Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH CHARACTER BUILDING

MENGAKHIRI KELAPARAN DI DALAM NEGERI

DISUSUN OLEH :

Delianti Alfira (11210069)

Dosen : Anggraini, S.Pd, M.Pd

Program Studi Sistem Informasi Akuntansi

Fakultas Teknologi dan Informasi

Universitas Bina Sarana Informatika

Pontianak

2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan rahmat
dan hidayahNya kepada saya sehingga saya mendapatkan kesempatan untuk menyusun dan
menyelesaikan makalah yang berjudul ”Mengakhiri Kelaparan di Dalam Negeri”.
Adapun makalah ini saya buat selain untuk melengkapi tugas mata kuliah, juga sebagai
sumber informasi kepada masyarakat luas khususnya pada teman-teman kami. Saya juga
mengucapkan terimakasih yang dosen Character Building. Yang telah memberikan saya materi
ini sehingga kami mengerti tentang mangakhiri kelaparan di dalam negeri.
Saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu, saya senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
menyempurnakan makalah ini. Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi
pembaca dan masyarakat luas di masa yang akan datang.

Pontianak, 16 Oktober 2022

ii
Penulis

Daftar Isi
Kata Pengantar---------------------------------------------------------------------------------- ii
Daftar Isi -----------------------------------------------------------------------------------------iii
Bab I Pendahuluan ------------------------------------------------------------------------------ 4
1.1. Latar Belakang ------------------------------------------------------------------------- 4
1.2. Indentifikasi Masalah ----------------------------------------------------------------- 5
1.3. Maksud dan Tujuan ------------------------------------------------------------------- 6
1.3.1. Maksud --------------------------------------------------------------------------- 6
1.3.2. Tujuan ---------------------------------------------------------------------------- 6
Bab II Tujuan Pustaka ------------------------------------------------------------------------- 7
2.1. Pengertian ( Sustainable Development Goals ) SDGs --------------------------- 7
2.2. Pangertian Kelaparan dan SDG’s “Tanpa Kelaparan” --------------------------- 7
2.3. Tujan SDG’s “Tampa Kelaparan” -------------------------------------------------- 7
2.4. Pengertian Krisis Pangan ------------------------------------------------------------ 8
2.5. Dampak Krisis Pangan --------------------------------------------------------------- 8
Bab III Pembahasan --------------------------------------------------------------------------- 10
3.1. Kondisi Masyarakat Dan Pangan Di Indonesia --------------------------------- 10
3.2. Faktor Indonesia Mengalami masalah Kelaparan Krisis Pangan ------------- 11
3.3. Upaya Mengatasi Kelaparan Dan Krisis Pangan -------------------------------- 12
Bab IV Simpulan dan Saran------------------------------------------------------------------13
4.1. Simpulan-------------------------------------------------------------------------------13
4.2. Saran -----------------------------------------------------------------------------------13
Daftar Pustaka ---------------------------------------------------------------------------------- 14

iii
Bab I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Dunia masih dihadapkan dengan permasalahan kelaparan. Dua benua, Asia dan
Afrika menjadi penyumbang terbesar dari seluruh masalah terkait nutrisi secara global.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan indeks kelaparan tinggi. Begitu banyak
berita di surat kabar atau saluran televisi nasional yang mengabarkan tentang anak yang
mengalami malnutrisi atau kekurangan nutrisi.
Jumlah penduduk kelaparan dan kurang gizi terus meningkat di seluruh belahan
bumi. Anak-anak dan perempuan menempati rating yang paling tinggi menjadi korban.
Meskipun kaum laki-laki juga turut menjadi korban, tapi agaknya kaum perempuan justru
memiliki pengalaman lain ekses yang berbeda. Dalam kondisi kurang pangan, dalam
berbagai kasus penelitian ditemukan bahwa perempuan tetap mendapat kesempatan
terakhir untuk makan dalam keluarga. Sebagai imbasnya, kebutuhan kalori perempuan
per hari menjadi tidak tercukupi meskipun dalam taraf minimal. Karena peran perempuan
adalah juga menempati peran reproduksi, kelaparan dan kurang gizi padanya secara tidak
langsung akan memiliki dampak yang simultan terhadap generasi yang akan datang.
Kekurangan gizi pada ibu hamil dan menyusui, dapat berpengaruh terhadap kesehatan
dirinya, bayi yang dikandung dan konsumsi ASI pada bayi menjadi tidak optimal. Bayi
yang lahir dari ibu yang kurang gizi dapat berakibat pada hambatan pertumbuhan si anak
dan perkembangan otaknya. 
Saat berbicara tingkat kelaparan, sudah pastilah kita juga berbicara terkait
konsumsi pangan, lahan peranian, gizi dan demografi. Akan menjadi sebuah tantangan
yang teramat serius bilamana terdapat negara yang memiliki statis demografi yang terus
meningkat sementara segala proses pengelolaan pangan cenderung stagnan, terlebih saat
dihadapkan dengan perekonoian global yang sifatnya mendesak. 
Melonjaknya harga pangan di pasaran global secara tidak langsung membawa
ekses kepada Indonesia. Negara yang dulu dikenal sebagai negara agraris dan pernah
mengekspor beras, kini sedang menghadapi krisis pangan. Soeharto yang waktu itu

4
menjabat sebagai presiden, pernah mendapat penghargaan dari organisasi pangan dunia
FAO sebagai Bapak Pembangunan karena mampu mewujudkan swasembada beras.
Namun kebanggaan ini tampaknya tidak berlangsung lama, karena dalam waktu kurang
lebih hanya selang 3 dekade saja (24 tahun), gelar ini langsung lenyap bak ditelan bumi.
Maka dari itu pada makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana kondisi pangan
di Indonesia yang dikaitkan dengan salah satu SDG’s yaitu Tanpa Kelaparan dan upaya
untuk mencapai tujuan tersebut dan mencapai tujuan SDG’s yang merupakan cita-cita
dunia untuk menciptakan kesejahteraan.
Dengan Zero Hunger dari PBB dalam program SDGs diharapkan dapat
memperbaiki dan mencegah sekat dan batas serta distorsi dalam sebuah pasar pertanian
global, termasuk dengan penghapusan secara mengglobal segala bantuan subsidi ekspor,
sesuai dengan amanat The Doha Developmen Round. (The Doha Development
Round adalah putaran perundingan perdagangan multilateral yang paling terupdate
dibawah naungan Organisasi Perdanngan Dunia (WTO).)

1.2. Identifikasi Masalah


1.2.1. Bagaimana kondisi masyarakat dan pangan di indonesia
1.2.2. Mengapa indonesia yang merupakan negara agraris bisa mengalami masalah
kelaparan dan krisis pangan?
1.2.3. Bagaimana upaya dalam mengatasi kelaparan dan permasalah pangan di
indonesia?
1.2.4. Bagaimana aspek pendidikan kewarganegaraan jika dikaitkan dengan masalah
kelaparan dan krisis pangan?

5
1.3. Maksud dan Tujuan
1.3.1. Maksud
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Character Building Semester 3 pada jurusan
Sistem Informasi Akuntansi Universitas Bina Sarana Informatika.
1.3.2. Tujuan
a. Untuk mengetahui bagaimana kondisi masyarakat dan pangan di indonesia
b. Untuk mengetahui mengapa indonesia yang merupakan negara agraris bisa
mengalami kelaparan dan krisis pangan?
c. Untuk mengetahui bagaimana upaya dalam mengatasi kelaparan dan
permasalah pangan di indonesia
d. Bagaimana aspek pendidikan kewarganegaraan jika dikaitkan dengan masalah
kelaparan dan krisis pangan

6
Bab II

Tinjauan pustaka

2.1. Pengertian (Sustainable Development Goals) SDGs


SDG’s adalah singkatan atau kepanjangan dari sustainable development goals, yaitu
sebuah dokumen yang akan menjadi sebuah acuan dalam kerangka pembangunan dan
perundingan negara-negara di dunia.

2.2. Pengertian Kelaparan dan SDG’s “Tanpa Kelaparan”


Kelaparan didefinisikan sebagai kondisi hasil dari kurangnya konsumsi pangan kronik dalam
jangka panjang, kelaparan kronis berakibat buruk pada derajat kesehatan masyarakat dan
menyebabkan tingginya pengeluaran masyarakat untuk kesehatan. Kelaparan juga merupakan suatu
kondisi di mana tubuh masih membutuhkan makanan, biasanya saat perut telah kosong baik dengan
sengaja maupun tidak sengaja untuk waktu yang cukup lama.

No Hunger adalah salah satu dari program Sustainable Development Goals (SDG’s)


yang artinya adalah keadaan dimana suatu negara tanpa kelaparan yaitu ketahanan pangan,
gizi, dan mewujudkan pertanian yang bersifat sustainable. No Hunger merupakan pendekatan
pembangunan yang berfokus kepada pemberantasan kelaparan yang selama ini menjadi
permasalah di berbagai macam negara.

2.3. Tujuan SDG’s “Tanpa Kelaparan”


1. memastikan akses gizi dan pangan kepada setiap orang, terutama orang miskin dan
orang yang sedang dalam kondisi rentan
2. mengakhiri semua bentuk kekurangan gizi
3. meningkatkan produktivitas pertanian, peternak, pekerja kebun dan nelayan
4. memastikan sistem produksi pangan yang berkelanjutan dan menerapkan sistem
pertanian yang tangguh 

7
5. mencegah pembatasan perdagangan dan distorsi di pasar global

2.4. Pengertian Krisis Pangan


Krisis pangan adalah kondisi kelangkaan pangan yang dialami sebagian besar
masyarakat si suatu wilayah yang disebabkan oleh, antara lain, kesulitan distribusi
pangan, dampak perubahan iklim, bencana alam dan lingkungan, dan kinflik sosial,
termasuk akibat perang. (Gresnews, 2017)
2.5. Dampak Krisis Pangan
Tragedi yang terjadi pada tahun 1997 merupakan awal dari perubahan
pemerintahan di Indonesia yang sekian lama di belenggu oleh kepemimpinan Soeharto.
Disisi lain perubahan yang di nanti oleh masyarakat ini tidak sesuai keinginan masyarakat
itu sendiri. Betapa tidak, beberapa harga kebutuhan bahan pokok mulai tidak stabil
termasuk harga 9 bahan pokok melonjak naik. Kenaikan harga ini kemudian memicu
ketidak stabilan politik di Indonesia yang akhirnya mengeluarkan berbagai kebijakan oleh
pemerintah. Salah satu kebijakan pemerintah termasuk pengadaan impor gula, daging,
beras, dan beberapa pangan lainnya dirasa kurang menggembirakan bagi masyarakat
Indonesia hingga saat ini.
Kebijakan pemerintah akan impor beras sebagai kebijakan pangan untuk
mengatasi krisis pangan, dirasa merugikan bagi Indonesia secara terus menerus. Hal ini
didasari pada daya saing produk pangan Indonesia dirasa masih kalah jauh di banding
Negara-negara Malaysia, Thailand, dan Filipina. Jika terus menerus terjadi impor beras,
Indonesia nantinya akan mengalami ketergantungan terhadap Negara-negara lain,
akibatnya sektor pertanian kita semakin terpuruk.1837 Pada tahun 2007-2008, harga
pangan di pasar internasional kembali melonjak. Hal ini menjadi perhatian bagi Negara-
negara di dunia khususnya Negara-negara berkembang untuk memberi perhatian lebih
pada aspek ketersediaan pangan.
Menipisnya ketersediaan pangan atau terjadinya krisis pangan akan
mempengaruhi roda perekonomian Indonesia. Ketika terjadi krisis pangan, pangan akan
langka, kelangkaan ini menyebabkan harga terus melonjak. melonjaknya harga ini akan
memicu terjadinya konflik sehingga mempengaruhi roda perpolitikan.

8
Selain kelaparan, dampak lain dari krisis pangan yang terjadi di Indonesia adalah
ketergantungan akan impor. Saat ini Indonesia termasuk pengimpor beras terbesar
dengan jumlah 2,5 juta ton beras per tahun. Selain beras juga mengimpor 2 juta ton gula
dan 1,2 juta ton kedelai. Jika ini tidak secepatnya di antisipasi oleh pemerintah, maka
tidak mustahil Indonesia akan mengalami seperti yang terjadi di Negara Haiti yang
menjadi salah satu negara krisis pangan dengan penghasil beras produksi 170.000 ton
beras per tahun masih mengalami krisis pangan. Sementara Indonesia diprediksi akan
mengalami krisis pangan tersebut pada tahun 2017 di 150 kabupaten/kota dari 480
kabupaten/kota di Indonesia melihat populasi penduduk yang menjadi 237 juta jiwa per
2010 serta melihat peristiwa yang terjadi di indonesia mengenai kelangkaan kedelai pada
awal 2008, serta impor beras dan gula begitu juga dengan komoditi pangan lainnya20 . 39
Menurut data hasil sensus pertanian yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) pada
Mei 2013, telah terjadi penurunan rumah tangga petani dari 31,17 juta pada 2003 menjadi
26,13 juta pada 2013 atau turun 1,75 persen per tahunnya.

9
Bab III
Pembahasan

3.1. Kondisi Masyarakat Dan Pangan Di Indonesia


Pemerintah Indonesia berusaha mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan pangan
dengan meningkatkan pasokan melalui peningkatan produksi beras dan mengembangkan
tanaman bernilai lebih tinggi.  Namun strategi ini terbukti tidak efektif sebab walaupun
Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang baik, masih ada 19,4 juta warganya yang
tidak dapat memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari.
Indonesia kini sedang menghadapi krisis pangan seiring dengan naiknya harga BBM.
Harga pangan di pasar dunia mulai beranjak naik sejak pertengahan tahun 1990-an. Tahun
2006 harga semakin melonjak secara fluktuatif pada kisaran 16% hingga 140% dibanding
dekade sebelum 1990-an, terutama terhadap produk biji-bijian, seperti beras, gandum,
jagung, dan lain-lain. Tidak hanya pada produk ini, produk perikanan dan perkebunan kelapa
sawit juga turut mengalami lonjakan harga.
Indonesia yang telah menjadi negara pengimpor beras sebelumnya (food net
importer), hingga pertengahan tahun 1990-an, tak luput dari krisis ini. Persediaan pangan
Indonesia sangat tergantung pada ketersediaan dan harga beras di pasaran Internasional.
Menurut data dari Kementerian Pertanian, dalam satu dasawarsa (10 tahun), yakni kisaran
tahun 1996-2006, Indonesia kala itu sudah harus menghabiskan cadangan devisanya sebesar
14.7 Triliun per tahun, hanya untuk keperluan pengadaan beras melalui impor saja. Badan
Pusat Statistik (BPS) mencatat pemerintah Indonesia telah melakukan impor beras sebanyak
2,25 juta ton dengan nilai US$ 1,03 miliar disepanjang tahun 2018.
Data ini apabila dikroscekkan dengan data dari organisasi perdagangan dunia (WTO)
akan menemui kesinkronan. Tahun 2006 saja, Indonesia sudah menjadi pemasok beras
"terbesar" di dunia, yaitu mencapai 4.8 juta ton per tahun dengan rata-rata angka impor
sebesar 3.2 juta ton per tahun. Padahal kemampuan pasokan beras dunia ke pasar
Internasional adalah 320 juta ton rata-rata per tahun. Ini berarti, Indonesia merupakan negara
pemasok 10% cadangan beras dunia. Sedemikian besar Indonesia memiliki ketergantungan

10
pada beras di luar negeri sehingga ketidakpastian supply dan harganya di pasaran dunia,
dapat berpengaruh secara simultan terhadap masyarakat Indonesia. Apalagi, beras sudah
menjadi tren budaya makan Indonesia. Jika belum makan nasi beras, orang Indonesia bisa
bilang: "saya belum makan", meskipun sudah habis singkong sepiring. (Data FAO
Symposium on Agriculture, Trade and Food Security, Geneva, 23-24 September 2019).
Mahalnya harga beras, secara linier dapat berakibat pada naiknya jumlah penderita
kelaparan, busung lapar atau bahkan mati akibat kelaparan. Jumlah ibu hamil yang kurang
gizi dan ibu menyusui, serta anak-anak yang menderita busung lapar, akan semakin
bertambah. Kematian ibu hamil juga akan menjadi meningkat. Tercatat 307 per 100 ribu
orang ibu hamil, meninggal akibat kekurangan gizi itu, 3 kali lebih besar dari Vietnam, per
tahun 2008. Tak heran bila FAO, sebagai induk organisasi pangan dunia , sudah
memperingatkan jauh-jauh hari (tahun 2001), bahwa setiap hari telah terjadi kematian
sebanyak 24 ribu ibu hamil akibat kelaparan dan penyakit uang diakibatkan pangan. Ironis,
bukan. Padahal ikrar setia FAO adalah memerangi jumlah kelaparan menjadi separuhnya
pada tahun 2015. Namun, seiring dengan krisis pangan ini, angka itu dapat melonjak tajam
mencapai prediksi 122 juta per tahun orang akan mati akibat kelaparan, di seluruh dunia. 
Menurut Global Hunger Index 2018, Indonesia dinilai memiliki masalah kelaparan
tingkat serius yang memerlukan perhatian lebih. Dalam laporan tersebut, lembaga nirlaba
Welthungerhilfe dan Concern Worldwide menghitung indeks global kelaparan berdasarkan
empat indikator. Di antaranya adalah kasus kurang gizi dari populasi penduduk, stunting
pada anak usia di bawah 5 tahun, kematian anak di bawah usia 5 tahun, dan anak usia di
bawah 5 tahun yang tidak dirawat dengan baik. Adapun indeks kelaparan di Indonesia
mendapat skor 21,9 dan berada pada tingkat serius untuk ditangani. Namun pengurangan
kemiskinan di Tanah Air dinilai masih rendah. Sementara di kawasan Asia Tenggara,
Thailand dan Malaysia memiliki indeks kelaparan paling rendah atau paling baik. Nilai
indeks pada kedua negara tersebut berada pada level moderat, sedangkan Indonesia hanya
lebih baik dari Kamboja dan Laos

3.2. Faktor Indonesia Mengalami masalah Kelaparan dan Krisis Pangan


Ada dua masalah utama yang perlu diatasi. Yang pertama adalah masalah jangka
pendek yaitu melonjaknya harga pangan (jagung, gandum dan kedelai) di pasar dunia.

11
Masalah ini berdampak pada penduduk miskin dan semua negara yang mengandalkan pada
impor pangan. Yang kedua adalah masalah jangka panjang yaitu cara dunia memroduksi,
memerdagangkan dan mengomsumsi pangan di tengah terus meningkatnya permintaan,
populasi dan perubahan iklim.

3.3. Upaya Mengatasi Kelaparan Dan Krisis Pangan


Upaya lain yang dilakukan dalam mempertahankan ketahanan pangan di tingkat Internasional
dalam hal ini Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang di kendalikan oleh Sekjen PBB menyusun
Comprehensive Framework of Action (CFA) oleh High Level Task Force (HLTF) on Food Security.
Dari berbagai pertemuan yang diadakan akhirnya menyepakati Declaration of the World Summit on
Food Security yang menitikberatkan pada pelaksanaan Five Rome Principles for Sustainable Global
Food Security yang secara garis besar menetapkan komitmen dan kesepakatan aksi bersama
masyarakat global. Deklarasi tersebut juga mendudukan Committee on World Food Security (CFS)
FAO sebagai platform internasional yang inklusif untuk menghadapi isu ketahanan pangan dan nutrisi
global, serta sebagai komponen utama dari proses menuju kemitraan global untuk pertanian, ketahanan
pangan dan nutrisi.
Upaya-upaya kedepannya yang bisa dilakukan pemerintah antara lain :
1. Negara dalam hal ini pemerintah, harus memperhatikan produksi dalam negeri. Bukan hanya produksi
dari sektor pertanian, tetapi juga harus memperhatikan sektor perkebunan dan peternakan. Perhatian
pemerintah terhadap ketiga sektor tersebut harus ditingkatkan guna menjaga ketersediaan kebutuhan
pangan dalam negeri.
2. Dalam menghadapi pasar bebas 2015, Indonesia harus menjadi basis produksi pangan khsususnya di
kawasan ASEAN.
3. Kestabilan dan keterjangkauan harga terhadap pangan oleh masyarakat Indonesia harus diperhatikan
oleh pemerintah.
4. Perluasan wilayah atau tanah garapan khususnya bidang pertanian yang tadinya semakin terbatas
menjadi pekerjaan rumah pemerintah untuk menunjang peningkatan produksi pangan.

12
Bab IV

Simpulan dan Saran

4.1. Simpulan
Indonesia walaupun memiliki lahan pertanian yang luas dan disebut sebagai negara
agraris mengalami kondisi krisis pangan yang mengakibatkan indonesia harus rutin dalam
mengimpor beras dengan jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakatnya.
Namun ini berdampak pada naiknya harga pangan di pasaran sehingga sebagian
masyarakatnya tidak bisa membeli yang akhirnya mengakibatkan indeks kelaparan indonesia
yang tinggi.

4.2. Saran
Masyarakat indonesia harus mulai menyadari dan mengembangkan potensi lahannya di
bidang pertanian, perkebunan, dan peternakan. Kemudian, pemerintah juga harus mulai fokus
pada produksi dalam negeri dengan memberikan fasilitas bagi para produsen, petani, ataupun
yang bergelut di bidang tersebut untuk mendapatkan ilmu dan penerapannya dan bukannya
hanya mengandalkan impor.

13
Daftar Pustaka

Ferrer, V. S. 2018. Zero Hunger dalam Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Tersedia secara
online di https://www.kompasiana.com/vsomaferrer/5b67d3bd5e137310497da6d2/zero-
hunger-dalam-pembangunan-berkelanjutan-sdgs?page=all
Ayuningtyas, A. 2015. Tujuan-tujuan MDGs dalam Bidang Kesehatan di Indonesia. Tersedia
secara online di
https://www.kompasiana.com/nureinhaya/552fe88e6ea834805d8b458a/tujuantujuan-
mdgs-dalam-bidang-kesehatan-di-indonesia
Syamsudin, M. 2019. Akar Masalah yang Menghambat Kedaulatan Pangan Indonesia. Tersedia
secara online di https://www.nu.or.id/post/read/105867/akar-masalah-yang-menghambat-
kedaulatan-pangan-indonesia
Kusuma, H. 2019. 2019. RI Impor Beras 2,25 Juta Ton Sepanjang 2018, Ini Rinciannya.
Tersedia secara online di https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4386820/ri-
impor-beras-225-juta-ton-sepanjang-2018-ini-rinciannya
Kompas.com. 2018. 19,4 Juta Orang Indonesia Tidak Dapat Memenuhi Kebutuhan Pangan.
Tersedia secara online di https://ekonomi.kompas.com/read/2018/04/03/140000126/19-4-
juta-orang-indonesia-tidak-dapat-memenuhi-kebutuhan-pangan?page=all.
Nandini, W. 2019. Kelaparan di Indonesia Perlu Perhatian. Tersedia secara online di
https://katadata.co.id/grafik/2019/01/23/kelaparan-di-indonesia-perlu-perhatian
Strategi Dunia Atasi Kelaparan dan Krisis Pangan. Tersedia secara online di
https://www.hijauku.com/2012/09/04/strategi-dunia-atasi-kelaparan-dan-krisis-pangan/
CNN. 2018. Pemerintah Akui Teknologi Stagnan Jadi Sebab Masalah Pangan. Tersedia secara
online di
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180-327164432-92-286308/pemerintah-akui-
teknologi-stagnan-jadi-sebab-masalah-pangan
Wikipedia. Tersedia secara online di https://id.wikipedia.org/wiki/Kelaparan
14
Gresnews. 2017. Mengenal Krisis Pangan. Tersedia secara online di
http://www.gresnews.com/berita/tips/112827-mengenal-krisis-pangan/

15

Anda mungkin juga menyukai