Anda di halaman 1dari 11

SISTEM PERTANIAN DAN PERBANDINGAN KETAHANAN PANGAN

INDONESIA-JEPANG
(Mata Kuliah Pembangunan dan Kebijakan Pertanian)
Dosen : Mira Yulianti, SP, M. Si

Oleh :
ANNISA AMALIA
E1D313059
DINI SETIYANI
E1D313018
KHAIRIANA
E1D313036
SALAHUDIN
E1D313076
RABIATUL ADAWYAH
E1D313097
NOVITA AKHRIANI
E1D313205
WIDIYAS ASTUTI
E1D313231
FAKHRURRAJI QALDRY
E1D312238
MUHAMMAD SURYA DHARMA E1D310203

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan pangan di dunia semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk di dunia. Bertambahnya penduduk bukan
hanya menjadi satu-satunya permasalahan yang menghambat untuk menuju
ketahanan pangan nasional. Berkurangnya lahan pertanian yang dikonversi
menjadi pemukiaman dan lahan industri, telah menjadi ancaman dan
tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang
mandiri dalam bidang pangan. Lonjakan penduduk dunia mencapai
peningkatan yang tinggi setelah tahun 1960, hal ini dapat dilihat dari jumlah
penduduk tahun 2000-an yang mencapai kurang lebih 6 miliar orang, tentu
saja dengan pertumbuhan penduduk niakan mengakibatkan berbagai
permasalahan diantaranya kerawanan pangan. Bahkan dua peneliti AS pernah
menyampaikan bahwa pada tahun 2100, penduduk dunia akan menghadapi
krisis pangan (Nasoetion, 2008).
Pangan di Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting,
terutama makanan pokok, karena menyangkut permasalahan politik, ekonomi,
sosisal, dan budaya. Sebagian besar makanan pokok penduduk berasal dari
serealia yang terdiri dari beras, jagung, dan terigudan terbesar sebagai
makanan pokok adalah beras. Oleh karena itu, masalah ketahanan pangan di

Indonesia menjadi penting untuk kestabilan politik, ekonomi, social an


budaya (Prabowo, 2010)
Sektor pertanian merupakan sektor unggulan utama yang harus
dikembangkan oleh pemerintah Indonesia.Hal itu didasrkan pada sejumlah
pertimbangan . Pertama, indonesia mempunyai potensi alam yang dapat
dikembangkan sebagai lahan pertanian. Kedua, sebagian besar penduduk
tinggal di pedesaan yang mata pencahariannya di sector pertanian. Ketiga,
perlunya induksi teknologi tinggi dan ilmu pengetahuan. Keempat tersedianya
tenaga kerja sector pertanian. Kelima, ancaman kekurangan bahan pangan
yang dapat dipenuhi sendiri dari produk dalam negeri.
Berbeda halnya dengan Negara Jepang

yang

pertaniannya

dikategorikan maju. Sebagai informasi bahwa pemerintah Jepang sendiri


dengan empat pilar masalah pertanian Jepang yang merupakan salah satunya
yaitu Farm Size Expansion. Suatu kebijakan lahan pertanian dengan system
kepemilikan lahan yang ditingkatkan signifikan untuk keluarga petani.
Banyak factor yang mendukung kemajuan pertanian di Jepang diantaranya
adalah perhatian tinggi yang diberikan pemerintah untuk pertanian selain itu
kontrol harga pertanian juga menguntungkan bagi petani.
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui system pertanian
Indonesia, serta mengetahui perbandingan etahanan pangan antara Negara
Indonesia dan Jepang dalam bidang agribisnis, lahan, dan perkembangannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Pertanian

Sistem pertanian adalah sekumpulan komponen yang disatukan oleh


suatu bentuk interaksi dan saling kektergantungan pada suatu batas
tertentu, untuk mencapai tujuan pertanian bagi pihak-pihak terkait
(Danang, 2010)
B. Ketahanan Pangan
Ketahanan Pangan adalah paradox dan lebih merupakan penemuan
dunia modern. Pendefinisian ketahanan pangan berubah dalam tiap
konteks, waktu dan tempat. Lebih dari 200 definisi ketahanan pangan
(FAO 2003 dan Maxwell 1996) dan sedikitnya ada 450 indikator
ketahanan pangan (Hoddinott, 1999).
Pengertian ketahanan pangan, tidak lepas dari UU no 18 tahun 2012
tentang pangan. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan
bagi Negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya
pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, ama, bergizi, merata,
dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan
budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat aktif dan produktif secara
berkelanjutan.

BAB III
PEMBAHASAN
A. Sistem Pertanian di Indonesia
Di Indonesia dikenal memiliki empat sistem pertanian. Keempat sistem itu
diantaranya :
a. Sistem Ladang

Sistem ladang merupakan sistem pertanian yang paling primitif. Suatu


sistem peralihan dari tahap budaya pengumpul ke tahap budaya penanam.
Pengolahan tanahnya sangat minimum, produktivitas bergantung kepada
ketersediaan lapisan humus yang ada, yang terjadi karena sistem hutan.
Sistem ini pada umumnya terdapat di daerah yang berpenduduk sedikit
dengan ketersediaan lahan tak terbatas. Tanaman yang diusahakan umumnya
tanaman pangan, seperti padi darat, jagung, atau umbi-umbian.
b. Sistem Tegal Pekarangan
Sistem tegal pekarangan berkembang di lahan-lahan kering, yang jauh dari
sumber-sumber air yang cukup. Sistem ini diusahakan orang setelah mereka
menetap lama di wilayah itu, walupun demikian tingkatan pengusahaannya
rendah. Pengelolaan tegal pada umumnya jarang menggunakan tenaga yang
intensif, jarang ada yang menggunakan tenaga hewan. Tanaman-tanaman
yang diusahakan terutama tanaman tanaman yang tahan kekeringan dan
pohon-pohonan.
c. Sistem Sawah
Sistem sawah merupakan teknik budidaya yang tinggi, terutama dalam
pengolahan tanah dan pengelolaan air, sehingga tercapai stabilitas biologi
yang tinggi, sehingga kesuburan tanah dapat dipertahankan. Ini dicapai
dengan sistem pengairan yang sinambung dan drainase yang baik. Sistem
sawah merupakan potensi besar untuk produksi pangan, baik padi maupun
palawija. Di beberapa daerah, pertanian tebu dan tembakau menggunakan
sistem sawah.
d. Sistem Perkebunan
Sistem perkebunan baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar
(estate) yang dulu milik swasta asing dan sekarang kebanyakan perusahaan

negara, berkembang karena kebutuhan tanaman ekspor. Dimulai dengan


bahan-bahan ekspor seperti karet, kopi, teh dan coklat yang merupakan hasil
utama, sampai sekarang sistem perkebunan berkembang dengan manajemen
yang industri pertanian.
B. Perbandingan Ketahanan Pangan di Indonesia dan Jepang
Kebutuhan pangan di dunia semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk di dunia. Bertambahnya penduduk bukan
hanya satu-satunya permasalahan yang menghambat untuk menuju ketahanan
pangan nasional (Prabowo, 2010)
Pendefinisian ketahanan pangan (food security) berubah dalam konteks,
waktu dan tempat. Ketahanan pangan harus mencakup factor ketersediaan,
distribusi, dan konsumsi (Prabowo, 2010)
Menurut Bustanul Arifin (2005) ketahanan pangan merupakan tantangan
yang mendapatkan prioritas unt uk mencapai kesejahteraan bangsa pada abad
millennium ini.
Jepang menganggap masalah bahan pangan bukanlah sekedar komoditas
ekonomi semata, tetapi jepang juga menganggap bahwa bahan pangan juga
merupakan komoditas politik, oleh sebab itu jepang tidak ingin bergantung
dengan negara lain. Petingnya masalah pangan dapat membuat suatu negara
hancur jika satu minggu saja tidak terdapat bahan pangan pokok seperti beras.
Masalah pangan yang begitu pentingnya membuat jepang mengeluarkan
kebijakan untuk memproteksi petani dan produksi pertaniannya dengan tarif
yang sangat tinggi dan di dalam negeri dimanjakan berbagai subsidi. Salah
satu bukti perhatian pemerintah tentang masalah subsidi adalah dengan
memberikan subsidi sebesar 70% kepada para petani padi. Tujuan dari

pemberian subsidi yang besar kepada para petani adalah salah satu upaya
untuk menjaga stabilitas ketahanan pangan. Beras bagi masyarakat jepang
adalah kebutuhan yang sangat mendasar, oleh karena itu pemerintah sungguhsungguh memberikan perhatian pada sektor pertanian, agar kebutuhan pangan
bangsanya dapat terus terpenuhi.Sejauh ini Jepang hanya sanggup memenuhi
kebutuhan pangan dalam negeri sebesar 56%, sedangkan sisanya dipenuhi
dengan cara impor. Keadaan ini sangat rentan bagi ketahanan pangan Jepang
sehingga tema utama politik ketahanan pangan Jepang sejak lebih dari saru
dasawarsa terakhir ini adalah diversifikasi ketergantungan impor.
Perkembangan Pertanian
Pemerintah Jepang menerapkan empat pilar pembangunan pertanian
Jepang yang salah satunya adalah Farm Size Expansion. Kebijakan ini
bertujuan agar kepemilikan lahan pertanian semakin bertambah dari empat
hektare menjadi 15-20 hektare untuk setiap keluarga petani. Kemajuan
pertanian Jepang juga bisa dilihat dengan berkembangnya sistem pertanian
urban. Bahkan pertanian urban di Jepang kini menjadi andalan untuk
memasok produk-produk pertanian yang segar, sehat, dan cepat. Meskipun
dikenal sebagai negara agraris, nyatanya pertanian di Indonesia belum bisa
bersaing dengan Jepang. Kekayaan sumber daya alam Indonesia menjadi
modal utamanya untuk bisa bersaing.
Dalam kurun waktu yang cukup lama setelah Indonesia memperoleh
kemerdekaan, sektor pertanian sempat menjadi peran utama penggerak

perekonomian negara, akan tetapi kembali melesu setelah terjadinya krisis


multisektor yang terjadi pada tahun 1997/1998. Pada tahun pasca reformasi
tindakan yang diambil pemerintah hanya

berfokus

pada

pengembalian

kejayaan sektor industri yang sempat mengalami pemerosotan saat krisis


berlangsung. Padahal jikalau dicermati dengan seksama, pada saat krisis
moneter sedanga melanda negeri ini satu-satunya sektor yang tetap
menunjukan pertumbuhan positif yaitu hanya sektor pertanian meskipun
terbilang

tipis

yakni

hanya

0,4%.

Hal

tersebut

disebabkan

oleh

ketidaktergantungan sektor pertanian terhadap barang impor yang pada waktu


itu terlampau tinggi sehingga banyak sektor seperti industri yang tidak mampu
membeli bahan baku sehingga tidak sedikit beberapa industri yang tidak bisa
bertahan.
Pengelolaan Lahan
Lahan pertanian jepang yang berkurang 20% selama 45 tahun, dan selain
itu pemanfaatan yang menurun secara signifikan tidak membuat jepang risau
tentang kebutuhan pangan. Jepang merupakan negara dengan penduduk lebih
dari 100 juta jiwa. Kesembadaan pangan mereka hanya sekitar 40%
berdasarkan basis kalori dan untuk biji-bijian sekitar 28%. Kesembadaan bijibijian itu jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan Indonesia (85%), India
(91%), dan Bangladesh (97%).
Badan Pertaniannya PBB (FAO) menjadikan daerah pertaniaan di
Jepang masuk dalam daftar Warisan Penting Sistem Pertaniaan Global

(GIAHS). Dengan porsi lahan pertanian hanya 25 % saja, masyarakat Jepang


benar-benar memanfaatkan lahan mereka secara efisien, mereka menanam di
pekarangan, ruang bawah tanah, pinggiran rel kereta, di atas gedung, setiap
lahan yang dapat dimanfaatkan mereka optimalkan.
Kebijakan Pertanian
Jepang telah menerapkan kebijakan kebijakan yaitu pemberian subsidi
pendapatan bagi rumah tangga petani. Subsidi disesuaikan dengan UMR
stelah dipotong biaya tanam dan upah penggarapan. Pemerintah juga
mempersiapkan dukungan biaya saat harga beras jatuh. Kebijakan yang kedua
adalah dengan menggeser sistem pertanian yang berorientasi pasar. Dan yang
terakhir adalah implementasi industri ke-6 dikawasan pedesaan.
Farm Size Expansion di Jepang. Kebijakan ini bertujuan agar kepemilikan
lahan pertanian semakin bertambah dari empat hektare menjadi 15-20 hektare
untuk setiap keluarga petani. Kemajuan pertanian Jepang juga bisa dilihat
dengan berkembangnya sistem pertanian urban. Bahkan pertanian urban di
Jepang kini menjadi andalan untuk memasok produk-produk pertanian yang
segar, sehat, dan cepat. Meskipun dikenal sebagai negara agraris, nyatanya
pertanian di Indonesia belum bisa bersaing dengan Jepang. Kekayaan sumber
daya alam Indonesia menjadi modal utamanya untuk bisa bersaing.

BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat adalah sebagai berikut :
1. Sistem pertanian adalah sekumpulan komponen yang disatukan oleh
suatu bentuk interaksi dan saling kektergantungan pada suatu batas
tertentu, untuk mencapai tujuan pertanian bagi pihak-pihak terkait
2. Kebutuhan pangan di dunia semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk di dunia. Bertambahnya penduduk
bukan hanya satu-satunya permasalahan yang menghambat untuk
menuju ketahanan pangan nasional
3. Kemajuan pertanian Jepang

juga

bisa

dilihat

dengan

berkembangnya sistem pertanian urban.

4. Dengan porsi lahan pertanian hanya 25 % saja, masyarakat Jepang


benar-benar memanfaatkan lahan mereka secara efisien, mereka
menanam di pekarangan, ruang bawah tanah, pinggiran rel kereta, di
atas gedung, setiap lahan yang dapat dimanfaatkan mereka
optimalkan.
5. Jepang telah menerapkan kebijakan kebijakan yaitu pemberian subsidi
pendapatan bagi rumah tangga petani. Subsidi disesuaikan dengan
UMR stelah dipotong biaya tanam dan upah penggarapan. Pemerintah
juga mempersiapkan dukungan biaya saat harga beras jatuh.

DAFTAR PUSTAKA

Danang. 2010. Manajemen System Pertanian Danmage.wordpress.com. Diakses di


Banjarbaru pada tanggal 15 November 2016.
Gapoktan. 2016. Mengapa Sektor Pertanian Jepang Lebih Maju? Maribertani.com.
Diakses di Banjarbaru pada tanggal 15 November 2016.
Hoddinott, J. 1999. Operationalizing Household Food Security in Development
Projects: an Introduction. International Food Policy research Institute Technical
Guide No. 1, Wahington D.C.
Maxwell, S. 1996. Food Security: A Post-Modern Perspective. Food Policy, Vol. 21,
No. 2, pp 155-170.
Prabowo, Rossi. 2010. Kebijakan Pertanian Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan
Di Indonesia. Jurnal Mediagro, Vol. 6, No. 2 Hal 62-73.

Anda mungkin juga menyukai