Anda di halaman 1dari 3

Nama : Delianti Alfira

Nim : 11210069
Kelas : 11.3D.30
Mata Kuliah : Character Building
Dosen Pengampuh : Aggraini, S.Pd, M.Pd

ARTIKEL TENTANG MENGAKHIRI KEMISKINANA DI DALAM NEGERI

Kelaparan didefinisikan sebagai kondisi hasil dari kurangnya komsumsi pangan kronik
dalam jangka panjang, kelaparan kronis berakibat buruk pada derajat kesehatan masyarakat dan
menyebabkan tingginya pengeluran masyarakat untuk kesehatan. Kelaparan juga merupakan
suatu kondisi di mana tubuh masih membutuhkan makanan, biasanya saat perut telah kosong
baik dengan sengaja maupun tidak sengaja untuk waktu yang cukup lama.

No Hunger adalah salah satu dari program Sustainable Development Goals (SDG’s) yang
artinya adalah keadaan dimana suatu negara tanpa kelaparan yaitu ketahanan pangan, gizi, dan
mewujudkan pertanian yang bersifat sustainable. No Hunger merupakan pendekatan
pembangunan yang berfokus kepada pemberantasan kelaparan yang selama ini menjadi
permasalah di berbagai macam negara.
Krisis pangan adalah kondisi kelangkaan pangan yang dialami sebagian besar masyarakat
si suatu wilayah yang disebabkan oleh, antara lain, kesulitan distribusi pangan, dampak
perubahan iklim, bencana alam dan lingkungan, dan kinflik sosial, termasuk akibat perang.

Pemerintah Indonesia berusaha mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan pangan dengan


meningkatkan pasokan melalui peningkatan produksi beras dan mengembangkan tanaman
bernilai lebih tinggi.  Namun strategi ini terbukti tidak efektif sebab walaupun Indonesia
mengalami pertumbuhan ekonomi yang baik, masih ada 19,4 juta warganya yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari.
Indonesia yang telah menjadi negara pengimpor beras sebelumnya (food net importer),
hingga pertengahan tahun 1990-an, tak luput dari krisis ini. Persediaan pangan Indonesia sangat
tergantung pada ketersediaan dan harga beras di pasaran Internasional. Menurut data dari
Kementerian Pertanian, dalam satu dasawarsa (10 tahun), yakni kisaran tahun 1996-2006,
Indonesia kala itu sudah harus menghabiskan cadangan devisanya sebesar 14.7 Triliun per tahun,
hanya untuk keperluan pengadaan beras melalui impor saja. Badan Pusat Statistik (BPS)
mencatat pemerintah Indonesia telah melakukan impor beras sebanyak 2,25 juta ton dengan nilai
US$ 1,03 miliar disepanjang tahun 2018.
Data ini apabila dikroscekkan dengan data dari organisasi perdagangan dunia (WTO)
akan menemui kesinkronan. Tahun 2006 saja, Indonesia sudah menjadi pemasok beras "terbesar"
di dunia, yaitu mencapai 4.8 juta ton per tahun dengan rata-rata angka impor sebesar 3.2 juta ton
per tahun. Padahal kemampuan pasokan beras dunia ke pasar Internasional adalah 320 juta ton
rata-rata per tahun. Ini berarti, Indonesia merupakan negara pemasok 10% cadangan beras dunia.
Sedemikian besar Indonesia memiliki ketergantungan pada beras di luar negeri sehingga
ketidakpastian supply dan harganya di pasaran dunia, dapat berpengaruh secara simultan
terhadap masyarakat Indonesia. Apalagi, beras sudah menjadi tren budaya makan Indonesia. Jika
belum makan nasi beras, orang Indonesia bisa bilang: "saya belum makan", meskipun sudah
habis singkong sepiring. (Data FAO Symposium on Agriculture, Trade and Food Security,
Geneva, 23-24 September 2019).
Ada dua masalah utama yang perlu diatasi. Yang pertama adalah masalah jangka pendek
yaitu melonjaknya harga pangan (jagung, gandum dan kedelai) di pasar dunia. Masalah ini
berdampak pada penduduk miskin dan semua negara yang mengandalkan pada impor pangan.
Yang kedua adalah masalah jangka panjang yaitu cara dunia memroduksi, memerdagangkan dan
mengomsumsi pangan di tengah terus meningkatnya permintaan, populasi dan perubahan iklim.
Mengandalkan pada impor pangan. Yang kedua adalah masalah jangka panjang yaitu
cara dunia memroduksi, memerdagangkan dan mengomsumsi pangan di tengah terus
meningkatnya permintaan, populasi dan perubahan iklim.

Upaya lain yang dilakukan dalam mempertahankan ketahanan pangan di tingkat


Internasional dalam hal ini Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang di kendalikan oleh Sekjen
PBB menyusun Comprehensive Framework of Action (CFA) oleh High Level Task Force
(HLTF) on Food Security. Langkah ini diikuti oleh berbagai inisiatif kerjasama ketahanan
pangan pada pertemuan-pertemuan tingkat tinggi seperti G-20 dan ASEAN. Dari berbagai
pertemuan yang diadakan akhirnya menyepakati Declaration of the World Summit on Food
Security yang menitikberatkan pada pelaksanaan Five Rome Principles for Sustainable Global
Food Security yang secara garis besar menetapkan komitmen dan kesepakatan aksi bersama
masyarakat global. Deklarasi tersebut juga mendudukan Committee on World Food Security
(CFS) FAO sebagai platform internasional yang inklusif untuk menghadapi isu ketahanan
pangan dan nutrisi global, serta sebagai komponen utama dari proses menuju kemitraan global
untuk pertanian, ketahanan pangan dan nutrisi
Upaya-upaya kedepannya yang bisa dilakukan pemerintah antara lain :
1. Negara dalam hal ini pemerintah, harus memperhatikan produksi dalam negeri.
Bukan hanya produksi dari sektor pertanian, tetapi juga harus memperhatikan
sektor perkebunan dan peternakan. Perhatian pemerintah terhadap ketiga sektor
tersebut harus ditingkatkan guna menjaga ketersediaan kebutuhan pangan dalam
negeri.
2. Dalam menghadapi pasar bebas 2015, Indonesia harus menjadi basis produksi
pangan khsususnya di kawasan ASEAN.
3. Kestabilan dan keterjangkauan harga terhadap pangan oleh masyarakat Indonesia
harus diperhatikan oleh pemerintah.
4. Perluasan wilayah atau tanah garapan khususnya bidang pertanian yang tadinya
semakin terbatas menjadi pekerjaan rumah pemerintah untuk menunjang
peningkatan produksi pangan.

Anda mungkin juga menyukai