Anda di halaman 1dari 4

Nama : Daniel P C Pasaribu

Nim :180905054

Matkul: Hukum dan Komuniti Lokal

UTS

1. Jelaskan apa yang saudara ketahui tentang kajian hukum dan komuniti lokal!
2. Jelaskan tentang undang-undang pokok agraria yang berlaku diindonesia!
3. Jelaskan dengan lengkap topik tugas kelompok masing-masing dari land of
development, berikan analisis!
4. Uraikan salah satu contoh makna tanah dan pengelolaannya pada masyarakat etnik
mu!

Jawaban

1. Kajian Hukum dan Komuniti Lokal

Yang saya ketahui mengenai kajian ini adalah merupakan kajian yang membahas tentang
hubungan kausatif anatar berbagai aturan hukum dan perundang-undangan negara (hukum
positif) terhadap kebudayaan komunitas lokal; khususnya terkait dengan proses alienasi
(keterasingan) dan marginalisasi(pengabaian hak-hak) yang dialami koumitas-komunitas
lokal sebagai dampak penerapan suatu produk hukum positif.

Kajian ini juga membahas bagaimana sistem pertanahan yang dapat digunakan oleh
masyarakat sesuai dengan hak milik mereka dan pertanahan memiliki peraturan sesuai
dengan undang-undangnya. Seperti halnya dengan pengembangan pertanian dengan lahan
sempit diperkotaan bisa menjadi solusi permasalahan pangan karena turun nya jumlah
petani , urbanisasi dan keterbatasan lahan sehingga kini jadi masalah serius dalam
pemenuhan kebutuhan pangan.

2. Undang-undang pokok agraria yang berlaku diindonesia:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA No. 5 Tahun 1960


tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria:

Menimbang :
a. bahwa di dalam Negara Republik Indonesia yang susunan kehidupan rakyatnya,
termasuk per-ekonomiannya, terutama masih bercorak agraris, bumi, air dan ruang angkasa,
sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa mempunyai fungsi yang amat penting untuk
membangun masyarakat yang adil dan makmur;

b. bahwa hukum agraria yang masih berlaku sekarang ini sebagian tersusun berdasarkan
tujuan dan sendi-sendi dari pemerintahan jajahan dan sebagian dipengaruhi olehnya, hingga
bertentangan dengan kepentingan rakyat dan Negara di dalam menyelesaikan revolusi
nasional sekarang ini serta pembangunan semesta;

c. bahwa hukum agraria tersebut mempunyai sifat dualisme, dengan berlakunya hukum adat
di samping hukum agraria yang di dasarkan atas hukum barat;

d. bahwa bagi rakyat asli hukum agraria penjajahan itu tidak menjamin kepastian hukum;

berpendapat:
a. bahwa berhubung dengan apa yang tersebut dalam pertimbangan-pertimbangan di atas
perlu adanya hukum agraria nasional, yang berdasarkan atas hukum adat tentang tanah, yang
sederhana dan menjamin kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia, dengan tidak
mengabaikan unsur-unsur yang bersandar pada hukum agama;

b. bahwa hukum agraria nasional harus memberi kemungkinan akan tercapainya fungsi bumi,
air dan ruang angkasa, sebagai yang dimaksud di atas dan harus sesuai dengan kepentingan
rakyat Indonesia serta memenuhi pula keperluannya menurut permintaan zaman dalam segala
soal agraria;

c. bahwa hukum agraria nasional itu harus mewujudkan penjelmaan dari pada Ketuhanan
Yang Maha Esa, Perikemanusiaan, Kebangsaan, Kerakyatan dan Keadilan Sosial, sebagai
azas kerohanian Negara dan cita-cita bangsa seperti yang tercantum di dalam Pembukaan
Undang-undang Dasar;

d. bahwa hukum agraria tersebut harus pula merupakan pelaksanaan dari pada Dekrit
Presiden tanggal 5 Juli 1959, ketentuan dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar dan Manifesto
Politik Republik Indonesia, sebagai yang ditegaskan dalam Pidato Presiden tanggal 17
Agustus 1960, yang mewajibkan Negara untuk mengatur pemilikan tanah dan memimpin
penggunaannya, hingga semua tanah di seluruh wilayah kedaulatan bangsa dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, baik secara perseorangan maupun secara gotong-
royong;
e. bahwa berhubung dengan segala sesuatu itu perlu diletakkan sendi-sendi dan disusun
ketentuan-ketentuan pokok baru dalam bentuk undang-undang yang akan merupakan dasar bagi
penyusunan Hukum Agraria Nasional tersebut di atas.

3. Analisis tugas dari kelompok masing-masing land of development

BAB 12. KEPEMILIKAN LAHAN DAN STRUKTUR AGRARIA di


WILAYAH PANGAN SKALA KECIL

Pertanian pokok pangan Indonesia didominasi oleh petani kecil, tetapi komunitas petani kecil
ini tidak homogen, egaliter, atau statis. Baik data makro (seperti enam sensus pertanian
dekade terakhir sejak 1963) dan berbagai studi mikro mengungkapkan variasi regional yang
cukup besar dalam pola kepemilikan dan kontrol tanah; studi mikro juga menunjukkan
universalitas diferensiasi kelas agraria (sampai tingkat yang berbeda) di semua komunitas
pertanian 'petani kecil' Indonesia antara pemilik tanah besar, petani pemilik-operator
menengah, petani penyewa, dan pekerja pertanian dekat tanpa lahan atau tidak memiliki
tanah. Baik data makro dan studi desa tingkat mikro yang tersedia juga mendokumentasikan
dinamika perubahan pola kontrol lahan dan diferensiasi pedesaan dari waktu ke waktu.
Beberapa konsep dasar telah digunakan untuk memandu pengumpulan dan analisis data.
Kami menggunakan konsep akses ke tanah yang lebih luas cakupannya daripada kepemilikan
sederhana. Kontrol lahan, sebagaimana dipahami dalam penelitian ini, mencakup akses ke
tanah pertanian melalui kepemilikan dan sewa, serta kepemilikan sewa atau hipotek (gadai).
Konsep entriasi agraria (atau pedesaan), sudah dijelaskan di atas, adalah alat untuk
menganalisis struktur dan dinamika kelas agraria yang muncul. Kami telah menggunakan
satu set sederhana kategori petani dasar berdasarkan ukuran pertanian, dengan kategori
tambahan untuk menangkap petani dengan non-pertanian substansial serta investasi
pertanian.
Kategori-kategori ini adalah:
1 pekerja tani tanpa lahan
2 petani tanpa tanah dekat (mereka dengan kurang dari 0,25 hektar):
3 petani sedang I (025-099 hektar);
4 petani menengah II (1,0-1,99 hektar);
5 petani besar (mereka yang memiliki lebih dari 2 hektar lahan tetapi tidak memiliki aset non-
pertanian substansial); dan
6 petani kaya-modal (mereka yang memiliki lebih dari 2 hektar tanah ditambah aset non-
pertanian sub-stantial)

Konsep penting ketiga adalah rezim buruh agraria, yang berarti cara merekrut tenaga kerja
dan mengorganisirnya dalam produksi, dan mekanisme yang dihasilkan untuk mentransfer
surplus tenaga kerja antar aktor. Untuk menganalisis hubungan-hubungan ini, kami
mengikuti empat pertanyaan dasar Bernstein untuk memahami produksi dan reproduksi
komunitas agraria: Siapa yang memiliki apa? ' (kepemilikan, kontrol, dan akses sebagaimana
didefinisikan di atas); 'Siapa melakukan apa?' (pembagian kerja antara, misalnya, kelas,
jenis kelamin, generasi); Siapa yang mendapat apa? ' (rezim tenaga kerja dan pola transfer
surplus); dan apa yang mereka lakukan dengan itu? ' (pola reproduksi dan akumulasi modal)
.

PENGENDALIAN TANAH DAN STRUKTUR AGRARIAN: KELEBIHAN DARI


DATA

Kami mulai dengan analisis singkat tentang data sekunder yang relevan. Perbandingan data
sensus pertanian Bachriadi dan Wiradi (2011) dari tahun 1963 hingga 2003 menunjukkan
jumlah rumah tangga pertanian yang tumbuh dengan laju yang kira-kira sama dengan total
pertumbuhan populasi. Jumlah memegang rumah pertanian marginal (petani gurem)
tampaknya telah meningkat antara tahun 1983 dan 2003 . Dan menunjukkan bahwa
peningkatan jumlah rumah tangga petani kecil tidak diimbangi dengan peningkatan yang
sepadan dalam luas lahan pertanian, kecuali pada periode 1993-2003. Seperti yang bisa
diharapkan, bagian dari petani marginal (mereka yang memiliki kurang dari 0,5 hektar)
meningkat, dan pada tahun 2003 kelompok ini mewakili lebih dari setengah dari seluruh
rumah tangga pertanian Indonesia.

4. Salah satu makna tanah dan pengelolaan nya di etnik masing-masing

Salah satu makna tanah ditempat saya adalah pertanian, dikampung saya tepatnya di
pematangsiantar mayoritas pertanian baik itu yang sudah bekerja sebagai pegawai dan juga
pengusaha masih menyempatkan untuk bertani sesuai dengan lahan yang sudah dimiliki oleh
masyarakat. Jenis Pertanian yang paling banyak dikampung adalah menanam
padi,jagung,serai,bawang batak,sayuran,dll .

Sesuai dengan kepemilikan tanah , semua masyarakat rata-rata telah sudah memiliki hak
milik tanah. Sehingga masih memang betul-betul hidup ditanah sendiri dan tidak bergantung
pada tanah orang lain. Tetapi banyak diantara mereka yang memiliki tanah , menjual tanah
mereka untuk keperluan pribadi mereka .

Anda mungkin juga menyukai