Anda di halaman 1dari 12

ACTA DIURNAL

Jurnal Hukum Kenotariatan dan ke-PPAT-an


ISSN: 2614-3542 EISSN: 2614-3550
Volume 1, Nomor 1, Desember 2017

KEPEMILIKAN TANAH ABSENTEE OLEH PEGAWAI NEGERI SIPIL


BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 4 TAHUN 1977

Chita Herdiyantia*
a
Program Pascasarjana, Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya

INFORMASI NASKAH: ABSTRAK


Naskah diterima 20/10/2017 Tanah Pertanian yang dimiliki secara guntai (absentee)
Naskah diterbitkan 28/12/2017
secara perundang-undangan dilarang. Karena kepemilikan
Halaman publikasi http://jurnal.fh.unpad.
ac.id/index.php/jad/issue/view/7 tanah pertanian yang dimiliki secara guntai (Absentee)
menjauhkan cita-cita dan semangat dari Landreform yang
*
Koresponden Penulis: menjadi aturan dasar setiap peraturan perundang-undangan
a
Alamat email: agraria nasional. Kepemilikan tanah secara absentee dilarang
chita.herdiyanti@yahoo.co.id
karena dapat mengembalikan sistem Landlord yang sangat
merugikan khususnya para petani lokal yang berada di tanah absentee tersebut. Tanah pertanian
sejatinya harus dimanfaatkan dan dikerjakan dalam upaya memenuhi produktivitas yang akan
menaikkan perekonomian secara nasional. Akan tetapi, Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun
1977 tentang Pemilikan Tanah Pertanian Secara Guntai (Absentee) Bagi Para Pensiunan Pegawai
Negeri menyatakan bahwa “seorang Pegawai Negeri dalam waktu 2 (dua) tahun menjelang masa
pensiun diperbolehkan membeli tanah pertanian secara guntai (absentee) seluas sampai 2/5 (dua
per lima) dari batas maksimum penguasaan tanah untuk Daerah Tingkat II yang bersangkutan”.
Apakah larangan kepemilikan tanah pertanian secara guntai (Absentee) berlaku untuk seluruh
rakyat Indonesia?. Larangan kepemilikan tanah tersebut tidak berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil/
PNS Dari ketentuan-ketentuan hukum diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Pegawai Negeri
Sipil (PNS) dapat memiliki tanah Absentee karena dianggap Pegawai Negeri Sipil telah berjasa
sebagai penggerak sistem kenegaraan. Namun dengan syarat yang telah diatur dalam peraturan
perundang-undangan. Pegawai Negeri Sipil atau Pensiunan Pegawai Negeri Sipil yang memiliki
tanah pertanian secara guntai (absentee) dapat melakukan sistem bagi hasil sebagai upaya
pengelolaan tanah absentee tersebut untuk menjadi lebih produktif lagi dengan tetap berpegang
pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kata kunci: Absentee, Pegawai Negeri Sipil, Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1977,
kepemilikan tanah.
104 ACTA DIURNAL
Volume 1, Nomor 1, Desember 2017

ABSTACT
Agricultural land that is owned by a cord (Absentee) is legally prohibited. Because the ownership
of the Absentee-owned Agricultural Land distances the ideals and spirit of Landreform as the basic
rule of every National Agrarian law. Absentee land tenure is prohibited because it can restore
a very detrimental Landlord system especially to local farmers residing in Absentee land. True
agricultural land should be utilized and done in an effort to meet the productivity that will raise
the economy nationally. However, Government Regulation No. 4 of 1977 concerning Agricultural
Land Ownership by Clothes (Absentee) for Retired Civil Servants states that “a Servant within 2
(two) years preceding retirement allowed to buy agricultural land in guntai (absentee) covering an
area of up to 2/5 of a part the maximum limit of land tenure for the relevant Level II Regions. “. Is
the ban on the ownership of farmland in a strand (Absentee) applies to all the people of Indonesia
?. The prohibition of land ownership does not apply to Civil Servants State From the provisions of
the law above can be concluded that Civil Servants (PNS) can have Absentee land because it is
considered Civil Servants have been credited as a driver of the state system. However, with the
conditions set forth in the legislation. Civil Servants or Retired Civil Servants who have farmland by
hand (Absentee) can make a profit-sharing system as an effort to manage the absentee land to be
more productive again by sticking to the prevailing laws and regulations.
Keywords: Absentee, Civil Servant, Government Regulation Number 4 Year 1977, land ownership.

PENDAHULUAN ketangan Pemerintah Indonesia. Agraria sendiri


Semangat Landreform dalam hukum berasal dari kata ager atau akker, yang artinya
agraria nasional sebagaimana disebutkan ladang, ilmu agraria berarti ilmu ladang atau
dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 5 ilmu tanah (hukum tanah).1 Pemahaman yang
Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok- benar terkait agraria (hukum tanah) ini sangat
Pokok Agraria (selanjutnya disebut UUPA) agar penting sekali dimiliki oleh bangsa Indonesia,
supaya setiap tanah pertanian yang dimiliki karena sebagian besar pekerjaan rakyatnya
menjadi lebih produktif, agar tanah tersebut adalah petani, oleh sebab itulah pula Indonesia
menjadi lebih aktif kembali. Dengan demikian dikenal sebagai negara agraris. Mulai dari sisi
dapat meningkatkan perekonomian para petani geografis, Indonesia terletak pada daerah tropis
khususnya dan meningkatkan perekonomian yang memiliki curah hujan yang tinggi sehingga
nasional pada umumnya. banyak jenis tumbuhan yang dapat hidup dan
Hal tersebut berakibat hukum dengan tumbuh dengan subur, hal itu disebabkan dari
sendirinya hal-hal yang bertentangan dengan sisi geologisnya terdapat banyaknya gunung
cita-cita kemerdekaan atau kedaulatan bangsa api yang tersebar hampir diseluruh wilayah
Indonesia oleh pemerintah kita sekarang ini Indonesia yang kaya akan mineral, sehingga
tidak diberlakukan lagi, yang tentu adalah bahwa menempatkan posisi Indonesia dalam bagian
semua kekuasaan tentang tanah yang dulu lempeng tektonik dunia.
ada ditangan pemerintahan Belanda beralih

1
R. Wiradiputra, Agraria (Hukum Tanah), Djambatan, Purwakarta: 1954, hlm. IX.
Chita Herdiyanti 105
Kepemilikan Tanah Absentee oleh Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan Peraturan Pemerintah

Sebagai negara agraris, pertanian di untuk mempertinggi penghasilan dan taraf


Indonesia menghasilkan berbagai macam hidup para petani khususnya penggarap
tumbuhan komoditas pertanian yang tanah. Sebagai landasan atau prasyarat
berkualitas sangat baik. Berbagai macam hidup para petani khususnya penggarap
komoditi pertanian yang dihasilkan antara lain tanah, sebagai landasan atau prasyarat untuk
padi, jagung, kedelai, sayur-sayuran, aneka menyelenggarakan pembangunan ekonomi
tumbuhan umbi-umbian. Selain itu Indonesia menuju masyarakat yang adil dan makmur
juga dikenal dengan tumbuhan perkebunannya berdasarkan Pancasila.2 Tujuan Landreform
antara lain karet, kelapa sawit, tembakau, kopi, dimaksud semakin diperjelas dengan pendapat
tebu, dan lain lain. Urip Santoso, dimana Program Landreform
Negara dalam hal ini juga sangat penting tersebut meliputi:
sekali mempunyai aturan-aturan hukum yang 1. Larangan untuk menguasai tanah pertanian
kuat untuk melindungi potensi yang dimiliki yang melampaui batas;
oleh negara guna mensejahterahkan kehidupan 2. Larangan pemilikan tanah secara absentee;
rakyatnya. Sebagai bentuk perlindungan hukum 3. Redistribusi tanah yang selebihnya dari
masalah tanah juga sangat penting sekali batas maksimum serta tanah-tanah yang
dibahas mengenai subyek hukum yang berhak terkena larangan absentee, tanah bekas
untuk memiliki dan menguasai dalam hal swapraja, dan tanah negara lainnya;
pengelolaan terhadap tanah. 4. Pengaturan soal pengembalian dan
Sebagai salah satu instrumen hukum dalam penebusan tanah-tanah pertanian;
bidang agraria, UUPA menjadi tolak ukur, UUPA 5. Pengaturan kembali perjanjian bagi hasil
menjadi kiblat bagi pengaturan dan penyusunan tanah pertanian;
terhadap berbagai instrumen-instrumen 6. Penetapan batas miminum pemilikan
hukum yang erat kaitannya dengan agraria tanah pertanian, disertai larangan untuk
(hukum tanah). Selanjutnya atas dasar tersebut, melakukan perbuatan-perbuatan yang
muncullah perubahan secara fundamental mengakibatkan pemecahan pemilikan
mengenai kepemilikan dan penguasaan tanah tanah-tanah pertanian menjadi bagian-
guna melengkapi kekurangan aturan yang bagian yang terlampau kecil.
ada dalam UUPA itu sendiri, salah satu aturan Pendapat Urip Santoso tersebut yang
hukum yang ditujukan sebagai pelengkap terkait dengan ruang lingkup Landreform
atau penjelasan dari beberapa bagian yang sebagaimana disebutkan dalam Pasal 10 UUPA
diatur dalam UUPA adalah Undang-Undang sebagai berikut:
Nomor 56 prp Tahun 1960 tentang Penetapan 1. Pembatasan luas maksimum penguasaan
Luas Pertanian (Lembaran Negara Republik tanah;
Indonesia Tahun 1960 Nomor 174, Tambahan 2. Larangan pemilikan tanah secara absentee
lembaran Negara Republik Indonesia Nomor atau gadai;
5517) yang dikenal dengan Undang-Undang 3. Redistribusi tanah-tanah yang selebihnya
tentang Program Landreform. dan batas maksimum tanah yang terkena
Program Landreform sendiri bertujuan larangan absentee, tanah-tanah bekas

2
Effendi Perangin-angin, Praktek Pengurusan Sertifikat Hak Atas Tanah, Rajawali Press, Jakarta: 1986, hlm. 109.
106 ACTA DIURNAL
Volume 1, Nomor 1, Desember 2017

swapraja, dan tanah-tanah negara; harus melalui mekanisme perundang-undangan


4. Pengaturan soal pengembalian dan pula. Keberadaan hukum adat dengan konsep
penebusan tanah-tanah pertanian yang “komunal” dan “individual” atas tanah masih
digadaikan; hidup lestari dalam wilayah Indonesia.4 Tanah
5. Pengaturan kembali perjanjian bagi hasil Absentee merupakan tanah pertanian yang
tanah pertanian; kebanyakan saat ini dimiliki oleh masyarakat
6. Penetapan luas minimum pemilikan desa yang masih kental memakai hukum adat
tanah pertanian, disertai larangan untuk atas kepemilikan dan pengolahan tanahnya.
melakukan perbuatan-perbuatan yang Apabila berbicara tentang masalah tanah, jika
mengakibatkan pemecahan pemilikan ditinjau dari hukum adat merupakan suatu hal
tanah-tanah pertanian menjadi bagian- yang cukup esensiil dalam kehidupan manusia.5
bagian yang terlampau kecil. Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan
Penjelasan terkait Landreform ini secara permasalahan yakni apakah Pegawai Negeri
normatif sebenarnya sudah diatur dalam Sipil (PNS) boleh memiliki tanah absentee serta
Pasal 10 ayat (1) UUPA yang menyatakan bagaimana akibat hukum Pegawai Negeri Sipil
bahwa setiap orang dan badan hukum yang (PNS) yang memiliki tanah absentee.
mempunyai sesuatu hak atas tanah pertanian
pada asasnya diwajibkan mengerjakan atau METODE PENELITIAN
mengusahakannya sendiri secara aktif, dengan Metode penelitian yang digunakan adalah
mencegah cara-cara pemerasan. Tanah untuk penelitian hukum normatif (doctrinal research).
pertanian pada pokoknya harus dikerjakan Penelitian hukum normatif dimaksudkan untuk
sendiri. Dengan demikian dapat dihindarkan menelaah ketentuan-ketentuan hukum positif,
penumpukan tanah dari sebagian tuan- dan perangkat hukum positif yang diteliti secara
tuan tanah yang berdiam di kota yang hanya normatif akan digunakan sebagai sumber bahan
menunggu hasil terhadap tanah-tanah yang hukum. Penelitian Hukum harus dilakukan
dikerjakan oleh orang lain dengan sistem pada tataran Kenormatifan hukum. Morris L
pemerasan (absenty landlords)3 dengan tidak Cohen yang sependapat dengan Peter Mahmud
diikutinya aturan-aturan mengenai pembagian Marzuki menyatakan Legal Research is the
keuntungan yang diamanatkan oleh peraturan process of finding the law that governs activities
perundang-undangan yang berlaku. Akan tetapi in human society.6 Sekilas tampaknya apa yang
dapat diadakan pengecualian-pengecualian dikemukakan oleh Morris L Cohen tersebut
tertentu terkait ketentuan dalam Pasal 10 untuk tujuan praktis. Prosedur demikian
ayat (1) UUPA tersebut, yang terbukti terkait masih diperlukan dalam praktik hukum yang
pengecualian-pengecualian itu telah jelas menentukan baik dampak peristiwa masa lalu
dalam ketentuan Pasal 10 ayat (3) UUPA yang maupun implikasinya pada masa yang akan

3
Sudargo Gautama, Tafsiran Undang-Undang Pokok Agraria, Alumni, Bandung: 1986, hlm. 105.
4
Widhiana H P. dan Sulastriyono, “Tanah Pekulen Dalam Struktur Hukum Agraria di Jawa”, Jurnal Mimbar Hukum, Vol. 28, No. 3,
Oktober 2016, hlm. 467.
5
Akh. Munif, “Perlindungan Hukum Terhadap Hak-Hak Rakyat Atas Tanah Dalam Pembangunan (Kajian atas Perpres No. 65 Tahun
2006)”, Jurnal Yustitia, Vol. 11, No. 1, Mei 2011, hlm. VIII.
6
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media, Jakarta: 2005, hlm. 56.
Chita Herdiyanti 107
Kepemilikan Tanah Absentee oleh Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan Peraturan Pemerintah

datang dengan pernyataan itu sebenarnya apa monopoli, dan tuan-tuan tanah ini mempunyai
yang ia kemukakan juga meliputi teori hukum. hak yang demikian besar serta banyak
Penelitian Hukum terdapat beberapa menyalahgunakan haknya, sehingga banyak
pendekatan yang dengan pendekatan tersebut, menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan
peneliti akan mendapatkan informasi dari bagi rakyat. Karena tidak adanya pembagian
berbagai aspek mengenai isu yang sedang secara merata atas sumber penghidupan. Sikap
dicoba untuk dicari jawabannya. Berdasarkan tuan-tuan tanah tersebut dalam menggunakan
pendapat Peter Mahmud Marzuki7 menyatakan haknya yang sangat merugikan masyarakat
pendekatan yang digunakan dalam penelitian menyebabkan terhambatnya kemajuan
hukum ini adalah pendekatan peraturan penduduk, sehingga sudah barang tentu
perundang-undangan (statute approach), dan bertentangan dengan asas keadilan sosial yang
pendekatan konseptual (conseptual approach). dijunjung tinggi oleh masyarakat dan negara.9
Ditambah lagi pada saat ini arah pembangunan
PEMBAHASAN Indonesia berdasarkan Rencana Pembangunan
Kepemilikan Tanah Absentee Oleh Pegawai Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
Negeri Sipil 2015-2019 sebagaimana ditetapkan dengan
Pengertian tanah pertanian Absentee Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015,
secara etimologi berasal dari Bahasa Inggris, visi pembangunan nasional tahun 2015-2019
dimana kata “absentee” yang berarti tidak adalah terwujudnya Indonesia yang berdaulat,
ada atau yang tidak hadir ditempatnya.8 mandiri dan berkepribadian berlandaskan
Menurut Instruksi Bersama Menteri Dalam gotong royong. Misi yang diemban untuk
Negeri dan Otonomi Daerah dengan Menteri memenuhi visi yang telah dirumuskan adalah:10
Agraria tanggal 5 Januari 1961 No Sekra 9/1/12 1. Mewujudkan keamanan nasional yang
membuat definisi terkait tanah pertanian mampu menjaga kedaulatan wilayah,
merupakan semua tanah perkebunan, tambak menopang kemandirian ekonomi dengan
untuk perikanan, tanah peggembalaan ternak, mengedepankan sumber daya maritim,
tanah belukar, bekas ladang dan hutan yang dan mencerminkan kepribadian Indonesia
menjadi tempat mata pencaharian bagi yang sebagai negara kepulauan;
berhak. 2. Mewujudkan masyarakat maju,
Pada zaman penjajahan Belanda, berkeseimbangan dan demokratis
penguasaan hak atas tanah tidaklah berlandaskan negara hukum;
mencerminkan keadilan dan pemerataan. Hal 3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif
ini terbukti dengan dikenalnya istilah “tuan-tuan dan memperkuat jati diri sebagai negara
tanah” yang menguasai tanah-tanah partikelir. maritim;
Tuan-tuan tanah ini memiliki tanah yang sifatnya

7
Peter Mahmud Marzuki, Ibid, hlm. 133.
8
Jhon M Echols dan Hassain Sadhily, Kamus Inggris-Indonesia (an English-Indonesia Dictionary), Gramedia, Jakarta: 2012, hlm. 4.
9
Soedharyo Soimin, Status Hak Dan Pembebasan Tanah, Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta: 2004, hlm. 102.
10
BPN, “Rencana Strategis Kementerian Agraris dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional 2015-2019”, hlm. 9. http://www.bpn.
go.id/Portals/0/perencanaan/dokumen-publik/Renstra%20Kementerian%20ATR.BPN%202015%20s.d%202019.pdf, [diakses pada
19/07/2017].
108 ACTA DIURNAL
Volume 1, Nomor 1, Desember 2017

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia tidak diatur mengenai batasan maksimum dan
Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera; batasan minimum dikhawatirkan akan semakin
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing; menjauhkan dari cita-cita Landreform yang ada.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara Menurut Peter Doner, Landreform disisi
maritim yang mandiri, maju, kuat, dan lain mempunyai pengertian mengubah dan
berbasiskan kepentingan nasional; dan menyusun kembali tatanan dan prosedur-
7. Mewujudkan masyarakat yang prosedur yang berlaku sebagai usaha untuk
berkepribadian dalam kebudayaan. membuat sistem penguasaan tanah itu lebih
Untuk mencapai visi dan misi konsisten dengan persyaratan-persyaratan
pembangunan nasional yang telah ditetapkan. secara keseluruhan dari pembangunan
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan ekonomi.11 Pengertian selanjutnya terkait
Pertanahan Nasional memiliki tujuan utama Landreform disebutkan dalam Perserikatan
yaitu memastikan bumi, air, dan kekayaan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai berikut:
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai 12
“Landreform refers to integral reform of the
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar- tenure, production and supporting services
besar kemakmuran rakyat. Atas dasar itulah structure to eliminated obstacles to economic
dirumuskan Rencana Sasaran Strategis and social development a rising out defects
tahun 2015-2019 adalah: (1). meningkatnya in the agrarian strusture by redistribution of
kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan wealth, opportunity and power as manifest
agraria yang adil dan berkelanjutan, (2). in ownership and control of land, water
terwujudnya ruang yang aman, nyaman, and other resources” ada pula pengertian
produktif, dan berkelanjutan, (3). berkurangnya mengenai Agrarian Reform sebagai berikut:
kasus tata ruang dan pertanahan (sengketa, “Agrarian reform is mean to cover all aspects
konflik, dan perkara). institutional development including land
Tanah pertanian secara asas harus reform. Tenure production and supporting
dikerjakan sendiri oleh pemiliknya. Bahkan services structure and relate institution, such
sebelum UUPA diundangkan, semangat as local government, public administration
Landreform ini dapat dijumpai dalam ketentuan in rural areas, rural education and rural
hukum Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1958 social welfare institution and so forth” dari
Tentang Penghapusan Tanah-Tanah Partikelir pengertian tersebut Landreform dimaksudkan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun untuk menghilangkan penghalang-penghalang
1958 Nomor 22). Melalui aturan hukum ini terhadap perkembangan pembangunan
bahwasanya tidak dibenarkannya adanya ekonomi sosial dengan jalan redistribusi di
kepemilikan tanah-tanah yang luas kedalam bidang kekayaan kesempatan dan kekuasaan
tangan seseorang maupun badan hukum. Batas- sebagai manifestasi dari pemilikan dan
batas luas maksimum dan luas minimum tanah pengawasan terhadap tanah, air, dan sumber
pertanian haruslah ditentukan. Karena apabila daya lainnya. Sedangkan Agrarian Reform

11
Gunawan Wiriadi (ed), Dua Abad Penguasaan Tanah di Jawa dan Madura dari Masa ke Masa, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta: 1984,
hlm. 314-315.
12
Gunawan Wiriadi (ed), Ibid.
Chita Herdiyanti 109
Kepemilikan Tanah Absentee oleh Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan Peraturan Pemerintah

dimaksudkan untuk mengatasi semua aspek yang bersangkutan, asal jarak antara
yang berkaitan dengan pembangunan termasuk tempat tinggal pemilik tanah dan tanahnya
Landreform.13 menurut pertimbangan Panitia Landreform
Diterbitkan pula suatu Instruksi Bersama Kabupaten/Kota masih memungkinkan
Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah untuk mengerjakan tanah pertanian
(pada saat itu) dengan Menteri Agraria Nomor: tersebut secara efisien;
Sekra 9/1/2, berhubung dengan pelaksanaan 2. Pegawai Negeri Sipil dan Tentara Nasional
undang-undang tersebut dan terbit pula Indonesia atau yang dipersamakan dengan
Keputusan Menteri Agraria Nomor. SK/978/ itu, yaitu pensiunan janda pegawai Negeri
Ka/1960 tentang penegasan luas maksimum Sipil, janda Pensiunan mereka ini tidak
tanah pertanian yang diperinci dan ditetapkan kawin lagidengan bukan Pegawai Negeri
bagi daerah-daerah tertentu. Luas maksimum Sipil atau pensiunan, istri dan anak-anak
yang dimaksud dalam Menteri Agraria Nomor: Pegawai Negeri Sipil dan Tentara Nasional
SK/978/Ka/1960 tentang penegasan luas Indonesia yang masih menjadi tanggungan;
maksimum tanah pertanian ini adalah: 3. Mereka yang sedang menjalankan tugas
negara atau menunaikan kewajiban agama;
dan
4. Mereka yang memiliki alasan khusus
yang dapat diterima oleh Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia.
Terhadap status kepemilikan tanah
pertanian secara guntai (absentee) menjadi
Pada dasarnya pemilikan atas tanah penting untuk dibahas karena sejatinya
pertanian secara guntai (absentee) dilarang. prosedur peralihan hak milik atas tanah
Akan tetapi pada sub bab kali ini akan dibahas absentee tersebut harus sedapat mungkin
mengenai syarat-syarat dan prosedur-prosedur menghindari perbuatan-perbuatan yang
kepemilikan tanah absentee yang berpijak pada menelantarkan tanah tersebut sehingga tidak
pengecualian atas larangan kepemilikan tanah sesuai dengan peruntukkannya dan pada
absentee yang sebelumnya telah diatur dalam akhirnya dapat berimplikasi pencabutan hak
peraturan perundang-undangan yang ada. milik atas tanah oleh negara. Pengaturan
Terdapat beberapa pihak yang dikecualikan dari terkait mekanisme pemindahan atau peralihan
ketentuan larangan pemilikan tanah pertanian hak milik atas tanah pertanian secara guntai
secara guntai (absentee) yakni sebagai berikut:14 (absentee) dalam perkembangannya masih
1. Pemilik tanah pertanian yang bertempat banyak terdapat permasalahan-permasalahan
tinggal di Kecamatan yang berbatasan yang terjadi.15 Kemungkinan-kemugkinan
dengan kecamatan tempat letak tanah yang mungkin timbul terkait pemindahan atau

13
Artha Rumondang Siburian, “Eksistensi Larangan Kepemilikan Tanah Secara Latifundia dan Absentee (Guntai) : Studi di Kantor
Pertanahan Kabupaten Deli Serdang”, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,
Medan: 2009, hlm. 38.
14
Urip Santoso, Hukum Agraria Kajian Komprehensif, Kencana Prenada Media, Jakarta: 2012, hlm. 219.
15
Fitri Nur Sholikah, “Peralihan Hak Tanah Absentee Berkaitan Dengan Pelaksanaan Catur Tertib Pertanahan di Kabupaten Karanganyar”,
Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta: 2009, hlm. 6.
110 ACTA DIURNAL
Volume 1, Nomor 1, Desember 2017

peralihan tanah absentee ini adalah sering diwajibkan untuk memindahkan hak milik
terjadi peralihan hak atas tanah pertanian atas tanah pertaniannya kepada orang lain
secara guntai (absentee) yang dilakukan kepada yang bertempat tinggal di Kecamatan letak
seseorang yang bukan Pegawai Negeri Sipil, tanah tersebut.
namun berdomisili di daerah tersebut. Sehingga Jika seseorang memiliki tanah pertanian
menyebabkan pengurusan izin kepemilikan di luar kecamatan dimana ia bertempat tinggal,
tanah menjadi sulit karena berbenturan dengan kecuali pegawai negeri sipil yang diperolehnya
peraturan penataan status kepemilikan tanah dari warisan, maka dalam waktu 1 (satu)
dengan batas maksimum sesuai peraturan tahun terhitung sejak pewaris meninggal
daerah di daerah yang bersangkutan. dunia diwajibkan untuk memindahkan tanah
Ketentuan tentang kewajiban melaporkan pertaniannya kepada orang lain yang bertempat
dan memindahkan bagi pemilik tanah pertanian tinggal di kecamatan dimana tanah pertanian
secara guntai/Absentee diatur pada Pasal 3a tersebut terletak. Pemilik tanah pertanian tidak
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1964 terkena kewajiban ini, apabila berpindah tempat
yaitu:16 tinggal di kecamatan dimana tanah pertanian
1. Pemilik tanah pertanian yang berpindah tersebut terletak atau pemilik tanah pertanian
tempat tinggal atau meninggalkan tempat berpindah tempat tinggal di Kecamatan yang
kediamannya keluar kecamatan tempat berbatasan dimana tanah pertanian tersebut
letak tanah pertanian selama 2 (dua) tahun terletak.
berturut-turut, sedang ia melaporkan Perjanjian bagi hasil (hak usaha bagi
kepada pejabat setempat yang berwenang hasil) sebagai hak atas tanah diberi sifat
(kepala desa), maka dalam waktu 1 (satu) sementara, dalam waktu yang singkat dan
tahun terhitung sejak berakhirnya jangka akan dihapuskan karena mengandung sifat-
waktu 2 (dua) tahun tersebut diatas ia sifat pemerasan, mengandung sifat feodal,
diwajibkan untuk memindahkan hak milik dan bertentangan dengan jiwa UUPA. Terkait
atas tanah pertaniannya kepada orang penghitungan bagi hasil, menurut Pasal 1 huruf
lain yang bertempat tinggal di kecamatan c UUPA yang dimaksud dengan perjanjian bagi
yang berbatasan dengan tempat tinggalnya hasil adalah perjanjian dengan nama apa pun
semula atau pemilik tanah pertanian yang dibedakan antara pemilik tanah pada
menjalankan tugas negara atau menunaikan satu pihak dan seseorang atau badan hukum
kewajiban agama; pada lain pihak yang dalam undang-undang
2. Jika pemilik tanah pertanian berpindah ini disebut penggarap berdasarkan perjanjian
tempat tinggal atau meninggalkan tempat mana penggarap diperkenankan oleh pemilik
kediamannya keluar kecamatan tempat tanah tersebut untuk menyelenggarakan usaha
lahan pertanian itu, sedang ia tidak pertanian di atas tanah pemilik. Jadi terhadap
melaporkan kepada pejabat setempat yang tanah pertanian yang dimiliki secara guntai/
berwenang (kepala desa), maka dalam absentee oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) masih
waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak ia diperkenankannya dipekerjakan dengan cara
meninggalkan tempat kediamannya itu bagi hasil, akan tetapi hanya bersifat sementara

16
Urip Santoso, Op.Cit, (Note 14), hlm. 119-120.
Chita Herdiyanti 111
Kepemilikan Tanah Absentee oleh Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan Peraturan Pemerintah

dan dengan luas tanah petanian yang telah perkalian hasil bersih rata-rata selama 5 (lima)
ditentukan oleh peraturan perundang- tahun terakhir, yang ditetapkan tiap hektarnya
undangan yang berlaku. menurut golongan kelas tanahnya, dengan
menggunakan degresivitet sebagai berikut:
Akibat Hukum Pegawai Negeri Sipil Yyang 1. Untuk 5 (lima) hektar yang pertama: tiap
Memiliki Tanah Absentee hektarnya 10 (sepuluh) kali hasil bersih
Sebagai jaminan hari tua bagi para setahun;
Pegawai Negeri Sipil (PNS), dapat pula memiliki 2. Untuk 5 (lima) hektar yang kedua, ketiga,
tanah pertanian secara guntai (absentee) dan keempat: tiap hektarnya 9 (sembilan)
tersebut, dengan ketentuan tanah pertanian kali hasil bersih setahun;
tersebut tidak melebihi batas luas maksimum 3. Untuk yang selebihnya: tiap hektarnya 7
tanah yang diatur dalam Ketentuan Peraturan (tujuh) kali hasil bersih setahun dengan
Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961. Pasal ketentuan bahwa jika harga tanah menurut
3 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 224 perhitungan tersebut diatas itu lebih
Tahun 1961 menegaskan bahwa jumlah luas tinggi daripada harga umum, maka harga
maksimum tanah Absentee yang dapat dimiliki umumlah yang dipakai untuk penetapan
oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah 2/5 (dua ganti kerugian tersebut.
per lima) dari luas maksimum yang ditentukan Untuk kemudian Panitia Landreform
untuk daerah yang bersangkutan. Apabila Daerah Tingkat II berdasarkan ketentuan Pasal
Pegawai Negeri Sipil telah memiliki tanah 8 Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun
absentee tersebut melebihi luas maksimum 1961 membagi-bagikannya kepada para petani
kepemilikan tanah yang diperbolehkan, maka menurut skala prioritas sebagai berikut:
sesuai ketentuan Pasal 2 ayat (1) Peraturan 1. Penggarap yang mengerjakan tanah yang
Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961, diberi bersangkutan;
kesempatan untuk mengajukan usul kepada 2. Buruh tani tetap pada bekas pemilik, yang
Menteri Agraria mengenai bagian atau bagian- mengerjakan tanah yang bersangkutan;
bagian mana dari tanahnya yang diinginkan 3. Pekerja tetap pada bekas pemilik tanah
tetap menjadi miiknya dengan catatan tanah yang bersangkutan;
tersebut dikuasai oleh negara. 4. Penggarap yang belum sampai 3 (tiga) tahun
Tanah yang telah dikuasai oleh mengerjakan tanah yang bersangkutan
Pemerintah/Negara tersebut kemudian 5. Penggarap yang mengerjakan tanah hak
berdasarkan ketentuan Pasal 6 Peraturan pemilik;
Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 diambil 6. Penggarap tanah-tanah yang oleh
oleh pemerintah untuk dibagi-bagikan kepada Pemerintah diberi peruntukan lain
yang berhak atau digunakan oleh pemerintah berdasarkan Pasal 4 ayat (2) dan ayat (3);
sendiri, diberikan pula ganti kerugian yang 7. Penggarap yang tanah garapannya kurang
besarnya ditetapkan oleh Panitia Landreform dari 0,5 Hektar;
Daerah Tingkat II yang bersangkutan dengan 8. Pemilik yang luas tanahnya kurang dari 0,5
memperhatikan Keputusan Menteri Agraria Hektar;
Nomor. SK 978/Ka/1960, atas dasar perhitungan 9. Petani atau buruh tani lainnya.
112 ACTA DIURNAL
Volume 1, Nomor 1, Desember 2017

Dalam UUPA ini dianut sebagai prinsip itu berada dalam kedudukan yang tidak
bahwa tanah untuk pertanian sedapatnya kuat, yaitu karena umumnya tanah yang
dikerjakan oleh pemiliknya sendiri berdasarkan tersedia tidak banyak, sedang jumlah orang
Pasal 10 UUPA. Tetapi mengingat keadaan yang ingin menjadi penggarapnya adalah
dewasa ini, maka susunan masyarakat sangat besar;
pertanian untuk sementara waktu yang akan 3. Dengan terselenggaranya apa yang disebut
datang masih memerlukan adanya penggunaan pada huruf a dan huruf b di atas, maka
tanah pertanian oleh orang-orang yang bukan akan bertambahlah kegembiraan bekerja
pemiliknya. Bentuk hubungan antara pemilik pada para petani penggarap. Hal mana
dan pihak yang mengerjakan tanah tersebut akan berpengaruh baik pada caranya
antaranya adalah gadai, usaha bagi hasil, memelihara kesuburan dan mengusahakan
menumpang dan sewa tanah untuk pertanian.17 tanahnya. Hal itu tentu akan berpengaruh
Pengertian Hak Pakai diartikan18 sebagai baik pula bagi produksi tanah yang
hak-hak untuk menggunakan dan memungut bersangkutan. Yang berarti suatu langkah
hasil dari tanah yang bukan kepunyaannya maju dalam melaksanakan program yang
sendiri. tanah bersangkutan adalah tanah yang akan melengkapai “sandang pangan”
dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik rakyat.
orang lain. Hak pakai ini merupakan suatu Urip Santoso menyatakan menurut hukum
kumpulan pengertian dari hak-hak yang dikenal adat, jangka waktu perjanjian bagi hasil (Hak
dalam hukum agraria dengan berbagai nama Usaha Bagi Hasil) hanya berlaku satu tahun dan
yang semuanya dengan sedikit perbedaan dapat diperpanjang. Akan tetapi perpanjangan
berhubungan dengan keadaan daerah-daerah, jangka waktunya tergantung pada kesediaan
pada pokoknya memberi wewenang kepada pemilik tanah, sehingga bagi penggarap
yang mempunyai sebagai yang disebutkan tidak ada jaminan untuk dapat menggarap
dalam pasal ini. Terhadap Hak Pakai ini tidak dalam waktu yang layak, keadaan ini menjadi
bertentangan dengan jiwa UUPA (Landreform). penyebab penggarap bersedia menerima
Terhadap Perjanjian Bagi Hasil, dalam syarat-syarat penggarapan yang berat, tidak
penjelasan umum UUPA menyatakan bahwa adil, dan mengandung sifat-sifat pemerasan,
tujuan untuk diaturnya perjanjian bagi hasil Undang-Undang Nomr 2 Tahun 1960 mengatur
tersebut adalah: jangka waktu perjanjian bagi hasil (Hak Usaha
1. Agar pembagian hasil tanah antara pemilik Bagi Hasil), yaitu:19
tanah dan penggarapnya dilakukan atas 1. Lamanya jangka waktu perjanjian bagi hasil
dasar yang adil; untuk tanah sawah sekurang-kurangnya
2. Dengan menegaskan hak-hak dan tiga tahun dan untuk tanah kering sekurang-
kewajiban-kewajiban dari pemilik tanah dan kurangnya lima tahun. Yang dimaksud
penggarap agar terjamin pula kedudukan tahun disini adalah tahun tanaman, bukan
hukum yang layak bagi para penggarap, tahun kalender;
yang biasanya dalam perjanjian bagi hasil

17
Sudargo Gautama, Op. Cit, (Note 3 ), hlm. 159.
18
Sudargo Gautama, Ibid, hlm. 149.
19
Urip Santoso, Op.Cit, (Note 14), hlm. 233.
Chita Herdiyanti 113
Kepemilikan Tanah Absentee oleh Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan Peraturan Pemerintah

2. Perjanjian tidak terputus karena sebanyak gaji yang diterima semasa bertugas
pemindahan hak milik atas tanah yang sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
bersangktan kepada pihak lain. Bilamana
terjadi pemindahan hak milik atas tanah KESIMPULAN
yang dibagihasilkan itu kepada orang lain, Pada dasarnya Tanah Pertanian merujuk
perjanjian bagi hasil yang bersangkutan pada semangat Landreform adalah dikerjakan
tidak terputus. Dalam hal demikian, hak sendiri oleh penduduk sekitar yang juga sebagai
dan kewajiban pemilik lama akan berpindah pemilik atas tanah pertanian tersebut. Namun,
kepada pemilik yang baru; kepemilikan tanah pertanian secara guntai
3. Jika penggarap meninggal dunia, maka (absentee) oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS)
perjanjian bagi hasil itu dilanjutkan oleh adalah boleh. Karena terdapat pengecualian-
ahli warisnya denga hak dan kewajiban pengecualian yang telah diatur dalam Peraturan
yang sama; Pemerintah Nomor 4 Tahun 1977. Terhadap
4. Pemutusan perjanjian bagi hasil sebelum pengecualian larangan kepemilikan tanah
berakhirnya jangka waktu perjanjian hanya secara absentee oleh Pegawai Negeri Sipil.
dimungkinkan apabila jika ada persetujuan Terhadap tanah tersebut Pegawai Negeri Sipil
kedua belah pihak yang bersangkutan dan (PNS) diberikan pilihan-pilihan atau opsi terkait
hal itu dilaporkan kepada Kepala Desa. kepemilikan tanah tersebut. Pilihan tersebut
Atas dasar pertimbangan tersebut, dapat berupa mengalihkan hak kepemilikan.
maka kepemilikan tanah pertanian secara Tetapi Pegawai Negeri Sipil juga dapat
guntai/ absentee oleh Pegawai Negeri Sipil menggunakan hak pakai dan hak sementara
dan pensiunan Pegawai Negeri Sipil dapat atas tanah tersebut berdasarkan ketentuan
pula dipekerjakan secara bagi hasil, mengingat peraturan perundang-undangan.
selama bertugas sebagai Pegawai Negeri Sipil
tidak dapatnya memiih tempat tugas sesuai SARAN
dengan domisili tempat tinggalnya. Begitupula Pengaturan terkait kepemilikan tanah
kepemilikan tanah absentee bagi para pensiunan absentee harus dilakukan perombakan dan
Pegawai Negeri Sipil juga diperuntukkan karena reformasi ulang. Karena aturan hukum yang
faktor usia dari pensiunan Pegawai Negeri ada dalam hal ini belum jelas mengatur
Sipil tersebut yang sudah tidak lagi produktif terkait kepemilikan tanah secara absentee.
untuk bekerja, dan keseharian yang sangat Ketidakjelasan terkait hal ini adalah
berbeda dengan para petani di pedesaan. Oleh kepemilikan tanah secara absentee tersebut
sebab itulah bagi hasil atas kepemilikan tanah diperuntukkan hanya pada Pegawai Negeri
absentee semasa setelah Pensiun bertugas dari Sipil (PNS) ataukah juga diperuntukkan bagi
Pegawai Negeri Sipil (PNS) ditujukan sebagai Pensiunan Pegawai Negeri Sipil. Ketidakjelasan
rasa terimakasih negara atas pengabdian yang ini akan menimbulkan kerancuan berfikir
selama ini dilakukan dengan baik, serta untuk karena kepemilikan tanah secara absentee juga
tetap menjaga kesejahteraan para pensiunan diberlakukan bagi para janda Pegawai Negeri
Pegawai Negeri Sipil (PNS) tersebut dimana gaji Sipil tersebut.
yang diterima setelah pensiun sudah pasti tidak
114 ACTA DIURNAL
Volume 1, Nomor 1, Desember 2017

DAFTAR PUSTAKA Peraturan Perundang-Undangan


Buku Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang
Effendi Perangin-angin, Praktek Pengurusan Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
Sertifikat Hak Atas Tanah, Rajawali Press, Undang-Undang Nomor 56 prp Tahun 1960
Jakarta: 1986. tentang Penetapan Luas Pertanian.
Gunawan Wiriadi (ed), Dua Abad Penguasaan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Tanah di Jawa dan Madura dari Masa ke Nomor 41 Tahun 1964 Tentang Perubahan
Masa, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta: Dan Tambahan Peraturan Pemerintah
1984. Nomor 224 Tahun 1961 Tentang
Jhon M. Echols dan Hassain Sadhily, Kamus Pelaksanaan Pembagian Tanah Dan
Inggris-Indonesia (an English-Indonesia Pemberian Ganti Kerugian.
Dictionary), Gramedia, Jakarta: 2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Nomor 4 Tahun 1977 Tentang Pemilikan
Kencana Prenada Media, Jakarta: 2005. Tanah Petanian Secara Guntai (Absentee)
R. Wiradiputra, Agraria (Hukum Tanah), Bagi Para Pensiunan Pegawai Negeri.
Djambatan, Purwakarta: 1954.
Soedharyo Soimin, Status Hak Dan Pembebasan Sumber Lainnya
Tanah, Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta: Artha Rumondang Siburian, “Eksistensi
2004. Larangan Kepemilikan Tanah Secara
Sudargo Gautama, Tafsiran Undang-Undang Latifundia dan Absentee (Guntai): Studi
Pokok Agraria, Alumni, Bandung: 1986. Di Kantor Pertanahan Kabupaten Deli
Urip Santoso, Hukum Agraria Kajian Serdang”, Tesis, Program Studi Magister.
Komprehensif, Kencana Prenada Media, BPN, “Rencana Strategis Kementerian Agraris
Jakarta: 2012. dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional 2015-2019”, http://www.bpn.
Jurnal go.id/Portals/0/perencanaan/dokumen-
Akh. Munif, “Perlindungan Hukum Terhadap publik/Renstra%20Kementerian%20
Hak-Hak Rakyat Atas Tanah Dalam ATR.BPN%202015%20s.d%202019.pdf,
Pembangunan (Kajian atas Perpres No. 65 [diakses pada 19/07/2017].
Tahun 2006)”, Jurnal Yustitia, Vol. 11, No. Fitri Nur Sholikah, “Peralihan Hak Tanah
1, Mei 2011. Absentee Berkaitan Dengan Pelaksanaan
Widhiana H. Puri dan Sulastriyono, “Tanah Catur Tertib Pertanahan di Kabupaten
Pekulen Dalam Struktur Hukum Agraria di Karanganyar”, Skripsi, Universitas
Jawa”, Jurnal Mimbar Hukum, Vol. 28, No. Muhammadiyah Surakarta, Surakarta:
3, Oktober 2016. 2009.

Anda mungkin juga menyukai