Anda di halaman 1dari 19

Pertemuan 2

KOPERASI DAN UMKM SEBAGAI


FONDASI PEREKONOMIAN
Dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 1 dengan tegas
dinyatakan bahwa “Perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan”

bahkan beberapa TAP MPR, beberapa UU merinci


makna demokrasi, keadilan berusaha dan
kemakmuran bagi seluruh rakyat sebagai pilar
utama dalam menjalankan sistem ekonomi
kerakyatan dengan cukup jelas.
UU yang dimaksud diantaranya adalah:

1. UU Nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian yang


menjelaskan tentang koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat
secara rinci

2. UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, termasuk


keputusan Menteri Negara BUMN No. 236 Tahun 2003 yang
mewajibkan pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL) dengan menyisihkan laba setelah pajak
sekitar 1-3 % pertahun, termasuk dalam hal ini adalah
program kemitraan dengan UMKM.

2. UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan


Menengah (UMKM) yang memberikan perlindungan dan hak
terhadap akses sumber-sumber ekonomi.
Kelebihan koperasi dan UMKM yang
patut dicatat adalah:
• Kemampuan menciptakan peluang-peluang usaha baru
yang cukup besar tanpa harus dimulai dengan modal yang
besar
• Kemampuan dalam menyerap tenaga kerja dalam jumlah
yang besar
• Kemampuan dalam menyumbangkan Produk Domestik
Bruto (PDB) yang cukup besar
• Kemampuan dalam menyumbangkan hasil ekspor sekaligus
sumber pemasukan devisa negara
• Kemampuan dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan
pasar yang begitu cepat, termasuk dalam hal ini adalah
kemampuan dalam menghadapi krisis ekonomi
Lanjutan...

• Kemampuan dalam inovasi teknologi, terutama dalam


memanfaatkan teknologi sederhana dan tepat guna

• Kemampuan dalam menciptakan dinamisme manajerial dan


hubungan kemanusiaan dengan pegawai

• Kemampuan mengelola sumber daya ekonomi yang dimiliki sendiri


(tanah, modal, tenaga kerja dan sebagainya) tnpa harus melibatkan
diri dengan pihak ketiga, terutama bank

• Relatif tidak membebani keuangan negara maupun perbankan


dalam bentuk kredit macet, apalagi membebani bank indonesia
dalam bentuk BLBI seperti yang terjadi dengan perusahaan besar
selama ini.
Sehubungan dengan itu Usaha Mikro, Kecil,
danMenengah perlu diberdayakan dengan
cara:
• Penumbuhan iklim usaha yang mendukung
pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah; dan
• Pengembangan dan pembinaan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah.
Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM)
• Pengertian Usaha Mikro :
adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang
memenuhi kriteria Usaha Mikro yaitu memiliki
kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha atau memiliki hasil
penjualan tahunan paling banyak
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
• Pengertian Usaha Kecil :
adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria
Usaha Kecil yaitu memiliki kekayaan bersih lebih dari
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus
juta rupiah).
• Pengertian Usaha Menengah :
adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan
bersih atau hasil penjualan tahunan yaitu memiliki kekayaan bersih
lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
Kriteria UMKM berdasarkan
Aset dan Omset

Sumber : UU No. 20 Tahun 2008


Kriteria UMKM berdasarkan
Jumlah Tenaga Kerja

NO Kelopok UMKM Jumlah Tenaga Kerja

1 Usaha Mikro Kurang dari 4 orang

2 Usaha kecil 5 Sampai dengan 19 Orang

3 Usaha Menengah 20 Sampai dengan 99 orang

Sumber : BPS
Adapun Azas Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) adalah
– Kekeluargaan;
– Demokrasi ekonomi;
– Kebersamaan;
– Efisiensi berkeadilan;
– Berkelanjutan;
– Berwawasan lingkungan;
– Kemandirian;
– Keseimbangan kemajuan; dan
– Kesatuan ekonomi nasional.

• Sedangkan tujuan dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)


ini adalah menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam
rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi
ekonomi yang berkeadilan.
Prinsip pemberdayaan Usaha Mikro,
kecil dan Menengah (UMKM)
– Penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan
kewirausahaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk
berkarya dengan prakarsa sendiri.
– Perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel,
dan berkeadilan.
– Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan
berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah.
– Peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah.
– Penyelenggaraan perencanaan pelaksanaan, dan
pengendalian secara terpadu.

Potensi UMKM dari sisi Internal :

• Jumlah UMKM yang besar merupakan modal dasar


untuk berkontribusi lebih besar dalam perekonomian.
• Struktur dan karakteristik organisasi, usaha dan
pengelolaan UMKM yang cukup fleksibel memberi
kemudahan untuk menyesuaikan dengan perubahan
kapasitasnya, serta perubahan pasar dan
perekonomian.
• UMKM menghasilkan produk dan jasa dengan harga
yang terjangkau masyarakat, sehingga berkontribusi
dalam penguatan pasar domestik, khususnya dalam
penyediaan barang dan jasa yang menjadi kebutuhan
utama masyarakat.
lanjutan...
Potensi UMKM dari sisi Internal
• Produk-produk UMKM sebagian besar memiliki kaitan
yang kuat dengan sumber daya dan budaya lokal, serta
pengetahuan, keterampilan tangan dan pola kerja yang
diwariskan secara turun-temurun. Penggunaan sumber
daya lokal mengurangi ketergantungan terhadap bahan
baku impor.
• Jumlah UMKM yang besar merupakan potensi untuk
pengembangan keterkaitan usaha dalam skema rantai
nilai dan rantai pasok sehingga efisiensi sistem
produksi dan pemasaran dapat ditingkatkan.

Potensi UMKM dari sisi Eksternal :

• Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM dan


Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008
memberi kepastian hukum bagi pengembangan UMKM.
• Kemudahan mendirikan usaha secara informal di Indonesia,
khususnya pada skala mikro, menjadikan potensi
penumbuhan wirausaha baru dan UMKM sangat besar.
• Kemudahan untuk mendirikan usaha juga didukung dengan
ketersediaan sumber daya alam dan skala permintaan yang
besar (populasi penduduk yang besar), meskipun tingkat
kreativitas dalam pemanfaatan sumber daya alam dan
potensi permintaan pasar tersebut berbeda antar wilayah.
Lanjutan,,
Potensi UMKM dari sisi Eksternal :

• Kebijakan pemerintah pusat dan daerah, serta


dukungan para pemangku kepentingan
memungkinkan UMKM terus berkembang.

• Peningkatan proporsi penduduk usia produktif,


yang disertai pendidikan dan keterampilan yang
lebih tinggi, menjadi sumber tenaga kerja
terampil dan penumbuhan

Permasalahan yang dihadapi oleh
UMKM saat ini secara garis besar
berkaitan dengan:

• Kualitas SDM yang rendah


• Peran sistem pendukung yang kurang optimal
• Kebijakan dan peraturan yang kurang efektif
• Sementara itu tantangan yang perlu ditangani dalam
pengembangan UMKM ke depan umumnya berkaitan dengan
perbaikan kondisi UMKM, di antaranya:
• Peningkatan formalisasi usaha dengan tata kelola usaha yang
lebih baik.
• Peningkatan produktivitas yang didukung tenaga kerja terampil
dan penerapan teknologi.
• Peningkatan kapasitas untuk membangun kemitraan dan
bergabung dalam jaringan produksi dan pemasaran global.
• Pemanfaatan peluang yang semakin terbuka dari pasar global
dan perjanjian kerjasama ekonomi bilateral dan kawasan
lainnya.
• Perbaikan kebijakan dan peraturan yang responsive terhadap
perbaikan kinerja dan daya saing UMKM.

Anda mungkin juga menyukai