Anda di halaman 1dari 11

Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal

TINJAUAN YURIDIS TENTANG REALISASI PEMINDAHTANGANAN (TUKAR MENUKAR)


TANAH KAS DESA (TKD) DI KABUPATEN BOJONEGORO

Anggarani Paramita
Program Studi S-1 Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabaya, anggaraniparamita@yahoo.com

Abstrak
Tanah kas desa merupakan tanah milik desa yang diselenggarakan oleh pemerintah desa, yang diperuntukkan untuk
pembangunan desa dan pemenuhan kesejahteraan rakyat desa. Tanah kas desa harus didaftarkan agar sejalan dengan
tujuan pendaftaran tanah itu sendiri yaitu untuk memperoleh kepastian hukum dari hak-hak atas tanah tersebut. Sebagai
asset milik Daerah, tanah kas desa dapat dimanfaatkan maupun dipindahtangankan (khususnya dalam hal tukar
menukar). Pemindahtanganan (tukar menukar) tanah kas desa ditengarai sudah berlangsung di berbagai Kabupaten di
Indonesia, khususnya di Kabupaten Bojonegoro yaitu di desa sukorejo Kecamatan Bojonegoro dan desa Tulungrejo
Kecamatan Trucuk.

Tujuan penelitian yang berlangsung di Kabupaten Bojonegoro adalah untuk mengetahui prosedur pemindahtanganan
(tukar menukar) tanah kas desa yang digunakan untuk kepentingan umum serta untuk menjelaskan keabsahan
persetujuan pemindahtanganan (tukar menukar) tanah kas desa diperlukan persetujuan Mendagri saja ataukah
diperlukan juga persetujuan dari Menkeu.

Metode penelitian yang digunakan adalah normatif. Penelitian ini menggunakan tiga jenis bahan hukum, yakni bahan
hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan hakum tersier. Bahan hukum primer terdiri dari berbagai peraturan
perundang-undangan, bahan hukum sekunder terdiri atas buku,artikel, majalah, bahan hukum tersier seperti kamus
hukum. Dalam menganalisis hasil penelitian, peneliti menggunakan dua pendekatan yakni pendekatan perundang-
undangan dan pendekatan konsep. Teknik analisis bahan hukum menggunakan teknik preskiptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa prosedur tukar menukar yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Selain itu diperlukannya persetujuan Mendagri dalam tukar menukar tanah kas desa, dan tidak
diperlukan persetujuan dari Menkeu selaku pengelola Barang Milik Negara.

Kata Kunci : Tanah Kas Desa, Barang Milik daerah, Tukar Menukar

Abstract

Tanah Kas Desa is the land held by the village, which is aimed for rural development and the fulfillment of the people's
welfare. Tanah Kas Desa must be registered in order to be in line with the purpose of registration of the land itself that
is to obtain legal certainty of rights of land. As the asset of the District government, Tanah Kas Desa can be used or
transferred (especially in the case of exchange). Alienation (exchange) of Tanah Kas Desa is considered already
underway in various districts in Indonesia, particularly in Bojonegoro which are located in Sukorejo and Tulungrejo
village.

The purposes of the study which took place in Bojonegoro are to know the procedure of alienation (exchange) Tanah
Kas Desa used for public purposes and to explain the validity of the approval of the alienation (the exchange) whether
Tanah Kas Desa requires approvals only from Minister of Home Affairs or also approval from the Minister of Finance.
The purpose of the study which took place in Bojonegoro are to know the procedure of alienation ( exchange ) the
village treasury land used for public purposes and to explain the validity of the approval of the alienation (the exchange)
the village treasury land required approvals or required only Minister of Home Affairs also approval of the Minister of
Finance.

This study uses normative method. This study has three types of legal part/material, the first is primary legal
part/material of legislation, and the second is secondary legal part/material including books, articles, magazines and
tertiary legal part/materials such as law dictionaries. In analyzing the results of the study, the researcher uses legislation
approach and conceptual approach. Techniques used in this study is prescriptive technique.
The result shows that there were some exchange of procedures that are not in accordance with the laws and regulations.
Moreover, in exchanging Tanah Kas Desa, it needs the approval from Minister of Home Affairs but it is not necessary
to get the approval from the Minister of Finance as manager of Regional-Owned Property.

Keywords: The Village Treasury Land, Regional-Owned Property, Exchange

19
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal

Salah satu tanah yang tergolong dalam tanah


PENDAHULUAN ulayat adalah tanah kas desa. Tanah kas desa merupakan
Berdasarkan Pasal 33 ayat (3) Undang – Undang tanah milik desa yang diselenggarakan oleh pemerintah
Dasar Negara Republik Indonesia 1945 menyebutkan desa yang diperuntukkan untuk pembangunan desa dan
bahwa “Bumi dan air dan kekayaan alam yang pemenuhan kesejahteraan rakyat desa. Tanah kas desa
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan terdiri dari tanah pasar desa, tanah kuburan, jalan desa,
dipergunakan untuk sebesar–besarnya kemakmuran tanah penggembalaan hewan, yang dikelola oleh
rakyat”. Pengertian bumi yang didalamnya termasuk pemerintah desa.
permukaan bumi yang disebut dengan tanah pada Desa yang menjadi unit pemerintahan terendah
hakekatnya dikuasai oleh negara dan diperuntukkan bagi yang diberikan hak menyelenggarakan pemerintahan desa
usaha-usaha kemakmuran rakyat. baik dalam masa kini maupun masa akan datang sangat
Pada pasal Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang tergantung dari hasil tanah-tanah kas desa, oleh karena itu
Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- tanah kas desa disebut sebagai salah satu sumber
pokok Agraria (UUPA) (Lembaran Negara tahun 1960 pembiayaan pemerintahan desa.
Nomor 104) yang disebutkan bahwa, dasar hak Tanah kas desa merupakan jenis hak atas tanah
menguasai dari negara hanya permukaan bumi, yang yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah dengan Hak Pakai
disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai Khusus, mengenai Hak Pakai Khusus itu sendiri adalah
oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama Hak pakai yang tidak terbatas jangka waktu
dengan orang lain serta badan-badan hukum. pemakaiaannya serta tidak dapat dialihkan atau
Penguasaan tanah dalam masyarakat tidak dipindahtangankan kepada pihak ketiga. Selain itu tanah
selamanya milik perseorangan maupun badan hukum, kas desa digolongkan sebagai Hak Pakai Khusus karena
namun terdapat juga penguasaan tanah yang dimiliki Pemerintah Daerah selaku pihak yang menguasai tanah
secara berkelompok atau bersama-sama sebagai kas desa tersebut berperan sebagai salah satu subjek
komunitas sosial kemasyarakatan, yang disebut sebagai pemakai Hak Pakai Khusus.
subyek hak. Di dalam masyarakat hukum adat terdapat Sebagai Hak Pakai Khusus tanah kas desa harus
istilah tanah ulayat, yaitu tanah yang dikuasai dan didaftarkan agar sejalan dengan tujuan pendaftaran tanah
melekat pada masyarakat hukum adat disuatu wilayah itu sendiri yaitu memperoleh kepastian hukum dari hak-
tertentu. hak atas tanah tersebut. Dasar Hukum mengenai
Hak Ulayat masyarakat Hukum Adat diatur dalam pendaftaran tanah diatur dalam Pasal 19 ayat (1) UUPA,
Pasal 3 UUPA yang menyebutkan bahwa: yang menyebutkan: “(1) Untuk menjamin kepastian
“Dengan mengingat ketentuan- hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah
ketentuan dalam Pasal 1 dan Pasal 2 diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut
pelaksanaan hak ulayat dan pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan
hak-hak serupa itu dari masyarakat- Pemerintah”.
masyarakat Hukum Adat, sepanjang Ketentuan Pasal 19 ayat (1) UUPA tersebut
menurut kenyataannya masih ada, harus menginstruksikan kepada Pemerintah untuk
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan menyelenggarakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah
kepentingan Nasional dan Negara Republik Indonesia. Pendaftaran tanah diselenggarakan
berdasarkan atas persatuan bangsa serta dengan mengingat negara dan masyarakat, keperluan lalu
tidak boleh bertentangan dengan lintas sosial ekonomi serta kemungkinan
Undang-Undang dan Peraturan- penyelenggaraannya.
peraturan lain yang lebih tinggi” Secara spesifik peraturan yang mengharuskan
Masyarakat adat tersebut mempunyai hak untuk dilakukan pendaftaran atas tanah Hak Pakai diatur dalam
mengelola, mengatur serta menguasai tanah ulayat milik Pasal 43 Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1996
masyarakat adatnya. Masyarakat adat memiliki tanah tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan hak
ulayat tersebut karena sejak terlahirnya masyarakat adat Pakai Atas Tanah, yang menyebutkan:
secara spontan pula mereka menempati dan menguasai (1) Hak Pakai sebagaimana dimaksud dalam Pasal
tanah desa adat yang dikelola serta diperuntukkan oleh 42 wajib didaftar dalam buku tanah pada Kantor
anggota masyarakat adat itu sendiri. Pertanahan.
Masyarakat adat memiliki hak ulayat yang (2) Hak Pakai tanah Negara dan atas tanah Hak
merupakan serangkaian wewenang dan kewajiban suatu Pengelolaan terjadi sejak didaftar oelh Kantor
masyarakat hukum adat, yang berhubungan dengan tanah Pertanahan dalam buku tanah sesuai ketentuan
yang terletak dalam wilayahnya yang merupakan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
pendukung utama penghidupan dan kehidupan (3) Sebagai tanda bukti hak kepada
masyarakat yang bersangkutan sepanjang masa pemegang Hak Pakai diberikan
(Lebensraum). sertipikat hak atas tanah.

20
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal

Namun sebagai aset Daerah bukan tidak mungkin dimaksudkan bahwa peneliti menggunakan peraturan
tanah kas desa dimanfaatkan atau dioptimalkan perundang-undangan sebagai dasar awal melakukan
pemanfaatannya maupun dipindahtangankan baik dengan analisis. Analisis terhadap UU tersebut berguna untuk
cara dihibahkan, dipertukarkan atau bahkan disertakan mengetahui bentuk-bentuk perlindungan hukum preventif
sebagai penyertaan modal pemerintah dalam usaha-usaha dan represif. Dalam hal ini mengkaji ketentuan-ketentuan
daerah. yuridis tentang tanah kas desa khususnya mengenai proses
Pemindahtanganan (tukar menukar) TKD pemanfaatan dan/atau pemindahtanganan (tukar menukar)
ditengarai sudah berlangsung di berbagai Kabupaten di atas tanah kas desa yang terletak di kabupaten
Indonesia, begitu juga halnya tukar menukar TKD di Bojonegoro.
Kabupaten Bojonegoro. Berdasarkan survei awal penulis Sedangkan Conseptual Approachyakni mengkaji
di Bojonegoro pemindahtanganan TKD ini berlangsung konsep, teori serta paradigma tentang proses pemanfaatan
di Desa Sukorejo Kecamatan Bojonegoro dan Desa dan/atau pemindahtanganan khususnya tukar menukar hak
Tulungrejo Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro. atas tanah kas desa di Kabupaten Bojonegoro.
Pihak Pemohon Sdr. Loesianto Handoko
(karyawan swasta) mengajukan permohonan tukar HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
menukar Hak Atas Tanah kepada Pihak yang berwenang
(Kantor Badan Pertanahan, Notaris) atas 3 (tiga) bidang HASIL PENELITIAN
tanah yang berlokasi di 3 (tiga) Desa yaitu Desa Pada tahun 2008 di Kabupaten Bojonegoro
Sambiroto, Desa Tulungrejo dan Desa Sukorejo.Ketiga terdapat pengajuan tukar menukar antara tanah milik
bidang tanah tersebut rencananya akan dipergunakan perseorangan dengan tanah kas desa di Desa Sambiroto
sebagai fasilitas umum penunjang pembangunan Kecamatan Kapas, Desa Tulungrejo Kecamatan Trucuk
perumahan dan perhotelan. dan Desa Sukorejo Kecamatan Bojonegoro. Pihak
Berdasarkan keterangan sumber yang diperoleh, pemohon yang mengajukan permohonan tukar menukar
permohonan pengajuan tukar menukar tersebut telah masing-masing adalah seorang karyawan swasta
sampai pada persetujuan Menteri Dalam Negeri bernama Loesianto Handoko, yang beralamat di Jalan
(Mendagri). Dalam kenyataanya, pemindahtanganan Jaksa Agung Suprapto Nomor 165 Bojonegoro dan
(tukar menukar) TKD masih menimbulkan banyak Kepala Desa yang menjadi pihak perwakilan pemilik
pertanyaan karena ada pihak-pihak yang berpendapat tanah kas desa yang dimohon (terdiri atas 3 desa) yaitu
bahwa keabsahan pemanfaatan dan/atau Kepala Desa Sambiroto Kecamatan Kapas, Kepala Desa
pemindahtanganan TKD cukup dengan persetujuan Tulungrejo Kecamatan Trucuk serta Kepala Desa
Menteri Dalam Negeri seperti yang tersebut dalam PP Sukorejo Kecamatan Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro
Nomor 17 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis bernama H.M Budi Suprayitno. Loesianto Handoko
Pengelolaan Barang Milik Daerah. berkeinginan untuk menggunakan TKD tersebut sebagai
Ada pula pendapat yang mengatakan, bahwa fasilitas umum penunjang pembangunan perumahan dan
pemanfaatan dan/atau pemindahtanganan (tukar perhotelan.
menukar) barang milik negara/daerah tidak bergerak Pada tahun 2008 Loesianto Handoko mengajukan
yang berupa tanah terlebih dahulu mendapat persetujuan permohonan ijin tukar menukar TKD kepada Bupati
Menteri keuangan sebagai pengelola Barang Milik Bojonegoro yaitu Bapak H. Suyoto, atas tanah di ketiga
Negara/Daerah yang tercantum dalam Peraturan Desa seperti yang disebutkan diawal.Pada tanggal 1
Pemerintah (PP) Nomor 6 tahun 2006 jo. PP Nomor 38 Desember 2008 Bupati Bojonegoro mengirimkan surat
tahun 2008 tentang Pengelolaan Barang Milik permohonan kepada Gubernur Jawa Timur dengan Surat
Negara/Daerah. Nomor 143/2534/412.11/2008 perihal Permohonan
Atas dasar hal tersebut, penulis tertarik Penyelesaian Tukar Menukar Tanah Kas Desa.
mengadakan penelitian tentang realisasi Gubernur Jawa Timur kemudian menindaklanjuti
pemindahtanganan (tukar menukar) TKD di wilayah Surat Bupati tersebut dengan mengirimkan Surat kepada
Desa Sukorejo Kecamatan Bojonegoro dan Desa Mendagri pada tanggal 30 Desember 2008 dengan
Tulungrejo Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro. Nomor Surat 141/21729/011/2008 perihal Pengajuan
Tukar Menukar Tanah Kas Desa di Kabupaten
METODE Bojonegoro.Pada tanggal 14 Januari 2009 Ditjen
Penelitian yang dilakukan oleh penulis Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) juga
merupakan jenis penelitian yuridis-normatif. Penelitian mengirimkan surat kepada Mendagri dengan surat Nomor
yuridis –normatif itu sendiri adalah yaitu penelitian yang 143/242/PMD perihal Penjelasan Pengajuan Tukar
menjelaskan serta menjabarkan suatu hal yang bersumber Menukar Tanah Kas Desa di Kabupaten Bojonegoro.
dari ketentuan-ketentuan hukum yang telah ada. Selanjutnya, pada tanggal 16 Februari 2009
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, dilaksanakan kajian bersama mengenai TKD yang akan
maka metode pendekatan yang digunakan oleh penulis dipertukarkan, yang dilakukan oleh unsur Ditjen PMD,
adalah metode pendekatan Statue Approach dan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur, Pemerintah
Conseptual Approach Daerah Kabupaten Bojonegoro, dan Pemerintah Desa
Statue Approach merupakan analisis dengan pada 3 (tiga) lokasi yang dilakukan tukar menukar.
menggunakan pendekatan perundang-undangan. Hal ini

21
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal

Pada tanggal 17 Februari 2009 Departemen Dalam beberapa kerjasama pemanfaatan


Negeri Republik Indonesia dalam hal ini Mendagri (Sebagaimana diatur dalam Pasal 9 sampai
menjawab surat yang diajukan oleh Bupati Bojonegoro, dengan Pasal 14 Permendagri Nomor 4 tahun
Gubernur Jawa Timur dan Ditjen PMD melalui surat
2007tentang Pedoman Pengelolaan
Nomor 143/681/PMD perihal Penjelasan Atas Tukar
Menukar Tanah Kas Desa di Kabupaten Bojonegoro. Kekayaan Desa);
Berdasarkan Surat dari Mendagri mengenai • Kondisi lokasi yang terjepit yakni berada di
Penjelasan Atas Tukar Menukar Tanah Kas Desa di sebelah Selatan bangunan gudang rokok
Kabupaten Bojonegoro tersebut berisi pada pokoknya Bentoel, Utara sekolah STIE Cendekia, Barat
adalah sebagai berikut: dan Timur milik perseorangan juga terjadi
1) Desa Sambiroto Kecamatan Kapas, tidak dapat perubahan fungsi sehingga tidak lagi
dilakukan pelepasan TKD karena belum menetapkan
tanah pengganti, bahkan masih terdapat perbedaan memiliki jalan dan pengairan.
pendapat yang perlu diselesaikan dengan baik, yaitu:
Jawaban Surat Menteri diperjelas dengan adanya
• Dalam berita Acara Musyawarah Desa Nomor
Surat Gubernur Nomor 141/4624/011/2011 tentang
143/14/11.2020/I/2009 yang memberikan Persetujuan Pelepasan Tanah Kas Desa Sukorejo yang
kesimpulan pada nomor 1 huruf b menyatakan pada prinsipnya dapat diijinkan dilakukan
menyatakan tanah masyarakat yang pelepasan TKD Desa Sukorejo.
ditempati bangunan SDN Sambiroto 1 dan Berdasarkan Surat Mendagri maka pada tanggal
lapangan desa agar diganti dengan uang 12 April 2011, Gubernur menyurati Bupati dengan Surat
(bukan berupa tanah); Nomor 141/4624/011/2011 perihal Persetujuan Pelepasan
Tanah Kas Desa Sukorejo Kecamatan Bojonegoro dan
• Surat Kepala Desa Sambiroto Nomor Desa Tulungrejo Kecamatan Trucuk Kabupaten
143/19/11.2020/2009 tanggal 24 Januari Bojonegoro, yang pada pokoknya berisi sebagai berikut:
2009, menyatakan tetap mengharapkan 1. Pelepasan TKD dengan rincian :
pemerintah Kabupaten Bojonegoro • Tanah Kas Desa milik Pemerintah Desa
melakukan pembelian tanah penduduk yang Tulungrejo yang berlokasi di Desa Tulungrejo
dibangunan SDN Sambiroto I, sehingga Kecamatan Trucuk seluas ± 14.610 M² dengan
TKD akan tetap menjadi asset Pemerintah tanah pengganti yang berlokasi di Desa Sumber
Desa. Tlaseh Kecamatan Dander seluas ±21.150 M².
• Tanah Kas Desa milik Pemerintah Desa Sukorejo
2) Desa Tulungrejo Kecamatan Trucuk, agar yang berlokasi di Desa Wedi Kecamatan Kapas
segera dilakukan penyelesaiannya dengan pertimbangan seluas ± 13.380 M² dengan kompensasi berupa:
sebagai berikut: - Tanah Pengganti di Desa Leran Kecamatan
• TKD (seluas 16.550 M²) yang ditempati Kalitidu seluas ±57.530 M² dan
pemukiman penduduk sesuai Keputusan - Uang senilai Rp. 648.700.000,- (enam ratus
Bupati Bojonegoro tanggal 1 April 1982 empat puluh delapan juta tujuh ratus ribu
Nomor 144/1015/421.37/82. rupiah).
• Adanya persetujuan oleh seluruh warga desa 2. Pelepasan Tanah Kas Desa dilaksanakan setelah
dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD); masing-masing pihak, yaitu Pemerintah Kabupaten
• Sudah terdapat tanah pengganti yang sesuai Bojonegoro dan Pihak Pemohon Sdr. Loesianto Handoko
yakni luas, nilai lebih menguntungkan dan untuk menyerahkan tanah pengganti untuk Desa
produktif. Tulungrejo Kecamatan Trucuk dan Desa Sukorejo
Kecamatan Bojonegoro sebagaimana dimaksud pada
3) Desa Sukorejo Kecamatan Bojonegoro, secara angka 1) yang dilengkapi dengan dokumen kepada
administrasi dapat segera dilakukan penyelesaian tukar Pemerintah Desa.
menukar, hal ini mengingat:: 3. Biaya pelaksanaan mulai pengurusan hak sampai
• Adanya Perda Kabupaten Bojonegoro Nomor 4 dengan sertipikat atas tanah pengganti sebagai hak pakai
desa sebagaimana dimaksud angka 2) menjadi kewajiban
tahun 2004 tentang Rencana Umum Tata
dan tanggung jawab yaitu, Pemerintah Kabupaten
Ruang Kota (RUTRK) dengan Kedalaman Bojonegoro untuk Desa Tulungrejo Kecamatan Trucuk
Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) dan Pemohon sdr. Loesianto Handoko untuk Desa
Bojonegoro dan Wilayah Pengembangannya, Sukorejo Kecamatan Bojonegoro.
bahwa lokasi sawah dimaksud masuk 4. Pemerintah Desa Tulungrejo dan Pemerintah Desa
sebagai “Mix Use Area”. Sukorejo berkewajiban :
• Mengeluarkan Tanah Kas Desa seluas
• Lokasi TKD tidak dapat dilakukan melalui
sebagaimana pada angka 1) dari daftar kakayaan
beberapa jenis pemanfaatan seperti sewa dan desa masing-masing.

22
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal

• Mencatat data tanah pengganti seluas selaku yang menguasai hak atas tanah, masing-masing
sebagaimana dimaksud pada angka 1) dari daftar membuat surat pernyataan untuk melepaskan hak atas
kekayaan desa sebagai asset milik Desa tanah;
Tulungrejo Kecamatan Trucuk dan Desa 2. Untuk Kepala Desa Sukorejo Kecamatan Bojonegoro
Sukorejo Kecamatan Bojonegoro. selain menerbitkan Keputusan Kepala Desa, oleh karena
• Menerbitkan Keputusan Kepala Desa tentang ganti rugi juga berupa uang maka agar diterbitkan pula
Pelepasan Tanah Kas Desa pada masing-masing Keputusan Kepala Desa tentang penggunaannya serta
Desa Tulungrejo dan Desa Sukorejo. menuangkannya dalam Peraturan Desa tentang
• Menetapkan Peraturan Desa Sukorejo APBDesa.
Kecamatan Bojonegoro tentang Pengelolaan Pada tanggal 30 Mei 2011 Kepala Desa Sukorejo
Penggantian Ganti Rugi Pelepasan Tanah Kas membuat Putusan Nomor 143/06/KEP/V/2011 tentang
Desa Sukorejo Kecamatan Bojonegoro. Pelepasan/ Tukar Menukar Tanah Kas Desa Sukorejo
• Melaksanakan pedoman umum pengelolaan Kecamatan Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro yang
penggunaan kompensasi berupa uang atas Digunakan Fasilitas Umum Penunjang Pembangunan
pelepasan Tanah Kas Desa untuk Pemerintah Perumahan dan Perhotelan, yang pada pokoknya
Desa Tulungrejo Kecamatan Trucuk. menetapkan sebagai berikut:
• Melaporkan hasil perkembangan persetujuan 1) Melepas Tanah Kas Desa Sukorejo Kecamatan
pelepasan Tanah Kas Desa di Desa Tulungrejo Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro sebanyak 3 (tiga)
dan Desa Sukorejo kepada Bupati Bojonegoro bidang dengan rincian luas serta Nomor Persil
dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak sebagaimana tersebut dalam lampiran Keputusan ini;
dikeluarkan persetujuan ini. 2) Atas pelepasan Tanah tersebut huruf a Diktum ini
Pemerintah Desa Sukorejo memperoleh ganti rugi berupa
5. Pemerintah Kabupaten Bojonegoro berkewajiban : Tanah sebanyak 3 (tiga) bidang terletak di Desa Leran
• Menetapkan Pedoman Umum tentang Kecamatan Kalitidu, dengan rincian luas serta Nomor
Pengelolaan Penggunaan Kompensasi berupa Persil sebagaimana tersebut dalam lampiran Keputusan
uang atas pelepasan Tanah Kas Desa milik ini serta kompensasi berupa uang sebesar Rp.
Pemerintah Desa Sukorejo Kecamatan 648.700.000,- (Enam ratus empat puluh delapan juta
Bojonegoro. tujuh ratus ribu rupiah) yang pengelolaannya dituangkan
• Menyelesaikan kewajiban yang dibebankan dalam Peraturan Desa tentang APBdes dan teknik
untuk mengganti Tanah Kas Desa untuk penggunaannya ditetapkan melalui Keputusan Kepala
Pemerintah Desa Tulungrejo Kecamatan Desa.
Trucuk. Pada tanggal 7 Oktober 2011 BPD Desa
• Mengadakan dan melaksanakan pemasangan Sukorejo telah melakukan rapat yang membahas tukar
papan nama beserta patok tanda batas di atas menukar TKD dan Peraturan Desa tentang Perubahan
tanah pengganti yang menjadi Tanah Kas Desa Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Anggaran tahun
milik Pemerintah Desa Tulungrejo Kecamatan 2011, yang dimaksukkan dalam Berita Acara Desa.Pada
Trucuk. tanggal yang sama H.M Budi Suprayitno (Kepala Desa
• Memfasilitasi pelaksanaan pemasangan papan Sukorejo) dan Loesianto Handoko menghadap Notaris
nama beserta patok tanda batas di atas tanah dan PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) bernama Eni
pengganti yang menjadi Tanah Kas Desa untuk Zubaidah, SH untuk mengurus Akta Pelepasan Hak dan
Pemerintah Desa Sukorejo Kecamatan Kuasa atas tanah. Dalam pengurusan Akta tersebut, H.M
Budi Suprayitno bertindak sebagai Pihak Pertama dan
Bojonegoro yang dilakukan pemohon (Sdr.
Loesianto Handoko bertindak sebagai Pihak Kedua.
Loesanto Handoko).
Dalam akta tersebut kedua belah pihak telah
• Melaporkan hasil kegiatan pelaksanaan
sepakat mengadakan perjanjian yang pada intinya berisi
pelepasan Tanah Kas Desa di Desa Sukorejo
sebagai berikut:
Kecamatan Bojonegoro dan Desa Tulungrejo
Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro • (Pasal 3) Bahwa Pihak pertama mengaku telah
kepada Gubernur Jawa Timur. menerima pengganti tanah kas desa Sukorejo
yaitu sebidang tanah Sertipikat tanah Hak Milik
Atas Surat Gubernur Nomor 141/4624/011/2011 nomor: 453, seluas 46.190m² (empat puluh
oleh Bupati Bojonegoro ditindaklanjuti dengan Surat enam ribu seratus sembilan puluh meter
Bupati Nomor 143/1491/412.13/2011 ditujukan kepada
persegi), sebagaimana diuraikan lebih lanjut
Camat Trucuk dan Camat Bojonegoro perihal
Persetujuan Pelepasan Tanah Kas Desa Sukorejo dalam Surat Ukur tertanggal dua puluh tujuh
Kecamatan Bojonegoro dan Desa Tulungrejo Kecamatan Pebruari seribu sembilan ratus sembilan puluh
Trucuk.Dalam surat Bupati tersebut memerintahkan delapan (27-02-1998) nomor : 08 / 1998 yang
kepada Kepala Desa untuk melaksanakan hal-hal diantara terletak di desa Leran, Kecamatan Kalitidu,
lain sebagai berikut: Kabupaten Bojonegoro, Propinsi Jawa Timur,
1. Kepala Desa bertindak untuk dan atas nama tertulis atas nama : H.M Budi Suprayitno.
Pemerintah Desa dan pemilik tanah atas nama diri sendiri

23
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal

• (Pasal 4) untuk kebahagiaan pihak Kedua Karena dirasa tukar menukar TKD diperlukan
dengan Akta ini, pihak Pertama memberikan untuk kepentingan umum, maka ketiga Kepala Desa
kuasa kepada Pihak Kedua : untuk mewakili tersebut sepakat untuk menyetujui ide tukar menukar
yang diajukan Loesianto yang tentunya juga harus
pemberi kuasa, mengurus, menyelesaikan segala
melalui persetujuan dari Badan Permusyawaratan Desa
urusan dan kepentingan permohonan dan (BPD).
perolehan hak / sertifikat pada kantor Perlu diketahui bahwa apabila perseorangan akan
Pertanahan yang berwenang (Kantor Pertanahan mengajukan permohonan tukar menukar TKD tidak
Bojonegoro), membayar segala beban dan memerlukan ijin dari pihak manapun karena dirinya
ongkos, menerima sertifikatnya, menghadap bergerak secara individu, namun lain halnya apabila yang
Notaris / Pejabat Pembuat Akta Tanah untuk mengajukan permohonan adalah Kepala Desa
(perwakilan pemilik tanah desa) maka diperlukan
menandatangani Akta dan surat-surat yang persetujuan dari Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
diperlukan, menyatakan lunas membalik nama melalui rembug desa. BPD itu sendiri adalah lembaga
tanah tersebut, memberikan keterangan- yang merupakan perwujudan demokrasi dalam
keterangan, menghadap pejabat negara yang penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagai unsur
berwenang segala sesuatu dalam arti luas tanpa penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
perbuatan yang dikecualikan sampai tujuan BPD itu sendiri adalah lembaga yang merupakan
perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan
kuasa ini selesai akhirnya penghadap Pihak
Pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggaraan
Kedua sebagai Pihak yang menerima kuasa, Pemerintahan Desa.
menerangkan didalam Akta ini menerima kuasa Setelah terjadi kesepakatan antara kedua belah
yang termuat didalam Akta ini. pihak, maka Loesianto Handoko mengajukan
• (Pasal 5) Mengenai biaya-biaya meliputi pajak permohonan tukar menukar kepada Bupati Bojonegoro.
penghasilan (PPH Final) kepada negara, Bea Bupati melanjutkan mengirimkan surat permohonan
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan penyelesaian TKD kepada Gubernur Jawa Timur pada
(BPHTB), jasa Notaris dan biaya pengurusan tanggal 1 Desember 2008. Perlu diketahui bahwa
pelepasan dan perolehan hak atas tanah dan menurut peraturan yang tercantum dalam Surat Gubernur
bangunan tersebut ditanggung oleh Pihak Jawa Timur Nomor 141/2890/011/2008 perihal
Kedua. Pelaksanaan Pelepasan Hak Atas Tanah Desa Untuk
Kepentingan Umum diperlukan persyaratan sebagai
Dengan dibuatnya Akta Pelepasan Hak dan Kuasa berikut :
tersebut, Loesianto Handoko kemudian mengajukan • Data Subyek : Akta Pendirian dan NPWP
permohonan Hak Milik atas bidang tanah kepada Kantor (Nomor Pokok Wajib Pajak)
Pertanahan Bojonegoro pada tanggal 02 November 2011. • Data Obyek :
a Penetapan Lokasi Bupati/Walikota
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian b Persetujuan BPD
4.2.1 ANALISIS PROSES PEMINDAHTANGANAN c Ijin tertulis dari Bupati/Walikota atas tanah Desa
(TUKAR MENUKAR) TANAH KAS DESA dan Tanah Pengganti
DALAM RANGKA UNTUK KEPENTINGAN d Surat Keterangan dari Kepala Desa tentang Hak
UMUM DI DESA SUKOREJO DAN DESA Atas Tanah Desa/Pengganti
TULUNGREJO DI KABUPATEN e Harga dasar tanah Desa dan pengganti
BOJONEGORO berdasarkan NJOP yang ditetapkan Kantor Pajak
Tahap pertama yang dilakukan adalah tahap PBB keterangan Camat selaku PPATS
permohonan sesuai yang terdapat dalam Deskripsi Hasil Menurut sudut pandangan penulis, dalam kasus ini
Penelitian. Loesianto Handoko selaku Pihak yang ada tahapan tukar menukar yang tidak sesuai dengan
mempunyai inisiatif pertama untuk mengadakan tukar peraturan perundang-undangan, yaitu tahapan persetujuan
menukar, melakukan kesepakatan dengan tiga Kepala pengelola barang. Dikarenakan tanah kas desa ini
Desa tempat lokasi tanah yang akan dipertukarkan, yaitu termasuk barang milik daerah maka seharusnya dalam
Desa Sambiroto Kecamatan Kapas, Desa Sukorejo prosedur tukar menukarnya dilaksanakan oleh pengelola
Kecamatan Bojonegoro dan Desa Tulungrejo Kecamatan barang setelah mendapat persetujuan dari
Trucuk Kabupaten Bojonegoro. Bupati/Walikota/Gubernur. Hal ini sesuai dengan Pasal
Loesianto Handoko ingin melakukan kerjasama 55 ayat (1) huruf a dan ayat (3) huruf b PP Nomor 6
tukar menukar TKD dengan alasan akan menggunakan tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
TKD tersebut sebagai fasilitas penunjang pembangunan Negara/Daerah , yang menyatakan sebagai berikut :
perumahan dan perhotelan. Dalam proses pengajuan
permohonan, rencananya Loesianto akan menukar TKD (1) Tukar menukar barang milik negara/daerah dapat
tersebut dengan beberapa bidang tanah yang bernilai berupa:
sepadan serta menambahkan sejumlah uang ganti a. tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan
kerugian apabila dinilai tanah ganti rugi tersebut bernilai kepada pengelola barang untuk barang milik
kurang sepadan.

24
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal

negara dan gubernur/bupati/walikota untuk barang pengganti yang terletak di Desa Leran Kecamatan
milik daerah. Kalitidu.
(2) Tukar menukar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Berikut rincian dari tidak diperbolekannya
huruf a dilaksanakan oleh: pelepasan tukar menukar tanah kas di desa Sambiroto:
a. pengelola barang untuk barang milik negara; − belum adanya tanah pengganti;
b. pengelola barang setelah mendapat persetujuan
gubernur/bupati/walikota untuk barang milik − Masih terdapat perbedaan pendapat dalam Rapat
daerah. Musyawarah Desa, apakah tanah tersebut diganti
Pengelola barang milik daerah dalam hal ini dengan tanah ataukah diganti dengan sejumlah uang.
adalah Sekretaris Daerah, seperti yang tercantum dalam Dan dari hasil keputusan rapat, telah diputuskan
ketentuan Pasal 5 ayat (3) PP Nomor 6 tahun 2006 bahwa tanah tersebut diganti dengan sejumlah uang.
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah yang Apa yang telah menjadi keputusan rapat
menyebutkan bahwa : “Sekretaris daerah adalah Musyawarah Desa Sambiroto tersebut tidak dapat
pengelola barang milik daerah.” dibenarkan apabila dalam melakukan tukar menukar
Gubernur menerbitkan surat keputusan yang berisi TKD justru meminta tukar berupa sejumlah uang. Pada
mengenai persetujuan diadakannya pelepasan tanah kas dasarnya, yang disebut tukar menukar TKD adalah tanah
desa di Desa Sukorejo dan Desa Tulungrejo, serta tidak diganti dengan tanah (namun diperbolehkan
dapat dilaksanakan pelepasan tanah kas desa di Desa menambahkan sejumlah uang ganti rugi apabila tanah
Sambiroto. pengganti dirasa tidak sepadan dengan tanah yang akan
Berikut adalah rincian pelepasan tanah kas desa di ditukar). Apabila tanah diganti dengan sejumlah uang,
Desa Sukorejo : maka tidak bisa disebut tukar menukar, hal itu disebut
Tanah kas desa Sukorejo yang terletak di Desa Wedi dengan jual beli.
Kabupaten Bojonegoro memiliki total luas ± 13.380 M² Sebelum mendaftarkan Hak Milik atas tanah ke
dan dalam melakukan proses tukar menukar, Loesianto Kantor Pertanahan, terlebih dahulu Loesianto harus
Handoko memberikan tanah pengganti berupa tiga membuat Akta Pelepasan Hak dan Kuasa Atas Tanah
bidang tanah yang terletak di Desa Leran Kecamatan kepada Notaris. Pada tanggal 7 Oktober 2011 Loesianto
Kalitidu dengan total luas 57.530 M² disertai dengan Handoko dan Kepala Desa Sukorejo yaitu H.M Budi
uang ganti rugi sebesar Rp. 648.700.000,- (Enam ratus Suprayitno menghadap Notaris dan PPAT (Pejabat
empat puluh delapan juta tujuh ratus ribu rupiah). Pembuat Akta Tanah), dalam hal ini disebutkan bahwa
Pemberian uang ganti rugi oleh Loesianto Handoko H.M Budi Suprayitno bertindak sebagai Pihak Pertama
tersebut dihitung berdasarkan rincian sebagai berikut: dan Loesianto Handoko selaku Pihak Kedua. Loesianto
Luas total TKD Desa Sukorejo (M²) × Nilai NJOP M² menghadap ke Notaris bersama dengan H.M Budi
(Rp) = Jumlah Ganti Rugi Suprayitno karena dirinya adalah pemilik tanah Hak
13.380 × 36.000 = Rp. 481.680.000,00 Yasan persil Nomor : 71, Blok S.II, Kohir Nomor : 19
Dilihat dari perhitungan tersebut dan dilihat dari seluas ±1.880m² (seribu delapan ratus delapan puluh ribu
kenyataan uang ganti rugi yang diberikan, masih terdapat meter persegi) Nomor Identifikasi Bidang (NIB) :
selisih antara uang ganti rugi yang telah diberikan dengan 12.17.14.06.00789 dan tercatat di buku C desa atas nama
uang yang seharusnya dibayarkan. Selisih tersebut Tanah Kas Desa yang terletak di Desa Wedi, Kecamatan
didapatkan berdasarkan perhitungan, uang ganti rugi Kapas, Kabupaten Bojonegoro). Selain itu, kedua belah
yang telah diberikan dikurangi uang ganti rugi yang Pihak harus bersama-sama mengahadap dihadapan
sebenarnya, dengan rincian sebagai berikut: Notaris karena hal ini sesuai dengan Pasal 101 Peraturan
Uang ganti rugi yang diberikan 648.700.000,00 Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan
Uang ganti rugi sebenarnya 481.680.000,00− Nasional Nomor 3 tahun 1997 tentang Ketentuan
Selisih 167.020.000,00 Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997
Nilai ganti rugi yang diberikan oleh Loesianto tentang Pendaftaran Tanah, yang menyebutkan :
sebesar Rp. 648.700.000,00 sangat jauh lebih tinggi (1) Pembuatan akta PPAT harus dihadiri oleh para pihak
daripada yang seharusnya diberikan. Hal ini berarti Desa yang melakukan perbuatan hukum yang bersangkutan
Sukorejo masih diuntungkan dengan adanya selisih dari atau orang yang dikuasakan olehnya dengan surat
uang ganti rugi tersebut yaitu sebesar Rp. 167.020.000,00 kuasa tertulis sesuai dengan peraturan perundang-
(seratus enam puluh tujuh juta dua puluh ribu rupiah) dan undangan yang berlaku.
uang selisih tersebut akan digunakan untuk penambahan (2) Pembuatan akta PPAT harus disaksikan oleh
modal Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Desa sekurang-kurangnya 2 orang saksi yang menurut
Sukorejo Kecamatan Bojonegoro, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
Keputusan Kepala Desa Sukorejo Kecamatan Bojonegoro berlaku memenuhi syarat untuk bertindak sebagai
Kabupaten Bojonegoro Nomor : 143/05/KEP/ V / 2011. saksi dalam suatu perbuatan hukum, yang memberi
Loesianto memberikan uang ganti rugi lebih banyak dari kesaksian antara lain mengenai kehadiran para pihak
yang sebenarnya dikarenakan tanah kas desa yang atau kuasanya, keberadaan dokumen-dokumen yang
dipertukarkan (terletak di Desa Wedi) jauh lebih bernilai ditunjukkan dalam pembuatan akta, dan telah
ekonomis (letaknya strategis) dibandingkan dengan tanah dilaksanakannya perbuatan hukum tersebut oleh para
pihak yang bersangkutan.

25
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal

(3) PPAT wajib membacakan akta kepada para pihak 3. Bidang tanah tersebut harus digunakan dan
yang bersangkutan dan memberi penjelasan mengenai dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya dan sifat
isi dan maksud pembuatan akta, dan prosedur serta tujuan dari hak yang diberikan;
pendaftaran yang harus dilaksanakan selanjutnya Ketiga
sesuai ketentuan yang berlaku Untuk memperoleh tanda bukti hak (Sertipikat)
Berdasarkan Akta Pelepasan Hak dan Kuasa yang Pemberian Hak Milik tersebut, penerima hak wajib
telah diperoleh dari Notaris, Loesianto Handoko mendaftarkan Surat Keputusan dimaksud di Kantor
melanjutkan untuk mendaftarkan Hak Milik atas tanah Pertanahan Kabupaten Bojonegoro, selambatnya-
hasil tukar menukar tersebut ke Kantor Pertanahan lambatnya 3 (tiga) bulan sejak tanggal Surat Keputusan
Bojonegoro. Loesianto mulai mendaftarkan permohonan ini;
pada tanggal 02 November 2011.Perlu diketahui bahwa Keempat
dalam proses pendaftaran Hak Atas Tanah ini Loesianto Surat Keputusan pemberian Hak Milik ini batal dengan
Handoko dikenakan tarif atas jenis Penerimaan Negara sendirinya apabila penerima hak tidak memenuhi salah
Buka Pajak kepada Negara sebagaimana diatur dalam satu syarat atau ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2010 tentang Jenis Diktum KEDUA dan Diktum KETIGA tersebut diatas;
dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Di dalam Surat Keputusan tersebut disebutkan
Yang Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional. Selain syarat bahwa Loesianto Handoko wajib memelihara
itu Loesianto Handoko juga wajib memelihara tanda- tanda-tanda bidang tanah yang diberikan. Hal ini seperti
tanda batas bidang tanah yang dimohon sesuai dengan yang tercantum di dalam Pasal 56 ayat (3) Peraturan
ketentuan Peraturan Menteri Agraria/ Kepala Badan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan
Pertanahan Nasional Nomor 3 tahun 1997 tentang Nasional Nomor 3 Tahun 1997. Setelah mendapatkan
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Surat Keputusan dari Kepala Kantor Badan Pertanahan
tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Bojonegoro, Loesianto Handoko memperoleh Sertipikat
Pada tanggal 16 Desember 2011 Kepala Kantor Hak Milik yang diterbitkan dan dicatat oleh Kantor
Pertanahan Kabupaten Bojonegoro yaitu Darmagalih Badan Pertanahan Kabupaten Bojonegoro.
Widihastha, SH.MM.Hum. membuat surat Keputusan
Nomor 252/ KEP.5.35.22/ XII/ 2011 tentang Pemberian 4.2.2 ANALISIS KEABSAHAN
Hak Milik Atas Tanah Negara Atas Nama Loesianto PEMINDAHTANGANAN (TUKAR
Handoko (3 bidang) Atas Tanah di Kabupaten MENUKAR) TANAH KAS DESA APAKAH
Bojonegoro.Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten CUKUP DENGAN PERSETUJUAN
Bojonegoro memutuskan permasalahan tukar menukar MENDAGRI
ini, yaitu beberapa diantaranya adalah sebagai berikut : Prosedur tukar menukar tanah kas desa bukanlah
Pertama suatu prosedur yang mudah, Tanah kas desa yang
Menerima pelepasan hak dan menyatakan / menegaskan berstatus tanah Milik Negara dan merupakan Barang
tanah-tanah seperti tersebut dalam kolom 3 (tiga) daftar Milik Daerah, memerlukan waktu yang cukup panjang
lampiran Keputusan ini sebagai tanah yang dikuasai serta dibutuhkan persetujuan dari berbagai pihak yang
langsung oleh Negara; berwenang untuk melakukan pemindahtanganan berupa
Kedua tukar menukar. Perlu diketahui pula bahwa pada dasarnya
Memberikan kepada Saudara Loesianto Handoko, (3 Barang Daerah belum mencerminkan sepenuhnya apa
bidang), Warga Negara Indonesia, yang nama, pekerjaan yang disebut dengan asset (kekayaan) daerah.
dan alamatnya masing-masing sebagaimana tercantum Perihal persetujuan pemindahtanganan (tukar
dalam kolom 2 (dua) daftar lampiran Keputusan ini, Hak menukar) tanah kas desa telah diatur dalam Pasal 46 ayat
Milik atas 3 (tiga) bidang tanah Negara yang letak dan 2 dan 3 PP Nomor 6 tahun 2006 tentang Pengelolaan
luasnya diuraikan dalam Peta Bidang Tanah sebagaimana Barang Milik Negara/Daerah, yang menyatakan sebagai
tercantum dalam kolom 3 (tiga) dan 6 (enam) daftar berikut:
lampiran Keputusan ini dalam Wilayah Kabupaten (2) Pemindahtanganan barang milik daerah sebagaimana
Bojonegoro, Propinsi Jawa Timur terhitung sejak tanggal dimaksud dalam Pasal 45 untuk:
didaftarkannya pada Kantor Pertanahan Kabupaten a. tanah dan/atau bangunan;
Bojonegoro untuk dipergunakan sebagaimana tersebut b. selain tanah dan/atau bangunan yang bernilai lebih
dalam kolom 7 (tujuh) daftar lampiran Keputusan ini dari Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah);
dengan ketentuan dan syarat-syarat tersebut dibawah ini: dilakukan setelah mendapat persetujuan DPRD.
1. Terhadap tanda-tanda batas bidang tanah yang (3) Pemindahtanganan barang milik negara/daerah berupa
diberikan Hak Milik tersebut, penerima hak wajib tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud pada
memelihara keberadaannya sesuai ketentuan Peraturan ayat (1) huruf a dan ayat (2) huruf a tidak
Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan memerlukan persetujuan DPR/DPRD, apabila:
Nasional Nomor 3 Tahun 1997; a. Sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau
2. Penerima hak diwajibkan membayar Tarif penataan kota;
Pelayanan Pendaftaran Tanah sesuai Peraturan b. Harus dihapuskan karena anggaran untuk
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2010 di bangunan pengganti sudah disediakan dalam
Kantor Pertanahan Kabupaten Bojonegoro; dokumen penganggaran;
c. Diperuntukkan bagi pegawai negeri;

26
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal

d. Diperuntukkan bagi kepentingan umum; dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 2 tahun 2012,
e. Dikuasai negara berdasarkan keputusan yang menyebutkan sebagai berikut;
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan “Tanah untuk kepentingan umum digunakan untuk
hukum tetap dan/atau berdasarkan ketentuan pembangunan sebagai berikut:
perundang-undangan, yang jika status 1) Pertanahan dan keamanan nasional;
kepemilikannya dipertahankan tidak layak secara 2) Jalan umum, jalan tol, bendung, irigasi, saluran air
ekonomis. minum, saluran pembuangan air dan sanitasi, dan
Dalam kasus Loesianto Handoko, dirinya beralasan bangunan perairan lainnya;
bahwa melakukan tukar menukar tersebut atas dasar 3) Waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air
kepentingan umum. Maka dari itu dalam mengurus minum, sauran pembuangan air dan sanitasi, dan
proses tukar menukarnya tidak memerlukan persetujuan bangunan perairan lainnya;
dari DPRD, sesuai dengan yang tercantum dalam Pasal 4) Pelabuhan, bandar udara, dan terminal;
46 ayat 3 huruf d seperti yang telah disebutkan diatas. 5) Infrastruktur minyak, gas, dan panas bumi;
Alasan demi kepentingan umum yang digunakan 6) Pembangkit, transmisi gardu, jaringan, dan distribusi
untuk tukar menukar tanah kas desa tersebut, harus digali tenaga listrik;
lebih dalam apakah alasan tersebut benar-benar dilakukan 7) Jaringan telekomunikasi dan informatika Pemerintah;
untuk kepentingan umum, ataukah hanya semata-mata 8) Tempat pengelolaan dan pembuangan sampah;
diatasnamakan untuk kepentingan umum namun 9) Rumah sakit Pemerintah / Pemerintah Daerah;
sebenarnya untuk kepentingan pribadi, serta harus sesuai 10) Fasilitas keselamatan umum;
dengan peraturan Perundang-undangan yang mengatur 11) Tempat pemakaman umum Pemerintah / Pemerintah
tentang kriteria-kriteria dari kepentingan umum. daerah;
Peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai 12) Fasilitas sosial, fasilitas umum, ruang terbuka hijau
kriteria tanah untuk kepentingan umum yang digunakan publik;
untuk pembangunan adalah Perpres Nomor 65 tahun 13) Cagar alam dan cagar budaya;
2006 tentang Perubahan Atas Perpres Nomor 36 tahun 14) Kantor Pemerintah / Pemerintah Daerah / Desa;
2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan 15) Penataan pemukiman kumuh perkotaan dan/atau
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (menggunakan konsolidasi tanah, serta perumahan untuk masyarakat
peraturan perUndang-undangan yang lama karena kasus berpenghasilan rendah dengan status sewa;
ini terjadi pada tahun 2008 sampai dengan 2011). Pada 16) Prasaranan pendidikan, atau Sekolah Pemerintah /
Pasal 5 Perpres Nomor 65 tahun 2006 tersebut Pemerintah Daerah;
menyebutkan mengenai kriteria tanah yang termasuk 17) Prasarana olahraga Pemerintah / Pemerintah daerah;
dalam pembangunan untuk kepentingan umum, yang dan
menyebutkan sebagai berikut: 18) Pasar Umum dan lapangan parkir umum.”
“Pembangunan untuk kepentingan umum yang Dilihat dari kategori tanah yang digunakan untuk
dilaksanakan Pemerintah atau Pemerintah Daerah, pembangunan bagi kepentingan umum dalam peraturan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, yang selanjutnya terbaru tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam kasus
dimiliki atau akan dimiliki oleh Pemerintah atau tukar menukar Loesianto Handoko juga tidak sepenuhnya
Pemerintah Daerah, meliputi: digunakan untuk kepentingan umum. Hal ini disebabkan
a. Jalan umum dan jalan tol, rel kereta api (diatas tanah, karena Loesianto mengatakan bahwa tanah tersebut
di ruang atas tanah, ataupun diruang bawah tanah), digunakan sebagai fasilitas umum pembangunan
saluran air minum/ air bersih, saluran pembuangan air perumahan dan perhotelan, kategori perumahan untuk
dan sanitasi; masyarakat memang tercantum dalam Undang-undang
b. Waduk, bendungan, bendungan irigasi dan bangunan Nomor 2 tahun 2012 (khususnya perumahan untuk
pengairan lainnya; masyarakat berpenghasilan rendah dengan status sewa),
c. Pelabuhan, bandar udara, stasiun kereta api, dan namun kategori tanah yang digunakan untuk perhotelan
terminal; tidak tercantum dalam UU tersebut sehingga dapat
d. Fasilitas keselamatan umum, seperti tanggul dikatakan bahwa tukar menukar yang dilakukan oleh
penanggulangan bahaya banjir, lahar, dan lain-lain Loesianto tidak sepenuhnya untuk kepentingan umum.
bencana; Dalam rangka pemanfaatan tanah kas desa,
e. Tempat pembuangan sampah; harus memerlukan persetujuan dari Menteri Keuangan
f. Cagar alam dan cagar budaya; selaku pengelola barang, namun berbeda halnya dengan
g. Pembangkit, transmisi, distribusi tenaga listrik.” pemindahtanganan tanah kas desa yang diperlukan
Dalam Pasal tersebut dapat dilihat secara jelas persetujuan Mendagri dalam proses
mengenai kriteria pembangunan kepentingan umum dan pemindahtanganannya. Diperlukannya persetujuan
hal ini berarti yang terjadi dalam kasus Loesianto bukan pemindahtanganan (tukar menukar) oleh Mendagri,
merupakan kategori pembangunan untuk kepentingan karena Mendagri adalah selaku pejabat yang menetapkan
umum karena Perumahan dan Perhotelan tidak termasuk kebijakan teknis dan melakukan pembinaan pengelolaan
dalam kategori tersebut. Berbeda pula dengan apa yang barang milik daerah, hal ini tercantum di dalam Pasal 74
tercantum dalam Peraturan terbaru mengenai Pengadaan ayat (3) PP Nomor 6 tahun 2006 yang menyatakan
Tanah Untuk Kepentingan Umum, yakni yang terdapat sebagai berikut: “Menteri Dalam Negeri menetapkan
kebijakan teknis dan melakukan pembinaan pengelolaan

27
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal

barang milik daerah sesuai dengan kebijakan terlebih dahulu mengajukan permohonan persetujuan
sebagaimana ayat (1).” tukar menukar kepada DPR. Mitra tukar menukar Barang
Pada dasarnya memang tidak ada peraturan Milik Negara ditetapkan dengan sistem tender, seperti
Perundang-undangan yang mengaharuskan yang terdapat di dalam Bab IV angka 5 Lampiran VIII
dicantumkannya persetujuan dari Mendagri untuk Permenkeu Nomor 96 tahun 2007 tentang Tata Cara
permasalahan tukar menukar tanah kas desa, namun Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan,
dalam kasus Loesianto handoko ini terdapat persetujuan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara yang
dari Mendagri dalam hal penjelasan dan pemberian menyatakan sebagai berikut, “Mitra tukar menukar
keputusan dalam tukar menukar tanah kas desa Sukorejo ditentukan melalui pemilihan calon mitra tukar menukar
dan desa Tulungrejo. (tender) dengan mengikutsertakan sekurang-kurangnya 5
Pelaksanaan persetujuan tukar menukar tanah kas (lima) peserta/ peminat, kecuali tukar menukar yang
desa sebenarnya dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal dilakukan dengan Pemerintah Daerah dan pihak-pihak
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Dirjen PMD), lain yang mendapatkan penugasan dari pemerintah dalam
kemudian setelah itu melaporkan hasil pelaksanaannya rangka pelaksanaan kepentingan umum.”
kepada Departemen Dalam Negeri (atas nama Menteri Satu hal yang harus diketahui adalah untuk
Dalam Negeri).Jadi, dalam hal ini bukan berarti Mendari melepaskan asset Milik Negara harus memerlukan surat
sendiri yang memberikan persetujuan mengenai tukar persetujuan dari Menteri Keuangan, dan atas Surat
menukar tanah kas desa tersebut, melainkan Dirjen PMD persetujuan tersebut barulah Mendagri dapat
yang bertindak atas nama Mendagri dalam hal pemberian mengeluarkan surat Keputusan sebagai dasar
keputusan tukar menukar tanah kas desa. pelepasan/penghapusan Asset Milik Negara.
Hal ini dapat dilihat secara jelas di dalam semua
prosedur persetujuan tukar menukar TKD di Desa PENUTUP
Tulungrejo dan Desa Sukorejo Kabupaten Bojonegoro. Simpulan
Dapat dilihat pula di dalam Surat Keputusan dari
Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada bab-bab
Mendagri mengenai Dirjen PMD yang bertindak
sebelumnya maka di dalam penulisan skripsi ini dapat
memberikan keputusan atas nama Mendagri. Apabila
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Mendagri telah memberikan persetujuan atas tanah kas
1. Prosedur pemindahtangan tanah kas desa berupa
desa yang akan dipertukarkan, maka pertukaran tersebut
tukar menukar ditempuh melalui tahapan awal
akan dilaksanakan dan dianggap sah. Mengenai peraturan
yaitu persetujuan dari BPD (Badan Musyawarah
tahapan persetujuan tukar menukar kekayaan desa berupa
Desa) hal ini sesuai dengan Pasal 18 Undang-
tanah kas desa yang menjadi asset Pemerintah Daerah,
Undang Nomor 5 tahun 1979 tentang
tercantum dalam Pasal 15 ayat (4) dan (5) Permendagri
Pemerintahan Desa. Setelah mendapatkan
Nomor 4 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan
persetujuan dari BPD, tahapan selanjutnya adalah
Kekayaan Desa yang menyebutkan sebagai berikut :
mengajukan persetujuan kepada Kepala Daerah
(4) Pelepasan Hak Kepemilikan tanah kas desa
setempat (Bupati/Walikota, Gubernur). Setelah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
Kepala Daerah meneliti dan mengkaji
dengan Keputusan Kepala Desa
alasan/pertimbangan tukar menukar tanah kas desa
(5) Keputusan Kepala Desa sebagaimana dimaksud
serta memutuskan untuk menyetujui, maka
pada ayat (3) diterbitkan setelah mendapat
tahapan selanjutnya adalah persetujuan dari
persetujuan BPD dan mendapat ijin tertulis dari
Mendagri (karena terkait tukar menukar) dan yang
Bupati/Walikota dan Gubernur.
terakhir adalah tahap pendaftarkan Hak Milik atas
Berbeda pula prosedur pengelolaan
tanah kas desa di Kantor Badan Pertanahan.
(pemanfaatan) apabila tanah Negara yang dipertukarkan
2. Keabsahan pemindahtanganan (tukar menukar)
adalah tanah yang dikuasai langsung oleh Pemerintah
tanah kas desa memerlukan persetujuan dari
Pusat yang berstatus tanah Milik Pemerintah Negara
Mendagri saja, dan tidak memerlukan persetujuan
Republik Indonesia, yang dibeli/diperoleh atas beban
dari Menkeu karena dalam hal pemindahtanganan
APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).
ini Mendagri bertindak sebagai pejabat yang
Tanah yang penguasaannya berada di Pemerintah Pusat
menetapkan kebijakan teknis dan melakukan
maka tahapan persetujuan pemanfaatannya harus melalui
pembinaan pengelolaan Barang Milik Daerah
ijin dari Menteri Keuangan selaku Pejabat yang
(Pasal 74 ayat (3) PP Nomor 6 tahun 2006).
berwenang mengelola Barang Milik Negara, hal ini
Diperlukan persetujuan dari Menkeu adalah pada
tercantum dalam ketentuan Pasal 3 ayat (1) Permenkeu
saat dilakukaan pemanfaatan tanah kas desa,
Nomor 96 tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan
bukan pada saat pemindahtanganan (tukar
Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan
menukar) tanah kas desa karena dalam hal ini
Pemindahtanganan Barang Milik Negara. Di dalam Pasal
Menkeu selaku pejabat pengelola Barang Milik
tersebut menyebutkan bahwa, “Direktur Jenderal
Daerah.
merupakan pelaksana fungsional atas kewenangan dan
Saran
tanggungjawab Menteri Keuangan selaku Pengelola
Barang Milik Negara”. Berdasarkan apa yang disimpulkan diatas, maka akan
Ketentuan tukar menukar Barang Milik Negara dikemukakan saran sebagai berikut :
juga harus memerlukan persetujuan dari DPR, Menkeu

28
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal

1. Prosedur permohonan pemindahtangan (tukar Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di


menukar) tanah kas desa harus dilakukan sesuai Kabupaten Daerah Tingkat II Batang Hari
dengan prosedur yang berlaku, agar sejalan Propinsi Jambi, Medan, 1997.
dengan apa yang tertulis dalam peraturan Peraturan Perundang-Undangan :
perUndang-undangan. Republik Indonesia. Pasal 2 ayat (1) Peraturan Presiden
2. Persetujuan dari Pejabat yang berwenang harus Nomor 65 Tahun 2006. Jakarta: Sekretariat
didapatkan, dan harus Pejabat yang berwenang Negara, 2006.
juga harus benar-benar mengkaji alasan
pemindahtanganan (tukar menukar) TKD tersebut Republik Indonesia. Pasal 1 angka 7 Peraturan Menteri
apakah digunakan untuk kepentingan umum atau Nomor 4 Tahun 2007 Tentang Pedoman
tidak. Pengelolaan Kekayaan Desa. Jakarta: Sekretaris
Negara, 2007.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Badan Pertanahan Nasional, Himpunan Karya Tulis
Pendaftaran Tanah, Jakarta, 1989.

Harsono Boedi, Menuju Penyempurnaan Hukum Tanah


Nasional dalam Hubungannya dengan TAP MPR
RI IX/MPR/2001, Universitas Trisakti, Jakarta,
2002.

Kristiyani, Dkk., Perda DIY Nomor 5 Tahun 1954,


Dalam Himpunan Peraturan-Peraturan Daerah
DLL Perihal Tanah, Yogyakarta, 1981.

Kuncahyo, Edi, Tanah Kas Desa (TKD) Untuk


Pembangunan Kepentingan Umum, Biro
Administrasi Pemerintahan Umum Setda Provinsi
Jawa Timur, Surabaya, 2013.

Marzuki dan Machmud Peter. Penelitian Hukum,


Kencana Prenda Media Group, Jakarta, 2007.

Mhd. Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis, Hukum


Pendaftaran Tanah, Mandar Maju, Bandung,
2008.

Mudjiono, Politik dan Hukum Agraria, cetakan pertama,


Liberty, Yogyakarta, 1997.

Parlindungan, A.P, Pendaftaran Tanah di Indonesia


(Berdasarkan PP No. 24 Tahun 1997), Mandar
Maju, Bandung, 1999.

Peranginangin, Effendi, Hukum Agraria I, Rajawali


Press, Jakarta, 1979

Santoso, Urip, Hukum Agraria kajian Komprehensif,


Kencana, Jakarta, 2012.

Silviana, Ana, Penerapan Pasal 32 ayat (2) Peraturan


Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Dalam
Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah di
Indonesia, Masalah-Masalah Hukum, Majalah
Ilmiah Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
Volume 33 Nomor 3, Semarang, 2004.
Skripsi
Rajab, Dasril, Aspek Hukum Tanah Kas Desa (TKD)
Dalam Sistem UUPA dan Peranannya Dalam

29

Anda mungkin juga menyukai