipakai dalam arti fisik, juga dalam sosial dan keagamaan dapat mempunyai
arti yuridis. Juga beraspek privat dan hak milik atas tanah, sepanjang tanhnya
publik. diperlukan untuk usahanya dalam lapangan
Penguasaan dalam arti yuridis adalah sosial dan keagamaan itu.
penguasaan yang dilandasi hak, yang Dalam hal-hal ini yang tidak langsung
dilindung oleh hukum dan pada umumnya berhubungan dengan bidang-bidang itu,
memberi kewenangan kepada pemegang maka badan-badan hukum ini dianggap
hak untuk menguasai secara fisik tanah sebagai badan hukum biasa. Dengan

233
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.02 | Desember 2020
demikian, akan dapat dicegah usaha-usaha Ketentuan ini merupakan alat untuk
penyelundupan hukum yang bermaksud melindungi golongan-golongan yang lemah
menghindari ketentuan-ketentuan mengenai sebagaimana dimaksudkan tersebut di atas.
batas masimum luas tanah yang dipunyai Dalam hubungan itu dibuat ketentuan yang
dengan hak milik yang dilakukan oleh bermaksud mencegah terjadinya
badan-badan hukum. Di antara hak-hak penguasaan atas kehidupan dan pekerjaan
yang lain di atas, ada yang sifatnya sangat orang lain yang melampai batas dalam
khusus, yang bukan sekedar berisikan bidang-bidang usaha agraria. Hal ini
kewenangan untuk memakai suatu bidang bertentangan dengan asas keadilan sosial
tanah tertentu yang di haki, tetapi juga yang berperikemanusiaan. Segala usaha
mengandung hubungan psikologis bersama dalam lapangan agararia harus
emosional antara pemegang hak dengan berdasarkan atas kepentingan bersama
tanah yang bersangkutan. Hubungannya dalam rangka kepentingan nasional
bukan sekedar hubungan lugas yang sehingga pemirintah berkewajiban untuk
memberi kewenangan memakai suatu mencegahadanya organsasi dan usaha-
bidang tanh tertentu. usaha perseorangan dalam lapangan agraria
Kemudian Tiap-tiap warga negara yang bersifat monopoli swasta. Kemudian
Indonesia baik laki-laki maupun wanita mengenai hak pengelolaan di mana Hak
mempunyai kesempatan yang sama untuk pengelolaan adalah hak menguasai dari
memperoleh suatu hak atas tanah serta negara yang kewenangan pelaksanaanya
untuk mendapat manfaat dan hasilnya, baik sebagian dilimpahkan kepada pemegang
bagi diri sendiri maupun keluarganya. haknya dan bagian-bagian dari hak
Dalam pada itu, perlu diadakan pengelolaan tersebut dapat diberikan
perlindungan bagi golongan warga negara kepada pihak ketiga dengan hak-hak
yang lemah terhadap sesama warga negara tertentu. Jadi dalam konteks Agraria hak
yang kuat di dalam kedudukan pengelolaan ini termasuk hak atas tanah,
ekonominya. Dengan ditentukan bahwa jual yakni hak mengusai negara yang dapat
beli, penukaran, penghibahan, pemberian diberikan oleh hukum sebagai
dengan wasiat, dan perbuatan-perbuatan pemegangnya, baik menurut ketentuan
yang dimaksudkan untuk memindahkan hak undang-undang atau penetapan pemerintah.
milik serta pengawasannya diatuar dengan Demikian juga jelas objektifnya, artinya
peraturan pemerintah. kewenangan untuk menggunakan Hak
Pengelolaann ini telah ditentukan.

234
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.02 | Desember 2020
Maka dengan demikian Hak Dalam penerapannya ada begitu
pengelolaan sebagai gempilan Hak banyak masalah dalam kepemilikan tanah
menguasai ini jelas sebagai hak atas tanah atau lahan secara Absentee terutama pada
yang sudah kongkrit diberikan kepada bidang administrasi desa atau kecamatan, di
subjeknya untuk keperluan subjek segala manalahan atau tanah yang terdaftar pada
kewajiban dan kewenangan. Kemudian daerah tersebut sudah bukan menjadi milik
demi kepentingan umum maka hak milik- dari warga daerah tersebut, hal inipun akan
pun bisa dicabut hal ini sesuai dengan menimbulkan masalah-masalah
Undang-Undang Republik Indonesia administrasi yang lainnya, misalnya
Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi masalah pajak. Tentunya dalam hal domisili
9
Manusia yakni: Pencabutan hak milik atas tanah akan disesuaikan dengan subyek
suatu benda demi kepentingan umum, pajak, sehingga dari segi administrasi
hanya diperbolehkan dengan mengganti perpajakan kepemilikan tanah atau lahan
kerugian yang wajar dan secara secara Absentee menjadi kabur. Hal inilah
pelaksanaanya sesuai dengan ketentuan yang menjadi masalah-masalah yang sudah
peraturan perundang-undangan. Apabila umum dalam kepemilkan tanah secara
sesuatu benda berdasarkan ketentuan Absentee.
hukum demi kepentingan umum harus Keinginan untuk mendapatkan jaminan
dimusnakan atau tidak dipberdayakan baik kepastian hukum ini diperlukan adanya
untuk selamanya maupun untuk sementara suatu bukti tertulis yang menyatakan bahwa
waktu maka hal itu dilakukan dengan kepemilikan atas suatu bidang tanah itu
mengganti kerugian sesuai dengan dimiliki oleh seseorang. Bukti tertulis yang
ketentuan peraturan perundang-undangan dimaksud itu disebut sertipikat hak atas
kecuali ditentukan lain. Penerapan Undang- tanah, karena sertipikat merupakan surat
Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang tanda bukti hak yang dapat dijadikan alat
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria bukti mengenai kepemilikan tanah,
terhadap kepemilikan tanah atau lahan sehingga sertipikat juga merupakan surat
secara Absentee memang belum maksimal, yang sangat bernilai harganya. Produk akhir
artinya belum terakomodir dengan baik dari kegiatan pendaftaran tanah berupa
oleh pemerintah baik pusat hingga ke sertipikat hak atas tanah yang diterbitkan
daerah. untuk mewujudkan jaminan kepastian
hukum dan perlindungan hukum bagi
9
Tim Permata Press, Undang-Undang Hak pemegang haknya, sehingga pemegang hak
Asasi Manusia, (Jakarta: Permata Press, 2012), hlm.
11. dapat dengan mudah membuktikan bahwa

235
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.02 | Desember 2020
nama yang tercantum di dalamnya Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
merupakan pemilik atas tanah tersebut. Agraria yang menyatakan bahwa:
Berkaitan dengan diterbitkannya sertipikat “agar terjaminnya kepastian hukum di
bidang pertanahan, pemerintah
terhadap suatu bidang tanah, untuk
mengadakan pendaftaran tanah diseluruh
mencapai adanya kepastian hukum dalam wilayah Republik Indonesia yang dilakukan
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
bidang pertanahan maka dalam pembuatan
diatur dalam peraturan pemerintah”.
sertipikat haruslah memenuhi segala Makna dari pasal tersebut jelas terlihat
persyaratan yang telah ditentukan oleh bahwa tujuan dilakukannya pendaftaran
Undang-undang. tanah oleh pemerintah adalah untuk
Apabila dalam pembuatan sertipikat menjamin kepastian hukum mengenai:
tanah tersebut tidak memenuhi segala 1. Letak, batas, dan luas tanah yang
persyaratan yang telah ditentukan oleh dimohonkan pendaftaran;
Undang-undang, maka secara hukum 2. Status tanah dan orang yang berhak
sertipikat tersebut menjadi cacat hukum dan atas suatu bidang tanah;
tidak mempunyai kekuatan hukum 3. Pemberian surat berupa sertipikat.
mengikat. Sertipikat yang mengandung Sebagai salah satu produk Tata Usaha
cacat hukum tidak dapat dijadikan dasar Negara, sertipikat sebagai tanda bukti hak
untuk melakukan perbuatan hukum seperti atas tanah tidak terlepas dari kemungkinan
jual beli, karena apabila sertipikat yang adanya kesalahan dalam penerbitannya,
cacat hukum itudijadikan dasar jual beli, baik itu yang disebabkan karena cacat
maka secara otomatis jual belinya juga hukum administrasi seperti kesalahan
menjadi batal demi hukum karena sejak prosedur penerbitan, baik itu pada saat
semula telah mengandung cacat hukum. penetapan batas, pengukuran, maupun pada
Penerbitan sertipikat hak atas tanah ini proses pengolahan data ukur, atau dapat
merupakan perwujudan terhadap salah satu juga disebabkan karena adanya perubahan
tujuan pokok dari Undang-Undang Nomor objek hak yang diterangkan dalam
5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar sertipikat. Kesalahan yang termuat di dalam
Pokok-Pokok Agraria yang hendak dicapai, sertipikat disebabkan karena data yang
yaitu untuk memberikan jaminan kepastian diterangkan oleh pemohon berbeda dengan
hukum bagi hak-hak atas tanah yang keadaan yang sebenarnya, sehingga
dimiliki oleh rakyat Indonesia. Hal ini mengakibatkan sertipikat tersebut tidak
sesuai dengan ketentuan Pasal 19 ayat (1) berfungsi sebagai alat pembuktian yang
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 kuat sebagaimana yang disebutkan dalam

236
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.02 | Desember 2020
ketentuan Pasal 32 ayat (1) Peraturan pembatalan surat keputusan pemberian hak
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. atas tanah atau sertipikat hak atas tanah.10
Apabila dalam suatu sertipikat itu Pembuktian mengenai sertipikat atas
terdapat perbedaan antara data fisik dengan suatu bidang tanah itu mengandung cacat
keadaan yang sebenarnya dari objek hak hukum atau cacat hukum administrasi,
yang disebabkan karena adanya cacat harus diselesaikan melalui proses
hukum administrasi dalam penerbitan persidangan di Pengadilan Negeri dengan
haknya, maka dapat dilakukan pembatalan diawali gugatan yang diajukan oleh pihak
atau perintah pencatatan perubahan penggugat selaku pihak yang merasa
pemeliharaan data pendaftaran tanah dirugikan atas penerbitan suatu sertipikat.
menurut ketentuan perundang-undangan Sebagaimana kasus yang diangkat dalam
yang berlaku. Adapun faktor-faktor yang tulisan ini dapat diketahui bahwa kasus ini
menjadi penyebab terjadinya cacat hukum berawal dengan adanya penerbitan
dalam suatu sertipikat telah dijelaskan sertipikat hak milik Nomor 244, luas 1.000
dalam ketentuan Pasal 62 ayat (2) Peraturan M2 atas nama tergugat I yang dibuat
Kepala Badan Pertanahan Nasional berdasarkan konversi pipil Nomor 156,
(Perkaban) Nomor 3 Tahun 2011 tentang persil Nomor 3, kelas II, luas asal 1.900
Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan M2. Berdasarkan sertipikat hak milik
Kasus Pertanahan.Cacat hukum pada suatu Nomor 244 tersebut tergugat I menjual
sertipikat dapat menimbulkan potensi tanah itu kepada tergugat II dan tergugat III
adanya sengketa hak milik, sehingga yang dilakukan dihadapan PEJABAT
sewaktu-waktu sertipikat yang cacat hukum PEMBUAT AKTA TANAH sesuai dengan
tersebut dapat digugat keabsahannya oleh Akta Jual Beli Nomor : 77/2003 tanggal 20
pihak-pihak yang merasa memiliki hak atas Maret 2003.
suatu bidang tanah tersebut. Kemudian pada tahun 2009 tanah
Apabila pihak yang merasa dirugikan tersebut dijual lagi oleh tergugat II dan
atas penerbitan suatu bidang tanah itu dapat tergugat III kepada tergugat IV sesuai
membuktikan dalam persidangan bahwa dengan Akta Jual Beli Nomor: 307/2009,
gugatan mengenai keabsahan suatu tanggal 2 Nopember 2009. Setelah
perbuatan hukum itu benar, maka hakim beberapa lama kemudian, ada pihak ketiga
akan memberikan putusan untuk yang merasa dirugikan dengan adanya jual
membatalkan hubungan hukum yang telah 10
Hasan Basri Menggala dan Sarjita,
terjadi dan putusan hakim ini dapat Pembatalan dan Kebatalan Hak Atas Tanah,
(Yogyakarta: Tugu Jogja Pusataka, 2005), hlm. 60-
dijadikan sebagai dasar permohonan 61.

237
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.02 | Desember 2020
beli yang dilakukan oleh para pihak Menurut Setiono, perlindungan hukum
tersebut, sehingga para penggugat merupakan tindakan atau upaya untuk
mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri melindungi masyarakat dari perbuatan
Singaraja untuk mendapatkan penyelesaian sewenang-wenang oleh penguasa yang
menurut ketentuan hukum yang berlaku. tidak sesuai dengan norma hukum, untuk
Pengadilan Negeri Singaraja dalam mewujudkan ketertiban dan ketentraman di
memutus perkara tersebut memberikan dalam masyarakat sehingga manusia dapat
putusan yang pada intinyamembatalkan jual menikmati martabatnya sebagai
beli yang terjadi di antara para tergugat, manusia.13Perlindungan hukum dalam
karena tanah yang telah diperjual belikan hukum agraria dapat kita lihat berdasarkan
tersebut merupakan tanah milik para ketentuan yangada dalam ketentuan Pasal 3
penggugat yang diperoleh oleh tergugat I huruf (a) Peraturan Pemerintah Nomor 24
dengan cara yang melawan hukum. Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah,
Berdasarkan keputusan tersebut, para yang menyebutkan bahwa tujuan
tergugat mengajukan banding ke dilakukannya pendaftaran tanah adalah
Pengadilan Tinggi Denpasar karena merasa untuk mewujudkan kepastian hukum dan
tidak puas atas putusan yang telah perlindungan hukum terhadap para pemilik
diberikan. Pengadilan Tinggi Denpasar hak atas tanah dan satuan rumah susun serta
dalam tingkat banding menguatkan putusan hak-hak lain yang terdaftar supaya dapat
Pengadilan Negeri Singaraja Nomor: dengan mudah membuktikan bahwa ia
119/Pdt.G/2010/PN.Sgr, tanggal 14 Juni merupakan pemilik hak atas tanah yang
2011 yang dimohonkan banding bersangkutan.
11
tersebut. Kemudian para tergugat kembali Ketentuan Pasal 4 ayat (1) Peraturan
mengajukan upaya kasasi ke Mahkamah Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 juga
Agung dengan register perkara Nomor: menyatakan bahwa dalam rangka
2577 K/Pdt/2012. Mahkamah Agung pada mewujudkan kepastian hukum dan
tingkat kasasi memberikan putusan yang perlindungan hukum sebagaimana yang
berbeda dari kedua peradilan tersebut dimaksud dalam ketentuan Pasal 3 huruf
dengan cara mengesahkan jual beli yang (a), maka kepada pemilik hak atas tanah
terjadi antara para tergugat. 12 yang bersangkutan diberikan sertipikat hak
atas tanah.Sertipikat hak atas tanah

11 13
Pengadilan Negeri Singaraja Nomor: Setiono, Rule Of Law (Supremasi
119/Pdt.G/2010/PN.Sgr Hukum),( Surakarta: Magister Ilmu Hukum Program
12
Mahkamah Agung Nomor: 2577 Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret, 2004),
K/Pdt/2012 hlm. 3.

238
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.02 | Desember 2020
merupakan surat tanda bukti kepemilikan yang berlaku sebagai alat pembuktian yang
terhadap suatu bidang tanah yang berfungsi terkuat mengenai data fisik dan data yuridis
pada bidang hukum pembuktian sebagai yang termuat didalamnya, sepanjang data
surat tanda bukti yang kuat, dengan fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan
memiliki sertipikat hak atas tanah, pemilik data yang ada dalam suratukur dan buku
tanah dapat dengan mudah untuk tanah yang bersangkutan. Kesesuaian antara
membuktikan:14 data fisik dan data yuridis sebagaimana
1. Ditinjau dari segi yuridis, yaitu: yang dimaksudkan dalam ketentuan pasal
a. Status hukum mengenai tanah yang tersebut tidak berarti bahwa surat bukti
kita miliki, apakah hak milik, hak kepemilikan hak atas tanah itu memiliki
guna usaha, hak pakai, hak guna kekuatan pembuktian yang mutlak hal ini
bangunan, ataukah hak pengelolaan; disebabkan karena system pendaftaran hak
b. Nama yang tercantum dalam yang dianut di Indonesia adalah sistem
sertipikat merupakan orang yang publikasi negatif yang mengandung unsur
memiliki hak atas suatu bidang positif, dimana lembaga peradilan tidak
tanah; menjamin atas kebenaran data yang ada di
c. Beban-beban yang mungkin ada di dalam sertipikat hak atas tanah sepanjang
atas tanah tersebut; tidak ada pihak lain yang dapat
d. Peristiwa-peristiwa hukum yang membuktikan akan ketidak benaran data
pernah terjadi atas tanah tersebut; tersebut, sesuai dengan sistem pembuktian
2. Ditinjau dari segi kadastralnya, untuk terbalik yang dianut di Indonesia.
mengetahui tanah mana yang dimiliki Sistem publikasi positif itu berarti
oleh seseorang, karena dalam bahwa negara menjamin kebenaran atas
sertipikattelah diuraikan mengenai data yang disajikan di dalam sertipikat, itu
luas, letak, dan batas-batas suatu berarti adanya kepastian hukum dari
bidang tanah. pemegang hak sehingga ada dorongan bagi
Kekuatan pembuktian mengenai setiap orang untuk mendaftarkan haknya.
sertipikat hak atas tanah ini diatur dalam Sedangkan dalam sistem publikasi negatif,
ketentuan Pasal 32 ayat (1) Peraturan negara tidak menjamin akan kebenaran data
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, yaitu: yang tercantum dalam buku tanah dan surat
Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak ukur, meskipun tanah tersebut telah
didaftarkan oleh seseorang atau badan
14
Soetomo, Pembebasan Pencabutan hukum sebagai pemegang haknya. Jadi
Permohonan Hak Atas Tanah, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1984), hlm. 92. berdasarkan sistem publikasi negatif ini,

239
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.02 | Desember 2020
apabila pendaftaran tanah itu dilakukan tersebut, oleh karena itu daftar umumnya
oleh orang yang tidak berhak atas suatu tidak mempunyai kekuatan bukti.
bidang tanah, maka pemegang hak yang Proses penerbitan sertipikat hak atas
sebenarnya dapat mengajukan gugatan tanah melibatkan para pihak yang terkait,
untuk memperoleh kembali haknya apabila diantaranya adalah pihak pemohon, para
perbuatan hukum pemindahan hak atau penyanding tanah yang ada disebelahnya,
pembebanan hak yang dilakukan itu Kepala Desa, serta pihak dari instansi
terbukti cacat hukum atau dilakukan oleh terkait guna memperoleh penjelasan dan
orang yang tidak berhak terhadap suatu surat-surat sebagai alas hak yang
bidang tanah. berhubungan dengan permohonan sertipikat
Sah atau tidaknya pemindahan atau yang dimohonkan oleh pemohon tersebut.
pembebanan hak yang dilakukan oleh Penjelasan secara lisan maupun tertulis dari
seseorang itu tergantung dari sah atau pihak terkait memiliki peluang untuk
tidaknya perbuatan hukum yang terjadinya pemalsuan, daluwarsa bahkan
melandasinya, bukan berpatokan pada adakalanya tidak benar atau fiktif sehingga
pelaksanaan pendaftarannya. Hal ini sesuai timbul sertipikat cacat hukum.15
dengan asas nemo plus yuris yang berarti Masalah lain timbul akibat ketidak
bahwa seseorang tidak dapat mengalihkan cermatan Badan Pertanahan Nasional dan
haknya melebihi dari hak yang ada Pejabat Negara terkait seperti Lurah dan
padanya, ini menunjukkan bahwa Camat yang memiliki wewenang untuk
pengalihan atau pembebanan hak yang mengeluarkan surat keterangan mengenai
dilakukan oleh orang yang tidak berhak atas letak tanah tanpa meneliti riwayat tanah
suatu bidang tanah menyebabkan terlebih dahulu serta tidak melihat kondisi
pengalihan atau pembebanan hak yang yang ada di lapangan. Seperti contoh
dilakukan itu menjadi batal atau tidak sah. misalnya terjadi sengketa antara pemegang
Asas nemo plus yuris ini bertujuan untuk hak eigendom yang telah di konversi oleh
melindungi pemegang hak atas tahah yang penduduk yang sejak lama telah menduduki
sebenarnya, jadi apabila terjadi pengalihan dan menguasai tanah tersebut.Sengketa
hak yang dilakukan oleh orang lain yang tanah muncul akibat peralihan penguasaan
tidak berhak atas suatu bidang tanah, maka tanah yang tidak segera diikuti penyelesaian
pemegang hak atas tanah yang sebenarnya
15
dapat menuntut kembali haknya meskipun Ali Achmad Homzah, Seri Hukum
Pertanahan III Penyelesaian Sengketa Hak Atas
telah terdaftar atas nama orang lain Tanah dan Seri Hukum Pertanahan IV Pengadaan
Tanah Instansi Pemerintah, (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2003), hlm. 25.

240
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.02 | Desember 2020
administrasinya, bahkan tidak diketahui dalam hal permohonan sertipikat, sebagai
siapa pemegang hak semula.16 bukti bahwa yang bersangkutan menguasai
Sebagaimana kasus yang terjadi antara serta mendapatkan hasil dari tanah tersebut
para penggugat dengan para tergugat dalam sehingga ia wajib untuk membayar pajak.
putusan Mahkamah Agung Nomor Ketidakcermatan Kepala Desa dalam
2577/K/Pdt/2012 dapat diketahui bahwa mengesahkan surat keterangan penguasaan
masalah ini muncul awalnya dari penerbitan fisik bidang tanah ini terlihat dengan
Sertipikat Hak Milik Nomor: 224 atas nama ditanda tanganinya surat penguasaan fisik
tergugat I yang diperoleh berdasarkan Pipil bidang tanah yang diajukan oleh tergugat I
Nomor: 156, Persil Nomor: 3 C, kelas II, tersebut tanpa melihat asal usul/riwayat
luas 0, 190 Ha (1.900 M2). Pada saat tanah itu terlebih dahulu, serta tidak melihat
pengajuan permohonan sertipikat tanah kondisi yang ada di lapangan untuk
tersebut tergugat I melampirkan surat mengetahui secara nyata penguasaan fisik
keterangan kematian I Bontalan Nomor bidang tanah yang akan dimohonkan itu
34/V/2002, tertanggal 19 Juni 2002 dan apakah benar dikuasai oleh pemohon,
surat keterangan waris Nomor 36/V/2002, karena berdasarkan fakta yang ada
tertanggal 27 Mei 2002 yang pada dilapangan tanah tersebut secara fisik
pokoknya menerangkan bahwa tergugat I memang dikuasai oleh para penggugat
adalah merupakan anak dari I Bontalan. selaku pemilik tanah yang dimohonkan
Selain surat kematian dan surat keterangan sertipikat oleh tergugat I tersebut. Badan
ahli waris, tergugat I juga melampirkan Pertanahan Nasional dalam hal ini akan
surat keterangan penguasaan fisik bidang segera memperoses penerbitan sertipikat
tanah tertanggal 4 Juli 2002 dengan tanah apabila data fisik dan data yuridis
diketahui oleh Kepala Desa Bukti dan surat telah terpenuhi, maka petugas ukur
keterangan dari Sedahan Abian Kubu melakukan pengukuran ke lokasi tanah
tambahan Nomor: 17/Set/AT/Kbt/2001, yang dimohonkan tersebut sebagaimana
namun tidak dilengkapi dengan Surat gambar surat ukur Nomor 54/Bukti/2002,
Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT), luas 1.000 M2, tanggal 29 Juli 2002 dan
yang ada hanyalah surat keterangan dari pada tanggal 26 Nopember 2002 terbit
sedahan saja. Kegunaan Surat sertipikat hak milik Nomor 244 atas nama
Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) tergugat I.

16
Berdasarkan sertipikat tersebut tergugat
Elza Syarief, Menuntaskan Sengketa
Tanah Melalui Pengadilan Khusus Pertanahan, I menjual tanah itu kepada tergugat II dan
(Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2012),
hlm. 64. tergugat III, kemudian pada tahun 2009

241
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.02 | Desember 2020
tergugat II dan tergugat III menjual kembali merupakan suatu tindakan hukum dalam
tanah itu kepada tergugat IV. Pada saat bidang pertanahan yang diambil oleh
tanah itu beralih menjadi hak milik tergugat pemerintah, dalam hal ini merupakan
IV, ada pihak ketiga yang merasa dirugikan Badan Pertanahan Nasional. Pembatalan
atas penjualan tanah tersebut dan keputusan tersebut dilakukan oleh Kepala
mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Kantor Pertanahan dalam hal:17
Singaraja untuk mendapatkan penyelesaian 1. Adanya cacat hukum dalam penerbitan
yang sesuai dengan ketentuan hukum yang sertipikat, sebagaimana ditemukan
berlaku. Para penggugat mendalilkan sendiri oleh Kepala Kantor Pertanahan
bahwa tanah yang diperjual belikan oleh yang bersangkutan;
tergugat I kepada tergugat II dan III, yang 2. Adanya putusan pengadilan yang telah
kemudian beralih lagi kepada tergugat IV mempunyai kekuatan hukum tetap dan
tersebut merupakan tanah warisan dari harus dilaksanakan, yang secara tegas
almarhum ayahnya yang bernama Pan dinyatakan dalam amar putusan
Tjeraki, sehingga kepemilikan hak atas pengadilan terebut memerintahkan
tanah tersebut menurut para penggugat untuk dilakukan pembatalan keputusan
merupakan hak milik mereka yang beralih pemberian hak yang bersangkutan.
karena pewarisan. Berdasarkan hal tersebut diatas, dapat
Timbulnya gugatan di pengadilan diketahui bahwa apabila suatu sertipikat
mengenai penerbitan suatu sertipikat hak atas tanah itu mengandung cacat
mengakibatkan pihak-pihak yang merasa hukum dalam penerbitannya maka dapat
dirugikan akan menuntut agar sertipikat dimintakan suatu pembatalan atas sertipikat
yang telah diterbitkan itu menjadi tidak sah hakatas tanah tersebut tanpa harus adanya
atau dengan kata lain membatalkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
sertipikat hak atas tanah yang menjadi kekuatan hukum tetap, karena pembatalan
pokok perkara. Keputusan pembatalan terhadap suatu sertipikat hak atas tanah
sertipikat hak milik atas tanah merupakan merupakan tindakan administratif oleh
salah satu bentuk dari perbuatan hukum instansi pemerintah yang diberikan
dalam bidang pertanahan berupa wewenang untuk membatalkan sertipikat
pemutusan, penghentian atau penghapusan hak atas tanah yang dimaksud. Pengadilan
suatu hubungan hukum terhadap hak milik Negeri Singaraja dalam memutus perkara
atas tanah dalam rangka penanganan dan tersebut telah memberikan putusan yang
penyelesaian kasus pertanahan. Pembatalan
17
Adrian Sutedi, Sertipikat Hak Atas
terhadap sertipikat hak atas tanah Tanah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 12.

242
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.02 | Desember 2020
pada intinya menyatakan bahwa jual beli 2. Sebelah Barat : Pan Seripidi;
yang terjadi antara tergugat I dengan 3. Sebelah Utara : Jalan Raya;
tergugat II dan III yang kemudian beralih 4. Sebelah Timur : I Bontalan;
lagi kepada tergugat IV adalah batal demi Sedangkan tergugat I dalam
hukum karena jual beli tersebut dibuat jawabannya melalui kuasa hukumnya
berdasarkan Sertipikat Hak Milik Nomor menerangkan batas-batas tanahnya yaitu:
244 yang diperoleh oleh tergugat I dengan
1. Sebelah Selatan : Jalan Raya;
cara melawan hukum. Hal ini terbukti
2. Sebelah Barat : I Windija;
berdasarkan bukti-bukti surat yang diajukan
3. Sebelah Utara : Pantai;
ke dalam persidangan serta berdasarkan
4. Sebelah Timur : Pan Tjeraki;
keterangan saksi-saksi yang dihadirkan
Berdasarkan perbedaan batas-batas
pada persidangan, pada pokoknya
tanah tersebut di atas, Majelis Hakim
menerangkan bahwa memang benar tanah
Pengadilan Negeri Singaraja berpendapat
yang disengketakan oleh para penggugat
bahwa tergugat I yang mendalilkan
dengan para tergugat tersebut merupakan
mendapatkan warisan berupa tanah dari I
tanah milik para penggugat selaku ahli
Bontalan tanpa didukung dengan bukti-
waris dari almarhum Pan Tjeraki.
bukti yang kuat. Batas-batas tanah yang
Selain itu juga berdasarkan
didalilkan oleh tergugat I berbeda dengan
pemeriksaan setempat yang dilakukan oleh
kenyataan yang ada dilapangan, hasil
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Singaraja
pemeriksaan setempat justru bersesuaian
terdapat perbedaan batas-batas tanah yang
dengan batas-batas tanah yang didalilkan
didalilkan oleh para penggugat dengan
oleh para penggugat, sehingga Majelis
batas-batas tanah yang didalilkan oleh
Hakim berpendapat bahwa terbitnya
tergugat I. Para penggugat dalam
Sertipikat Hak Milik Nomor 244/2002
gugatannya menunjuk batas-batas tanah
mengandung cacat hukum karena
objek sengketa yang bersesuaian dengan
permohonan sertipikatnya tanpa didasari
hasil pemeriksaan setempat (PS) yang
alas hak yang sah sebagai dasar penerbitan
dilakukan oleh Majelis Hakim dan
sertipikat, oleh karenanya Akta Jual Beli
disaksikan oleh Kepala Desa Bukti, kuasa
Nomor 77/2003 tanggal 30 Maret 2003
hukum para penggugat dan kuasa hukum
antara tergugat I dengan tergugat II dan
tergugat IV, batas-batas tanah yang
tergugat III serta Akta Jual Beli Nomor
dimaksud adalah sebagai berikut:
307/2009 tanggal 2 Nopember 2009 antara
1. Sebelah Selatan : Pantai/Laut; tergugat II dan tergugat III dengan tergugat

243
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.02 | Desember 2020
IV adalah batal demi hukum sehingga yang melakukan perbuatan melawan hukum
Sertipikat Hak Milik Nomor 244 atas nama adalah tergugat I karena terbukti tanah a
tergugat IVtidak mempunyai kekuatan quo yang di perjualbelikan adalah milik
hukum mengikat. para penggugat, tetapi mengapa jual beli
Pada tingkat banding Pengadilan yang terjadi antara para tergugat itu tidak
Tinggi Denpasar menguatkan putusan dinyatakan batal oleh Mahkamah Agung.
Pengadilan Negeri Singaraja tersebut, Seharusnya dengan dinyatakannya tergugat
karena Pengadilan Tinggi Denpasar secara I telah melakukan perbuatan melawan
meteriil menyetujui dan membenarkan hukum dalam penerbitan Sertipikat Hak
putusan hakim tingkat pertama, oleh karena Milik Nomor 244 tersebut, maka jual
dalam pertimbangan- pertimbangan belinya juga secara otomatis menjadi tidak
hukumnya telah memuat dan menguraikan sah karena dibuat berdasarkan Sertipikat
dengan tepat dan benar semua keadaan Hak Milik Nomor 244 tersebut.
serta alasan-alasan yang menjadi dasar 2. Idealnya Perlindungan Hukum
dalam putusan. Namun pada tingkat kasasi Terhadap Pemilik Tanah Pertanian
Mahkamah Agung membatalkan putusan Yang Berdomisili Diluar Kecamatan
dari kedua peradilan tersebut dan Tempat Letak Tanah
menyatakan bahwa tergugat I telah terbukti Setelah kemerdekaan, Indonesia telah
melakukan perbuatan melawan hukum memiliki peraturan khusus yang mengatur
dalam pembuatan sertipikat tersebut tentang pertanahan yaitu Undang-undang
sehingga tergugat I lah yang harus dihukum Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
untuk membayar ganti rugi kepada para Dasar Pokok-Pokok Agraria atau yang
tergugat selaku pemilik tanah tersebut. disebut juga UUPA. Pada Pasal 2 ayat 3
Tergugat II, III dan tergugat IV dalam hal Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960
ini tidak melakukan perbutan melawan tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
hukum, karena dibuat berdasarkan Agraria memberikan wewenang kepada
sertipikat 244/2002 atas nama tergugat I. Negara untuk mendapatkan hak menguasai
Mahkamah Agung dalam memutus dengan memperhatikan kemakmuran rakyat
perkara tersebut tidak memberikan yang sebesar-besarnya dan dapat
pertimbangan mengenai syarat-syarat memberikan kebahagiaan, kesejahteraan,
sahnya jual beli, sehingga putusan tersebut adil dan makmur. Akan tetapi, sampai saat
menimbulkan ketidak pastian hukum dalam ini di bidang pertanahan terdapat 5 (lima)
putusannya, hal ini terlihat dalam permasalahan yaitu yang terdapat pada
pertimbangan hukumnya dinyatakan bahwa Pasal 6 yang mengatur tentang fungsi sosial

244
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.02 | Desember 2020
tanah, Pasal 7 mengatur tentang batas yaitu pemilik tanah bukan penduduk daerah
maksimun pemilikan tanah, Pasal 10 itu, tuan tanah yang bertempat tinggal di
mengatur pemilikan tanah absentee, Pasal lain tempat.
13 mengatur tentang Monopoli pemilikan Tanah pertanian yaitu tanah selain
tanah, dan Pasal 18 yang mengatur tentang untuk perumahan dan perusahaan yang
penetapan ganti rugi tanah untuk menjadi hak seseorang yang meliputi sawah
kepentingan umum. dan tanah kering. Sedangkan katagori tanah
Ketentuan yang terdapat dalam pasal sawah adalah sawah beririgasi maupun
10 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 sawah tadah hujan, sedangkan tanah kering
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok adalah bukan sawah, tapi termasuk juga
Agraria mengatakan bahwa tanah pertanian tambak, empang untuk perikanan, namun
wajib dikerjakan sendiri oleh pemiliknya pada hakekatnya tidak kering.
sehingga muncul ketentuan yang namanya Tanah absentee, setelah berlakunya
absentee. Kata absentee berasal dari Bahasa Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960
inggris yang berarti yang tidak ada atau tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
yang tidak hadir ditempatnya. Larangan Agraria mempunyai pengertian yang lebih
dari pemilikan tanah absentee tentunya sempit dari pengertian sebelum berlakunya
mempunyai tujuan. Tujuan adanya larangan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960
ini untuk memberikan hasil dari tanah tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
pertanian untuk sebagian besar dapat Agraria, baik tujuan pemilikan peruntukan
dinikmati oleh masyarakat pedesaan tempat maupun siapa yang dapat memilih tanah
letak tanah pertanian, karena dengan absentee itu. Sedang terjadinya tanah
pemilik tanah bertempat tinggal di daerah absentee biasanya disebabkan oleh hal-hal
tanah tersebut maka hasil dari tanah sebagai berikut:
pertanian itu lebihmaksimal. 1. Berpindahnya seseorang dan bertempat
Tanah absentee adalah tanah pertanian tinggal dikecamatan lain.
yang letaknya jauh diluar wilayah 2. Pemberian warisan dari pewaris yang
kecamatan dari seorang pemilik tanah tempat tinggalnya tidak sekecamatan
tersebut. Kata absentee berasal dari kata dengan ahli waris.
latin “absentee” atau “absentis”, yang 3. Transaksi jual beli yang dilakukan oleh
berarti tidak hadir. Dalam kamus Bahasa orang-orang yang berlainan tempat
Inggris karangan John M. Echlos dan Hasan tinggalnya dan si pembeli tidak
Sadily, absentee adalah yang tidak ada atau berpindah ke tempat tanah yang
tidak hadir di tempatnya, atau landlord dibelinya.

245
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.02 | Desember 2020
4. Perbuatan hukum seperti hibah, wasiat tercapainya kesejahteraan bagi masyarakat
atau pemindahan hak lainnya yang desa.
mana pemegang hak atas tanah yang Telah diungkapkan di muka, bahwa
baru tidak bertempat tinggal pada letak suatu kemaslahatan harus diterapkan
tanahtersebut. berdasarkan kemaslahatan orang banyak,
Peraturan tentang larangan kepemilikan bukan sebagian orang atau sebagian
tanah secara absentee adalah salah satu kelopok. Sebagaimana telah diuraikan pada
program landerform yang tujuannya adalah BAB III, pada umumnya tanah-tanah
untuk membebaskan diri dari sisa-sisa pertanian letaknya adalah di desa, sedang
penjajahan, dan pada khususnya bagi para mereka yang memiliki tanah secara
petani dari pemerasan tanah modal asing absentee umumnya bertempat tinggal di
pada zaman penjajahan, dan memberikan kota. Orang yang tinggal di kota memiliki
para petani penggarap tanah dengan tanah pertanian di desa tentunya tidak
penghasilan dan taraf hidup yang lebih sejalan dengan prinsip tanah pertanian
layak, serta tercapainya syarat dalam untuk petani. Orang yang tinggal di kota
pembangunan ekonomi sehingga sudah jelas bukan bukan termasuk kategori
terciptannya masyarakat yang adil dan petani. Tujuan melarang pemilikan tanah
makmur. Peraturan ini juga bertujuan untuk pertanian secara absentee adalah agar hasil
menghindarkan tanah dari kerusakan yang diperoleh dari pengusahaan tanah
apabila tidak dikelola dengan maksimal pertanian sebagian besar dapat dinikmati
sebagai akibat dari keberadaan pemilik oleh masyarakat petani yang tinggal di
yang jauh dari tempat letak tanah tersebut pedesaan, bukan dinikmati oleh orang kota
105
berada. yang tidak tinggal didesa.
Selain itu, larangan kepemilikan tanah Sedangkan dalam pasal 2 ayat 1
secara absentee juga bertujuan untuk Peraturan Mentri Agraria Dan Tata
menghindarkan masyarakat dari tuan tanah Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
yang dapat melakukan monopoli di bidang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016
pertanian. Tuan tanah biasanya adalah bahwa “Maksud dan tujuan peraturan
orang kota bermodal besar yang memiliki menteri ini adalah untuk mengurangi
lahan pertanian yang sangat luas di kesenjangan sosial, memeratakan
pedesaan. Dengan kekuatan modal yang kesejahteraan masyaratkat”. Pemilikan
dimiliki, ia dapat memperdaya masyarakat tanah pertanian secara absentee/guntai ini,
kecil desa dengan kebijakannya yang menimbulkan penggarapan yang tidak
mencekik sehingga mengakibatkantidak efisien, misalnya tentang

246
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.02 | Desember 2020
penyelenggaraannya, pengawasannya, Nasional Nomor 18 Tahun 2016 Tentang
pengangkutan hasilnya, juga dapat Pengendalian Penguasaan Tanah Pertanian.
menimbulkan sistem-sistem penghisapan. Dalam pasal 4 ayat (1) Permenag
Ini berarti bahwa para petani penggarap ATR/BPN Nomor 18 Tahun 2016
tanah miik orang lain dengan sepenuh disebutkan bahwa “tanah pertanian milik
tenaganya, tanggung jawabnya dan segala perorangan sebagaimana dimaksud pasal 3
resikonya, tetapi hanya menerima sebagian ayat (2) huruf a dapat dialihkan kepada
dari hasil yang dikelolanya. Di sisi lain, pihak lain dengan ketentuan: a. Pihak lain
pemilik tanah yang berada jauh dari letak harus berdomisili dalam 1 (satu) kecamatan
tanah dan tidak mengerjakan tanahnya letak tanah; dan b. Tanahnya harus
tanpa menanggung segala resiko dan tanpa dipergunakan dan dimanfaatkan untuk
mengeluarkan keringatnya akan pertanian”.
mendapatkan bagian lebih besar dari Alasan adanya larangan kepemilikan
hasiltanahnya. tanah secara absentee adalah kurang
Badan Pertanahan Nasional memadainya alat transportasi pada zaman
mendapatkan wewenang dari pemerintah dahulu sehingga dikhawatirkan
melalui peraturan perundang-undangan terbengkalainya lahan pertanian apabila
yaitu Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun dimiliki oleh orang di luar kecamatan lahan
2015 Tentang Badan Pertanahan Nasional, tanah. Pada zaman dahulu untuk menempuh
sehingga segala sesuatu permasalahan jarak antar kecamatan sekitar 6 kilometer
mengenai pertanahan merupakan tanggung sudah sangat berat, sehingga proses
jawab dari Badan Pertanahan Nasional. penggarapan lahan pertanian tidak
Pertanggungjawaban ini juga termasuk maksimal. Ketika kekhawatiran ini terjadi,
dalam hal pemilikan tanah pertanian secara tentu kerugianakan terjadi dan
absentee. menimbulkan dampak buruk yaitu
Larangan pemilikan tanah pertanian terancamnya stabilitas pangan dalam skala
secara absentee walaupun sudah diatur kecil hingga skala besar.
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 224 Peraturan tentang larangan kepemilikan
Tahun 1961 yang dirubah dengan Peraturan tanah secara absentee memang sangat ketat
Pemerintah Nomor 41 Tahun 1964 tentang di Indonesia. Apalagi di lahan pertanian
Pelaksanaan Pembagian Tanah dan memang masih sangat luas dan bisnis di
Pemberian Ganti Rugi dan ditegaskan bidang agraria ini masih menjadi tumpuan
kembali dalam Peraturan Menteri Agraria sebagian besar masyarakat. Betapa tidak,
Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan profesi sebagian besar masyarakat adalah

247
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.02 | Desember 2020
sebagai petani. Sehingga perlu adanya dinikmati oleh masyarakat petani yang
pengawasan yang ketat agar tercapainya tinggal di pedesaan, bukan dinikmati oleh
kesejahteraan masyarakat dan tercapainya orang kota yang tidak tinggal di desa.
stabilitas pangan. Kemaslahatan dari pelaksanaan peraturan
Secara hukum, konsekuensi larangan ini diperuntukkan bagi kesejahteraan petani
kepemilikan tanah secara absentee adalah dan juga masyarakat pada umumnya
paksaan pengalihan hak kepemilikan atas dengan adanya stabilitas pangan yang
tanah yang berada di luar kecamatan letak terjaga.
tanah. Dalam hukum syarat, ketentuan Pada akhirnya, larangan kepemilikan
seperti ini memang tidak diatur dalam tanah secara absentee masih sangat
hubungan antar manusia. Pengecualian ini dibutuhkan berdasarkan adanya
ditetapkan pemerintah untuk melindungi kemashlahatan yang ingin dicapai serta
harta masyarakat dari kerusakan-kerusakan menghindari ancaman kerusakan lahan
yang dapat merugikan masyarakat itu yang dapat menimbulkan kerugian. Melalui
sendiri. pertauran ini, pemerintah memberikan
Tanah pertanian merupakan sumber perlindukan bagi masyarakat khususnya
kehidupan bagi para petani yang merupakan petani agar terbebas dari penjajahan kaum
masyarakat agraris. Oleh karena itu, hal elit bermodal yang mencoba melakukan
yang tidak mungkin bagi para petani untuk monopoli di bidang pertanian. Sehingga
meninggalkan tanah pertaniannya untuk pelaksanaan peraturan ini tentu perlu terus
ditelantarkan ataupun dibiarkan dimiliki dikawal dan dikembangkan khusunya agar
oleh orang-orang yang berada di luar semakin maksimal terwujudnya tujuan yang
kecamatan letak tanah tersebut yang hendak dicapai. Karena melihat mayoritas
pekerjaannya bukan sebagai petani. Tanah penduduk yang berprofesi sebagai petani
itu dibeli bukan dimanfaatkan sesuai dan luasnya lahan pertanian sebagai sumber
dengan peruntukannya, tetapi hanya sebagai kehidupan bagi masyarakat, tentu akan
investasi masa depan bagi mereka. Hal memberikan dampak positif yang sangat
seperti inilah yang menjadi landasan signifikan bagi kesejahteraan masyarakat.
ditetapkannya peraturan tentanglarangan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
kepemilikan secara absentee. tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Tujuan larangan kepemilikan tanah Agraria merupakan sebuah peraturan
secara absentee secara rasional adalah agar perundang-undangan yang menjadi dasar
hasil yang diperoleh dari pengusahaan pembaharuan hukum dibidang Agraria,
tanah pertanian sebagian besar dapat yang dibuat guna memberikan jaminan

248
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.02 | Desember 2020
kepastian hukum bagi masyarakat untuk Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960
mendapatkan kesejahteraan secara adil, tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
dimana banyak masyarakat yang telah Agraria mengatakan bahwa tanah pertanian
memanfaatkan fungsi bumi, air dan ruang wajib dikerjakan sendiri oleh pemiliknya
angkasa dan juga kekayaan alam yang sehingga muncul ketentuan yang namanya
terkandung di dalamnya untuk Absentee. Kata Absentee berasal dari
kelangsungkan kehidupan mereka. Pasal 19 Bahasa inggris yang berarti yang tidak ada
ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria atau yang tidak hadir ditempatnya.19
merupakan ketentuan yang memberikan Peraturan Menteri Agraria Dan Tata
Kepastian Hukum di dalamnya, dimana Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
dalam Pasal ini menyebutkan “Untuk Nomor 18 Tahun 2016 Tentang
Menjamin kepastian hukum hak atas tanah Pengendalian Penguasaan Tanah Pertanian
oleh Pemerintah diadakan pendaftaran menyebutkan larangan pemilikan tanah
tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia absentee yang terdapat padal pasal 7 ayat
menurut ketentuan yang diatur dengan (1) dengan ketentuan sebagai berikut:
Peraturan Pemerintah”.Sesuai dengan “Pemilik tanah pertanian yang bertempat
kondisi keagrarian dan tujuannya negara tinggal di luar kecamatan tempat letak
Indonesia, sehingga tebentuklah Agrarian tanah dalam waktu 6 (enam) bulan sejak
reform Indonesia yang meliputi 5 program tanggal perolehan hak, harus:
(Panca Program).18 Yang mana 5 program 1. Mengalihkan hak atas tanahnya kepada
ini merupakan hal dasar yang mejadi acuan pihak lain yang berdomisili di
perubahan peraturan tanah yang ada di kecamatan tempat letak tanah tersebut;
Indonesia yang dinilai akan mencapai atau
tujuan keadilan berdasarkan pancasila. 2. Pindah ke kecamatan letak tanah
Ketentuan yang terdapat dalam pasal 10 tersebut.”
Larangan dari pemilikan tanah
18
Panca Program Agrarian Absentee tentunya mempunyai tujuan. Hal
Reform:1.Pembaharuan hukum agraria, melalui
unifikasi hukum yang berkonsepsi nasional dan ini dikemukakan oleh Boedi Harsono, yang
pemberian jaminan kepastian hukum;2.Penghapusan
hak-hak asing dan konsesi-konsesi kolonial atas mengatakan tujuan adanya larangan ini
tanah;3.Mengakhiri penghisapan feodal secara
berangsur-angsur;4.Perombakan pemilikan dan
untuk memberikan hasil dari tanah
penguasaan tanah serta hubungan-hubungan hukum pertanian untuk sebagian besar dapat
yang bersangkutan dengan penguasaan tanah dalam
mewujudkan pemerataan kemakmuran dan
keadilan;5.Perencanaan persediaan dan peruntukan
19
bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di Echols, Jhon M dan Hassain Sadhily,
dalamnyaserta penggunaanya secara terencana, Kamus Inggris-Indonesia (an English-Indonesian
sesuai dengan daya dukung dan kemampuannya. Dictionary),(Jakarta: Gramedia, 2012), hlm. 4.

249
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.02 | Desember 2020
dinikmati oleh masyarakat pedesaan tempat Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
letak tanah pertanian, karena dengan Pokok-Pokok Agraria yang berkaitan
pemilik tanah bertempat tinggal di daerah dengan ketentuan-ketentuan Landerfrom
tanah tersebut maka hasil dari tanah yang diatur dalam Pasal 7, Pasal 10, Pasal
20
pertanian itu lebih maksimal. Pasal 2 ayat 17 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960
(1) Peraturan Menteri Agraria Dan Tata tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Agraria. Pasal 7 Undang-undang Nomor 5
Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pengendalian Penguasaan Tanah Pertanian Pokok-Pokok Agraria berbunyi Untuk tidak
juga menyebutkan Maksud dan tujuan merugikan kepentingan umum maka
adanya larangan pemilikan tanah pertanian pemilikan dan penguasaan tanah yang
secara absentee yaitu untuk mengurangi melampaui batas tidak diperkenankan.
kesenjangan sosial, memeratakan Maksud dari pasal ini Peraturan larangan
kesejahteraan masyarakat dan menjamin mengenai Pemilikan Tanah Pertanian
ketahanan pangan. “Larangan pemilikan secara Absentee sudah sangat jelas
tanah secara Absentee” tidak berlaku bagi dilarang, akan tetapi berdasarkan hasil
pemilik tanah yang tempat tinggalnya peneltian masih banyak pemilikan tanah
berbatasan langsung dengan kecamatan secara Absentee di luar dari Kecamatan
tempat letak tanah pertaniannya, dengan tersebut dengan bukti bahwa pemilik tanah
syarat jarak tempat pemilik tanah pertanian pertanian tersebut berdomisili atau
itu masih memungkinkannya untuk dapat bertempat tinggal diluar Kecamatan.
mengerjakan tanah pertaniannya dengan Berbagai penyelesaian sengketa
baik dan efisien.” pertanahan cukup banyak ditawarkan baik
Ketentuan dalam pasal 10 Undang- yang bersifat litigasi maupun non litigasi
undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang tetapi dalam banyak hal hasilnya terasa
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria ini kurang memuaskan. Penyelesaian secara
secara yuridis merupakan Dwingend Recht mediasi baik yang bersifat tradisional
atau sifatnya memaksa karena menyangkut ataupun melalui berbagai Lembaga
kepentingan umum. Larangan Pemilikan Alternative Dispute Resolution (ADR) yang
Tanah Pertanian secara Absentee dimuat bersifat modern walaupun untuk satu dua
secara tegas oleh Undang-undang Nomor 5 kasus tertentu dapat diselesaikan dengan

20
baik, tetapi dalam kebanyakan hal tidak
Boedi Harsono, Hukum Agraria Nasional
(sejarah pembentukan undang-undang pokok memberikan penyelesaian yang memuaskan
agrarian, isidan pelaksanaanya),(Jakarta: Jambatan,
2008), hlm. 385. dan bersifat tuntas. Bahkan penyelesaian

250
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.02 | Desember 2020
melalui pengadilan pun terkadang dirasakan dalam prakteknya, kepemilikan tanah
oleh masyarakat tidak memuaskan. pertanian yang dimiliki oleh penduduk asli
Solusinya dari Badan Pertanahan wilayah tempat tanah pertanian tersebut
Nasional (BPN), dengan adanya sudah berpindah ke pihak lain, diluar dari
penambahan surat domisili jika akan tempat kedudukan tanah tersebut. Secara
didaftarkan jadi sertipikat, tapi hanya ada yuridis bahwa perlindungan hukum bagi
beberapa kepala desa yang mau pemilik tanah harus diberikan perlindungan
menandatangani surat ini. Karena resiko hukum karena dengan adanya perlindungan
terlalu besar karena yang bersangkutan hukum tersebut harus
tidak benar-benar berdomisili di tempat Idealnya Perlindungan Hukum
tesebut. Terhadap Pemilik Tanah Pertanian Yang
Berdomisili Diluar Kecamatan Tempat
D. PENUTUP
Letak Tanah bahwa secara yuridis
Perlindungan hukum terhadap
ketentuan yang sudah diatur dalam
pemilik tanah pertanian yang berdomisili
Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun
diluar kecamatan tempat letak tanah
1961 yang dirubah dengan Peraturan
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
Pemerintah Nomor 41 Tahun 1964 tentang
41 Tahun 1964 Tentang Pelaksanaan
Pelaksanaan Pembagian Tanah dan
Pembagian Tanah tidak berjalan sesuai
Pemberian Ganti Rugi dan ditegaskan
dengan aturan yang berlaku, karena tidak
kembali dalam Peraturan Menteri Agraria
adanya perlindungan hukum terhadap
Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
pemilik tanah pertanian yang berdomisili
Nasional Nomor 18 Tahun 2016 Tentang
diluar kecamatan kepemilikan tanah yang
Pengendalian Penguasaan Tanah Pertanian.
letak domisilinya di luar kecamatan
Dalam pasal 4 ayat (1) Permenag
tersebut, ini disebabkan karena pemilik
ATR/BPN Nomor 18 Tahun 2016
tanah diluar kecamatan tidak dapat
disebutkan bahwa “tanah pertanian milik
kepastian hukum dan tidak bisa menjadi
perorangan sebagaimana dimaksud pasal 3
sertipikat. Berdasarkan teori perlindungan
ayat (2) huruf a dapat dialihkan kepada
hukum bahwa seharusnya pemerintah
pihak lain dengan ketentuan: a. Pihak lain
memberikan perlindungan hukum terhadap
harus berdomisili dalam 1 (satu) kecamatan
pemilik tanah pertanian yang berdomisili
letak tanah; dan b. Tanahnya harus
diluar kecamatan tempat letak tanah
dipergunakan dan dimanfaatkan untuk
sehingga pemilik tanah tersebut
pertanian”. Maksud dari pasal ini Peraturan
mendapatkan kepastian hukum. Namun,
larangan mengenai Pemilikan Tanah

251
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.02 | Desember
153 2020
Pertanian secara Absentee sudah sangat Pertanahan IV Pengadaan Tanah
Instansi Pemerintah, Jakarta: Prestasi
jelas dilarang, akan tetapi berdasarkan hasil
Pustaka
peneltian masih banyak pemilikan tanah Ali Achmad Chomzah, 2004. Hukum
Agraria (Pertanahan) Indonesia, Jilid
secara Absentee di luar dari Kecamatan
I, Jakarta: Prestasi Pustakaraya
tersebut dengan bukti bahwa pemilik tanah Andiko, 2011. “Upaya Tiada Henti
Mempromosikan Pluralisme dalam
pertanian tersebut berdomisili atau
Hukum Agraria di Indonesia” dalam
bertempat tinggal diluar Kecamatan, Akan monograf Untuk Apa Pluralisme
Hukum ? Regulasi, Negosiasi, dan
tetapi belum ada yang mengatur tentang
Perlawanan dalam Konflik Agraria di
perlindungan hukum pemilik tanah Indonesia, Jakarta: Epistema Institute-
HuMa-Forest Peoples Programm
pertanian yang berdomisili diluar
Arie Sukanti Hutagalung dan Markus
kecamatan tempat letak tanah tersebut, Gunawan, 2008. Kewenangan
Pemerintah di Bidang Pertanahan,
maka secara normatif lebih idealnya
Jakarta: RajaGrafindo Persada
pemerintah harus memberikan kepastian Boedi Harsono, 2003. Hukum Agraria
Indonesia, Jakarta: Djambatan
hukum terhadap pemilik tanah yang
Boedi Harsono, 2004. Hukum Agraria
berdomisili diluar kecamatan karena Indonesia, Jakarta: Djambatan
Boedi Harsono, 2007. Hukum Agraria
peraturan ini tidak sesuai dengan
Indonesia, Sejarah Pembentukan
perkembangan dan kebutuhan masyarakat UUPA, Isi dan Pelaksanaannya, Jilid
1, Cetakan ke-11 (edisi revisi),
saat ini.
Jakarta: Djambatan
DAFTAR PUSTAKA Boedi Harsono, 2008. Hukum Agraria
Nasional (sejarah pembentukan
Buku:
undang-undang pokok agrarian,
A. Ridwan Halim, 1988. Hukum Agraria
isidan pelaksanaanya), Jakarta:
Dalam Tanya Jawab, Cetakan ke-2,
Jambatan
Jakarta: Ghalia Indonesia
Cornelis van Vollenhoven, 2013. Orang
Abdul Manab, 2015. Penelitian Pendidikan
Indonesia dan Tanahnya (De
Pendekatan Kualitatif, Yogyakarta:
Indonesier en Zijn Ground),
Kalimedia
Yogyakarta: STPN Press
Achmad Ali dan Wiwie Heryani, 2012.
Darmodiharjo, Darji, dan Shidarta, 2006.
Sosiologi Hukum Kajian Empiris
Pokok-pokok Filsafat Hukum (Apa
Terhadap Pengadilan, Jakarta:
dan Bagaimana Filsafat
Kencana
HukumIndonesia), Jakarta: PT.
Adrian Sutedi, 2011. Sertipikat Hak Atas
Gramedia Pustaka Utama
Tanah, Jakarta: Sinar Grafika
Djaja S. Meliala, 2013. Hukum Perdata
Ady Kusnady, 2001. Penelitian Tentang
Dalam Perspektif Burgerlijk Wet
Efektivitas Peraturan Perundang-
Boek, Bandung: Nuansa Aulia
Undangan Larangan Tanah Absentee,
Echols, Jhon M dan Hassain Sadhily, 2012.
Jakarta: Badan Pembinaan Hukum
Kamus Inggris-Indonesia (an English-
Nasional Departemen Kehakiman
Indonesian Dictionary), Jakarta:
Dan Hak Asasi Manusia RI
Gramedia
Ali Achmad Homzah, 2003. Seri Hukum
Effendi Perangin, 1994. Hukum Agraria di
Pertanahan III Penyelesaian Sengketa
Indonesia : Suatu Telaah dari Sudut
Hak Atas Tanah dan Seri Hukum

252
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.02 | Desember 2020
Pandang Praktisi Hukum, Jakarta: Lembaga Kajian & Advokasi untuk
RajaGrafindo Persada Independensi Peradilan (LeIP), 2010.
Elza Syarief, 2012. Menuntaskan Sengketa Konsep Ideal Peradilan Indonesia :
Tanah Melalui Pengadilan Khusus Menciptakan Kesatuan Hukum dan
Pertanahan, Jakarta: Kepustakaan Meningkatkan Akses Masyarakat
Populer Gramedia Pada Keadilan, Jakarta: LeIP
Gunawan Wiradi, 2009. Reforma Agraria Maria S.W.Sumardjono, 2005. Kebijakan
Perjalanan yang Belum Berakhir, Pertanahan, Antara Regulasi dan
Diterbitkan bersama oleh: Implementasi, Jakarta: Penerbit Buku
Konsorsium Pembaruan Agraria Kompas
(Jaksel), Sajogyo Institute (Bogor), Mochtar Kusumaatmadja, 1976. Hukum
AKATIGA (Bandung), Edisi Baru Masyarakat dan Pembinaan Hukum
H.P. Panggabean, 2011. Buku Ajar Klinis Nasional, Bandung: Bina Cipta
Hukum dalam Sistem Hukum dan Mr R Tresna, 1978. Peradilan di Indonesia
Peradilan, Bandung: PT Alumni dari Abad ke Abad, (Jakarta: Pradnya
Hasan Basri Menggala dan Sarjita, 2005. Paramita
Pembatalan dan Kebatalan Hak Atas Muchsin, Imam Koeswahyono, dan Soimin,
Tanah, Yogyakarta: Tugu Jogja 2007. Hukum Agraria dalam
Pustaka Perspektif Sejarah, Bandung: Refika
Herman Soesangobeng, 2012. Filosofi, Aditama
Asas, Ajaran, Teori Hukum Noer Fauzi, 2002. Quo Vadis Pembaruan
Pertanahan, dan Agraria, Huku Agararia Perspektif
Yogyakarta: STPN Press Transitional Justice Untuk
Jimly Asshidiqie, 2005. Implikasi Menyelesaikan Konflik, Jakarta:
Perubahan UUD 1945 Terhadap Huma
Pembangunan Hukum Nasional, Oloan Sitorus dan HM Zaki Sierrad, 2006.
Jakarta: MK RI Hukum Agraria di Indonesia, Konsep
Jimly Asshidiqie, 2012. Perkembangan & Dasar dan Implementasi, Yogyakarta:
Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Mitra Kebijakan Tanah Indonesia
Reformasi, Jakarta: Sinar Grafika Ronny Hanitijo, 1990. Metodologi
Jimly Asshidiqie, 2014. Peradilan Etik dan Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Cet
Etika Konstitusi Perspektif Baru IV), Jakarta: Ghalia Indonesia,
Tentang „Rule of Lan and Rule of Rozikin Daman, 1993. Hukum Tata
Ethics‟ & „Constitutional Law and Negara, Jakarta: PT RajaGrafindo
Constitutional Ethics‟, Jakarta: Sinar Persada
Grafika Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani,
John Salindeho, 1993. Masalah Tanah 2014. Penerapan Teori Hukum Pada
dalam Pembangunan, Jakarta: Sinar Tesis dan Disertasi, Jakarta: Raja
Grafika Grafindo Persada
John M. Echols dan Hasan Sadily, 1996. Satjipto Rahardjo, 1986. Hukum dan
Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Masyarakat, Bandung: Angkasa
Gramedia Setiono, 2004. Rule Of Law (Supremasi
Kamus Hukum yang dikutip dalam buku Hukum), Surakarta: Magister Ilmu
Urip Santoso, 2012. Hukum Agraria Hukum Program Pasca Sarjana
Kajian Komperhensif, Jakarta: Universitas Sebelas Maret
Kencana Soerjono, 2003. Penelitian Hukum
Kartini Mulyadi dan Gunawan Widjaja, Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
2008. Hak-hak Atas Tanah, Jakarta: Jakarta: Raja Grafindo Persada
Kencana

253
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.02 | Desember 2020
Soejono Soekanto & Sri Mamudji, 1985. Reformasi, Sumatera Utara: Program
Penelitian Hukum Normatif, Suatu Studi Hukum Pidana Fakultas Hukum
Tinjauan Singkat, Jakarta: Rajawali Universitas
Soerjono Soekanto, 1988. Efektivitas Tim Permata Press, 2012. Undang-Undang
Hukum dan Peranan Sanksi, Hak Asasi Manusia, Jakarta: Permata
Bandung: Remadja Karya Press
Soerjono Soekanto, 1993. Faktor-faktor Umar Sholehudin, 2011. Hukum dan
yang Mempengaruhi Penegakan Keadilan Masyarakat Perspektif
Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Kajian Sosiologi Hukum, Malang:
Persada Setara Press
Soerjono Soekanto, 2007. Pengantar Urip Santoso, 2005. Hukum Agraria dan
Penelitian Hukum, Jakarta: Hak-Hak Atas Tanah, Jakarta:
Universitas Indonesia Prenada Media Group
Soetandyo Wignjosoebroto, 2011. dalam Usep Setiawan, 2010. Kembali ke Agraria,
monograf Untuk Apa Pluralisme Yogyakarta: STPN Press
Hukum? Regulasi, Negosiasi, dan
Perlawanan dalam Konflik Agraria di Jurnal/Makalah :
Indonesia, Jakarta: Epistema Institute Jimly Asshiddiqie, Penegakan Hukum,
Soetomo, 1984. Pembebasan Pencabutan Keadilan dan Hak Asasi Manusia,
Permohonan Hak Atas Tanah, Jurnal Keadilan, Vol 2, No 2,
Surabaya: Usaha Nasional (Jakarta: Pusat Kajian Hukum dan
Solly Lubis, 2011. Manajemen Strategis Keadilan, 2002), hlm 16
Pembangunan Hukum, Bandung: Kutipan tersebut di atas penulis ringkas dari
Mandar Maju Ariska Dewi, Peran Kantor
Subekti, 1985. Pokok-Pokok Hukum Pertanahan Dalam Mengatasi
Perdata, Jakarta: Intermasa Kepemilikan Tanah
Sudikno Mertokusumo, 1991. Mengenal “Absentee/Guntai” Di Kabupaten
hukum (Suatu Pengantar), Banyumas, (Semarang: Tesis
Yogyakarta: Liberty Universitas Diponegoro, 2008), hlm
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian 37
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Peraturan Perundang-undangan:
Bandung: Alfabeta Kitab Undang-Undangn Hukum Perdata
Suhariningsih, 2009. Tanah Terlantar, (Burgerlijk Wet Boek)
Jakarta: Prestasi Pustaka Peraturan Kepala Badan Pertanahan
Sunarjati Hartono, 1986. Kapita Selekta Nasional No 1 Tahun 2014 tentang
Perbandingan Hukum, Bandung: Organisasi dan Tata Kerja Badan
Alumni Pertanahan Nasional Indonesia
Supomo dan Djoksutono, 1955. Sedjarah Peraturan Kepala Badan Pertanahan
Politik Hukum Adat 1609-1848, Nasional (Perkaban) Nomor: 3 Tahun
Cetakan ke-4, Jakarta: Djambatan 2011
Supriadi, 2007. Hukum Agraria, Jakarta: Peraturan Menteri Agraria Dan Tata
Sinar Grafika Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Supriadi, 2012. Hukum Agraria, Cetakan Nasional Nomor 18 Tahun 2016
ke-5, Jakarta: Sinar Grafika tentang Pengendalian Penguasaan
Syafruddin Kalo, Perbedaan Persepsi Tanah Pertanian
Mengenai Penguasaan Tanah dan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997
Akibatnya Terhadap Masyarakat tentang Pendaftaran Tanah
Petani di Sumatera Timur pada Masa Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 1963
Kolonial yang Berlanjut pada Masa tentang Penunjukan Badan-badan
Kemerdekaan, Orde Baru dan Hukum

254
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.02 | Desember 2020
Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah Agraria
Peraturan Pemerintah No 224 Tahun 1961 Undang-Undang No. 48 Tahun 2009
tentang Pelaksanaan Pembagian tentang Kekuasaan Kehakiman
Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian Undang-Undang No. 51 Tahun 2009
(telah diubah dan ditambah dengan tentang Peradilan Tata Usaha Negara
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun Putusan:
1964) Pengadilan Negeri Singaraja Nomor:
Peraturan Presiden Republik Indonesia 119/Pdt.G/2010/PN.Sgr
Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Mahkamah Agung Nomor: 2577
Pertanahan Nasional K/Pdt/2012
Undang-Undang Dasar Tahun 1945

255
Jurnal Gagasan Hukum Vol. 02 | No.02 | Desember 2020

Anda mungkin juga menyukai