PENDAHULUAN
modul ini mem bahas proses tra nsf orm as i per tania n I ndones ia ke er a
industrialisasi yang berkembang pesat dewasa ini beserta masalah masalah
struktural yang melingkupinya. Pada awalnya akin dipaparkan
sejarah perkembangan pertanian Indonesia sejak era kolonialisme hingga era
liberalisasi (globalisasi ekonomi). Secara khusus ditelaah masalah struktural
yang menghambat kemajuan pertanian Indonesia beserta kebijakan-kebijakan
d an s tr ate g i pe m b ang una n p er ta nia n yang d iha r ap k an mam p u me ng ang ka t
kesejahteraan petani. Pada bagian selanjutnya diuraikan sejarah
perkembangan industrialisasi di Indonesia beserta masalah-masalah struktural
ya ng menyer tai ny a. Modul memf ok us ka n p ad a ana lisis s tr uk tur i nd us tr i di
Indonesia yang cenderung terkonsentrasi dan analisis kebijakan membangun
industri nasional untuk menghadapi tantangan global. Modul ini menekankan
pada analisis ekonomi-politik yang dipadukan dengan pendekatan struktural
dan kelembagaan.
Dengan mempelajari modul ini secara umum Anda diharapkan dapat
menganalisis kondisi dan masalah dalam pembangunan pertanian dan industri
di Indonesia, sekaligus mampu mencari alternative cara pemecahan
masalahnya.
Setelah mempelajari modul ini, secara khusus Anda diharapkan mampu:
1. menjelaskan sejarah perkembangan pertanian dan industrialisasi
Indonesia,
2. menjelaskan masalah struktural pertanian dan industrialisasi berdasarkan
kondisi dan struktur yang ada untuk mencari alternatif pemecahannya,
3. menganalisis kebijakan dan strategi pembangunan pertanian pemerintah
yang terkait dengan pelaksanaan liberalisasi pertanian,
2.2 P E R E K O N O M I A N I N D O N E S I A •
K E G I A T A N B E L A J A R 1
Pertanian Indonesia
dapat ditunggu sampai panen tiba. Dalam hal demikian petani sering menjual
tanamannya pada saat masih hijau di sawah baik dengan harga penuh atau
berupa pinjaman sebagian (dikenal dengan sistem ijon).
2. Pembiayaan Pertanian
Dengan titik tolak adanya kemelaratan yang luas di kalangan petani,
keterlibatan mereka pada utang, baik utang biasa maupun dengan sistem ijon,
maka sering dapat disimpulkan bahwa persoalan yang paling sulit dalam
ekonomi pertanian Indonesia adalah persoalan pembiayaan pertanian.
Jatuhnya petani dalam sistem ijon karena tidak adanya kredit alternatif kredit
yang lebih baik bagi petani, padahal mereka memerlukan kredit murah agar
mampu meningkatkan produksi dan pendapatannya.
3. Tekanan Penduduk
Persoalan penduduk di Indonesian begitu kompleks yaitu tidak hanya
penduduk sangat padat dan pertambahan tiap tahun yang tinggi, tetapi juga
persebarannya yang tidak merata antardaerah. Adanya persoalan penduduk
dalam konteks ekonomi pertanian dapat dilihat dari tanda-tanda bahwa:
a. persediaan tanah pertanian yang makin kecil,
b. produksi bahan makanan per jiwa yang teals menurun,
c. bertambahnya pengangguran,
d . m e m b u r u k n y a h u b u n g a n - h u b u n g a n p em i l i k t a n a h d a n b e r t a m b a h n y a
utang-utang pertanian.
Dengan demikian, masalah penduduk tidak lagi semata-mata merupakan
perbandingan jumlah kelahiran dan produksi makanan, persebaran (geografi
sosial), demografi (KB) atau masalah kesehatan dan gizi, melainkan
gabungan keseluruhan persoalan kehidupan petani sehari-hari.
4. Pertanian Subsistem
Pertanian subsistem diartikan sebagai suatu sistem bertani di mana
tujuan utama dari si petani adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
beserta keluarganya. Produksi subsistem murni ditandai tidak adanya aspek -
aspek komersial dan penggunaan uang. hubungan antara usaha tani dan
rumah tangga petani sangatlah erat, kegiatan produksi menyatu dengan
kegiatan konsumsi. Karena teori ekonomi menganalisis dua kegiatan itu
secara terpisah sehingga teori ini tidak dapat dipakai. Kebijakan pemerintah
y ang tid ak ber pi jak pada k ondi si i ni seri ng ka li ber akibat y ang seb al ik ny a,
• ESPA43 1 4/MODUL 2 2.7
tidak sesuai sasaran dan tujuan yang diinginkan. Persoalan menjadi makin
berat seiring bertambahnya jumlah buruh tani dan petani subsistem yang
hidupnya serba miskin, yang merupakan warisan struktur dan sistem
ekonomi kolonial.
Kepemilikan lahan yang sempit dan makin menurun (rata-rata 0,5 ha per
jiwa) merupakan masalah struktural pertanian Indonesia yang krusial. Hal ini
terjadi karena tanah (lahan) merupakan aset produktif yang turut menentukan
corak (cara) produksi dalam pertanian Indonesia. Konsentrasi pemilikan
lahan cenderung mengakibatkan cara-cara produksi yang tidak demokratis,
dalam arti tidak dapat melibatkan partisipasi petani kecil secara luas dalam
proses produksi. Demokratisasi dalam proses produksi tidak akan efektif
tanpa ada upaya melakukan redistribusi aset produktif tersebut.
Di sisi lain, masalah yang cukup pelik adalah belum meratanya distribusi
modal dalam sektor pertanian, baik modal dalam bentuk material. intelektual,
maupun institusional. Modal material berupa kredit murah tanpa agunan
m as ih su li t di p e r ole h pe ta ni k e c il kar e na mini m ny a k e ter s ed i aan d ana d an
prosedur yang cenderung konvensional. Modal intelektual berupa
peningkatan wawasan dan keahlian petani dan akses pendidikan yang murah
dan berkualitas bagi keluarga (anak-anak) mereka pun masih sulit
ditingkatkan. Di sisi lain, modal institusional berupa pemberdayaan
organisasi-organisasi tani sebagai kekuatan kolektif untuk meningkatkan
daya tawar mereka pun sulit diwujudkan. Demokratisasi modal perlu
dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah tersebut.
Harga komoditi pertanian (terutama beras) yang rendah pun menjadi
masalah tersendiri dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani. Dalam
hal ini berlaku sistem yang merugikan petani, di mana mereka harus
me ny angg a keb ut uhan pokok masy ar ak at p erk otaa n dengan k ontrapre stas i
yang sangat minimal. Harga rendah tersebut merupakan paksaan dari situasi
di mana upah buruh di perkotaan cenderung ditekan serendah mungkin,
padahal mereka harus tetap memenuhi kebutuhan hidup minimal seperti
halnya pangan. Para petanilah yang menyediakan kebutuhan mereka dengan
harga yang rendah, sesuai dengan daya beli mereka. Jadi di sini berlaku
sistem di mana petani mensubsidi korporat (bergaji tinggi) dan ekonomi
p e d e s a a n m e ns u b s i d i ek o n o m i pe r k o ta a n . Se b u a h p o la hu b u n g a n e k o n om i
yang subordinatif dan eksploitatif yang menjadi masalah struktural stagnasi
kesejahteraan petani kecil.
2.8 P E R E K O N O M I A N I N D O N E S I A •
p u n d ap a t m e r ug i k a n b a h k a n m em p e r b u r u k k e s e j a h t e r a a n p e t a n i . B i d a n g -
bidang kebijakan pertanian yang spesifik meliputi kebijakan harga, kebijakan
pe m a sa r an, d an k e bi j ak an s tr u kt ur al . Bi d ang k e b ij ak an y a ng lebi h k hus u s
lainnya menyangkut pengaturan-pengaturan kelembagaan baik yang langsung
terdapat di sektor pertanian maupun di sektor-sektor lain yang ada
h u b u n g a n n y a d e n g a n s e k t o r p er t a n i a n , m i s a l n y a l a n d r f o r m , p e n y u l u h a n
pertanian, dan lain-lain (Mubyarto, 1989).
2. Kebijakan Pemasaran
Kebijakan pemasaran dilakukan untuk memasarkan hasil-hasil pertanian
y a n g b e r t u j u a n e k s p or , s e l a i n p e n g a t u r a n d i s t r i b u s i s a r a n a p r o d u k s i b a g i
p et ani . P e me r int a h b er us ah a me nc i p tak a n per s ai ng a n y ang s e hat d i an tar a
pedagang dengan melayani kebutuhan petani seperti pupuk, insektisida,
pestisida, dan lain-lain, sehingga petani dapat membeli sarana produksi
tersebut dengan harga yang tidak terlalu tinggi. Perubahan peranan
pemerintah karena liberalisasi pertanian telah mengecilkan kemampuan
pemerintah dalam mengatur pasar, sehingga petani kesulitan untuk
mendapatkan sarana produksi tersebut dengan harga yang terjangkau. Hal ini
m i s a l n y a d i i n d i k a s i k a n d e n g a n m ak i n m a h a l n y a h a r g a p u p u k , y a n g s er i n g
disebabkan karena langkanya persediaan di pasaran padahal pemerintah
2.10 P E R E K O N O M I A N I N D O N E S I A •
3. Kebijakan Struktural
Kebijakan struktural dalam pertanian dimaksudkan untuk memperbaiki
struktur produksi misalnya luas pemilikan lahan, pengenalan dan
pengusahaan alat-alat pertanian yang baru, dan perbaikan sarana pertanian
yang umumnya baik prasarana fisik maupun sosial ekonomi. Penguasaan aset
pr od uk t if b er up a l ahan ya ng te r la lu k e c i l da n ti d ak m er at a me ng ak i ba tk a n
rendahnya produktivitas yang berimbas pada sulitnya upaya peningkatan
kesejahteraan petani kecil. Kebijakan pemerintah dalam hal ini adalah dengan
mengatur kembali distribusi pemilikan lahan (land reform) yang diupayakan
secara adil dan demokratis. Kebijakan lain yang dilakukan pemerintah adalah
dengan mengembangkan teknologi lokal dan mengenalkan teknologi baru
yang sesuai dengan kebutuhan petani melalui pelatihan-pelatihan dan
penyuluhan yang intensif.
Di samping itu, kebijakan yang terkait dengan upaya pemberdayaan
petani adalah kebijakan penanggulangan kemiskinan. Kebijakan ini ditempuh
m e l a l u i p em b u a t a n p r o g r a m - p r o g r a m y a n g d i t u j u k a n u n t u k m e n i n g k a t k a n
pendapatan petani, memperkuat kelembagaan kelompok tani, dan
mempermudah akses petani miskin terhadap sarana produksi, pasar, dan
pembiayaan usaha tani. Pola yang lazim digunakan adalah pola kredit
b e r g u l i r ( re v o l v i n g g r a n t ) y a n g d i a r a h k a n s e b a g a i b a s i s p e n g e m b a n g a n
lembaga keuangan mikro.
secara signifikan. Hal ini makin meyakinkan bahwa liberalisasi (pasar bebas)
pertanian adalah kepentingan korporat dan negara maju. Liberalisasi
pertanian digunakan untuk memperluas dan menguasai pasar komoditi
pertanian di negara sedang berkembang termasuk Indonesia.
Secara empiris, terbukti AS dan Eropa yang paling gencar
m e m p r o p a g a nd a k a n p e r d a g a n g a n b e b a s j u s t r u a d a l a h n e g ar a - n e g a r a y a n g
protektif terhadap pertanian mereka. Setiap petani di negara maju tersebut
(termasuk Jepang) mendapat subsidi dari pemerintah setempat agar
produknya mampu bersaing dan menguasai pasar luar negeri. Bahkan seekor
sapi di Inggris memperoleh subsidi sebesar 2 US$ per hari agar mempunyai
daya saing yang tinggi karena dapat dijual dengan harga yang relatif murah.
Total dukungan Uni Eropa terhadap pertanian mereka adalah senilai US$
3 5 , 5 m i l y a r p er t a h u n, se d a ng k a n d uk u n g a n A S b e r ju m l ah s e k i t a r US $ 8 5
milyar per tahunnya. Proteksi yang dilakukan negara maju tidak lagi berupa
tarif dan kebijakan sejenisnya, melainkan sudah mengarah pada proteksi yang
terkait dengan kemajuan teknologi. Biasanya mereka mensyaratkan kriteria -
kr iteria ter te ntu bag i m as uk ny a kom od iti dari ne gar a sed ang ber kemb ang
yang suli t mereka pe nu hi, seper ti hal nya s tand ar l ingk ungan, peke rj a, da n
standar mutu lainnya.
1. I nd ones ia pa tu t kem bali me wuju dk an swas emb ad a beras. Ke ter bata san
pr od uk s i d al am ne ge r i d apa t meny eb a bk a n I nd one s i a me ng imp or b er a s
di pasar dunia. Untuk itu Indonesia harus terus-menerus memberikan
perangsang pada petani produsen beras dalam negeri agar terus bergairah
meningkatkan produksi, jika perlu melalui berbagai subsidi sarana
produ ks i term as uk s ubs idi kred it u saha tani. Subsidi per tanian seper ti
yang diterapkan di negara-negara maju tidak boleh dianggap merupakan
kebijakan yang keliru di Indonesia.
2. Tidak hanya beras tetapi juga komoditi jagung dan kedelai kini diimpor
dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sub -
sektor peternakan Indonesia kini membutuhkan jagung dan kedelai serta
kacang tanah yang merupakan sumber protein nabati yang diperlukan
Indonesia setelah kebutuhan akan karbohidrat terpenuhi. Kebijakan
peningkatan produksi komoditi-komoditi pertanian palawija yang selama
ini relatif terlantar sangat dianjurkan sehingga Indonesia tidak "terpaksa"
lagi mengimpor komoditi pertanian tersebut dalam jumlah besar,
khususnya dalam mendukung perkembangan industri peternakan.
3. J ik a kini I ndonesia me ng impor gu la ha mpir sama b esa r dengan vol um e
produksi dalam negeri menimbulkan pertanyaan kebijakan pertanian, apa
yang salah di masa lalu? Inpres No. 9/1975 tenting TRI (Tebu Rakyat
Intensifikasi) melarang pabrik-pabrik gula (BUMN maupun pabrik -
pabrik swasta) menyewa tanah rakyat untuk menanam tebu dengan
al as an na if "te b u ha r us d it anam ol e h p e ta ni se nd ir i ". K e lu ar ny a I np r e s
ini membuktikan betapa pemerintah membuat kebijakan tanpa
memahami kondisi riil usaha tani tebu. Inpres No. 9/1975 telah
"merusak" atau "menghancurkan" sistem produksi dan hubungan -
hu b ung a n p r od u ks i d an p er d ag ang an teb u d an g ul a d al am ne g er i , y a ng
mengakibatkan produksi gula Indonesia merosot padahal konsideran
Inpres TRI sesungguhnya adalah untuk menaikkan produksi dan
produktivitas gula di dalam negeri. Kita memerlukan pembaruan
kebijakan usaha tani tebu dan industri gula yang bersifat menyeluruh dan
"n as ion al is ti k " y ang ti d ak d ap at d i pi s ahk an dar i k e bi j ak an har g a da s ar
padi/beras.
4. Untuk mempertahankan perangsang berproduksi bagi petani dalam
berb ag ai k om od it i ya ng di ha si lk anny a, peme ri nta h har us mere vi tali sa si
kebijakan harga dasar padi sekaligus dalam kaitannya dengan harga -
harga gula, jagung, kedelai, dan harga tertinggi bagi sarana produksi
2.14 P E R E K O N O M I A N I N D O N E S I A •
LATI HAN
RANGKUMAN
TES FO R MATI F 1
2) Suatu sistem usaha tani di mana petani hanya bertujuan untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri disebu....
A. sistem ijon
B. pertanian komersial
C. pertanian subsistem
D. pertanian semi-tradisional
K E G I A T A N B E L A J A R 2
Industrialisasi di Indonesia
Tabel 2.1.
Rasio Konsentrasi dalam Sektor Manufaktur
(pangsa 4 perusahaan terbesar, dalam persen)
inv es tasi d i w ilay ah ter seb ut. Di Indones ia i nd us tr i leb ih terk onsentr as i di
Pulau Jawa. Padahal di luar Pulau Jawa memiliki areal yang lebih luas,
namun kurangnya infrastruktur yang memadai menyebabkan investor kurang
berminat menjalankan usahanya di luar Jawa, selain industri pertambangan
yang memang sangat menguntungkan bagi mereka.
Faktor ketiga yang mempengaruhi perkembangan industri adalah adanya
investasi asing langsung atau Foreign Direct Investment (FDI). Investasi
asing langsung dapat meningkatkan pertumbuhan industri, bahkan
pertumbuhan ekonominya. Kenapa harus investasi secara langsung? Investasi
asing yang langsung akan ditandai adanya pembangunan pabrik-pabrik baru.
Adanya modal asing yang masuk berupa pabrik akan ada perubahan pola
industri yang semula tradisional ke arah modernisasi dan adanya alih
teknologi. Hal ini tentu saja dengan asumsi keberadaan pabrik tersebut tidak
merusak lingkungan, tidak meminggirkan aktivitas ekonomi rakyat, dan tidak
merusak tatanan sosial-budaya masyarakat setempat.
Faktor keempat yaitu pembayaran yang dihasilkan dari investasi
menarik. Return yang tinggi dari hasil investasi akan menarik investor lebih
meningkatkan modalnya di Indonesia. Modal yang berbentuk uang akan
selalu mencari bentuk usaha yang memberikan hasil investasi yang lebih
t i n g g i . D e n g a n d e m i k i a n t i n g k a t re t u r n y a n g t i n g g i a k a n m e n i n g k a t k a n
pertumbuhan industri di Indonesia. Selain itu proses berinvestasi di
Indonesia, hendaknya dipermudah dan tidak banyak birokrasi yang berbelit -
belit. Adanya proses yang lama juga dapat menyebabkan investasi menurun.
Lama proses investasi di Indonesia yang mencapai 151 hari lebih tidak
diminati apabila dibandingkan dengan Malaysia yang hanya 30 hari
sedangkan di Singapura lebih pendek lagi yakni 8 hari.
F a k t o r y a n g k el im a a d a l a h p e n i n g k a t a n r i s e t d a n p e n g e m b a n g a n i l m u
pengetahuan dan teknologi yang memadai. Adanya riset dan pengembangan
iptek dapat meningkatkan daya saing produk di pasar internasional baik dari
segi harga-harga maupun segi kualitasnya. Untuk dapat bersaing dengan
produk negara lain perusahaan harus efisien, yang dapat dicapai melalui
kegiatan-kegiatan riset dan pengembangan iptek tersebut. Alokasi perusahaan
industri di Indonesia untuk melakukan riset dan pengembangan masih
tergolong rendah dan jarang dilakukan.
Pengalaman beberapa negara dalam kegiatan alih teknologi ini adalah
dengan memberikan keleluasaan kepada warganya untuk beraktivitas penuh
di industri dan teknologi hulu untuk kemudian di bawa pulang ke negara anal.
• ESPA43 1 4/MODUL 2 2.23
Taiwan, sebuah negara kecil dengan penduduk tidak lebih dari 22 juta bisa
membangun industri dalam negeri berbasis high tech. Bahkan Amerika dan -
Tingk at efi sie ns i wakt u d an bia ya y ang har us d ike luar kan ole h inv es tor
untuk melaksanakan suatu investasi di suatu negara harus diwujudkan.
Perkembangan negara-negara di wilayah ASEAN yang memiliki percepatan
industri yang baik ditandai dengan kemudahan birokrasi dalam pelaksanaan
izin pendirian dan sebagainya. Birokrasi perizinan di Indonesia tergolong
memakan waktu lama bila dibandingkan dengan negara tetangga di ASEAN.
Faktor birokrasi dan waktu tunggu tersebut dapat menyebabkan investasi
d i I nd one sia menja di tid ak me narik l ag i, sehingg a bany ak m od al y ang aka n
mengalir ke negara yang lebih menjanjikan. Selain itu kondisi perekonomian
m e m a ng b e r p e ng ar uh t e r ha d a p i k l im be r in v e s t as i . B ay a ng k a n s a ja a p a b i la
kita ingin berinvestasi ke Indonesia harus melewati 12 prosedural dengan 151
hari. Mestinya Cina dan Korea Selatan memiliki jumlah prosedur yang sama
dengan Indonesia, akan tetapi lama waktu untuk mengurusnya lebih pendek
dan bahkan Korea Selatan hanya 22 hari. Apabila Rita sebagai investor, maka
kita tidak akan memilih Indonesia sebagai tujuan investasi. Negara lain yang
birokrasinya lebih mudah lebih banyak dan mungkin dengan tingkat return
yang lebih tinggi pula.
Tabel 2.2.
Perbandingan biaya bisnis (birokrasi) di beberapa negara
Negara Jumlah
Lama/durasi
prosedur
Cina 12 41
Hongkong 5 11
India 11 89
Indonesia 12 151
Korea selatan 12 22
Malaysia 9 30
Filipina 11 50
Singapura 7 8
• ESPA43 1 4/MODUL 2 2.25
Taiwan 8 48
Thailand 8 33
Vietnam 11 56
Amerika 5 5
serikat
Sumber: Global Markets Standard Chartered Bank, diolah
label 2.3.
Nilai investasi modal asing di Indonesia tahun 2000 - 2014
(dalam juta dollar AS)
label 2.4.
Nilai investasi domestik dalam negeri tahun 2000-2014(Dalam juta dollar)
Tersier
Total 18,628.8 16 512 5 16,286.7 22,038.0 9,880.8 12.029.3 11 544 8 15,227.6
Sumber: BKPM, diolah
Taber 2.5.
Perkembangan penanaman modal di Indonesia tahun 1990-2014
label 2.6.
Estimasi pembagian kepemilikan di Indonesia akhir 2000-an
Saat ini siapa pun boleh untuk memiliki perusahaan dan melakukan
investasi di Indonesia tanpa batasan yang ketat, kecuali untuk perusahaa n
yang vital dan sangat penting untuk masyarakat seharusnya tidak ikut dijual
kepada publik apalagi asing. Apabila perusahaan yang penting dikuasai
bukan oleh pemerintah akan menyebabkan sulitnya pengendalian harga yang
dapat terjangkau oleh masyarakat, terutama untuk barang-barang kebutuhan
pokok.
Upaya untuk mengembangkan investasi berbasis lokal merupakan
langkah untuk meningkatkan pertumbuhan industri di Indonesia. Dengan
d e m ik i a n ha r u s ad a k e b i j ak a n y a ng m e nd or o ng pe ni ng k a ta n pe r t um b u h a n
i ndu s tr i d i d al am ne g e r i. B a ny ak hal y ang b is a d il ak uk a n ole h p e mer inta h
d e n g a n m e m b a n t u ke b u t u h a n b ag i p a r a p e l a k u i n d u s t r i . U s a h a m i k r o d a n
kecil sangat membutuhkan modal dan keterampilan u ntuk mengembangkan
usahanya. Penciptaan iklim yang kondusif dalam berinvestasi dan
mengembangkan ekonomi akan menumbuhkan pertumbuhan industri
domestik.
k e u n g g u l a n y a n g s p e s i f ik k a r e n a b e r b a s i s p a d a k e k u a t a n d i r i se n c l i r i d a n
tidak tergantung pada bantuan modal asing dan pemerintah. Di masa
mendatang untuk menghadapi era globalisasi pemerintah perlu memberikan
be r b a g a i f a s i l i t a s y a n g d a p a t m e n d o r o n g p e r t u m b u h a n d a n p e r ke m b a n g a n
industri rakyat.
LATI H A N
2) M a s a l a h s t r u k t u r a l y a n g di h a d a p i o l e h i n d u s t r i d i I nd o n e s i a , y a i t u :
a ) s t r u k t u r i n d u s t r i d i I nd o n e s i a m a s i h be l u m d a l a m (s ha ll o w) d a n
belum seimbang (unbalanced),
b) tidak ada hubungan ekonomis antara industri besar, menengah, dan
kecil,
c) fasilitas yang diberikan pemerintah hanya diperuntukkan bagi
industri berskala besar.
Pemecahan masalah tersebut antara lain:
a) meningkatkan kemampuan sumber daya manusia,
• ESPA43 1 4/MODUL 2 2.33
RANGKUMAN
I nd us tr i al is as i d i I nd o ne s ia m ul ai be r k em b ang p ad a p em e r int ah a n
rejim Orde Baru yaitu setelah UU No.1 Tahun 1967 tentang investasi
asing ditetapkan. Sejak awal dekade 1970-an hingga pertengahan dekade
1980-an pemerintah mengembangkan strategi Industri Substitusi Impor
(I S I ) . M e s k i s tr a t e g i I S I d i h a r a p k a n m a m p u m e ng h e m a t d e v i s a , n a m u n
yang terjadi justru sebaliknya karena pemerintah justru menekankan
p ad a p r od uk s i b ar ang m ew ah y ang be r te k nol og i ti ngg i d a n p a da t m od al
serta sangat tergantung pada pasokan input dari negara maju.
Didorong oleh keadaan tersebut dan jatuhnya harga minyak pada
awal tahun 1980-an, pemerintah mengubah strategi industrialisasi clari
Industri Substitusi Impor (ISI) menjadi Industri Promosi Ekspor (I0E).
S t r u k t u r i n d u s t r i d i I n d o n e s i a m a s i h b e l u m d a l a m (shallow) d a n
belum seimbang (unbalanced). Kaitan ekonomis antara industri Skala
besar, menengah dan kecil masih sangat minim, kecuali untuk sub sektor
m ak a n a n, p r od uk k a y u d an k u l i t. I n d u st r i b e s ar d i I nd o n e s i a d i k u a s a i
oleh perusahaan-perusahaan besar yang dimiliki oleh sedikit orang.
Mereka mendapatkan berbagai fasilitas yang menguntungkan dari
pemerintah. Sebaliknya industri rakyat yang dikerjakan oleh lebih
banyak orang tidak mendapatkan fasilitas yang memadai. Padahal tidak
2.34 P E R E K O N O M I A N I N D O N E S I A •
ada kaitan ekonomis yang berarti antara industri besar dan industri
rakyat tersebut.
Pertumbuhan industrialisasi di Indonesia relatif masih rendah
d ib a nd ing beb er a p a ne g ar a d i ASE A N . Pe r hit u ng an te r s eb ut di d as ar k a n
p ad a k em a m p ua n ek s p or di p a sa r int er nas io nal , ni la i ta m b ah i nd us tr i ,
dan penggunaan teknologi dalam kegiatan industri. Hal ini menyebabkan
kelesuan sektor industri dan sektor lain pun akan terhambat karena
sulitnya investasi baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Ada lima hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
pertumbuhan industri yaitu peningkatan kemampuan sumber daya
manusia (SDM), pembangunan infrastruktur yang memadai, investasi
asing langsung atau Foreign Direct Investment (FDI), pembayaran yang
dihasilkan dari investasi menarik dan peningkatan riset dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai. Efisiensi
birokrasi menjadi faktor penting untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
TES FO R MAT I F 2
2) Suatu unit bisnis yang bergerak dalam berbagai bidang usaha dengan
sejumlah perusahaan atau afiliasi bisnisnya disebut....
A. konglomerasi
B. konsentrasi industri
C. monopoli
D. kartel
C. substitusi eks po r
D. promosi impor
Daftar Pustaka
Hamid, Edy Suandi. (2004). Sistem Ekonomi, Utang Luar Negeri, dan
Politik-Ekonotni. Yogyakarta: UII Press.
Pangestu, Mari dan Iwan Jaya Azis, (1994), Survey of Recent Development,
BIES, Vol. 30 No. 2 Agustus, Canberra, ANU
Thee Kian Wie. Ed. (1992), Dialog Kemitraan dan Keterkaitan Usaha Besar
clan Kecil dalam Sektor Industri Pengolahan. Jakarta: Gramedia.