Anda di halaman 1dari 19

KONSEP REFORMA AGRARIA PADA POLA PENGUASAAN LAHAN DI

KABUPATEN SRAGEN
A. PENDAHULUAN
Negara Indonesia secara Astronomi letak geografisnya berada di antara 6 derajat LU –
11 derajat LS dan 95 derajat BT – 141 derajat BT, dengan negara yang berbentuk kepulauan
yang diapit oleh 2 Benua yaitu Benua Asia serta Benua Australia dan 2 Samudera yakni
Samudera Hindia serta Samudera Pasifik yang dengan demikian wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia terletak pada posisi silang yang memiliki makna-makna penting
sehubunganya dengan Kondisi sebuah iklim serta kondisi perekonomian.1Proses pembangunan
ekonomi pada sebagian besar negara berkembang bertumpu pada Pengelolaan Sumber Daya
Alam, yang dimaksud dengan sumber daya alam tersebut antara lain adalahh berbagai kekayaan
yang ada baik itu tentang, kekayaan hasil-hasil tambang, hasil hutan, kekayaan laut kesuburan
tanah.2 Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang
Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria Pasal 2, yang menyatakan bahwa :
" Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dalam Wilayah Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa
adalah bumi, air dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan
nasional."
Karunia Tuhan Yang Maha Esa ini dikelola sebaik-baiknya untuk kepentingan seluruh
masyarakat agar tercipta kesejahteraan umum, dengan seiring berkembangnya zaman, teknologi
yang terus maju dapat menciptakan komersialiasi pedesaan melalui introduksi masukan yang
baru dan tuntuttan mengenai kebutuhan lama kelamaan telah mengikis ikatan komunal
primordial sebagaimana sistem gotong royong yang telah digantikan dengan penggunaan sistem
upah hal ini tidak luput pada sistem pertanian di Indonesia. Model sistem pertanian ini diadopsi
para petani penggarap karena saat ini bekerja dengan tenaga yang dimiliki orang lain baik itu
tenaga kerja orang lain berupa buruh tani dan alat produksi yang dimiliki orang lain misalnya
combine harvester, karenanya para petani-petani dieksploitasi secara maksimal seperti perlakuan
Kapitalis di sektor lain memperlakukan tenaga kerja,3 disisi lain pelaksanaan Pertanian adalah
1
https://kemlu.go.id/nur-sultan/id/pages/geografi/41/etc-menu diakses pada 4 Januari 2020 Pukul 8.53 WIB
2
Mirna Stephanus Sandy Analisis Faktor Penghambat Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Di Kampung Hiripau
Distrik Mimika Timur Kabupaten Mimika Jurnal Kritis Volume I Nomor 1 Edisi April 2017 Hlm. 75
3
Henry Bersnstein Dinamika Kelas dalam Perubahan Agraria Insist Press 2019, Yogyakarta hlm. 128

1
salah satu faktor yang penting yang dapat mengentaskan kemiskinan pada penduduk yang
menggunakan sektor pertanian dengan golongan petani-petani subsisten.
Model Pertanian Subsisten merupakan sebuah sistem bertani yang memiliki tujuan bahwa
seorang petani pemilik lahan sekaligus penggarap menggarap lahanya untuk memenuhi berbagai
kebutuhan hidup dan keluarganya.Pola ini seiring waktu mengalami perdagangan / kerap disebut
sabgai proses komersialisasi usaha tani yang subsisten yang memiliki hubungan kuat pada pola
perkembangan ekonomi di sebuah daerah tertentu sehingga memberikan akses pada pasar-pasar
tertentu yang memiliki cakupan pengaruh yang kuat pada usaha tani tersebut.4 Model ini
cenderung meningkatkan ketidak adilan oleh masyarakat petani miskin yang memiliki tanah
namun tidak dapat berfungsi dengan optimal karena lahan yang dimiliki terlalu kecil, padahal
disisi lain tanah memiliki fungsi agar dapat mendorong pembangunan masyarakat yang
berkeadilan, makmur dan sejahtera.

B. PEMBAHASAN
1. Konsepsi Reforma Agraria
Secara Jelas dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
mengemukakan bahwa :
" Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat " sehingga bahwa Kekuasaan negara
memiliki peranan kewajiban yang sentral supaya bumi serta air, ruang angkasa hingga
kekayaan alam yang ada harus diwujudkan samara-mata untuk mensejahterakan rakyat
Indonesia.

Hal diatas diperkuat dengan pelaksanaan hukum agrarian sebagaimana dalam Undang-
undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 guna dijadikan sebagai landasan bagi segala bentuk
aktivitas yang berkaitan dengan Agraria agar tetap sadar hukum dan berada dalam koridor
hukum dan melaksanaan pembangunan agrarian agar sejahtera bagi seluruh masyarakat5. Dalam
rangka untuk mennciptakan kesejahteraan yang bersendi-sendikan pada keadilan agraria

4
Hariyanto, C. B. (2017). Analisis Pengaruh Transisi Pertanian Subsisten Ke Pertanian Komersial Terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja Di Kota Batu (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya). Hlm. 4
5
Fatimah Reforma Agraria dalam Konteks Peningkatan Akses Kaum Tani Miskin Terhadap Penguasaan Tanah di
Indonesia Jurnal Hukum Samudra Keadilan Volume 10 No. 2 Julli-Desember 2015 hlm. 152

2
diperlukan pembaharuan agrarian untuk menata kembali struktur agrarian yang mengalami
ketimpangan karena dampak dari eksploitasi manusia atas dan oleh manusia.6
Untuk mewujudkan keadilan Agraria tersebut tentunya tidak berjalan lancer, hal ini
dikarenakan benturan hingga perselisihan yang terjadi aik antara perseorangan individu,
kepentingan kelompok hingga kepentingan golongan, kepentingan berbagai badan hukum dan
organisasi hingga kepentingan lembaga yang dapat menimbulkan cakupan dampak pada berbagai
dimensi, hal ini terbukti pada sebanyak 659 titik konflik agrarian dengan sebaran luasan wilayah
yang berkonflik ialah seluas 520.491,87 hektar yang melibatkan setidaknya 652.738 Kepala
Keluarga. Keseluruhan konflik ini memberikan sorotan perkebunan sebagai sektor yang telah
menyumbangkan konflik agraria paling tinggi dengan menggunakan model perkebunan gaya-
gaya kolonial yang menindas masyarakat miskin, petani, dan buruh.Keseluruhan konflik tersebut
turut memberikan dorongan dan desakan rakyat karena posisi rakyat yang kian terhimpit terus
mendesak pemerintahan dan negara untuk melaksanakan Reforma Agraria.7
Reforma agraria memberikan pilihan kebijakan yang melemahkan/ menidakberdayakan
golongan penguasa tanah dikarenakan akses terhadap tanah, dan bukan hanya berpatok pada
melemahkan golongan masyarakat petani miskin8, pelaksanaan Reforma agraria merupakan
amanat dari konstitusi untuk mewujudkan harapan cita-cita penegakan mengenai hak-hak asasi
manusia yang berwujud hak ekonomi,serta hak sosial guna menegakkan masyarakat yang
makmur, sejahtera dan berkeadilan sosial.9
Penegasan Untuk mewujudkan kemakmuran rakyat termaktub dengan jelas dalam
berbagai regulasi di Indonesia yang diawali dari pasal 33 Ayat 3 Undang-undang Republik
Indonesia Tahun 1945 dan kemudian guna melaksanakan amanat dari Undang-undang tersebut
kemudian terbit Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria dengan sebutan mahsyur dikenal sebagai UUPA dengan berbagai regulasi didalamnya
ialah pengaturan tentang hak-hak penguasaan atas tanah, baru kemudian egulais tentang
penetapan luas tanah pertanian untuk pelaksanaan program landreform didukung oleh UU

6
Yerrico Kasworo Reforma Agraria Kini dan Nanti RecvhtsVinding Online, Jurnal RechtsVinding Media
Pembinaan Hukum Nasional 2018 hlm. 1
7
Konsorsium Pembaruan Agraria Catatan Akhir Tahun 2017 Konsorsium Pembaruan Agraria: Reforma Agraria di
Bawah Bayangan Investasi Gaung Besar di Pnggiran Jalan Konsorsium Pembaruan Agraria 2017 hlm. 1-6
8
Hung-Chao Tai, Land Reform and Politics: A Comparative Analysis (Berkeley: University of California Press),
hlm. 15
9
Noer Fauzi Rachman, Land reform dari Masa ke Masa, (Yogyakarta: STPN, 2012), hlm. 1

3
Nomor 56 PRP Tahun 1960 dimunculkan, berlanjut pada era Orde Baru terbitlah PP nmor 4
Tahun 1977 tentang Pemilikan Tanah Pertanian secara Absentee bagi para Pensiunan Pegawai
Negeri, keberlanjutan untuk melakukan penataan kembali (restrukturisasi agrarian ) pada era
orde baru, berasal dari implementasi transmigrasi dengan pangkal landasan Undang Undang
Nomor 3 Tahun 1972 tentang Ketentuan Pokok Transmigrasi yang selanjutnya diubah menjadi
Undang-undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang ketransmigrasian; naru kemudian MPR
mengeluarkan Tap Majelis Permusyawaratan Republik Indonesia Nomor IX/MPR/2001 tentang
Pembaruan Agraria dan Pengelolaan SDA hingga berlanjut pada masa kepemimpinan Presiden
Susilo Bambang Yudoyono pelaksanaan PPAN atau Pembaruan Agraria Nasional dilaksanakan
hal ini kerap dikenal sebagai restrukturisasi agrarian plus, hingga masa kepemimpinan Presiden
Jokowi pelaksanaan landreform terus gencar dilaksanakan khususnya didukung dengan adanya
Perpres Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria.10
2. Konsepsi Reforma Agraria Menurut para ahli
Berbagai kebijakan agraaria yang sudah disebutkan sebelum bab ini menimbulkan konflik karena
mengabaikan hak-hak rakyat, sebab utama dari konflik ini adalah struktur penguasaan tanah-
tanah yang didasarkan pada warisan masa pemerintah kolonial yang seiring dengan
berkembangnya zaman prinsip dan nilai kolonial mengenai penguasaan tana mengakar dengan
kuat pada kepribadian bangsa Indonesia. Pengembalian ulang/ penataan ulang tentang
redistribusi tanah sangatlah perlu agar kedepan konflik struktural agraria tidak terulang.

Peristilahan mengenai Agrarian Reform banyak digaungkan oleh golongan akademis dan
bagkan PBB atau united nation, reforma agrarian atau pembaruan agrarian merupakan ide untuk
kemudian diwujudkan dalam berbagai kebijakan dengan tujuan untuk mendistribusikan tanah,
penguasaan tanah demi kepentingan petani kecil, buruh-buruh tani, hal ini kerap
diimplementasikan pada penyediaan kredit untuk usaha tani, bekal pendidikan dan pelatihan,
pembekalan teknologi hingga penyuluhan serta penyesuaian sesuai dengan struktur pasar.11

Pembaruan Agraria ini memerlukan berbagai dukungan baik dukungan sarana dan
dukungan prasarana yang sebanyak mungkin petani memiliki akses pada sumber-sumber
10
Pandamdari, E. (2019). Harapan Sejahtera Dan Adil Melalui Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2018 Tentang
Reforma Agraria. Hukum Pidana dan Pembangunan Hukum, 1(2) hlm. 2
11
Gunawan Wiradi; Reforma Agraria dalam menghadapi era globalisasi. makalah ringkas dalam seminar nasional:
pemberdayaan petani melalui reforma agraria dalam menghadapi era globalisasi tanggal 5 Agustus 1999. Jakarta:
Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) dan Kantor Menteri Negara Agraria dan Badan Pertanahan Nasional.

4
ekonomi secara cukup untuk memenuhi kebutuhanya di wilayah pedesaan setempat.12sehingga
nilai/ substansi dari karakter reforma agrarian seyogyanya berlandaskan pada: (a.) Tentang
Politik Hukum agraria Nasional berasaskan paradigm Pancasila agar perlindungan berbagai
kepentingan rakyat supaya masyarakat hidup adil dan hak miliknya tetap aman dari kesewenang-
wenangan pihak lain, (b.) Politik hukum agrarian nasional dapat menggunakan panduan nilai
moral dan nilai agama sekaligus melindungi hak asasi manusia tanpa diskriminasi SARA
manapun.13

Untuk mewujudkan hal diatas pemerintah perlu untuk memberikan ruang bagi
masyarakat miskin yang berasal dari hutan-hutan konversi yang apabila mendasarkan pada
hukum pertanahan hutan konversi ini memang diperuntukan bagi kepentingan masyarakat, tanah
yang dapat didistribusikan oleh pemerintah dan negara adalah tanah negara itu sendiri berrupa
tanah guntai atau tanah absentee, tanah kelebihan makimum, golongan tanah-tanah bekas
swapraja dan tanah yang secara sukarela diserahkan fari pemegang hak atas tanah kepada
Negara, tanah terlantar, tanah timbul serta tanah yang sejalan dengan apa yang disebutkan dalam
Pasal 21 ayat (3) serta pasal 26 ayat (2) Undang-undang Pokok-pokok Agraria.14

3. Konsepsi Reforma Agraria Menurut Perpres Nomor 86 Tahun 2018 Tentang Reforma
Agraria
Konsepsi Reforma Agraria terjabarkan dengan jelas dalam Peraturan Presiden Nomor 86
Tahun 2018 Pasal 1 Angka 1 yang mennyebutkan bahwa " Reforma Agraria adalah penataan
kembali struktur penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah yang lebih
berkeadilan melalui penataan asset dan disertai dengan Penataan Akses untuk Kemakmuran
rakyat Indonesia" dengan demikian untuk melakukan penataaan kembali baik itu susunan
pemilikan hingga penguasaan serta pengguna sumber agrarian diperuntukan kepada masyarakat
Indonesia yang belum merasakn kesejahteraan rakyaat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
Angka 1 Perpres No. 86 Tahun 2018 ini, yaitu berbagai kepentingan rakyat petani, buruh-buruh
tani hingga tunakisma dan lain sebagainya.

12
Risnarto 2008, Reforma agraria politik mensejahterakan rakyat, bunga rampai : dari landreform ke landreform plu.
Jakarta. Pusat Penelitian dan Pengmebangan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Hlm 248.
13
Yanis Maladi Reforma Agraria Berparadigma Pancasila Dalam Penataan Kembali Politik Agraria Nasional
Mimbar Hukum Volume 25 Nomor 1 Februari 2013 hlm. 6-7
14

5
Restrukturisasi agrarian ini memiliki maksud tujuan guna: (a). meminimalisir penguasaan
serta pemilikan tanah agar lebih adil dan tidak timpang hanya beberapa golongan, sebagaimana
warisan dari leluhur yang menggunakan struktur masyarakat agrarian dengan susunan yang
stelsel feodalisme dan kolonilalisme; (b). menangani sengketa hingga konflik-konflik agrarian,
(c). menciptakan sumber-sumber kemakmuran dan kesejahteraan dalam masyarakat dengan basis
agrarian reform melalui regulasi pengaturan penggunaan, pemanfaatan tanah, pemilikan tanah
hingga penguasaan tanah (d). agrarian reform memiliki tujuan untuk menciptakan lapangan
pekerjaan sehingga dapat mengurangi dan mengentaskan kemiskinan,(e). Memperbaiki akses
masyarakat terhadap sumber-sumber ekonomi yang selama ini hanya berpusat pada beberapa
golongan saja; (f.) dapat meningkatkan ketahanan pangan serta kedaulatan pangan di seluruh
wilayah NKRI, (g.) kedepan kualitas lingkungan hidup masyarkat dapat diperbaiki.15
Selain tujuan diatas pelaksanaan reforma agraria ini memfokuskan pada 11 jenis tanah-
tanah obyek reforma agraria antara lain adalah : (1.) Tanah Obyek Agraria yang didapat dari Hak
Guna Usaha dan Hak Aguna bangungan yang sudah memasuki habis pakai sehingga masyarakat
yang masuk ke dalam subjek reforma agraria memiliki derajat prioritas yang lebih unggul
daripada pemegaang HGU itu sendiri, (2.) Sejumlah 20% dari Hak Guna Usaha berubah menjadi
Hak Guna Bangunan disebabkan karena Perubahan karena peruntukan rencana tata ruang; (3.)
Alokasi dari sekitar 20% Hak Guna Usaha dari sluruh luas tanah negara yang diberikan pada
pemegang Hak Guna Usaha dalam proses pemberian, perpanjangan / pembaruan-pebaruan
haknya; (4) Tanah Obyek Reforma Agraria hasil dari pelepasan kawasan hutan harus
menggunakan sinergi proses dengan masyarakat setempat gunameninjau batas penunjukan dan
batas penetapan kawasan tanah yang telah dikuasai masyarakat. (5.) Tanah-tanah Negara yang
menjadi tanah terlantar dipergunakan untuk kepentingan masyarakat serta negara melalui
penataan struktur reforma agraria, (6.) tanah-tanah hasil penyelesaian sengketa serta Konflik
Reforma Agraria, (7.) tanah bekas tambang yang berlokasi diluar kawasan hutan, (8.) tanah tanah
timbul; (9.) Tanah kelebihan maksimum, Tanah absentee serta tanah swapraja/ bekas swapraja
yang ada (10). Tanah yang telah memenuhi syarat penguatan hak rakyat atas tanah serta (11.)
tanah bekas eigendom yang memiliki luas lebih dari 10 bauw, tanah bekas hak erpacht, dan tanah
bekas partikelir.16
15
Peraturan Presiden Republik Indonesi nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria Pasal 2 .
16
FX. Sumarja Reforma Agraria: Sebuah Keniscayaan 2019, hlm. 09 http://repository.lppm.unila.ac.id/ diakses
pada 7 Januari 2021 Pukul 13.07 Wib

6
4. Tinjauan Dampak Dari Perpres No. 86 Tahun 2018 Terhadap Pola Penguasaan Lahan
Peraturan Presiden No. 86 tahun 2018 Tentang Refora Agraria diundangkan oleh Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusi Yasonna H. Laoly pada 27 September 2018 memiliki beberapa
dampak antara lain adalah sebagai berikut ini :

a. Penurunan Jumlah Wilayah Yang Berkonflik


Adanya Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria dapat
menurunkan jumlah titik-titik konflik . Konflik agraria yang terjadi misalnya adalah konflik
agraria seputar tahun 2019 yang terjadi pada 279 titik dengan luasan sekitar 734.239,3 hektar dan
jumlah masyakata yang merasakan dampak konflik ialah sejumlah 109.042 KK yang berada
pada sebaran 420 desa pada tahun ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kondisi
tahun 2018 yang memiliki sebanyak 410 tiitk letusan konflik.

b. Represifitas Aparat Dalam Menangani Wilayah Agrarian Yang Berkonflik


Adanya Perpres Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria adalah untuk
melakukan perombaan atas berbagai penguasaan dan pemilikan tanah yang timpang, pelaksanaan
hal ini kerap menemui berbagai permasalahan dan konflik apabila tidak terselesaikan, ditambah
absenya peran pemerintah sebagai penengah pihak ketiga untuk menjembatani dan
menyelesaikan konflik vertical maupun horizontal, serta regulasi-regulasi kebijakan
pembangunan pada tahun 2019 yang memantik adanya konflik agraria.
Komparasi perbandingan antara periode pemerintahan jokowi dan pemerintahan Susilo
Bambang Yudhoyono rata-rata yang paling disorot adalah model konflik agrarian struktural
artinya konflik ini diakibatkan oleh berbagai kebijakan ataupun putusan dari pejabat public yang
mengakibatkan korban serta memunculkan dampak yang meluas hingga berbagai dimensi baik
itu dimensi ekonoi, dimensi sosial serta dimensi politis. Konflik agraria yang terjadi misalnya
adalah konflik agrarian seputar tahun 2019 yang terjadi pada 279 titik dengan luasan sekitar
734.239,3 hektar dan jumlah masyakata yang merasakan dampak konflik ialah sejumlah 109.042
KK yang berada pada sebaran 420 desa, dengan diiringi beberapa brutalitas aparat yang berusaha
menangani wilayah yang berkonflik.17
c. Pelaksanaan Perundangan Dan Kebijakan Yang Ada
17
Konsorium Pembaruan KPA Dari Aceh Sampai Papua Urgensi penyelesaian Konflik Agraria Struktural dan Jalan
Pembaruan Agraria Ke Depan Konsorium Pembaruan Agraria Jakarta, 2019 hlm. 1-3

7
Implementasi dari Perpres No. 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria meskipun sudah berjalan
dengan baik namun terdapat beberapa kendala misalnya dalam pembentukan kelembagaan
subyek serta Obyek TORA (Tanah Obyek Reforma Agraria)18 , misalnya saja dalam pelaksanaan
penanganan konflik di Sambirejo pada Desa Bayanan Jambeyan yang mencakup antara pihak
lahan PTPN IX yang memiliki lahan Hak Guna Usaha dengan masyarakat pada 9 kampung di
kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen dengan surat Nomor 1869/33.14.300/XII/2018 dengan
Perpres No. 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria yakni dengan membentuk kelembagaan
subyek dan obyek TORA yang menghadapi kendala untuk membentuk GTRA supaya
masyarakat sekitar mendapatkan redistribusi ttanah19

d. Tipisnya kepercayaan rakyat


Akibat domino dari penggunaan kekerasan oleh pemerintah melalui apatar yang
menggunakan reforma agrarian sehingga kepercyaan rakyat menjadi menipis terjadap
pemerintahan Mengingat banyaknya lahan yang harus dikelola, khusu mengenai penguasaan
Lahan pertanian terdiri dari 2 kelompok yakni kelompok dengan lahan pertanian dengan lahan
sawah dan lahan pertanian lahan kering / lahan bukan sawah, lahan sawah baru digolongkan
menjadi 2 golongan yakni lahan sawah yang memiliiki irigasi (maksudnya ialahh lahan sawah
yang memiliki cadangan serta pasokan air yang didapat dari beberapa jaringan irigasi teknis,
semi-semi teknis ( irigasi desa)20, serta lahan sawah non irigasi berupa lahan sawah yang
menggunakan pasokan air yang bukan bersumber dari jaringan-jaringan irigasi dan sebaliknya
lahan sawah tersebut menggunakan sumber air hujan dan sumber pengairan yang lain contohnya
ialah sawah lebak, sawah tadah hujan dan sawah pasang surut.

e. Model Penanganan Ketimpangan struktur Penguasaan, pemilikan, pemanfaatan sertan


penggunaan tanah

18
Tanah Obyek Reforma Agraria/ TORA merupakan tanag-tanah yang dikuasai oleh negara dan ataupun tanah yang
telah dimiliki oleh masyarakat untuk diredistribusi / dilegalisasikan, terminology TORA adal dalam Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2018 Tentang Reforma Agraria Pasal 1 Angka 4.
19
Munandar Pelaksanaan Perpres No. 86 Tahun 2018 Dalam Penanganan Konflik Agraria di Kecamatan
Sambirejom Kabupaten Sragen, Jawa Tengah Perspektif Maqasid Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
ISLAM Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2019 hlm. 93-94.
20
Mengenai irigasi desa / jaringan irigasi desa merupakan jaringan irigasi yang sebenarnya dibangun serta dilakukan
pengelolaan oleh masyarakat-masyarakat desa/ pemerintah desa lihat Pasal 1 Angka 18 Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006 tentang irigasi

8
Kepemilikan lahan baik karena penguasaan lahan ialah salah satu faktor yang penting
terhadap penduduk-penduduk di pedesaan yang menggunakan sector pertanian sebagai sector
utama untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Tanggung jawab pemilik lahan tidak
hanya memberikan posisi sentral sebatas hanya mengolah lahan saja namun juga berfungsi
sebagai pihak yang menentukan berbagai kebutuhan-kebutuhan yang lain dalam hidup
bermasyarakat, dengan kata lain tanah adalah asset produktif sekaligus berposisi sebagai
komoditas / barang yang dapat diperdagangkan sehingga dengan demikian perihal status
penguasaan sebuah lahan ialah tidak permanen karena dapat berpindah/ berubah seiring waktu. 21

Pola penguasaan lahan yang selalu berubah ubah seiring waktu, dikarenakan hal ini dapat
dilihat pada perubahan tentang strukturisasi penguasaan lahan oleh rumah tangga pertanian yakni
dengan makin berkurangnya luas penguasaan lahan yang kian menyempit22, bergerombolnya
penguasaan lahan pada titik-titik kecil rumah tangga dengan lahan yang luas serta semakin
banyaknya jumlah petani gurem.23Menurut data dari BPS tentang jumlah rumah tangga usaha
pertanian Penggunaan Lahan dan Rumah Tangga Petani Gurem menurut Kabupaten/ Kota 2013
dan 2018 memiliki angka sebanyak 141.961 pada tahun 2013, 142.367 pada tahun 2018 dengan
kumulasi pertumbuhan absolut sebanyak 406 atau 0,29%, dengan rata-rata Luas Lahan yang
dikuasai Rumah Tangga Usaha Pertanian menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Lahan pada tahun
2019 kabupaten sragen memiliki:

a) lahan pertanian sawah jenis irigasi seluas 515,33m2,


b) lahan pertanian sawah jenis non irigasi seluas 1.356,54m2,
c) Lahan Pertanian bukan sawah (Dryland) seluas 1.045,74 m2,
d) Lahan bukan Pertanian Seluas 444,02 m2.
Sehingga kumulasi total dari seluruh lahan adalah 3.361,63m224

21
Bambang Winarso Dinamika Pola Penguasaan Lahan Sawah di Wilayah Pedesaan di Indonesia Jurnal Penelitian
Pertanian Terapan Vol. 12 (3): 137-149 ISSN 1410-5020 hlm. 138
22
Bambang Winarso Dinamika Pola Penguasaan Lahan Sawah di Wilayah Pedesaan di Indonesia Jurnal Penelitian
Pertanian Terapan Vo. 12 (3) : 137-149 2012 hlm. 137
23
Muchjidin Rahmat dan Chaerul Muslim, Penguasaan dan Fragmentasi Lahan : Dinamika Penguasaan Lahan dan
Kelembagaan Kerja Pertanian hlm. 97 :http://www.litbang.pertanian.go.id/buku/konversi-fragmentasi-lahan/BAB-
III-2.pdf diakses pada 5 Januari 2021 Pukul 12.33 WIB
24
Hasil Survei Pertanian antar sensus (sutas) Provinsi jawa tengah 2018 BPS Statistik Provinsi Jawa Tengah
Semarang hlm. 51-52 https://jateng.bps.go.id/publication/ diakses pada 2 Januari 2021 Pukul 15.33 WIB

9
Melihat banyaknya kumulasi lahan yang ada pada sampel daerah yakni Kabupaten
Sragen sekaligus untuk mengatasi sedikitnya gerak petani Gurem, hingga tanggung jawab petani
penggarap tentang Tanggung jawab pemilik lahan yang tidak hanya memberikan posisi sentral
sebatas hanya untuk mengolah lahan saja namun juga berfungsi sebagai pihak yang menentukan
berbagai kebutuhan-kebutuhan yang lain dalam hidup bermasyarakat maka model penanganan
dengan regualasi dengan Perpres No. 86 Tahun 2018 tentang reforma agrarian adalah pilihan
yang utama.
Hal ini dapat dilihat dari adanya Subyek Reforma Agraria yang merupakan Perseorangan
dengan ketentuan : (a.) Petani Gurem yang memiliki luas Lahan tanah seluas 0,25 ha dan (b.)
Petani penggarap yang mengerjakan / melakukan usaha sendiri tanah yang bukan miliknya serta;
(c.) buruh tanah yang melakukan pengerjaan/ melakukan usaha tanah orang lain dengan imbalan
berupa upah; (d) guru honorer ata yang belum memiliki status Pegawai Negeri Sipil; (e.) pekerja
dengan tipe pekerja harian lepas serta (f.) Pegawai swasta yang memiliki penghasilan /
pendapatan di bawah penghasilan Tidak Kena Pajak; (g.) Golongan Pegawai Negeri Sipil yang
memiliki pangkat golongan III/A yang tidak mempunyai tanah hingga; (h.) anggota dari Tentara
Nasional Indonesia/ Polisi Republik Indonesia yang memiliki pangkat maksimal paling tinggi
Inspektur Dua (Ipda) dan Letnan Dua (Letda), subyek reforma agraria ini terdapat dalam pasal
12 ayat 1 Perpres Agraria no. 86 tahun 2018 tentang Reforma Agraria.25
Penggunaan Perpres ini adalah dengan mengacu pada rencana kerja dan anggaran yang
disediakan oleh kementrian / lembaga terkait serta rencana-rencana Pembangunan daerah sesuai
dengan penjabaran dari pasal 4 ayat 2a, dan b. dengan Subyek Reforma Agraria adalah individu
orang perseonrangan; kelompok masyarakat yang memiliki hak kepemilikan bersama , serta
badan hukum.
f. Fokus Negara yang hanya memberlakukan Perundangan agrarian dan mengenyampigkan
hukum-hukum adat.
Upaya pemerintah untuk meredakan permasalahan, sengketa dan konflik agraria adalah
dengan menggunakan berbagai peraturan perundang-undangan agraria, salah satu contoh konkret
konflik tersebut terdapat di kecamatan Sambirejo sebelum diberlakukan Perpres 86 Tahun 2018
25
Humas Perpres No 86/2018: Inilah Tanah Yang Akan Jadi Objek Reforma Agraria dan Subjeknya 2018 pada
https://setkab.go.id/perpres-no-862018-inilah-tanah-yang-akan-jadi-objek-reforma-agraria-dan-subjeknya/ diakses
pada 7 Januari 2021 Pukul 9.58 WIB

10
penangananan konflik masih menggunakan metode berbelit dengan rincian : Peristiwa bermula
karena klaim lahan oleh masyarakat sambirejo dengan bukti SK-KINAD yang didapat pada era
pemerintahan Orde Baru melawan PTPN IX, berbagai upaya dilakukan dengan mengumpulkan
dukungan suara dari berbagai LSM, organisasi kemahasiswaan LPH, hingga penuntutan dari
jalur-jalur hukum dialog antara pihak yang berkonflik dan ditengahi Bupati, DPRD, DPR
Republik Indonesia hingga BPN pusat,26 sedangkan setelah berlakunya Perpres 86 tahun 2018
tentang reforma agrarian tindak lanjut tetap menggunakan aparat pemerintahan dengan model
dialog hal ini dapat dilihat dari kedatangan Staf kepresidenan Usep Setiawan yang selaku Tenaga
Ahli Utama Kantor Staf Presiden yang menggunakan metode paksaan oleh negara agar tanah
Status HGU yang terlantar tersebut dapat diserahkan dan dikembalikan pada masyarakat
sambirejo, sehingga masyarakat dapat mengelola tanah tersebut sementara, dan disisi lain bukti
kepemilikan tetap berada pada PT. Perkebunan Nusantara IX.27 Dari penjelasan tersebut
Pemerintah belum memfokuskan metode penyelesaian perselisihan,permasalahan, sengketa dan
konflik dengan menggunakan hukum adat desa Jambeyan Kecamatan Sambirejo Kabupaten
sragen.

5. Analisa Dengan Perspektif Henry Bernstein


Sarana Produksi dan luasan lahan berkaitan erat agar dapat memberikan dorongan
produksi bagi petani sehingga memberikan sumbangan untuk melakukan pembangunan-
pembangunan perekonomian di sebuah negara, produksi petani yang meningkat dapat
menyelesaikan permasalahan tentang ketahanan pangan, persediaan pangan, bahan-bahan baku
untuk industri serta menyediakan berbagai lapangan pekerjaan sekaligus meningkatkan devisa
negara apabila dapat melakukan ekspor komoditas pertanian sehingga usaha pertanian dapat
berjalan efektif dan efisien serta problem kemiskinan dapat diselesaikan.28 Akan tetapi
berdasarkan Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah Garis Kemiskinan di Kabupaten sragen
per 2018/2019 tidak mengalami peningkatan yang signifikan dengan indeks kedalaman
kemiskinan (p1) pada tahun 2018 sebanyak 2,312, indeks keparahan kemiskinan (P2) sebanyak
0,589, dan garis kemiskinan (P3), (Rp/Kapita/Bulan) sejumlah 312.106. sedangkan pada tahun

26
Agustina Kusuma Wardani Sengketa Agraria dan Resolusi Konflik di Sambirejo Sragen Tahun 1960-2010
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta 2016 hlm. xxi
27
Munandar … Ibid hlm. 93-94
28
Ardiratna, K. (2018). Pengaruh Luas Lahan Terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani Padi Di Kecamatan Sragen
Kabupaten Sragen. Jurnal Ilmiah Agritas, 1(2). Hlm. 2

11
2019 indeks kedalaman kemiskinan (p1) sebanyak 2,308, denga indeks keparahan kemiskinan
(P2) sebanyak 0,587 dan garis kemiskinan (P3), (Rp/Kapita/Bulan) sebanyak 335.334. pada (P1)
Cenderung mengalami penurunan artinya semakin rendah nilai indeks ini maka makin mudah
bagi pemerintah daerah untuk menyelesaikan kemiskinan, sedangkan untuk (p2) juga mulai
mengalami penyempitan pengeluaran penduduk miskin. 29Henry bernstein mengemukakan
terdapat setidakya empat pertanyaan mengenai kunci-kunci ekonomi politik yang merujuk pada
relasi sosial dalam produksi dan reproduksi antara lain adalah:
a) Siapa memiliki apa
Pola kepemilikan lahan yang luas khususnya lahan pertanian hanya bersentral pada segelintir
petani penggarap yang menggarap lahanya, hal ini sebagaimana terdapat dalam contoh konkret
desa plasan.30Menurut Keterangan salah satu ketua desa di dukuh Plasan yang bernama pak
sumardi Pola penguasaan lahan di Desa plasan rata-rata didapat dari hasil warisan, hibah dan jual
beli, yang paling umum terjadi. 31 dengan beberapa tanah yang masih memiliki tanah Bondo deso
yang ada dalam buku Bondo desa Singopadu adapun bentuk tanah tersebut ada yang berlokasi di
desa plasan, dikelola oleh ketua Rt dan diantaranya berbentuk ; tanah pertanian dengan
komoditaspadi, tanah lapangan kosong, dan tanah yang diatasnya berdiri bangunan yaitu masjid
dengan rincian Persil 126 Luas ± 1830 m2 dengan lokasi kulon plasan, Persil 118 luas 6500m2
dengan lokasi sumur artesis plasan. Mayoritas penduduk desa plasan menurut mata
pencaharianya ialah bekerja sebagai wiraswasta, dan buruh tani sedangkan petani yang bekerja
sebagai petani penggarap hanya beberapa orang saja32. Melihat hal ini dapat disimpulkan bahwa
29
BPS Kabupaten sragen Indikator kesejahteraan rakyat kabupaten sragen 2020 hlm. 25-26
https://sragenkab.bps.go.id/ diakses pada 8 Januari 2021 pukul 14.10 WIB
30
desa plasan terbagi menjadi 2 Wilayah Dusun yakni dusun Plasan kulon dan Plasan etan. Dan kemudian penulis
menggunakan sampel plasan kulon sebagai sampel, yang terdiri dari 1 (satu Rukun Warga) serta 2 ( dua) Rukun
tetangga yakni Rt. 04 dan Rt. 05. Secara Administratif Desa Plasan merupakan salah satu desa yang terletak pada
Kelurahan Singopadu, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah dengan mempunyai
Topografi Relatid datar dengan batas wilayah antara lain : Sebelah utara: Lahan Pertanian Sawah; Sebelah Selatan:
Lahan Pertanian Sawah Sebelah Barat: Lahan Pertanian Sawah,Sebelah Timur: Desa Plasan etan.
31
Menurut Praktiknya yang diwariskan ialah hak atas tanahnya dan bukan tanahnya, mengenai pewarisan yang ada
dalam undang-undang dimaksud adalah Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
Agraria
32
Petani merupakan pekerjaan yang memiliki hubungan erat dengan kekuatan fisik dan kondisi jasmani sesorang
untuk menunjang pekerjaan bertani dengan mengelola, mengolah llahan pertanian, membajak sawah hingga
melakukan panen dari hasil pertanian hingga segala kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan bercocok tanam
dengan usia produktif petani antara 15 hinga 64 tahun dalam Novianti, D., Suwarni, N., & Nugraheni, I. L. (2018).
Kondisi Sosek Keluarga Petani Penggarap Desa Rawi Penengahan Lampung Selatan Tahun 2016. Jurnal Penelitian
Geografi, 6(1).hlm. 7

12
kondisi dari keadaan tanah di desa plasan dapat dikatakan lebih dominan tipe populisme/ neo
populisme. Tipe populisme / neo populisme adalah jalur dari salah satu struktur agraria di
Indonesia yang dapat dilihat secara empiris, tipe ini memiliki sumber-sumber agraria yang
dikuasai oleh keluarga/ rumah tangga pengguna.33
Tabel 1 Petani Penggarap di Desa Plasan, dengan luas lahan diatas ½ Bauw

No. Nama Status Luas Keterangan

1. Rono Petani 1 bauw Narasumber tidak kesulitan untuk mengelola


Penggarap kebutuhan pokok keluarga karena pendapatan yang
diperoleh petani penggarap lumayan stabil hal ini
dapat dilihat dari banyaknya aset tanah yang dimiliki.

2. Rejo Tugiyo Petani 2 bauw Hasil panen masuk dalam jumlah tanggungan
Penggarap keluarga dan membantu dalam pemenuhan
kebutuhan pokok keluarga

3. Petani 3 bauw Hasil Panen dari sawah narasumber dikelola untuk


Pariyem Penggarap pemenuhan kebutuhan pokok keluarga dan
kebutuhan tambagan, mengingat narasumber
memiliki jumlah tanggungan 9 anak,

4. Giyamto Petani ½ bauw Hasil panen dari tanah pertanian garapan narasumber
Penggarap dijadikan sebagai aset tambahan karena narasumber
masih memiliki penghasilan dari Jaminan Hari Tua
PNS , dengan jumlah tanggungan 1 istri, dan 3 anak.

5. Wahyono Petani 1 bauw Hasil panen menjadi aset tambahan karena


Penggarap narasumber masih memiliki penghasilan dari
Jaminan Hari Tua PNS, dengan jumlah tanggungan 1
istri dan 3 anak
b) Siapa melakukan apa
Menurut Henry bernstein bab siapa melakukan apa dapat dilihat pada sebaran
pembagian kerja secara sosial antar aktivitas produksi dan reproduksi34, hal ini selaras
dengan sebaran kerja relasi sosial di Kabupaten Sragen dalam contoh konkret dapat
dilihat pada berikut :

33
Sitorus MTF. 2002. Lingkup Agraria dalam Suhendar E . Menuju Keadilan Agraria: 70 Tahun Gunawan Wiradi.
Akatiga. Bandung HLM 202
34
Henry…ibid hlm 31

13
Ekonomi Sragen secara umum di dominasi oleh Laki-laki dengan didukung oleh
kesenjangan dari sisi ekonomi yang dapat dilihat pada pengeluaran per-kapita antara
perempuan dan laki-laki yang dapat dilihat pada periode tahun 2017 hingga tahun 2018
dengan kisaran rasio antara 0,55 sampai 0,60, sehingga besaran pengeluaran perkapita
perempuan hanya sekitar 60% dari pengeluaran laki-laki,35 hal serupa dapat dilihat secara
Khusus pada unit produksi pertanian di Kecamatan Karang Malang khususnya desa
Guworejo dan Kedung Waduk, masyarakatnya memiliki mata pencaharian yang
mayoritas bekerja sebagai petani yang mengelola pertanian padi adalah kaum-kaum
wanita sedangkan kaum lelaki bekerja di pusat kota sebagai buruh pekerja pabrik, pekerja
bangunan dll, 36
c) Siapa mendapatkan apa
Pertanyaan ketiga berfokus pada hasil-hasil kerja yang didapat / kerap disubut
sebagai pendapatan, baik pendapatan yang berwujud yakni upah/ uang pada individu/
korporasi dan pendapatan bukan uang misalnya pendapatan yang dapat dikonsumsi
sendiri. Hal ini dapat dilihat pada lahan wilayah Hak Guna Usaha PTPN IX Batujamus
yang dikuasai oleh warga sebanyak 200 ha untuk ditanami komoditas kacang-kacangan,
padi, palawija dan jagung,37 keseluruhan tanaman ini ada yang dikonsumsi sendiri untuk
memenuhi kebutuhan pangan, dan ada yang dijual, berbeda dengan perkebunan PTPN IX
Kerjo arum yang menggunakan lahan sebagai lahan Komoditas perkebunana karet untuk
mendapatkan laba yang besar bagi perusahaan.
d) Apa yang mereka lakukan dengan itu
Pada pertanyaan terakhir ini mengenai peruntukan dari hasil pendapatan yang sudah
timbul dari relasi sosial baik untuk konsumsi, reproduksi serta akumulasi. Perusahaan kapital
sebagai contoh adalah PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) di PG Mojo kabupaten Sragen
dengan komoditas tebu yang dapat menghasilkan produksi gula, pada tahun 2012 berhasil
menjual 1.392.423 dengan beban pokok penjualan sebanyak 805.391 dan laba kotor sebanyak

35
Joko Puryanto, dkk Profil Gender Kabupaten Sragen Tahun 2020 Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga
Berencana Pemberadayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Sragen 2019, Sragen hlm. 23
36
Kaesi, R. W., & Harismah, K. (2012). Pakom bagi Kelompok Wanita Tani Ngudi Makmur dan Kelompok Wanita
Tani Merpati di Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen. Hlm. 48
37
Suara Merdeka PTPN IX Bayar PBB Lahan yang digarap Warga 2018
https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/131015/ptpn-ix-bayar-pbb-lahan-yang-digarap-warga diakses pada 9
Januari 2021 pukul 15.00 WIB

14
587.032 serta laba usaha sebanyak 289.354 hingga laba bersih sebanyak 169.21138. artinya dalam
perusahaan tersebut pendapatan yang diperoleh masih harus dikurangi biaya-biaya gaji, biaya
perusahaan dll. Sedangkan petani kecil juga tidak kalah setelah mendapatkan panen mereka
harus mengurangi pendapatan panen dengan biaya konsumsi untuk kebutuhan keluarga, biaya
renten untuk pembayaran pinjaman pada pedagang belum lagi serangan gagal panen karena
serangan hama baik wereng coklat, tikus-tikus gulma dan kekurangan irigasi sebagaimana terjadi
di Desa Sidoharjo Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen.39
C. PENUTUP
Pelaksanaan reforma agraria bukanlah hal baru karena sejak orde baru reforma agraria
sudah dilaksanakan namun perbedaanya terletak pada kecenderungan untuk memfokuskan pada
redistribusi tanah dan dewasa ini pelaksanaan reforma agraria diberikan payung hukum yang
kuat sebagaimana tertuang dalam Perpres no. 86 tahun 2018 tentang Reforma Agraria.Reforma
agraria berusaha untuk menyeimbangkan redistribusi tanah yang timpang yang sudah mengakar
kuat di Indonesia sebagai warisan dari budaya kolonial yang susah untuk dihilangkan, dengan
munculnya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 86 tentang Reforma Agraria setidak-
tidaknya memberikan setitik harapan ditengah berbelitnya permasalahan tanah yang sudah
merambah pada konflik struktural pada hampir seluruh wilayah Republik Indonesia dengan
sorotan utama ialah konflik perkebunan, pengembalian usaha pertanian komoditas petani kecil
yang berlandaskan Hak pemanfaatan untuk mensejahterakan seluruh lapisan masyarakat dengan
negara sebagai penengah adalah pilihan yang bijak sejauh ini, akan tetapi berbagai dampak dari
adany pelaksanaan Perpres nomor 86 tentang Reforma agraria setidaknya perlu untuk
diperhatikan antara lain adalah; a.) Penurunan Jumlah Wilayah Yang Berkonflik ,b.) Represifitas
Aparat Dalam Menangani Wilayah Agrarian Yang Berkonflik, c.) Pelaksanaan Perundangan Dan
Kebijakan Yang Ada, d.) Tipisnya kepercayaan rakyat, e.) Model Penanganan Ketimpangan
struktur Penguasaan, pemilikan, pemanfaatan serta penggunaan tanah; dan f.) Fokus Negara yang
hanya memberlakukan Perundangan agrarian dan mengenyampigkan hukum-hukum adat, disisi
lain pola relasi sosial di Indonesia masih mengalami ketimpangan-ketimpangan .

38
https://ptpnix.co.id/ diakses pada 11 Januari 2021 Pukul 15.20 WIB
39
Sudalmi, E. S., & Hardiatmi, J. S. (2014). Ketahanan ekonomi petani dalam rangka mengatasi gagal panen padi di
Desa Sidoharjo Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen. Joglo, 26(1). Hlm. 1

15
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Henry Bersnstein 2019 Dinamika Kelas dalam Perubahan Agraria Insist Press, Yogyakarta

Hung-Chao Tai, Land Reform and Politics: A Comparative Analysis Berkeley: University of
California Press,
Noer Fauzi Rachman, 2012, Land reform dari Masa ke Masa, Yogyakarta: STPN,
Sitorus MTF. 2002. Lingkup Agraria dalam Suhendar E . Menuju Keadilan Agraria: 70 Tahun
Gunawan Wiradi. Akatiga. Bandung
Sudalmi, E. S., & Hardiatmi, J. S. 2014. Ketahanan ekonomi petani dalam rangka mengatasi
gagal panen padi di Desa Sidoharjo Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen. Joglo,

16
Artikel
Ardiratna, K. 2018. Pengaruh Luas Lahan Terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani Padi Di
Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen. Jurnal Ilmiah Agritas, 1(2).

Bambang Winarso Dinamika. 2017, Pola Penguasaan Lahan Sawah di Wilayah Pedesaan di
Indonesia Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 12 (3): 137-149 ISSN 1410-5020

Fatimah, 2015 . Reforma Agraria dalam Konteks Peningkatan Akses Kaum Tani Miskin
Terhadap Penguasaan Tanah di Indonesia Jurnal Hukum Samudra Keadilan Volume 10 No. 2

Gunawan Wiradi 1999; Reforma Agraria dalam menghadapi era globalisasi. makalah ringkas
dalam seminar nasional: pemberdayaan petani melalui reforma agraria dalam menghadapi era globalisasi
Jakarta: Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) dan Kantor Menteri Negara Agraria dan Badan
Pertanahan Nasional.

Hariyanto, C. B. 2017. Analisis Pengaruh Transisi Pertanian Subsisten Ke Pertanian Komersial


Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Kota Batu Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya.

Joko Puryanto, dkk 2019, Profil Gender Kabupaten Sragen Tahun 2020 Dinas Pengendalian
Penduduk Keluarga Berencana Pemberadayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Sragen,
Sragen
Kaesi, R. W., & Harismah, K. (2012). Pakom bagi Kelompok Wanita Tani Ngudi Makmur dan Kelompok
Wanita Tani Merpati di Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen.

Konsorium Pembaruan KPA, 2019 Dari Aceh Sampai Papua Urgensi penyelesaian Konflik
Agraria Struktural dan Jalan Pembaruan Agraria Ke Depan Konsorium Pembaruan Agraria Jakarta,
Bambang Winarso Dinamika Pola Penguasaan Lahan Sawah di Wilayah Pedesaan di Indonesia Jurnal
Penelitian Pertanian Terapan Vo. 12 (3) : 137-149 2012

Munandar, 2019. Pelaksanaan Perpres No. 86 Tahun 2018 Dalam Penanganan Konflik Agraria di
Kecamatan Sambirejom Kabupaten Sragen, Jawa Tengah Perspektif Maqasid Syariah, Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas ISLAM Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Mirna Stephanus, Sandy, 2017 Analisis Faktor Penghambat Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat
Di Kampung Hiripau Distrik Mimika Timur Kabupaten Mimika Jurnal Kritis Volume I Nomor 1 Edisi
April
Novianti, D., Suwarni, N., & Nugraheni, I. L. 2018. Kondisi Sosek Keluarga Petani Penggarap
Desa Rawi Penengahan Lampung Selatan Tahun 2016. Jurnal Penelitian Geografi, 6(1).

Pandamdari, E. 2019. Harapan Sejahtera Dan Adil Melalui Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun
2018 Tentang Reforma Agraria. Hukum Pidana dan Pembangunan Hukum,

Risnarto 2008, Reforma agraria politik mensejahterakan rakyat, bunga rampai : dari landreform
ke landreform plu. Jakarta. Pusat Penelitian dan Pengmebangan Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia.

Wardani Agustina Kusuma, 2016 Sengketa Agraria dan Resolusi Konflik di Sambirejo Sragen
Tahun 1960-2010 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta

17
Yerrico Kasworo, 2018 Reforma Agraria Kini dan Nanti RecvhtsVinding Online, Jurnal
RechtsVinding Media Pembinaan Hukum Nasional

Konsorsium Pembaruan Agraria, 2017 . Catatan Akhir Tahun 2017 Konsorsium Pembaruan
Agraria: Reforma Agraria di Bawah Bayangan Investasi Gaung Besar di Pnggiran Jalan Konsorsium
Pembaruan Agraria

Yanis Maladi, 2013, Reforma Agraria Berparadigma Pancasila Dalam Penataan Kembali Politik
Agraria Nasional Mimbar Hukum Volume 25 Nomor 1 Februari 2013

Website
https://kemlu.go.id/nur-sultan/id/pages/geografi/41/etc-menu diakses pada 4 Januari 2020 Pukul
8.53 WIB

http://repository.lppm.unila.ac.id/ diakses pada 7 Januari 2021 Pukul 13.07 Wib

https://jateng.bps.go.id/publication/ diakses pada 2 Januari 2021 Pukul 15.33 WIB


https://setkab.go.id/perpres-no-862018-inilah-tanah-yang-akan-jadi-objek-reforma-agraria-dan-
subjeknya/ diakses pada 7 Januari 2021 Pukul 9.58 WIB
https://sragenkab.bps.go.id/ diakses pada 8 Januari 2021 pukul 14.10 WIB

https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/131015/ptpn-ix-bayar-pbb-lahan-yang-digarap-
warga diakses pada 9 Januari 2021 pukul 15.00 WIB

https://ptpnix.co.id/ diakses pada 9 Januari 2021 Pukul 15.20 WIB


:http://www.litbang.pertanian.go.id/buku/konversi-fragmentasi-lahan diakses pada 5 Januari 2021 Pukul
12.33 WIB
Peraturan
undang-undang dimaksud adalah Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria
Peraturan Presiden Republik Indonesi nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria Pasal 2 .
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2018 Tentang Reforma Agraria Pasal 1
Angka 4
Lampiran 1. Peta Administrasi Kab. Sragen

18
Lampiran 2. Google Maps Kabupaten Sragen

19

Anda mungkin juga menyukai