Anda di halaman 1dari 11

1.

LATAR BELAKANG

Indonesia terkenal sebagai negara agraris karena sebagian penduduknya bekerja di


sector pertanian. Di dalamnya petani merupakan pelaku utama dalam sector pertanian
yang berperan penting dalam mewujudkan ketahanan pangan. Melalui petani, kebutuhan
pangan rumah tangga hingga bahan baku industry dapat terpenuhi dengan baik. Namun
petani seringkali dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang rumit dan tak jarang
permasalahan tersebut justru menyebabkan kerugian yang besar bagi mereka.
Stigmatisasi masyarakat masih banyak menganggap bahwa pertanian hanya beujung
kepada mencangkul saja sehingga terkesan sector pertanian adalah jorok dan miskin.
Citra sector pertanian yang tampak koto dan miskin didasari oleh tidak adanya bukti kuat
yang mengatakan bahwa bertani itu menjanjikan bukan berarti seluruh petani itu miskin.
Namun kebanyakan ekonomi petani masih termasuk kelas menengah kebawah.
Rendahnya minat regenerasi muda untuk terjun ke dunia pertanian terlihat dari
statistic sebesar 61% petani berusia >45 tahun. Padahal generasi muda adalah generasi
penerus sekaligus kunci keberhasilan sector pertanian. Jika tidak egera ditangani
ketahanan pangan nasional akan sulit dicapai bangsa ini. Salah satu program yang mulai
banyak digerakan adalah modernisasi pada pertanian itu sendiri sehingga tampak lebih
baik.
Serikat Petani Indonesia pada awalnya bernama Federasi Serikat Petani Indonesia
(FSPI). Organisasi ini dideklarasikan tanggal 8 juli 1998 di Kampung Dolok Maraja,
Desa Lobu Ropa, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara oleh
sejumlah pejuang petani Indonesia. Kelahiran organisasi petani ini merupakan bagian
dari perjalanan panjang perjuangan petani Indonesia untuk memperoleh kebebasan dalam
menyuarakan pendapat, berkumpul dan berorganisasi guna memperjuangkan hak-haknya
yang telah ditindas dan dihisap oleh rejim orde baru selama 33 tahun. Pada saat deklarasi,
dibentuk Badan Pelaksana Sementara yang bertugas mengkonsolidasikan kekuatan-
kekuatan perjuangan petani di Indonesia, untuk menjadi anggota FSPI dan melaksanakan
kongres pertama. Pada tanggal 22-25 Februari 1999 kongres pertama FSPI berhasil
digelar di Medan, Sumatera Utara.Kongres pertama menghasilkan kepengurusan FSPI
yang berkantor pusat di Medan, Sumatera Utara. Selain itu, FSPI juga membuka kantor
perwakilan di ibukota negara, Jakarta.Kemudian, pada tanggal 28 Februari tahun 2003
FSPI melaksanakan kongres kedua di Malang, Jawa Timur. Dalam kongres tersebut
ditetapkan bahwa kedudukan sekretariat FSPI dipindahkan dari Medan ke Jakarta.Seiring
dengan perkembangan jaman, tantangan yang dihadapi organisasi perjuangan kaum tani
semakin besar. Kekuatan kapitalis neoliberal semakin meminggirkan rakyat dan kaum
tani, sehingga timbul kesadaran untuk mengkonsolidasikan kembali gerakan petani.
Dalam kondisi seperti itu, muncul keinginan untuk mengubah bentuk dan struktur
organisasi dari yang semula berwatak federatif menjadi organisasi kesatuan.

Perubahan bentuk organisasi dari federatif menjadi kesatuan secara resmi


terwujud pada Kongres III FSPI yang diadakan pada tanggal 2-5 Desember di Pondok
Pesantren Al Mubarrak Manggisan, Wonosobo, Jawa Tengah. Pada saat itu, 10 serikat
petani anggota FSPI mendeklarasikan diri untuk melebur kedalam organisasi kesatuan
yang bernama Serikat Petani Indonesia (SPI).

Tujuan Sosial-Ekonomi

1. Terjadinya perombakan, pembaruan, pemulihan dan penataan pembangunan ekonomi


nasional dan internasional, agar tercipta peri kehidupan ekonomi petani, rakyat, bangsa
dan negara yang mandiri, adil dan makmur, secara lahir dan batin, material dan
spiritual; baik dalam kebijakan maupun dalam kenyataan hidup sehari-hari
2. Bahwa peri kehidupan ekonomi yang mandiri, adil dan makmur tersebut hanya dapat
dicapai jika terjadi tatanan agraria yang adil dan beradab
3. Tatanan agraria yang adil dan beradab tersebut hanya dapat terjadi jika dilaksanakan
Pembaruan Agraria Sejati oleh petani, rakyat, bangsa, dan negara

Tujuan Sosial-Politik

1. Terjadinya perombakan, pembaruan, pemulihan dan penataan model pembangunan

politik nasional dan internasional, agar tercipta peri kehidupan politik yang bebas,

mampu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
mampu memajukan kesejahteraan umum, sanggup mencerdaskan kehidupan bangsa

dan sanggup untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia

2. Peri kehidupan politik tersebut hanya dapat dicapai jika rakyat berdaulat secara politik

baik dalam kebijakan maupun dalam kenyataan hidup sehari-hari

3. Kedaulatan politik rakyat tersebut hanya dapat dicapai jika petani berdaulat secara

baik dalam kebijakan maupun dalam kenyataan hidup sehari-hari

Tujuan Sosial-Budaya

1. Terjadinya perombakan, pembaruan, pemulihan dan penataan model pembangunan

kebudayaan nasional dan internasional, agar tercipta peri kehidupan budaya yang

berkemanusiaan, adil dan beradab

2. Peri kehidupan kebudayaan tersebut hanya dapat dicapai jika petani, rakyat, bangsa, dan

negara mengembangkan kebudayaan yang berkepribadian, mempunyai harkat, martabat

dan harga diri baik dalam kebijakan maupun dalam kenyataan hidup sehari-hari dalam

pergaulan nasional dan internasional

2. DASAR PEMIKIRAN

A. Filosofis dan Teoritis

Petani adalah orang yang memiliki mata pencaharian utama dalam bidang
pertanian. Di dalam kesehariannya, petani biasanya hidup dalam dua dunia. Pada
satu sisi, masyarakat petani pada umumnya tinggal di daerah-daerah pedesaan,
terpisah dari dunia luar. Mereka sangat serius di dalam mengelola pertanian di
desanya dan cenderung memiliki orientasi pandangan ke dalam (inward looking
orientation). Namun, di sisi lain, masyarakat petani sangat tergantung dari dunia
luar. Mereka dipengaruhioleh ekonomi pasar dan menjadi subordinasi, objek
politik pihak penguasa/pemerintah dan pihak luar, masyarakat luas (Cancian
1989). Berdasarkan sejarah, kehidupan petani dan sistem pertanian di Indonesia
dewasa ini, tidak lepas dari pengaruh ekonomi pasar secara nasional maupun
internasional dan dinamika politik masa lalu. Demikian pula, dengan kian
pesatnya perkembangan ekonomi global dewasa ini. Maka, tidak terelakkan lagi
petani-petani desa di negara kita telah terbawa dalam arus mekanisme sistem
ekonomi dunia (world system) yang didominasi oleh sistem kapitalis (bandingkan
Roseberry 1989). Pada umumnya, dalam melakukan usaha taninya, petani terlibat
dalam kegiatan yang sangat kompleks dan penuh risiko. Mereka, dalam
keseharian mengelola usaha taninya, harus berinteraksi mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh lingkungan sistem biofisik lokal (ekosistem), misalnya iklim,
kelembaban udara, tanah, air, mikro organisme, jenis-jenis tanaman, hewan,
tumbuhan pengganggu, hama, dan penyakit. Bahkan di antara faktor-faktor
biofisik tersebut, beberapa di antaranya bersifat fenomena alam yang tidak dapat
dikendalikan petani, misalnya perubahan iklim, curah hujan, kekeringan,
timbulnyahama baru, dan lain-lain. Di samping itu, selain dipengaruhi oleh
lingkungan sistem biofisik, para petani juga dapat dipengaruhi oleh sistem sosial,
misalnya harus bekerja sama atau berkompetisi dengan anggota petani lainnya.
Antara lain, mereka harus bekerja sama dalam berorganisasi mengatur saluran air
irigasi dan saling bertukar tenaga kerja keluarga atau tenaga buruh upah. Selain
itu, para petani juga harus saling berkompetisi dengan para petani lainnya, seperti
kompetisi untuk mendapatkan masukan-masukan untuk produksi dan menjual
hasil-hasil pertanian. Dengan demikian, selain dipengaruhi oleh faktor-faktor
sistem biofisik dan sistem sosial lokal, masyarakat petani juga harus berurusan
dengan berbagai faktor eksternal, seperti faktorfaktor ekonomi pasar (harga
asupanasupan dan keluaran-keluaran) dan faktor politik/kebijakan pemerintah
(subsidi, pajak, dll.).

B. Pragmatis

Pada umumnya sebagian besar masyarakat petani di Indonesia hidup miskin.


Dari 49,9 juta penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2002, sekitar 54% di
antaranya terdiri dari masyarakat petani (BPS 2002). Banyak faktor yang dapat
menyebabkankemiskinan petani di tanah air. Salah satu faktornya adalah
terjadinya ketimpangan penguasaan akses lahan tani, yang telah mempengaruhi
tingkat kehidupan petani yang rendah. Kondisi ketimpangan itu telah terjadi
cukup lama, yaitu mulai dari masa prakolonial hingga pascakolonial, dan
berlanjut hingga dewasa ini. Pada masa prakolonial di pulau Jawa, yaitu pada
masa pemerintahan kerajaan Jawa tradisional, struktur penguasaan lahan sawah
sangat timpang. Raja memiliki kedudukan yang hampir bersifat Illahi. Raja
memiliki hamba kerajaan (abdi dalem) yang menghubungkan massa rakyat (wong
cilik) dan pihak kerajaan. Sehingga para hamba kerajaan disebut priyayi
(yayi=adik raja) (Onghokham 1984). Secara persepsi pribadi raja, hanya hamba-
hamba kerajaan yang dianggap sebagai warganya. Raja mutlak pemilik tanah.
Para pangeran dan priyayi diberi lungguh (apanage) tanah gaji. Tanah tersebut
akan dikembalikan lagi ke raja jika pemegangnya dipecat atau meninggal.
Perbedaan antara kaum petani dibedakan atas cara ia menguasai tanah. Petani
penguasa tanah disebut sikep. Para sikep tersebut memiliki tanggungan
(numpang) yang disebut bujang (belum menikah). Dalam hal makanan dan
tempat tinggal, seorang petaninumpang tergantung sepenuhnya pada sikep.
Petani-petani bujang tidak mempunyai kewajiban seperti membayar pajak atau
kerja bakti terhadap negara, melainkan terhadap sikepnya. Sementara semua
kewajiban terhadap negara dan kerja bakti dibebankan pada kaum tani penguasa
tanah. Namun demikian, kadang-kadang sikep menggunakan bujang-bujang
untuk melakukan kerja bakti bagi negara. Jadi, bujang merupakan lapisan
terendah dari masyarakat desa dan kebebasannya tergantung dari para sikepnya
(Onghokham 1984). Kemiskinan sebagian besar petani di pedesaan tidak berakhir
dengan berakhirnya masa kerajaan Pulau Jawa, tetapi berlanjut hingga masa
kolonial Belanda. Contohnya adalah program tanam paksa (cultuurstelsel) selama
40 tahun (1830—1870) di Pulau Jawa yang telah menyebabkan kemiskinan
sebagian besar petani di pedesaan. Berdasarkan sistem tanam paksa tersebut,
petani dipaksa untuk menanam seperlima dari tanah mereka dengan tanaman
ekspor yang telah ditetapkan pemerintah kolonial Belanda. Jenis-jenis tanaman
semusim seperti tebu, indigo (nila), dan tembakau diharuskan ditanam di lahan
sawah secara berotasi dengan tanaman padi. Sedangkan jenis-jenis tanaman
tahunan seperti teh, kopi, lada, kayu.
3. NAMA KEGIATAN
“Pelantikan dan Muswil Serikat Petani Indonesia Sulawesi Tenggara masa bakti 2024-
2029.

4. TEMA KEGIATAN
“Memeperkuat dalam mewujudkan petani yang berkelanjutan untuk kemandirian pangan
dan energi”.

V. MAKSUD DAN TUJUAN


1) Legalitas kepengurusan Serikat Petani Indonesia Sulawesi Tenggara Masa Bakti
2024-2029.
2) Memperkuat dan Memperkokoh jajaran pengurus Serikat Petani Indonesia Sulawesi
Tenggara Masa Bakti 2024-2029.
3) Dengan diadakannya Pelantikan, Kepengurusan dapat berjalan dengan tepat dan
sesuai job masing-masing pengurus.

6. PELAKSANAAN KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan Pelantikan dan Muswil Serikat Petani Indonesia Sulawesi
Tenggara Masa Bakti 2024-2029 diemban oleh Panitia Pelantikan yang telah dibentuk.

VII. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN


Hari, tanggal : Kamis, 22 Januari 2024
Waktu : 09:00 WITA s/d Selesai
Tempat : Aula Hotel Zahra Kota Kendari

VIII. PESERTA
1. Pj Gubernur Sulawesi Tenggara.
2. Ketua DPRD Sulawesi Tenggara.
3. Kapolda Sulawesi Tenggara.
4. Pj Walikota Kendari.
5 Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan.
6. Kepala Dinas Pertanian Kota Kendari.
7. Ketua HKTI Sulawesi Tenggara.
8. Ketua Kadin Sulawesi Tenggara.
9. Rektor Universitas Se Sultra.
10. Ketua OKP Se Sultra.
11. Organisasi Kemahasiswaan Se Sultra.
12 Masyarakat dan Simpatian.

9. SUMBER DANA
Bantuan Yang Sah Dan Tidak Mengikat.

10. REKENING BANK


PENGURUS BESAR HIPERMAS KALIMANTAN SELATAN
No.Rek: 0301-202-000002988-1 (BANK KAL - TENG)
11. SUSUNAN KEPANITIAAN
Terlampir
XII. REKAPITULASI DANA
Terlampir
XIII. MANUAL ACARA
Terlampir
XIV. DOKUMENTASI KEGIATAN YANG SUDAH TERLAKSANA
Terlampir
XV. PENUTUP
Demikianlah proposal ini kami susun, besar harapan bagi semua pihak untuk
berpartisipasi dan mensukseskan langkah awal tercinta ini, terutama dalam melaksanakan
tugas dan kewajiban yang diemban untuk jangka waktu satu tahun ke depan. Atas segala
perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih, semoga Allah SWT selalu
melimpahkan Rahmat dan Ridho-Nya kepada kita semua. Amin…

Kendari, 2024

LEMBAR PENGESAHAN
Panitia Pelaksana
Pelantikan dan Rapat Kerja
Himpunan Pelajar Mahasiswa Seruyan
Kalimantan Selatan

M. Imam Bukhari Nurul Apriliani


Ketua Sekretaris

Mengetahui
Pengurus Besar
Himpunan Pelajar Mahasiswa Seruyan
Kalimantan Selatan
Lampiran I

SUSUNAN PANITIA PELANTIKAN


HIMPUNAN PELAJAR MAHASISWA SERUYAN KALIMANTAN
SELATAN
PERIODE 2016-2017

PELINDUNG
1. Bupati Kabupaten Seruyan
2. DPRD Kabupaten Seruyan

PENASEHAT
1. KH. M. Hasbullah
2. Sabarani, SH.I
3. Nanang Kosim
4. Masrupin, S. Ag

Panitia Pelaksana

Ketua : M. Imam Bukhari


Sekretaris : Nurul Apriliani
Bendahara : Abdul Haris

Seksi-Seksi
1. Seksi Acara
Koordinator : A. Sugiharto
Staf : 1.Septi Hardiyanti
2. Samsul Ariyadi
3. Rahmah
4. Gia Saufi
2. Seksi Humas
Koordinator : Alfi Anoor
Staf : 1. Rahmadi
2. Muhammad Dikiy
3. Susan Nopita Sari
4. Alfi Kurniawan
3. Seksi Pubdekdok dan Perlengkapan
Koordinator : Arif
Staf : 1. Irwandani
2. Samsul
3. Muhammad Gajali
4. Nor Sakinah
4. Seksi Konsumsi
Koordinator : Ayu Wulandari
Staf : 1. Jamila Hayati
2. Melinda Rahma sari
3. Fajar Haris M
Lampiran II

REKAPITULASI BIAYAPELANTIKAN
HIMPUNAN PELAJAR MAHASISWA SERUYAN
KALIMANTAN SELATAN
PERIODE 2016-2017

PENGELUARAN

a. Kesekretariatan
Kertas HVS Kwarto 2 Rim @ Rp. 40.000,- Rp. 80.000,-
Amplop putih 2 box @ Rp. 25.000,- Rp. 50.000,-
Stempel, bantalan dan tinta Rp. 150.000,-
Map 15 buah @ Rp. 6.000,- Rp. 90.000,-
Cetak proposal Rp. 100.000,-
Undangan Lux 500 buah @ Rp. 6.000,- Rp. 3.000.000,-
Buku Tamu 2 buah @ Rp. 25.000,- Rp. 50.000,-
Cinderamata 4 buah @ Rp. 250.000,- Rp. 1.000.000,-
Jumlah Rp. 4.520.000,-
b. Seksi Acara
Sound system Rp. 2.500.000,-
Pertunjukan Musik Tradisional dan Akomodasi Rp. 1.250.000,-
Sewa kostum panitia 25 helai @ Rp. 50.000,- Rp. 2.700.000,-
Sewa kostum pengurus 14 helai @ Rp. 100.000,- Rp. 1.400.000,-
Jumlah Rp. 7.850.000,-
c. Seksi Humas
Sewa Mobil Rp. 400.000,-
Operasional Rp. 750.000,-
Biaya Komunikasi Rp. 350.000,-
Jumlah Rp. 1.500.000,-
d. Seksi Pubdekdok dan Perlengkapan
Sewa gedung Rp. 9.500.000,-
Pembuatan film acara dan cetak foto Rp. 1.000.000,-
Backdrop Rp. 750.000,-
Spanduk Rp. 350.000,-
Jumlah Rp. 11.600.000,-
e. Seksi Konsumsi
Makan malam + snack 500 orang @ Rp. 25.000,- Rp. 12.500.000,-
Jumlah Rp. 12.500.000,-
f. Anggaran tak terduga Rp. 1.500.000,-
Total Pengeluaran Keseluruhan Rp. 39.470.000,-

Terbilang : Tigapuluh Sembilan Juta Empat Ratus Tujuh Puluh Ribu Rupiah

Lampiran III

MANUAL ACARA PELANTIKAN


HIMPUNAN PELAJAR MAHASISWA SERUYAN KALIMANTAN
SELATAN PERIODE 2013-2014

09.00 – 09.10 : Pembukaan

09.10 – 09.25 : Pembacaan Ayat Suci Al-Quran

09.25 – 09.35 : Madihin Kolosal Stai Darussalam

09.35 – 09.40 : Coffe break

09.40 – 10.10 : Sambutan Ketua Panitia

10.10 – 10.40 : Acara Inti

10.40 – 10.55 : Sambutan-sambutan

10.55 – 11.25 : Pelantikan Pengurus HIPERMAS Kalimantan Selatan


11.25 – 11.35 : Penyerahan Cinderamata

11.35 – 11.45 : Doa

11.45 – 11.50 : Penutup

11.50 – 12.00 : Isoma

12.00 – Selesai : Hiburan

Lampiran IV

Anda mungkin juga menyukai