Anda di halaman 1dari 1

PENDAHULUAN

Hak milik atas tanah (HAT) merupakan suatu hak untuk menguasai tanah oleh negara yang
diberikan kepada seseorang, sekelompok orang atau badan hukum baik warga Indonesia,
maupun warga negara asing. Pemegang hak atas tanah tersebut diberikan wewenang untuk
menggunakan tanah atau menagmbil manfaat dari tanah yang dihaki. Hak kepemilikan tanah
menjadi suatu Problematika yang sering terjadi belakangan ini, pengakuan atas kepemilikan
tanah kadang-kadang hanya didasarkan kepada seberapa lama seseorang menempati,
memakai, dan mengolah tanah tersebut sehingga telah merasa seolah-olah dia lah pemegang
hak milik atas tanah itu. Berdasarkan Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 menerangkan
bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. Sebagai negara hukum, pengakuan hak milik
telah diatur dalam berbagai peraturan perundangan-undangan, aturan tersebut mengikat
setiap warga negara bahkan pemerintah sendiri agar tercipta jaminan kepastian hukum
mengenai hak seseorang, hal ini sejalan dengan teori hukum yang dikembangkan oleh Roscou
Pound yaitu hukum adalah alat rekayasa sosial (Law as a tool of social engineering). Masalah
yang terjadi belakangan ini tentang PERKEMBANGAN DAN KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN,
PERTANIAN DAN INDUSTRI pada wilayah kecamatan kraton rembang dan bangil, Kabupaten
pasuruan. Perkembangan dan kesesuaian lahan permukiman pada wilayah ini menjadi topik
pembahasan pada pemerintah di kabupaten pasuruan, pasalnya pemerintah memaksakan
kehendak mengubah/mengalih fungsikan lahan secara besar besaran. Umumnya lahan
permukiman pertanian dan industri membutuhkan lahan yang luas. Jika ingin mengalih
fungsikan lahan guna untuk tujuan pembangunan maka harus siap memperhitungkan luas
lahan yang tersedia sehingga tidak terjadi upaya memaksakan diri untuk mengkonversi lahan
tersebut. Pada tahun 2012 – 2016 terjadi penurunan lahan pertanian sawah sebesar 258 ha dan
penurunan lahan pertanian bukan sawah termasuk tegal/kebun sebesar 4.323 ha. Sedangkan
untuk lahan bukan pertanian mengalami peningkatan sebesar 2.821 ha Kondisi tersebut akibat
pengaruh dari pembangunan infrastruktur salah satunya pembangunan kawasan industri PIER
berada di 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Rembang, Kecamatan Bangil dan Kecamatan Kraton.
Pembangunan kawasan ini menyebabkan 16 petani belum termasuk tanah milik desa, sudah
dibeli oleh para investor seluas 500 ha. elain itu, sebagian besar wilayah di Kabupaten Pasuruan
selalu dilanda banjir setiap tahunnya pada musim hujan. Menyebabkan wilayah permukiman,
pertanian dan industri menjadi terendam banjir, dan melumpuhkan jalur pantura. Faktor yang
mempengaruhi banjir Pasuruan, meliputi: penyempitan dan pendangkalan sungai,
berkurangnya hutan di hulu sehingga air langsung turun saat hujan lebat, kondisi pasang surut
air laut, buruknya drainase di sejumlah lokasi dan kebiasaan buang sampah sembarangan.

Anda mungkin juga menyukai