Anda di halaman 1dari 11

Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayibah dalam Pendampingan

Reformasi Agraria
Wahyu Tirta Aji (43010190091)

A. Latar Belakang

Reforma Agraria atau Land Reform memiliki sebuah sejarah yang panjang
dimulai sejak perang dunia II hingga saat ini. Pada tahun 1960-an undang-undang pokok
reforma agraria muncul. Undang-undang nomor 5 tahun 1960 tentang ketentuan pokok
agraria. (Zein, 2018). Pada dasarnya Land Reform merupakan penataan kembali struktur
kepemilikan, penguasaan, dan penggunaan tanah atau wilayah untuk kepentingan petani
kecil, buruh tani tak bertanah, tunawisma.

Pembangunan masyarakat Indonesia memiliki tujuan, seperti yang telah tertuang


dalam UUD 1945 alenia ke IV, “kemudian daripada itu untuk membentuk suatu
pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia.

Dalam Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2016 tentang rencana kerja


pemerintah tahun 2017 dituliskan bahwa reforma agraria menjadi salah satu perioritas
nasional yang dijalankan oleh pemerintah pusat hingga pemerintah daerah. Rencana kerja
diantaranya memuat agenda untuk menyediakan kepastian tenurial bagi masyarakat yang
tanahnya berada dalam konflik agraria dan mengidentifikasikan subjek penerima dan
objek tanah-tanah yang akan diatur kembali hubungan kepemilikannya.

Reforma Agraria menjadi cara baru untuk menjelaskan konflik atau sengketa
agraria baik berupa konflik secara horisontal maupun vertikal. Konflik dan sengketa yang
sering terjadi antara masyarakat dengan perusahaan, atupun konflik dengan pemerintah.

Agenda Reforma Agraria sangat perlu dan menjadi desakan untuk segara
diwujudkan, faktanya ekalasi konflik agraria yang bahkan disertai kekerasan di Indonesia
terus mengalami peningkatan dari tahun- ketahun, peristiwa ini tercatat dalam catatan
akhir tahun konsorsium pembaharuan agraria (KPA) pada tahun 2018 .
Hal ini terjadi karena masyarakat berbatasan langsung dengan pihak pemerintah
atau perhutani. Untuk memahami konflik agraria harus dimulai dari adanya kesadaran
bahwa tanah merupakan sumber daya alam yang sangat vital, yang menjadi landasan
hampir semua aspek kehidupan. Bukan hanya sebagai aset namun juga berperan sebagai
basis bagi kuasa sektor ekonomi, politik dan sosial.
Konflik agraria yang berakar dari berbagai ketimpangan, ketertindasan atau
ketidakselarasan hak antar masyarakat ini menjadi hal yang perlu dipahamkan. Hal ini
menurut (Christodoulou) terbagi menjadi tiga macam yakni ketimpangan dalam hal
struktik kepemilikan dan penusasaan tanah, ketimpangan dalam hal peruntukan tanah,
dan Incompatibility mengenai persepsi dan konsepsi tentang agraria.
Desa Bawu, Kecamatan Kemusu merupakan salah salah satu desa yang
berbatasan dengan kecamatan kendel, desa klewor, andong dan klego. Salah satu desa
yang memiliki hasil jagung paling banyak kecamatan kemusu, Kabupaten Boyolali.
Sayangnya banyak masyarakat yang belum memaksimalkan hasil pertanian yang mereka
hasilkan. Karena disini jumlah pemilik lahan dan petani penggarap belum seimbang.
Kebanyakan masyarakat merupakan petani penggarap yang memiliki modal tergantung
dengan pemilik lahan atau orang yang menyewa lahan mereka. Belum lagi pajak yang
harus mereka bayar kepada pemerintah untuk sewa lahan pertanian mereka.
Luas lahan yang digarap oleh petani penggarap sekitar 166 hektar. Para
masyarakat atau petani penggarap dipaksa untuk menanam pohon jati untuk menjadi
syarat untuk mereka diperbolehkan menggarap lahan tersebut. Sebenarnya hal ini sangat
merugikan karena mananam pohon jati dapat membuat humus tanah ladang sedikit demi
sedikit mengurang dan lahan ladang masyarakat berkurang karena pertumbuhan pohon
jati yang semakin melebar. Hal ini sebenarnya sudah dikeluhkan oleh masyarakat bawu
tapi pihak perhutani merasa tidak peduli dan itu bukan urusan dari mereka. Disinilah
peran Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah untuk memberikan penyadaran kepada
masyarakat untuk memahami masalah yang ada.tidak hanya penyadaran untuk masalah
tenurial namun juga pemahaman mengenai pasca mereka telah berhasil mendapatkan
tanah seagai hak milik.
Salah satu konflik agraria kaum tani dan melakukan perjuangan dari bawah
(Landreform by leverage) adalah serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah (SPPQT).
Konflik antar petani penggarap dengan perhutani ini berlangsung sejak tahun 2017 yang
diikuti oleh 70 orang petani.
Berdasarkan latar belakang yang telah diapaparkan diatas peneliti memiliki
ketertarikan untuk melihat lebih dalam mengenai bagaimana pengorganisasian gerakan
petani dalam memperjuangkan hak atas lahannya. Gerakan Serikat Paguyuban Petani
Qariyah Thayyibah (SPPQT) merupakan gerakan reforma agraria yang berangkat dari
bawah (landreform by leverage) sebagai gejolak dan akumulasi kekecewaan dari
penindasan dan ketidakadilan yang masyarakat alami selama beberapa tahun

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendampingan Serikat Paguyban Petani Qaryah Thayyibah dalam
pendampingan hak tanah petani penggarap di desa Bawu?
2. Bagaimana hasil yang dirasakan masyarakat Bawu setelah adanya pendampingan
yang dilakukan Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana proses Pendampingan Reforma Agraria yang dilakukan
SPPQT untuk para petani penggarap di desa Bawu
2. Untuk mengetahui hasil yang dirasakan setelah adanya Pendampingan Reforma
Agraria oleh SPPQT

D. Manfaat Penelitian
Setelah mengetahui tujuan yang telah tertera diatas. Terdapat beberapa manfaat
yang diharapkan oleh peneliti seperti:
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi ilmiah untuk
kajian-kajian yang berkaitan dengan Peran Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah
dalam Pendampingan Reforma Agraria.
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi yang dapat dimanfaatkan
untuk menggali informasi tentang Peran Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah
dalam Pendampingan Reforma Agraria.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mampu menambah wawasan dan pengetahuan
khususnya bagi peneliti atau penulis tentang bagaimana Peran Serikat Paguyuban Petani
Qaryah Thayyibah dalam Pendampingan Refoma Agraria petani
b. Bagi Pembaca
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
dan mengetahui bagaimana Peran Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah dalam
Pendampingan Reforma Agraria petani
c. Bagi Sosial
Penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk menambah wawasan
dan pengetahuan mengenai bagaimana Peran Serikat Paguyuban Petani Qaryah
Thayyibah dalam Pendampingan Reforma Agraria Petani. Dan untuk kedepannya dapat
digunakan sebagai pedoman penelitian dalam pendampingan Reforma Agraria petani.

E. Penegasan Istilah
a. Peran
Menurut Abu Ahmadi ( 1982 ) peran adalah suatu kompleks pengharapan manusia
terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan
status, fungsi sosialnya.
Menurut Soerjono Soekanto ( 2002:243 yaitu peran merupakan aspek dinamis
kedudukan ( status ), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan.

b. Pendampingan
Menurut Deptan (2004), pendampingan adalah kegiatan dalam pemberdayaan
masyarakat dengan menempatkan tenaga pendamping yang berperan sebagai fasilitator,
komunikator, dan dinamisator. Pendampingan pada umumnya merupakan upaya untuk
mengembangkan masyarakat di berbagai potensi yang dimiliki oleh masing-masing
masyarakat untuk menujuk kehidupan yang lebih baik dan layak. Selain itu
pendampingan berarti bantuan dari pihak lain yang sukarela mendampingi seseorang atau
pun dalam kelompok untuk memenuhi kebutuhan dan pemecahan masalah dari masing-
masing individu maupun kelompok

c. Reforma Agraria
Pengertian Agraria yang memgacu pada undang-undang nomor 5 tahun 1960 tentang
Reforma Agraria Tinjauan Pustaka yang mendefinisikan agraria sebagai bumi, air, ruang
angkasa dan segala jenis kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
Reform Agraria atau Landreform merupakan perubahan yang mendasar dan
menlyeluruh dalam sendi atau praktik ekonomi, sosial, politik hukum agraria dalam suatu
masyarakat.
Reforma Agraria merupakan restrukturasi atau penataan ulang susunan kepemilikan,
penguasaan, dan penggunaan sumber-sumber agraria. Tujuannya untuk mengubah
susunan masyarakat warisan Stelsel feodalisme dan kolonialisme menjadi susunan
masyarakat yang adil dan merata. (Arisaputra, 2015)
F. Kajian Teori

Reforma Agraria atau Landreform adalah perubahan yang mendasar dan menyeluruh
(total) dalam sendi-sendi dan praktek ekonomi-politik-hukum agraria dalam suatu
masyarakat. Arah Reforma Agraria menuju pada dua hal yakni apakah (1) memperkuat posisi
rakyat dalam lapangan kehidupan agraria, atau, sebaliknya, (2) melemahkan posisi rakyat dan
mengalihkan posisi tersebut kepada entitas lainnya yakni negara dan modal.
Proses penguatan posisi rakyat dalam lapangan agrarian sangat bergantung pada
pelaksanaan dari Reforma Agraria itu sendiri apakah Reforma Agraria yang berlangsung
tersebut berasal dari atas (landreform by grace) atau Reforma Agraria yang berlangsung
tersebut berasal dari bawah (landreform by leverage) (Wiradi G. , 2018). Powelson dan Stock
(1987) menyebut bahwa landreform by grace lebih sering tidak mewakili kepentingan kaum
tani, tetapi hanya mewakili kepentingan 1Peraturan Presiden (Perpres) No.86 Tahun 2018
tentang Reforma Agraria
Segelintir orang yang ada tau ingin berada di lingkungan pemerintahan dan sangat
bergantung pada kepentingan politik sementara itu, landreform by leverage merupakan
reforma agraria yang berlangsung atau dilakukan atas desakan dari kelompok gerakan petani
atau atas dasar pemberdayaan rakyat, sehingga menurut Gunawan Wiradi untuk melakukan
reforma agraria by leverage dibutuhkan organisasi yang kuat baik secara kuantitatif maupun
kualitatif(Wiradi G. , 2018, p. 147).
Pendampingan yang dilakukan oleh pihak lembaga swadaya masyarakat ini berupa
pendampingan sebelum, saat dan sesudah adanya reforma agraria. Sebelum adanya reforma
agraria ini pihak LSM melakukan wawancara dan analisis data mengenai kebutuhan yang
masyarakat bawu, dan disalurkan kepada pihak KPA untuk ditindak lanjuti kepada pusat dan
saat reforma agraria ini sudah berjalan masyarakat diberikan pemahaman mengenai maslah
tenurial, dan sosialisasi saat mereka telah mendapat hak atas tanah. Karena kembali lagi
tanah merupakan hal yang sangat krusial untuk masyarakat dan aset investasi untuk
kedepannya. Sehingga agar tidak terjadi salah sasaran mengeni kepemilikan tanah perlu
adanya pemahaman kepada setiap masyakat melalui sosialisasi dan pendampingan secara
berkala dalam sekor sosal, ekonomi dan politik.
G. Tunjauan Pustaka
Untuk memberikan gambaran pada penelitian ini penulis mengambil referensi
melalui penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti:
Pertama, pada penelitian yang telah dilakukan oleh Dosen Fakultas Hukum
Universitas Samudra Meurandeh, berjudul Reforma Agraria Dalam Konteks Penigkatan
Akses Kaum Tani Miskin Terhadap Penguasaan Tahan di Indonesia”, ini memberikan
pemabahasan mengenai pembangunan masyarakat indonesia dimulai dari tanah. Tanah
merupakan aset yang harus dijaga oleh masyarakat .Tanah memiliki hubungan yang krusial
dengan manusia, peraturan mengenai penguasaan kepemilikan tanah yang didasari dan
dijalankan sejak beberapa abad lamanya. Kepemilikan tanah dirasa penting sebagai investasi
pembangunan pedesaan karena memberikan penekanan bagi sokongan aset untuk
masyarakat.
Kedua, pada peneitian yang telah dilakukan pada sektor perkebunan yang dilakukan
oleh mahasiswa Fakultas Teologi dengan judul “ Pengelolaan Konflik Agraria Antara Petani
Dengan Perusahaan Perkebunan Swasta PT. BNIL” ini memberikan penjelasan mengenai
bagaimana konflik mengenai reforma agraria yang terjadi dimasyrakat dengan pemerintah
maupun dengan kalangan swasta dalam skripsi ini peneliti tertarik pada permasalahan
bagaimana pengorganisasian gerakan petani dalam memperjuangakan hak atas lahannya.
Grakan serikat petani korban gusrusan BNIL merupakan gerakan reforma agraria yang
berangkat dari bawah sebagai gejolak dan akumulasi kekecewaan dari penindasan dan
ketidakadilan yang mereka alami selama bertahun-tahun
Ketiga, buku berjudul “Masa Depan Reforma Agraria Melampaui Tahun Politik”,
dalam buku ini memberikan pemahaman mengenai persoalan konflik agraria bukan hanya
memperlihatkan perluasan lahan atau penerbitan izin baru perkebunan yang melanggar hak
masyarakat atas tanah, karena tanah merupakan hal yang sangat krusial untuk masyarakat
pedesaan. (Konsorsium Pembaharuan Agraria , 2018)

H. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan peneliti adalah metode kualitatif. Penelitian


kulitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, seperti perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dll, secara holistic, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk
kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Penelitian ini mendeskripsikan secara akurat Peran Serikat Paguyuban


Petani Qaryah Thayyibah dalam Pendampingan Reforma Agraria. Untuk
mendeskripsikan informasi dan fakta yang ditemukan dilapangan, maka
penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Moh. Nazir (2013: 83)
mengemukakan dalam buku Metode Penelitian Kualitatif bahwa metode
deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu
objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada
masa sekarang.

b. Sumber Data

Menurut Lofland husein sebagaimana dalam Lexy J. Maleong (2000: 112),


sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan
tindakan orang yang diamati merupakan sumber data utama. Sumber data utama
dicatat melalui catatan tertulis atau melalui rekaman suara. Pencatatan sumber
data utama melalui wawancara atau pengalaman berperan serta merupakan hasil
usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya.

c. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperlukan untuk mendapat data dan informasi yang


diperlukan untuk dapat menjelaskan dan menjawab permasalahan penelitian ini.
Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara:

1) Observasi
Metode observasi (pengamatan), merupakan sebuah teknik pengumpulan
data yang mengharuskan peneliti terjun ke lapangan untuk mengamati hal-hal,
kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan (M. Djunaidi
Ghony dan Fauzan Almanshur: 2012, 165).

2) Wawancara
Metode wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan dilakukan oleh dua pihak yaitu narasumber dan pewawancara.
Menurut Stewart dan Cash mendefinisikan wawancara sebagai sebuah interaksi
yang di dalamnya terdapat pertukaran atau berbagai aturan, tanggungjawab,
perasaan, kepercayaan, motif, dan informasi.

3) Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak
langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti dapat berupa
bagian macam, tidak hanya dokumen resmi (Irawan Soehatono: 2011, 70). Dalam
pendapat lain, studi dokumentasi siartikan sebagai suatu metode pengumpulan
data kualitatif dengan melihat atau menganalisa dokumen-dokumen yang dibuat
oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang objek (Haris Hardiansyah: 2012,
143).

d. Analisis Data
Analisis data didefinisikan Moh. Nazir (1993: 405) sebagai bagian yang
sangat penting dalam metode ilmiah, sebab dalam analisis data tersebut dapat
diberi arti dan makna yang berguna memecahkan masalah penelitian. Menurut
Sugiono (2010: 91) ada beberapa cara untuk menganalisi data, tetapi secara garis
besar dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Reduksi data, dilakukan oleh peniliti dalam memilah data yang relevan
2) Penyajian data, setelah data terkumpul proses selanjutnya adalah menyusun dan
menyajikan data dalam bentuk narasi , visual, gambar, bagan, label, dan
sebagainya
3) Penyimpulan data, pengambilan kesimpulan dapat dilakukan dengan
menggabungkan dari tema yang telah diusung.

I. Sistematika Penulisan
Susunan skripsi terdiri dari lima bab, termasuk pendahuluan, isi, dan penutup.
Berikut adalah uraian susunan skripsi secara ringkas:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini, peneliti mengemukakan latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penegasan istilah, kerangka
berpikir, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini, peneliti membahas peran SPPQT yang memuat pengertian
Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah, tujuan Pendampingan
Reforma Agraria indicator Reforma Agraria dan Upaya SPPQT dalam
Pendampingan Reforma Agraria bagi masyarakat.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Paba bab ini akan membahas tentang jenis penelitian dan pendekatannya,
lokasi dan waktu penelitian, metode pengumpulan data, dan analisa data.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang dijelaskan melalui
pendekatan deskriptif.
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini akan memahasan mengenai analisa data yang telah
didapatkan dari lapangan. Analisa data yang dilakukan merupakan
pemecahan dari rumusan masalah yang menjadi kerangka penelitian ini.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini penulis akan menyajikan kesimpulan dari penelitian yang
dilakukan tentang Peran Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah
Dalam Pendampingan Reforma Agraria di Desa Bawu, Kecamatan
Kemusu, Kabupaten Boyolali. .
DAFTAR PUSTAKA

Arisaputra, M. I. (2015). Reforma Agraria Untuk Mewujudkan Kedaulatan Pangan . jurnal


Hukum .
Ikram. (2020). Pengelolaan Konflik Agraria Antara Petani Dengan Perusahaan Perkebunan
Swasta PT. BNIL.
Konsorsium Pembaharuan Agraria . (2018). "Masa Depan Reforma Agraria Melampaui Tahun
Politik". Jakarta .
Zein, S. (2018). Reformasi Agraria dari dulu hingga sekarang di Indonesia . 3.
Fatimah., (2015). Reforma Agraria Dalam Konteks Peningkatan Akses Kaum Tani Miskin
Terhadap Penguasaan Tahan DI Indoensia.

Anda mungkin juga menyukai