Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tanah sebagai permukaan bumi merupakan faktor yang sangat penting

untuk menunjang kesejahteraan rakyat dan sumber utama bagi kelangsungan hidup

dalam mencapai kemakmuran rakyat. Tanah juga merupakan salah satu faktor

produksi yang sangat vital bagi kehidupan manusia dan pembangunan suatu

bangsa. Peningkatan volume pembangunan dalam suatu negara, mengikis

pentingnya tanah untuk pertanian. Pertambahan penduduk yang memerlukan

areal yang luas, mengakibatkan mengecilnya atau berkurangnya persediaan tanah.

Tanah merupakan sumber daya yang penting bagi masyarakat,

khususnya petani. Petani yang memerlukan tanah pertanian sebagai sarana

mempertinggi produksi pertanian dan upaya bertahan hidup. “Tanah pertanian

sangat penting nilainya dalam suatu bangsa, karena sebagai salah satu

penopang ketahanan pangan disuatu negara. Karena pentingnya tanah

pertanian, maka tanah pertanian perlu diatur keberadaannya agar tidak

dikuasai secara besar-besaran oleh sebagian pihak saja”.1 Hal ini harus sesusai

dengan dasar Negara Indonesia yaitu Pancasila tepatnya pada sila ke-5 yang

berbunyi keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia, maka dari itu setiap warga

1
Stefanus Fourista Handayanto. 2008. Pemilikan Tanah Pertanian Secara Absenteeoleh
Pegawai Negeri Sipil dan yang dipersamakan dengan Pegawai Negeri Sipil di wilayah Kabupaten
Sleman. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Hal.6.
negara Indonesia harus memiliki kesempatan yang sama dalam kepemilikan tanah,

khususnya tanah untuk pertanian yang mana hal ini telah dibatasi dengan peraturan

perundang-undangan.

Indonesia merupakan negara yang sebagian besar penduduknya

bermatapencaharian di bidang pertanian, baik sebagai pemilik tanah pertanian,

petani penggarap maupun buruh tani. Tanah merupakan faktor yang sangat penting

bagi kelangsungan hidup masyarakat dan pembangunan suatu bangsa. Pentingnya

tanah untuk kehidupan manusia merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan

sebab kelangsungan hidup manusia untuk memperoleh suatu bahan makanan

sebagian besar berasal dari pengelolaan tanah. Eratnya hubungan antara manusia

dan tanah dapat dilihat dalam ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 yang

berbunyi: “Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai

oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. ” Disini dapat

dilihat negara sebagai organisasi kekuasaan rakyat memiliki wewenang untuk

mengatur tentang pendayagunaan tanah, penguasaan serta kepemilikannya. Tanah

sebagai bagian dari bumi dapat dipergunakan untuk sebesar-besarnya kepentingan

rakyat dan menghindari segala bentuk yang merugikan kepentingan umum. Adapun

tujuan Negara Indonesia dalam pembukaan UUD 1945,

1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

2. Untuk memajukan kesejahteraan umum,

3. Mencerdaskan kehidupan bangsa,

4. Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial,


Maka dapat kita simpulkan bahwa negara Indonesia melindungi negara

tanah air dan seluruh warga negara Indonesia baik yang berada di dalam maupun di

luar negeri. Selain itu negara kita menginginkan situasi dan kondisi rakyat yang

bahagia, makmur, adil, sentosa, dan lain sebagainya. Di samping itu negara

Indonesia turut berperan aktif dalam menjaga perdamaian dunia untuk kepentingan

bersama serta tunduk pada perserikatan bangsa-bangsa atau disingkat PBB.

Tanah mempunyai peranan yang besar dalam dinamika pembangunan,

maka di dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 disebutkan bahwa Bumi

dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Ketentuan mengenai tanah

juga dapat kita lihat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun

1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria atau yang biasa kita sebut

dengan UUPA. Ketidak sempurnaan nilai tanah akan mendorong mekanisme

pengalokasian tanah secara tidak adil dan tidak merata. Sehingga penting adanya

UUPA yang khusus mengatur tentang tanah agar tidak ada golongan masyarakat

yang mempunyai dan menguasai akses yang tinggi untuk memenfaatkan tanah

hanya untuk kepentingannya semata. Dengan demikian semua nilai yang

terkandung didalam tanah dapat dimanfaatkan secara sejahtera, adil dan merata.

Tanah mempunyai makna yang sangat luas, karena didalamnya tidak hanya

terkandung aspek fisik, tetapi juga aspek sosial, ekonomi, budaya, politik, hukum

ekonomi, produksi dan aspek pertahanan dan keamanan. Dalam hal ini penulis akan

memaparkan nilai filosofis apa saja yang terkandung didalam tanah. Selanjutnya

pentingnya penulisan ini adalah untuk mengetahui nilai filosofis tanah dan untuk
mengetahui tujuan hukum agraria, yaitu mencapai sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat untuk menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD

45 (Pasal 33 ayat 3).

Tanah adalah aset bangsa Indonesia yang merupakan modal dasar menuju

masyarakat adil dan makmur. Oleh karena itu, pemanfaataannya haruslah

didasarkan pada prinsip-prinsip yang tumbuh berkembang dalam masyarakat

Indonesia.2

Peraturan pelaksana terkait dengan ketentuan pasal 33 ayat 3 UUD 1945,

khususnya tentang Bumi diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960

tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA). Kendati undang-undang

secara formal merupakan suatu peraturan yang dibuat oleh pemerintah dengan

persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat, tetapi mengingat sifatnya sebagai peraturan

dasar, dalam undang-undang tersebut hanya dimuat mengenai asas-asas dan garis

besarnya saja. “Mengenai pelaksanaan lebih lanjut terhadap UUPA telah diatur

dalam berbagai peraturan perundang-undangan dan peraturan-peraturan pemerintah

lainnya. Salah satu aspek hukum penting dengan diundangkannya UUPA adalah

dicanangkannya Program Landreform di Indonesia yang bertujuan untuk

mempertinggi penghasilan dan taraf hidup para petani penggarap tanah, sebagai

landasan atau prasyarat untuk menyelenggarakan pembangunan ekonomi menuju

masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila”.3 Salah satu dari program

2
Arie Sukanti Hutagalung. 2009. Kewenangan Pemerintah di Bidang Pertanahan. Jakarta.
Rajawali Pers. Hal.83.
3
Effendi Perangin. 1986. Hukum Agraria di Indonesia. Suatu Telaah dari Sudut Pandang
Praktisi Hukum. Jakarta. CV.Rajawali. Hal.122.
landreform adalah pelarangan pemilikan tanah secara absentee/guntai, yang

berpangkal pada dasar hukum Pasal 10 UUPA.

Pada prinsipnya tanah pertanian harus dikerjakan secara aktif oleh pemilik

tanah pertanian itu sendiri berdasarkan asas kewajiban mengerjakan atau

mengusahakan sendiri secara aktif atas tanah pertanian yang termuat dalam pasal

10 UUPA, selain itu kepemilikan tanah secara absentee/guntai dilarang.

Penguasaan tanah secara absentee/guntai dapat diartikan kepemilikan tanah

pertanian diluar kecamatan tempat tinggal atau KTP pemilik tanah. Larangan ini

berkaitan dengan ketentuan-ketentuan pokok Landreform yang diatur dalam Pasal

7, 10 dan 17 UUPA dan UU No. 56 Prp Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah

Pertanian sebagai peraturan pelaksana pasal 7, 10, dan 17 UUPA. Maksud dari

pelarangan pemilikan tanah secara absentee/guntai ini agar petani bisa aktif dan

efektif dalam mengerjakan tanah pertanian miliknya, sehingga produktivitasnya

bisa tinggi dan melenyapkan pengumpulan tanah di tangan segelintir tuan-tuan

tanah.

Peraturan larangan mengenai Pemilikan Tanah Pertanian secara

absentee/guntai sudah sangat jelas dilarang, akan tetapi berdasarkan hasil penelitian

terdahulu oleh “Artha Rumondang Siburian, di tempat penelitiannya yaitu di

Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo masih banyak pemilikan tanah secara

absentee/guntai dengan bukti bahwa pemilik tanah pertanian tersebut berdomisili

atau bertempat tinggal diluar Kecamatan Paguyaman”.4 Selain itu dari hasil

4
Artha Rumondang Siburian. 2009. Eksistensi Larangan Kepemilikan Tanah Secara
Latifundia Dan Absentee (Guntai):Studi Di Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang. Tesis.
Universitas Sumatra Utara Medan. Hal.21.
penelitian “Juraida di Kabupaten Bantul masih banyak sering terjadi kepemilikan

tanah pertanian secara absentee/guntai di tiap tahunnya baik yang dimiliki oleh

warga masyarakat biasa maupun para Pegawai Negeri Sipil. Dari seluruh tanah

absentee/guntai tersebut, ada yang masih tetap dimiliki pemiliknya, ada yang sudah

diredistribusi dan ada juga yang ditelantarkan begitu saja”. 5


Berdasarkan hasil

penelitian “Fitri Nur Sholikah di Kabupaten Karanganyar pemetaan tanah pada

tahun 2000, ternyata lebih dari 6,4% wilayah Kabupaten Karanganyar berstatus

tanah absentee/guntai”.6

Banyaknya kepemilikan tanah secara absentee/guntai di Indonesia seperti

di beberapa wilayah di Indonesia yang disebutkan di atas tentu akan menimbulkan

dampak yang buruk antara lain dijelaskan berdasarkan hasil penelitian terdahulu

oleh “Ariska Dewi, bahwa Kepemilikan tanah secara absentee/guntai akan

berdampak tanah-tanah tersebut setelah dibeli, sebagian ada yang dibiarkan begitu

saja tidak diolah sebagaimana mestinya sehingga mengakibatkan tanah-tanah

tersebut menjadi terlantar. Disamping itu karena pemiliknya bertempat tinggal jauh

di luar jawa dan tidak mesti satu tahun sekali pulang maka pihak aparat desa juga

mengalami kesulitan dalam penarikan pajaknya”. 7

5
Juraida. 2016. Pelaksanaan Larangan Pemilikan Tanah Pertanian Secara Absentee/
Guntai:(studi Di Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul). Skripsi Universitas Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Hal.32
6
Fitri Nur Sholikah. 2009. Peralihan Hak Tanah Absentee Berkaitan Dengan Pelaksanaan
Catur Tertib Pertanahan Di Kabupaten Karanganyar. Skripsi Univeristas Muhammadiyah
Surakarta. Hal.50.

7
Ariska Dewi. 2008. Peran Kantor Pertanahan Dalam Mengatasi Kepemilikan Tanah“
Absentee/Guntai”Di Kabupaten Banyumas. Tesis.Universitas Diponegoro Semaranag. Hal.31
Berkaitan dengan hal tersebut maka peran penegak hukum yang memiliki

wewenang dan tugas dalam hal ini adalah Badan Pertanahan Nasional sebagai

pelaksana kebijakan di bidang pertanahan sangat diharapkan dalam

mensosialisasikan peraturan-peraturan yang ada mengenai larangan kepemilikan

tanah absentee/guntai kepada seluruh masyarakat untuk menunjang terlaksananya

program Landreform di Indonesia, mengingat bahwa salah satu fungsi dan tugas

Badan Pertanahan Nasional adalah pengawasan dan pengendalian penguasaan

pemilikan tanah sesuai dengan pasal 3 poin 10 Peraturan Pemerintah No.10 Tahun

2006 Tentang Badan Pertanahan Nasional. Sesuai dengan pasal 3 maka Badan

Pertanahan Nasional memiliki wewenang untuk melakukan pengawasan terhadap

penguasaan tanah absentee/guntai, selain itu dalam pasal 197 Peraturan Kepala

Badan Pertanahan Nasional No 1 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Badan Pertanahan Nasional Indoenesia Republik Indonesia, disebutkan bahwa

Direktoral landreform memiliki wewenang dan tugas dalam melakukan

pengawasan terhadap kepemilikan tanah secara absentee/guntai adapun bunyi

pasalnya ”Direktorat Landreform mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

perumusan kebijakan teknis serta pelaksanaan pengaturan dan penetapan

penguasaan dan pemilikan tanah landreform”. Dalam melaksankan tugasnya

Direktorat landreform memiliki fungsi sebagi berikut temuat dalam pasal 198 huruf

h yang berbunyi ”Direktorat Landreform menyelenggarakan fungsi, pelaksanaan


monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan landreform”. Aturan yang memuat

tugas dan fungsi Direktoral landreform di atas berkaitan dengan ketentuan-

ketentuan pokok Landreform dan sebagai peraturan pelaksana aturan yang termuat

dalam Pasal 7, 10 dan 17 UUPA.

Telah diketahui bahwa yang memiliki peran dalam pengaturan maupun

pengawasan pemilikan tanah pertanian secara absentee/guntai, yaitu Kantor

Pertanahan berdasarkan hasil penelitian dari “Ariska Dewi sejauh ini, Kantor

Pertanahan memang belum melakukan hal yang konkrit untuk menunjang

terlaksananya efektivitas larangan pemilikan tanah absentee/guntai tersebut. Hal

itu terbukti dari adanya tanah-tanah absentee/guntai yang lolos dari pantauan

Kantor Pertanahan”.8 Berdasarakan keterangan dari pihak Kantor Pertanahan

sebenarnya pihaknya sudah semaksimal mungkin melakukan tertib administrasi

khususnya dalam hal pembuatan sertipikat tanah, yang sebelumnya akan dilihat

terlebih dahulu mengenai domisili dari pemilik tanah tersebut apakah berada di satu

kecamatan dengan tanah yang bersangkutan. Dan jika tanah yang didaftarkan oleh

pemohon termasuk dalam ketegori tanah yang berstatus absentee/guntai, maka

tidak akan diproses dalam pembuatan sertifikatnya. Tapi yang kemudian terjadi

adalah, orang-orang yang ditolak tersebut akan datang kembali dengan membawa

KTP daerah tempat tanah itu berada sehingga Kantor Pertanahan tidak berani

menolak untuk memproses berkas-berkas tersebut, karena secara formal semua

8
Ibid. hal,15
syarat sudah terpenuhi. Dan disini pihak Kantor Pertanahan tidak memiliki

kewenangan yang terlalu jauh dalam meneliti apakah KTP tersebut asli atau tidak.9

Sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui Program Catur Tertib

Pertanahan khususnya tertib hukum pertanahan dan tertib penggunaan tanah,

Kantor Pertanahan Kabupaten Banyumas telah melakukan upaya yaitu penertiban

hukum dengan mengadakan penyuluhan hukum yang terarah dan diselenggarakan

terus menerus secara luas. Penyuluhan diadakan dengan datang ke kecamatan-

kecamatan, karena kecamatan merupakan sentral daripada peralihan hak supaya

tidak dilakukan jual beli tanah secara absentee/guntai.10

Sehubungan dengan latar belakang di atas maka mendorong penulis untuk

melakukan penelitian tanah-tanah yang dikuasai secara absentee/guntai di

Kabupaten Malang.

Hal ini berdasarkan banyaknya terjadi kepemilikan tanah secara

absentee/guntai di Kabupaten Malang, dan tidak sesuai dengan dasar negara

Indonesia, yaitu Pancasila dan peraturan perundang-undangan yang berlaku baik

berdasarkan UUPA dan peraturan-peraturan yang terkait dengan larangan

kepemilikan tanah secara absentee/guntai, mengingat bahwa banyaknya aturan-

aturan tersebut tersebut belum tercapai sepenuhnya, maka dari itu penulis tertarik

untuk mengkaji, mencermati, dan mempelajari fenomena tersebut sebagai bahan

penelitian dengan mendeskripsikannya melalui judul:

9
Ibid. hal, 18
10
Ibid. hal, 20
“PERAN KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN MALANG DALAM

MENGAWASI KEPEMILIKAN TANAH SECARA“ABSENTEE/GUNTAI” DI

KABUPATEN MALANG.”

B. Rumusan Permasalahan

1. Bagaimana peran Kantor Pertanahan Kabupaten Malang dalam mengawasi

kepemilikan tanah secara absentee/guntai di Kabupaten Malang?

2. Apa yang menjadi faktor pendukung dan kendala Kantor Pertanahan

Kabupaten Malang dalam mengawasi kepemilikan tanah secara

absentee/guntai di Kabupaten Malang?

3. Bagaimana upaya Kantor Pertanahan Kabupaten Malang dalam mengawasi

kepemilikan tanah secara absentee/guntai di Kabupaten Malang?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui peran Kantor Pertanahan Kabupaten Malang dalam

mengawasi kepemilikan tanah secara absentee/guntai di Kabupaten Malang.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan kendala Kantor Pertanahan

Kabupaten Malang dalam mengawasi kepemilikan tanah secara

absentee/guntai di Kabupaten Malang.

3. Untuk mengetahui upaya Kantor Pertanahan Kabupaten Malang dalam

mengawasi kepemilikan tanah secara absentee/guntai di Kabupaten Malang.


D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dengan penelitian ini di harapkan, akan memperoleh dan menambah

pengetahuan penulis mengenai peran Kantor Pertanahan Kabupaten Malang

dalam mengawasi kepemilikan tanah secara absentee/guntai di Kabupaten

Malang serta melatih kemampuan berpikir dan menganalisis suatu

permasalahan.

2. Sebagai dedikasi penulis dalam memberikan sumbangsih pemikiran bagi

masyarakat khususnya yang memiliki tanah secara absentee/guntai, sehingga

dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan rujukan bagi mereka yang

membutuhkan.

3. Untuk memenuhi salah satu syarat akademik dalam menempuh ujian strata-1

(S1) pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah

Malang

E. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kantor Pertanahan Kabupaten Malang dapat memberikan penyuluhan dan

sosialisasi terhadap orang yang memiliki tanah secara absentee/guntai di

Kabupaten Malang.

2. Kantor Pertanahan Kabupaten Malang dan instansi-instansi yang terkait dapat

mengetahui banyaknya orang yang memiliki tanah secara absentee/guntai di

Kabupaten Malang.
3. Orang yang memiliki tanah secara absentee/guntai akan menjalankan

kewajibannya sesuai dengan peratutan perundang-undangan yang berlaku.

4. Masyarakat kabupaten Malang yang belum memiliki kesempatan memiliki

tanah akan mendapatkan kesempatan memiliki tanah.

5. Penulis dapat mengetahui peran Kantor Pertanahan Kabupaten Malang dalam

mengawasi kepemilikan tanah secara absentee/guntai di Kabupaten Malang.

F. Metode Penelitian

1. Metode Pendekatan

Menggunakan pendekatan yuridis sosiologis, yakni melihat peran Kantor

Pertanahan Kabupaten Malang dalam mengawasi kepemilikan tanah secara

absentee/guntai di masyarakat, khususnya di Dusun Morotanjek dan Dusun

Ngentong Desa Purwoasri Kecamatan Singosari Kabupaten Malang.

2. Alasan Pemilihan Lokasi Penelitian

Penulis memilih lokasi penelitian di Kantor Pertanahan Kabupaten Malang.

Adapun alasan memilih lokasi penelitian ini karena Kantor Pertanahan

Kabupaten Malang merupakan instansi yang sangat berperan dan memiliki

wewenang dalam hal kepengurusan tanah dan selain itu Kabupaten Malang

merupakan wilayah yang tanah pertaniannya tidak sedikit berstatus

absentee/guntai, berdasarkan wawancara penulis dengan seorang notaris yaitu,

“terbukti banyak akte jual-beli yang dibuat oleh notaris tersebut yang mana

pembeli tanah bukan berasal dari Kabupaten Malang melainkan dari luar daerah
kabupaten Malang bahkan ada dari luar pulau”.11 Perbuatan hukum seperti inilah

banyak membuat tanah pertanian di Kabupaten Malang tidak sedikit berstatus

absentee/guntai.

3. Jenis Data

Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua kategori,

yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer diperoleh dengan cara mewawancara langsung nara sumber

dilokasi penelitian yang berkompeten seperti pegawai-pegawai pemerintahan

yang bertugas di Kantor Pertanahan Kabupaten Malang dan pihak-pihak yang

terkait untuk mendukung kelengkapan data penulis.

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari bebarapa data hukum yaitu dari data hukum

primer, sekunder, dan tersier.

1) Data hukum primer diperoleh dari menelaah literatur, jurnal, makalah serta

peraturan perundang–undangan yang mempunyai kekuatan mengikat,

yaitu peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pertanahan, yang

terdiri dari, antara lain: Undang-Undang No. 56 Tahun 1960 Tentang

Penetapan Luas Tanah Pertanian, Undang-Undang No. 5 Tahun 1960

Tentang Peraturan Dasar Undang-Undang Pokok Agraria, Peraturan

Pemerintah No. 224 Tahun 1961 Tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah

11
Wawancara penulis dengan Fathul Laila (Notaris PPAT), tanggal 20 September 2016, di
Kantor Notaris PPAT Fathul Laila.,S.H.,LL.M.,M.Kn.
dan Pemberian Ganti Kerugian, Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1964

Tentang Perubahan dan Tambahan Peraturan Pemerintah No. 224 Tahun

1961 Tentang Pelaksanaan Pemberian Ganti Kerugian, Peraturan

Pemerintah No. 38 Tahun 1963 Tentang Penunjukan Badan-badan Hukum

yang dapat mempunyai Hak Milik Atas Tanah, Peraturan Pemerintah No.

4 Tahun 1977 Tentang Pemilikan Tanah Pertanian Secara Guntai

(Absentee) Bagi Para Pensiunan Pegawai Negeri, Peraturan Presiden No.

10 Tahun 2006 Tentang Badan Pertanahan Nasional, dll.

2) Data hukum sekunder diperoleh dari menelaah artikel dan liputan yang ada

kaitannya dengan peran Kantor Pertanahan Kabupaten Malang dalam

mengawasi kepemilikan tanah secara absentee/guntai di Kabupaten

Malang.

3) Data hukum tersier diperoleh dari menelaah dari Ensiklopedi, Kamus,

Glossary, dan lain-lain yang membahas mengenai pengertian baik, istilah

baku yang terkait dengan isi dari penulisan penulis

4. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang diperlukan penulis ada dua metode pemgumpulan

data, yaitu pengumpulan data primer dan sekunder :

a. Teknik Pengumpalan Data secara Primer

Teknik pengumpulan data secara primer dilakukan dengan cara:

1) Wawancara/Interview

Yaitu penulis melakukan tanya jawab Interview kepada sejumlah nara

sumber yang berkompeten seperti pegawai-pegawai pemerintahan yang

bertugas di Kantor Pertanahan Kabupaten Malang, seperti


a) Pegawai khusus yang memiliki wewenang dan tugas untuk melakukan

pengawasan dalam kepemilikan tanah secara absentee/guntai, yaitu

pihak Sub Seksi Landreform Dan Konsulidasi Tanah yang dijalankan

oleh Bapak Sugianto dan pihak-pihak yang terkait dalam pengawasan

kepemilikan tanah secara absentee/guntai di Kabupaten Malang.

Adapun pertanyaan-pertanyaan yang akan penulis tanyakan saat

wawancara antara lain:

a).1 Bagaimana peran peran Kantor Pertanahan Kabupaten Malang

dalam mengawasi kepemilikan tanah secara absentee/guntai di

Kabupaten Malang?

a).2 Apa yang menjadi faktor pendukung dan kendala Kantor

Pertanahan Kabupaten Malang dalam mengawasi kepemilikan

tanah secara absentee/guntai di Kabupaten Malang?

a).3 Bagaimana upaya Kantor Pertanahan Kabupaten Malang dalam

mengawasi kepemilikan tanah secara absentee/guntai di

Kabupaten Malang?

Dan segala pertanyaan yang terkait dan mendukung dengan

penulisan Tugas Akhir penulis

b) Kepala Kantor Kecamatan serta pegawai di Kantor Kecamatan

Singosari, khususnya pegawai yang berada di bagian Kasubag Umum

yang dijalakan oleh Ibu Endah. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang

akan penulis tanyakan saat wawancara antara lain:


b).1 Siapa saja warga yang memiliki tanah secara absentee/guntai?

b).2 Dimanakah letak tanah yang dikuasai secara absentee/guntai?

b).3 Bagaimana upaya Kepala Kantor Kecamatan serta pegawai di

Kantor Kecamatan mencegah dan menindak bahwa adanya

kepemilikan tanah secara absentee/guntai?

Dan segala pertanyaan yang terkait dan mendukung dengan

penulisan Tugas Akhir penulis

c) Kepala Desa serta sekretaris desa Purwoasri yang dijalankan oleh

Bapak Paino. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang akan penulis

tanyakan saat wawancara antara lain:

c).1 Siapa saja warga yang memiliki tanah secara absentee/guntai?

c).2 Dimanakah letak tanah yang dikuasai secara absentee/guntai?

c).3 Bagaimana upaya Kepala Kantor Kecamatan serta pegawai di

Kantor Kecamatan mencegah dan menindak bahwa adanya

kepemilikan tanah secara absentee/guntai?

Dan segala pertanyaan yang terkait dan mendukung dengan

penulisan Tugas Akhir penulis

d) Masyarakat atau buruh tani yang menggarap tanah pertanian yang

berstatus absentee/guntai, yaitu Bapak Supri sebagai penggarap tanah

pertanian yang berstatus absentee/guntai. Adapun pertanyaan-

pertanyaan yang akan penulis tanyakan saat wawancara antara lain:

d).1 Apakah sudah mengetahui adanya larangan kepemilikan tanah

secara absentee/guntai?
d).2 Apa yang membuat orang tidak mematuhi larangan mengenai

kepemilikan tanah secara absentee/guntai?

d).3 Siapa saja yang memiliki tanah secara absentee/guntai?

d).4 Berasal dari manakah orang-orang yang memilik tanah secara

absentee/guntai?

d).5 Apa yang membuat orang melakukan pembelian atau memiliki

tanah pertanian diluar kecamatan tempat orang tersebut tinggal?

d).6 Terletak dimanakah tanah-tanah yang pemiliknya berada di luar

kecamatan tanah tersebut terletak?

Dan segala pertanyaan yang terkait dan mendukung dengan

penulisan Tugas Akhir penulis

2) Dokumentasi/Documentation

Yaitu penulis melakukan pengumpulan data-data dilokasi penelitian yang

berhubungan dengan peran Kantor Pertanahan Kabupaten Malang dalam

mengawasi kepemilikan tanah secara absentee/guntai di Kabupaten

Malang. Adapun data yang akan penulis temukan antara lain:

a) Data lokasi penelitian

b) Data kecamatan yang terdapat adanya kepemilikan tanah secara

absentee/guntai.

c) Data luas tanah pertanian yang terdapat adanya kepemilikan tanah

secara absentee/guntai.

d) Data batas-batas wilayah kecamatan yang terdapat adanya kepemilikan

tanah secara absentee/guntai.


e) Data keadaan geografis yang terdapat adanya kepemilikan tanah secara

absentee/guntai.

f) Data jumlah penduduk

g) Data penduduk yang memiliki tanah secara absentee/guntai.

h) Data mata pencaharian penduduk.

i) Data warga yang sudah memiliki tanah dan belum memiliki tanah

3) Observasi

Yaitu penulis melakukan penelitian dengan cara turun dan melihat

langsung ke lokasi dimana tanah-tanah yang dikuasai secara

absentee/guntai oleh pemiliknya. Lokasi penelitian terletak di Dusun

Morotanjek dan Dusun Ngentong Desa Purwoasri Kecamatan Singosari.

5. Teknik Analisis Data

Dalam hal ini ada dua analisis data yang diolah dan dianalisis oleh penulis antara

lain teknis analisis data primer dan data sekunder

a. Teknik Analisis Data Primer

Pengolahan data dilakukan dengan menganalisa data secara deskriptif kualitatif,

yaitu analisa data yang tidak mempergunakan angka-angka tetapi berdasarkan

atas hasil wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan penelitian,

observasi di tempat penelitian serta dokumentasi data-data pendukung untuk

penulisan dan pandangan-pandangan informan hingga dapat menjawab

permasalahan dari penelitian ini, serta sumber informasi yang relevan untuk

melengkapi data yang penyusun lakukan. Semua data yang diperoleh disusun
secara sistematis, logis, efektif, diolah dan diteliti serta dievaluasi, sehingga

memudahkan pemahaman dan interpretasi data.

b. Teknik Analisis Data Sekunder

Metode analisis data yang sesuai dengan penelitian sosiologis adalah

dengan menggunakan pendekatan secara kualitatif, yaitu analisis data

mengungkapkan dan menggambil kebenaran yang diperoleh dari

kepustakaan dan penelitian lapangan yaitu dengan menggabungkan antara

peraturan-peraturan, yurisprudensi, buku-buku ilmiah yang ada hubungannya

dengan Peran Kantor Pertanahan Kabupaten Malang Dalam Mengawasi

Kepemilikan Tanah Secara absentee/guntai Di Kabupaten Malang. Dengan

pendapat responden yang diperoleh dengan cara observasi dan interview,

kemudian dianalisis secara kualitatif sehingga mendapatkan suatu

pemecahannya, sehingga dapat ditarik kesimpulan.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab, seperti berikut ini:

BAB I . PENDAHULUAN

Bab ini memuat tentang Latar Belakang Permasalahan yang menguraikan hal-hal

yang menjadi dasar pertimbangan dibuatnya tulisan ini. Dalam bab ini juga dapat

dibaca Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian, Kegunaan

Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini memuat tentang Tinjauan Umum Hak Atas Tanah dan Tinjauan Umum

Landreform, Tinjauan Tanah Absentee/Guntai, Fungsi Hukum dan Penegakan

Hukum, dan Tinjauan Peran Kantor Pertanahan

Adapun hal-hal yang dimuat dalam tinjauan umum hak atas tanah sebagai berikut:

1. Pengertian hak atas tanah

2. Subjek hak atas tanah

3. Hak dan Kewajiban pemegang hak atas tanah

4. Hapusnya hak atas tanah

Adapun hal-hal yang dimuat dalam tinjauan umum landreform sebagai berikut:

1. Pengertian landreform

2. Asas-asas landreform

3. Tujuan pelaksanaan landreform

4. Dasar pelaksanaan landreform

5. Obyek landreform

6. Program landreform

Adapun hal-hal yang dimuat dalam tinjauan umum tanah absentee/guntai

1. Pengertian tanah absentee/guntai

2. Maksud dan tujuan diadakan larangan pemilikan tanah secara

absentee/guntai

3. Dasar hukum yang mengatur larangan pemilikan tanah pertanian secara

tanah absentee/guntai
Adapun hal-hal yang dimuat dalam fumgsi hukum dan penegakan hukum

1. Penjelasan fungsi hukum

2. Penjelasan penegakan hukum

Adapun hal-hal yang dimuat dalam tinjauan peran kantor pertanahan

1. Tugas dan fungsi Kantor Pertanhan Kabupaten Malang

2. Peran BPN (Badan Pertanahan Nasional) melaksanakan kebijakan bidang

pertanahan

BAB III : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang pengujian dan hasil analisis data, pembuktian hipotesisi,

pembahasan hasil analisis,jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang disebutkan

dalam perumusan masalah.

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai