Anda di halaman 1dari 16

Strategi UMKM Bakso Dalam Meningkatkan Omset Penjualan Pasca Pandemi

Covid-19 di Desa Buluagung Kabupaten Banyuwangi

(instansi)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER
15 Oktober 2022
(sesuaikan dengan Bulan Pelaporan, Tahun)
A. Judul Penelitian:
“Strategi UMKM Bakso Dalam Meningkatkan Omset Penjualan Pasca Pandemi
Covid-19 di Desa Buluagung Kabupaten Banyuwangi"

B. Latar Belakang
UMKM merupakan kekuatan dalam pelaksanaan ekonomi kerakyatan, sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang No. 20/2008 tentang UMKM, didefinisikan bahwa
pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha,
dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha
terhadap UMKM sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh
dan mandiri. Jiwa wirausaha merupakan kreativitas yang wajib dimiliki oleh seorang pelaku
UMKM dengan memiliki tujuan tertentu, serta berusaha untuk mencapai keberhasilan
dalam hidupnya baik di dunia maupun di akhirat.
UMKM merupakan pilar penyangga kekuatan perekonomian negara. Data dari
Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia menunjukkan bahwa sektor Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap Pendapatan
Domestik Bruto/PDB dan mampu menyerap tenaga kerja yang sangat banyak
(ukmindonesia.id, 2019). Dampak yang terjadi pada bisnis sektor kuliner/pangan tentu
memberikan dampak sistemik, baik untuk pelaku usaha sendiri, pekerja yang berada
didalamnya, maupun untuk konsumen sendiri. Seperti pada misalnya dengan peraturan
ketat dari pemerintah, mengenai protokol kesehatan yang harus diterapkan dalam
operasional rumah makan atau café. Dimana dilakukan pembatasan layanan, baik jam
maupun kapasitas tempat makan. UMKM yang bergerak di bidang produksi bakso yang
bernama bakso “Ada Rasa”. Salah satu alasan mengapa UMKM tersebut masih bertahan
sampai sekarang tidak terlepas dari pengaruh aspek-aspek kewirausahaan. Oleh karena itu,
peneliti ingin mengetahui lebih dalam mengenai aspek-aspek kewirausahaan apa saja yang
terdapat pada UMKM bakso “Ada Rasa” tersebut. UMKM Bakso “Ada Rasa” merupakan
suatu perusahaan makanan ringan yang awal mulanya di rintis oleh seorang pedagang
keliling pada tahun 1988. Pada kala itu pedagang

bakso keliling hanya berjualan bakso kuah saja, namun karna mulai banyak pesaing baru,
akhirnya pedagang keliling yang memiliki nama panggilan Pak Tarwi ini memiliki insiatif baru
untuk menciptakan bakso goreng yang divariasi produk menjadi bakso kuah. Berbagai
eksperimen variasi produk telah dilakukan dengan semangat untuk menciptakan kreasinya
yaitu membuat bakso goreng yang banyak diminati oleh masyarakat banyak. Lokasi pabrik
“Ada Rasa” berada di Desa Buluagung, RT. 01/RW. 02Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus.
Dengan berlandaskan iman dan taqwa, “Ada Rasa” menjadi salah satu perusahaan yang
paling maju, produktif, dan berkompetitif di antara pesaingya dengan mengedepankan
tingkat harga rendah untuk bisa mencakup seluruh kalangan, khususnya kalangan
menengah kebawah, sehingga mampu menarik pelanggan semaksimal mungkin.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana strategi UMKM Bakso dalam omset penjualan pasca pandemi covid 19
di Desa Buluagung Kabupaten Banyuwangi ?

D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui strategi UMKM Bakso dalam omset penjualan pasca pandemi
covid 19 di Desa Buluagung Kabupaten Banyuwangi.

E. Kajian Terdahulu yang Relevan


1.Pengertian UMKM
UMKM adalah kegiatan usaha atau bisnis yang dijalankan oleh individu, rumah tangga,
maupun badan usaha kecil. Penggolongannya berdasarkan besaran omzet per tahun, jumlah
kekayaan atau aset, dan jumlah karyawan yang dipekerjakan.Tidak semua usaha bisa
dikategorikan sebagai UMKM, beberapa usaha digolongkan sebagai usaha besar sebab
jumlah kekayaan bersih atau omzet per tahunnya lebih besar dari usaha menengah. Usaha-
usaha besar tersebut meliputi usaha patungan, nasional milik negara atau swasta, serta
asing yang beroperasi di wilayah Indonesia. Pengertian serta aturan lengkap terkait UMKM
telah dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang usaha, mikro, kecil,
dan menengah.Usaha Mikro Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2008, yang dimaksud dengan
usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagai mana diatur dalam undang-
undang. Maksimal omzet dari usaha mikro yakni sebesar Rp 300 juta dengan jumlah aset
bisnis Rp 50 juta (di luar tanah dan bangunan). Dari pengelolaan keuangannya, tak sedikit
keuangan usaha mikro menyatu dengan keuangan pribadi perintisnya. Artinya, usaha mikro
belum menerapkan sistem profesional.Contoh usaha mikro, yaitu warung kopi, pedagang
asongan, pangkas rambut, pedagang di pasar, dan sebagainya. Usaha Kecil Usaha kecil
adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, dilakukan oleh orang perorangan atau
badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud
dalam undang-undang.
2. Pengembangan SDM Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
Sebagaimana Pasal 19 UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM, pengembangan
dalam bidang sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf c
dilakukan dengan cara:
a. memasyarakatkan dan memberdayakan kewirausahaan;
b. meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial; dan
c. membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan dan pelatihan untuk
melakukan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, motivasi dan kteativitas bisnis, dan
penciptaan wirausaha baru.
Dari ketiga aspek tersebut berarti sumber daya manusia merupakan subyek yang
terpenting dalam pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah agar dapat
menciptakan wirausaha yang mandiri dari masyarakat. Oleh karena itu masyarakat perlu
diberdayakan untuk meningkatkan kualitas SDM sehingga dapat mempengaruhi kualitas
produksi yang dihasilkan dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat untuk
kesejahteraan masyarakat
3.Karakteristik UMKM
Karakteristik UMKM dapat dilihat dengan penjelasan berikut:
1.Usaha mikro memiliki kekayaan bersih maksimal 50 juta rupiah dengan hasil
penjualan paling banyak 300 juta rupiah per tahun.
2.Usaha kecil memiliki kekayaan sekitar 50 juta hingga 500 juta rupiah dengan hasil
penjualan sekitar 300 juta hingga 2,5 milyar rupiah per tahun.
3.Usaha menengah memiliki kekayaan bersih sekitar 500 juta hingga 10 milyar dengan
hasil penjualan paling banyak 2,5 milyar hingga 50 milyar per tahun.
4.Usaha kecil dilakukan oleh sendiri ataupun pegawai dengan jumlah sedikit
5.Jenis produk ekonomi tidak tetap dan dapat berganti sesuai kondisi
6.Lokasi transaksi ekonomi tidak tetap dan dapat berpindah-pindah
7.Sistem pembukuan yang belum baku, karena masih bercampur dengan uang pribadi
8.Aturan kebijakan usaha dan sistem administrasi belum jelas
9.Sumber daya manusianya belum memadai
10.Modal yang terbatas
11.Tidak memiliki legalitas atau izin usaha.

F. Konsep atau Teori yang Relevan

1. Kriteria UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah)


Untuk mengetahui jenis usaha apa yang sedang dijalankan perlu memperhatikan
kriteria-kriterianya terlebih dahulu. Hal ini penitng digunakan untuk pengurusan surat ijin
usaha kedepannya dan juga menentukan besaran pajak yang akan dibebankan kepada
pemilik UMKM.
Berikut masih-masing pengertian UMKM dan kriterianya:
1. Usaha Mikro
Pengertian usaha mikro diartikan sebagai usaha ekonomi produktif yang dimiliki
perorangan maupun badan usaha sesuai dengan kriteria usaha mikro.

Usaha yang termasuk kriteria usaha mikro adalah usaha yang memiliki kekayaan
bersih mencapai Rp 50.000.000,- dan tidak termasuk bangunan dan tanah tempat usaha.
Hasil penjualan usaha mikro setiap tahunnnya paling banyak Rp 300.000.000,-

2. Usaha Kecil
Usaha kecil merupakan suatu usaha ekonomi produktif yang independen atau berdiri
sendiri baik yang dimiliki perorangan atau kelompok dan bukan sebagai badan usaha cabang
dari perusahaan utama. Dikuasai dan dimiliki serta menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari usaha menengah.

Usaha yang masuk kriteria usaha kecil adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih Rp
50.000.000,- dengan maksimal yang dibutuhkannya mencapai Rp 500.000.000,-. Hasil
penjualan bisnis setiap tahunnya antara Rp 300.000.000,- sampai paling banyak Rp
2,5.000.000.000,-.

3. Usaha Menengah
Pengertian usaha menengah adalah usaha dalam ekonomi produktif dan bukan
merupakan cabang atau anak usaha dari perusahaan pusat serta menjadi bagian secara
langsung maupun tak langsung terhadap usaha kecil atau usaha besar dengan total kekayan
bersihnya sesuai yang sudah diatur dengan peraturan perundang-undangan.

Usaha menengah sering dikategorikan sebagai bisnis besar dengan kriteria kekayaan
bersih yang dimiliki pemilik usaha mencapai lebih dari Rp500.000.000,- hingga
Rp10.000.000.000,- dan tidak termasuk bangunan dan tanah tempat usaha. Hasil penjualan
tahunannya mencapai Rp2,5 .000.000,- milyar sampai Rp50.000.000.000,-.

Ciri-Ciri UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah)


Jenis komoditi/ barang yang ada pada usahanya tidak tetap, atau bisa berganti sewaktu-
waktu
Tempat menjalankan usahanya bisa berpindah sewaktu-waktu
Usahanya belum menerapkan administrasi, bahkan keuangan pribadi dan keuangan usaha
masih disatukan
Sumber daya manusia (SDM) di dalamnya belum punya jiwa wirausaha yang mumpuni
Biasanya tingkat pendidikan SDM nya masih rendah
Biasanya pelaku UMKM belum memiliki akses perbankan, namun sebagian telah memiliki
akses ke lembaga keuangan non bank
Pada umumnya belum punya surat ijin usaha atau legalitas, termasuk NPWP

2. Penyebab Covid 19
Penyebab Covid - 19 adalah adalah singkatan dari Corona Virus Disease 2019 , yaitu
penyakit yang disebabkan oleh virus corona baru yang awalnya terjadi pada tahun 2019.
Asal mula terjadinya penyakit ini yaitu terjadinya kasus pneumonia yang tidak diketahui
penyebabnya pada tanggal 12 Desember 2019 di Wuhan China yang terjadi pada pedagang
pasar ikan Huanan , yang juga menjual binatang ternak dan hewan liar . Pneumonia atau
dikenal juga dengan istilah paru - paru basah adalah infeksi yang mengakibatkan
peradangan pada kantong - kantong udara di salah satu atau kedua paru - paru ( Sahin et al .
, 2020 ) . Menurut laporan World Health Organization ( 2020 ) , gejala utama peyakit Covid -
19 pada pasien di China adalah demam ( 87,9 % ) , batuk kering ( 67,7 % ) dan rasa lelah
( 38,1 % ) .
Sedangkan gejala sesak nafas ( 18,6 % ) dan radang tenggorokan ( 13,9 % ) bersifat
minor . Menurut beberapa penelitian , pasien Covid - 19 banyak yang mempunyai penyakit
bawaan , yaitu penyakit jantung coroner , diabetes mellitus , hipertensi , dan penyakit
serebrovaskular atau pembuluh darah otak ( Sahin et al . , 2020 ) . Penyebab Covid - 19
adalah virus corona jenis baru yang berkerabat dengan dengan virus SARS ( Severe Acute
Respiratory Syndrome ) , sehingga dinamakan SARS new coronavirus 2 , disingkat SARS nCov
- 2 . Genom SARS nCov 2 mempunyai kesamaan sebesar 70 % dengan virus SARS ( Sahin et al
. , 2020 ) . Walaupun mempunyai kesamaan urutan DNA yang tinggi dengan virus SARS ,
virus Covid - 19 mempunyai perbedaan yang tidak dimiliki oleh virus SARS , yaitu virus
COVID - 19 diaktifkan oleh enzim furin dari sel manusia , dan virus COVID - 19 10x lebih kuat
dalam mengikat reseptor ACE2 . Ukuran virus corona antara 80-160 Nm ( Sahin et al . ,
2020 ) . Struktur virus corona terdiri dari spike ( S ) , membrane ( M ) , nucleocapsid ( N ) ,
envelope ( E ) , dan RNA ( Sahin et al . , 2020 ; Wrapp et el . , 2020 ) . Protein S membentuk
struktur piala yang disebut corona ( Gambar 1 ) ( Wrapp et el . , 2020 ) . Selain itu , protein S
virus Covid - 19 berperan dalam infeksi virus pada sel inang , baik sel hewan maupun sel
manusia yang mempunyai reseptor ACE2 ( Towler et al . , 2004 ) .
Protein S terdiri dari 2 subunit , yaitu Subunit 1 ( S1 ) dan Subunit 2 ( S2 ) . Subunit S1
berperan dalam mengikat reseptor ACE2 pada sel inang , sedangkan Subunit 52 berperan
dalam fusi virus ke dalam membran sel inang ( Gambar 2 ) . Subunit S1 terdiri dari N -
terminal domain ( NTD ) , Receptor - binding domain ( RBD ) dan Receptor - binding motif
( RBM ) , sehingga fungsinya mengikat reseptor ACE2 di sel manusia . Subunit S2 terdiri dari
fusion peptide ( FP ) , Heptad Repeat 1 ( HR1 ) , Heptad repead 2 ( HR2 ) , transmembran
domain ( TM ) dan cytoplasma domain ( CP ) , sehingga fungsinya dalam fusi virus ke dalam
sel manusia ( Gambar 3 ) ( Xia et al . , 2020 ) .

G. Metode Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif merupakan penelitian yang jenis datanya kualitatif dengan memahami
fenomena yang dialami oleh subjek penelitian seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,
dan lain sebagainya dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk narasi.
Pendekatan kualitatif ini dipilih oleh peneliti karena dapat mengungkap data secara
mendalam tentang peran ganda perempuan dalam rumah tangga (studi deskriptif buruh tani
perempuan di dusun curah suko kaliwining rambipuji jember).
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah jenis penelitian deskriptif.
Dalam penelitian deskriptif data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan
angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu semua
yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Dengan
demikian laporan penelitian berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian
laporan tersebut. Data tersebut bisa berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan,
dokumentasi pribadi, catatan, dan dokumen resmi lainnya.
Penelitian ini dilakukan di Dusun Buluagung Kecamatan Siliragung Kabupaten
Banyuwangi. Yang di fokuskan pada Pembahasan UMKM Bakso Adapun teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: observasi, wawancara,
dokumentasi.

H. Rencana Penelitian
Pada tahap ini, peneliti akan menjelaskan atau memberikan gambaran mengenai
rencana pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Proses penelitian dari
awal hingga akhir perlu dijelaskan secar bertahap. Adapun tahap-tahap penelitian yang
dilakukan peneliti sebagai berikut:
1) Tahap pra lapangan
Dalam tahap pra lapangan terdapat beberapa tahap yang dilalui oleh peneliti,
diantaranya sebagai berikut:
a. Menyusun rencana penelitian
Dalam tahap ini, peneliti membuat rancangan penelitian dengan mengumpulkan
permasalahan yang diangkat sebagai judul penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan
pengajuan judul, membuat matriks penelitian yang selanjutnya dikonsultasikan dengan
dosen pembimbing, setelah selesai peneliti menyusun miniriset hingga akhir dalam
penyusunan.
b. Memilih lokasi penelitian
Sebelum melakukan penelitian peneliti harus memutuskan dimana letak tempat
penelitiannya yang akan dilaksanakan. Penelitian yang dipilih ialah di Dusun Curah Suko
Desa Kaliwining Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember.
c. Menilai lokasi penelitian
Selanjutnya peneliti melakukan penelitian lapangan untuk lebih mengetahui latar
belakang obyek penelitian, lingkungan penelitia dan lingkungan inform. Hal ini dilakukan
untuk mempermudah peneliti dalam menggali data.
d. Memilih dan memanfaatkan informan
Dimana pada tahap peneliti memilih beberapa informan yang dianggap memberikan
informasi yang layak dari penelitian peneliti.
e. Menyiapkan perlengkapan penelitian
Setelah tahap menyusun rancangan penelitian sampai pada tahap memilih dan
memanfaatkan informan, maka selanjutnya adalah peneliti menyiapkan beberapa peralatan
yang diperlukan saat melakukan penelitian, diantaranya seperti buku catatan, alat tulis,
buku refrensi dan lain-lainnya.
2) Tahap pekerjaan lapangan
Setelah tahap pra lapangan dilakukan, selajutnya peneliti melakukan tahap
pelaksanaan, pada tahap ini peneliti mulai terjun ke lokasi penelitian untuk mengumpulkan
data melalui metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
3) Tahap analisis data
Tahap analisis ini merupakan tahap terakhir dari penelitian. Dalam tahap ini peneliti
mengelola data-data yang diperoleh dari beberapa sumber baru serta beberapa pihak yang
terkait dan menarik kesimpulan yang akan disusun dalam sebuah laporan penelitian.
Tentunya tahapan ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulis karya tulis ilmiah yang
berlaku.
I. Waktu Pelaksanaan Penelitian
Merupakan table perencanaan sampai selesai yang dibatasi waktu sesuai dengan
kemampuan peneliti
N KEGIATA WAKTU PELAKSANAAN
O N
1
2
3
4
5

J. Pedoman Wawancara
Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana perilaku konsumen saat pasca pandemi dan sesudah pandemi?
2. apa saja yang menjadi permasalahan dalam pengelolaan keuangan UMKM bakso?
3. Bagaimana strategi penetapan harga yang diterapkan untuk produk yang ditawarkan?
4. Apa saja yang menjadi kelemahan UMKM di blagung?
5. Sejak kapan menekuni usaha ini?
6. Sebutkan masalah-masalah apa saja yang dihadapi UMKM di Desa Buluagung
7. Berapa modal yang anda butuhkan untuk memulai usaha ini?
8. Menurut anda dampak pandemi bagi UMKM ini dalam pendapatan ekonomi ini
bagaimana jika dibandingkan Sebelum masa pandemi Tolong dijelaskan?
9. Berapa omset atau keuntungan yang didapat dalam satu bulan?
10 Bagaimana perkembangan UMKM sejak awal berdiri sampai saat ini?
K. Hasil dan Temuan Penelitian
Dari hasil wawancara dengan key informan di peroleh informasi bahwa pada
umumnya pemilik UKM bakso yang ada di wilayah kota Semarang belum memiliki
pengetahuan keuangan dengan baik . Rendahnya pengetahuan keuangan pemilik UKM
didukung oleh hasil survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia ( 2017 ) mengungkapkan
bahwa lebih dari 50 % pelaku UKM di Indonesia memiliki pengetahuan dan kemampuan
pengelolaan keuangan yang relatif rendah . Rendahnya tingkat literasi keuangan yang
dimiliki pelaku UKM mengakibatkan pengelolaan keuangan usaha yang tidak optimal .
Pengelolaan keuangan ini mencakup : ketidakmampuan untuk memilih sumber
pendanaan , ketidakmampuan mengalokasikan dana yang dimiliki , serta
ketidakmampuan mengelol aaset yang dimiliki . Ketika suatu usaha tidak dikelola secara
baik , maka akan dapat mengancam keberlanjutan usahanya . Tidak semua pelaku UKM
bakso memiliki pengetahuan tentang pengelolaan keuangan usahanya terutama
pengetahuan tentang pembukuan keuangan .
Kondisi ini disebabkan oleh rendahnya pendidikan pelaku UKM bakso dan
minimnya keterampilan manajerial . Sebagian Bakso . besar pemilik UKM bakso dalam
menjalankan usaha tanpa perencanaan , pengendalian dan evaluasi dalam kegiatan
menjalankan usahanya . Pengelolaan keuangan UKM bakso di wilayah Kota Semarang
dikelompokkan menjadi 3 klaster yakni 1 ) pemilik UKM bakso yang mengelola keuangan
secara tradisional yang terdiri dari pemilik UKM bakso yang tidak melakukan pencatatan
keuangan dan tidak ada pemisahan penggunaan keuangan untuk keperluan pribadi dan
usaha . Pengelolaan keuangan secara tradisional ini biasa dilakukan oleh pemilik UKM
yang menjajakan dagangan secara berkeliling kampung dan jumlah produksinya terbatas
yakni kurang dari 5 kg daging sapi . 2 ) pemilik UKM bakso yang mengelola keuangan semi
moderen yakni pemilik UKM Bakso yang sudah melakukan pencatatan keuangan
walaupun masih sangat sederhana . Transaksi yang di catat , hanya menyangkut jumlah
barang yang dibeli dan yang dijual . Pemilik UKM Bakso pada klaster ini merupakan
pemilik bakso yang sudah mempunyai warung untuk menjual dagangannya dan jumlah
produksi antara 5 sd 10 kg daging sapi , 3 ) pemilik UKM bakso moderen yakni pemilik
UKM yang memiliki warung dan sudah membuka beberapa cabang , jumlah produksinya
diatas 10 kg daging sapi . Meskipun banyak pemilik UKM Bakso yang sukses dan
mempunyai beberapa cabang hanya ada beberapa Pemilik UKM bakso yang mempunyai
pencatatan terkait dengan pengelolaan keuangan walaupun masih sangat sederhana .
Beberapa alasan pemilik UKM bakso yang menjalankan usahanya secara normal tanpa .
dukungan informasi keuangan yang memadai yakni

1 ) kurangnya pengetahuan pemilik UKM bakso terkait dengan pembukuan keuangan ;


2 ) kurangnya penyediaan sarana dan prasarana pembukuan ;
3 ) penggunaan uang yang tidak terstruktur antara untuk kegiatan usaha dengan
keperluan pribadi ;
4 ) adanya tambahan dana yang harus dikeluarkan jika melakukan pembukuan ;
5 ) Tidak adanya pembagian tugas yang jelas karena pemilik sekaligus menjadi pengelola
usaha . Pemilik mengelola usaha sendiri , sehinga waktu yang dimiliki difokuskan untuk
mengembangkan usahanya ,
6 ) minimnya pelatihan pembukuan keuangan bagi pemilik UKM Namun demikian
pemilik UKM bakso yang menggunakan intuisi dalam menjalankan usahanya perlu ada
perubahan mindset berkait dengan pemahaman pembukuan keuangan agar dapat
mengetahui posisi keuangan yang sebenarnya .

Dengan pengetahuan keuangan yang baik maka pemilik UKM dapat mengetahui
bagaimana mempergunakan pendapatan yang diperoleh dan mengelola pendapatan
tersebut untuk investasi ataupun untuk kelangsungan usahanya , mengambil keputusan
keuangannya dan dapat membantu pelaku UKM untuk mengukur kesehatan usahanya
( Norma Yulianti dan Meliza Silvy , 2013 ; Puspitaningsih , 2017 ) . Pengetahuan keuangan
mempunyai hubungan yang erat dengan financial literacy atau edukasi keuangan yang
dapat tersalurkan dan dapat dipahami dengan baik melalui edukasi keuangan atau
financial literacy . Mason & Wilson ( 2000 ) , financial literacy is a " meanings making
process " in which individuals use a combination of skills , resources , and contextual
knowledge to process information and make decisions with knowledge of the financials
consequences of that decision . Dari pengertian yang disampaikan di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa financial literacy adalah pengambilan keputusan individu yang
menggunakan kombinasi dari beberapa keterampilan , sumber daya , dan pengetahuan
kontekstual untuk mengolah informasi dan membuat keputusan

Dalam financial literacy terdapat beberapa aspek keuangan yakni


1 ) Basic Personal Finance , mencakup berbagai pemahaman dasar seseorang dalam
suatu sistem keuangan seperti perhitungan bunga sederhana , bunga majemuk , inflasi ,
opportunity cost , nilai waktu , likuiditas asset , dan lain - lain ;
2 ) Money management ( pengelolaanuang ) mempelajari bagaimana seorang individu
mengelola uang pribadi mereka . Semakin banyak pemahaman mengenai financial
literacy maka semakin baik pula individu tersebut mengelola uang pribadi mereka .
Pengetahuan keuangan dapat mempengaruhi individu untuk mengambil keputusan
keuangannya . Sehingga pengetahuan keuangan telah diidentifikasi sebagai isu penting
saat mengukur kesehatan individu ( Woodyard and Robb . 2012 ) . Pembukuan sederhana
untuk UKM sangat penting dilakukan , karena dalam pembukuan tersebut dapat
memberikan informasi keuangan dalam suatu periode dan dapat memberi gambaran
mengenai kinerja usaha UKM . Dengan adanya pembukuan di samping memberikan
informasi keuangan juga bermanfaat bagi pelaku UKM manakala akan mengajukan
bantuan modal kepada bank atau lembaga keuangan lainnya . Pihak bankir , kreditor ,
pemilik dan pihak pihak yang berkepentingan dapat menganalisis serta
menginterpretasikan kinerja keuangan dan kondisi perusahaan ( SAK ETAP 2009 ; Ikatan
Akuntansi Indonesia , 2013 ) . Pembukuan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan
manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya . Pembukuan keuangan
yang dilakukan oleh pemilik UKM bakso berdampak pada pertumbuhan UKM dalam hal
tingkat penjualan , ukuran bisnis dan tingkat profitabilitas dan karena itu diperlukan kerja
sama dari semua pemangku kepentingan dalam memastikan usaha kecil dioperasikan
dengan cara yang lebih profesional untuk mencapai pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan . Pemerintah , pemilik usaha kecil , perusahaan akuntansi , universitas dan
media memiliki peran dalam memfasilitasi praktik pembukuan dan pertumbuhan media
kecil yang lebih baik . Kerja sama ini seharusnya tidak hanya bertahan dalam jangka
pendek tapi dalam jangka panjang ( Mutua , 2015 ) .
Salah satu hasil dari pengelolaan keuangan yakni laporan keuangan yang
disusun secara tertib dan teratur . Dengan laporan keuangan pemilik UKM dapat
memperoleh informasi tentang posisi keuangan , kinerja keuangan , perubahan modal
pemilik di masa lalu , menjadi salah satu bahan dalam pengambilan keputusan , data
dalam laporan keuangan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan di masa yang
akan datang dan mengetahui nilai perubahan kas dan distribusinya ( Bambang Riyanto
2000 : 11 ) . Dengan adanya penyusunan laporan keuangan maka kegiatan - kegiatan
yang dilakukan pun akan ada data - data atau laporannya secara detail , hal ini akan
membuat kemudahan UKM untuk beroperasi secara baik dan efisien , serta UKM
menganalisis kekurangan - kekurangan agar lebih baik lagi kedepannya ( M Sobri Sutikno ,
2008 ) . Sholihah ( 2016 ) mengungkapkan bahwa dengan pengelolaan keuangan yang
baik dan disiplin diharapkan pelaku UKM dapat memisahkan keuangan pribadi dan
usahanya serta dapat informasi kepada pihak perbankkan terkait dengan kesehatan
usahanya . Pengelolaan keuangan salah satunya dalam bentuk pembukuan keuangan
usaha berguna untuk dikomunikasikan kepada pihak manapun yang membutuhkan
laporan keuangan perusahaan dan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam rangka
mengembangkan usahanya ( Risnaningsih , 2017 ) . Hasil triangulasi penelitian tentang
analisis kinerja keuangan UKM Bakso diwilayah kota Semarang dapat di lihat bahwa dari
beberapa literatur yang digunakan menyebutkan bahwa suatu usaha harus menyusun
suatu informasi keuangan dengan tertib dan teratur dengan adanya informasi keuangan
dapat diketahui perkembangan suatu usaha yang dijalankan , kondisi usahanya pada
periode tertentu , dan dapat mengetahui berapa lama suatu usaha dapat keluar dari
masa krisis dan terhindar dari kebangkrutan . Sedangkan dari hasil penelitian terdahulu
diketahui bahwa pengetahuan keuangan sangat bermanfaat bagi pemilik UKM bakso
terkait bagaimana mengelola keuangan tersebut untuk investasi ataupun untuk
kelangsungan usahanya , mengambil keputusan keuangannya dan dapat membantu
pelaku UKM untuk mengukur kesehatan usahanya . Hasil triangulasi tersebut
menunjukkan bahwa pengetahuan keuangan pengelolaan keuangan dan perilaku
keuangan saling berkaitan untuk meningkatkan
L. Pembahasan Hasil Penelitian
Merupakan sub bab yang berisi tentang semua pembahasan temuan penelitian, baik
wawancara, angket, ataupun dokumentasi penelitian yang dikaitkan/kesesuaian dengan
teori yang digunakan pada kajian teori.

M. Biodata Peneliti
Nama Lengkap : Putri Natasha Ayu Fransiska
NIM : 211101090020
Program Studi : Tadris IPS
Fakultas : Tarbiyah
Instansi : UIN KHAS JEMBER
Alamat Rumah : Desa Buluagung Kecamatan SiliragungKab.Banyuwangi
Tempat, Tanggal Lahir : BANYUWANGI 18 April 2003
Jenis Kelamin : Perempuan
No HP : 082139576210
Alamat Email : putrifransis81@gmail.com
Riwayat Pendidikan : SDN 2 BULUAGUNG

Riwayat Organisasi :

N. Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA
Andrew , Vincentius dan Linawati , Nanik . 2014. Hubungan Faktor Demografi dan
Pengetahuan Keuangan Dengan Perilaku Keuangan Karyawan di Surabaya . Finesta Vol 2 No
2 Alsemgeest L ( 2015 ) Arguments for and against financial literacy education : Where to go
from here ? Int J Consum Stud 39 : 155-161 . doi : 10.1111 / jcs.12163 Bambang Riyanto .
( 2011 ) . Dasar - dasar Pembelanjaan Perusahaan.Yogyakarta : BPFE . Bank Indonesia , 2012.
Hasil Kajian Kredit Mikro , Kecil dan Menengah untuk Kegiatan Produktif . Jakarta Bank
Indonesia . BN . Marbun , Kamus Manajemen , ( Jakarta : Pustaka Sinar Harapan , 2003 ) ,
hlm . 230 Brata , Aloysius Gunadi . 2010. " Vulnerability of Urban Informal Sector : Street
Vendors InYogyakarta , Indonesia " . Theoretical and Empirical Researches in Urban
Management . No. 5 ( 14 ) 47-58 . Chinen , Kenichiro dan Hideki Endo , 2012. " Effect of
Attitude and Background on Personal Finance Ability : A Student Survey in the United State "
, International Journal of Management . Vol.29 , No.01 , pp : 33-45 . Dawuda . A and Azeko
1. 2015. An Assessment of Financial Records Keeping Behaviour of Small Scale Businesses in
Ghana : A Case Study of Bolgatanga Municipality . International Journal of Finance and
Accounting 2015 , 4 ( 3 ) : 187-194 DOI : 10.5923 / ) . jfa.20150403.06 Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan , Kamus Besar Bahasa Indonesia , ( Jakarta : Balai Pustaka ,
1998 ) , hlm . 185 Hasyim , 1987. Perkreditan & Bank dan Lembaga - lembaga Keuangan
Kita , edisi pertama , BPFE UGM , Yogyakarta Hilgert et al . 2003. Household Financial
Management : The Connection between Knowledge and Behavior Ibrahim.2014 . The Effect
of SMEs ' Cost of Capital on Their Financial Performance in Nigeria . Journal of Finance and
Accounting , 2015 , Vol . 3 , No. 1 , 8-11 Available online at
http://pubs.sclepub.com/fa/3/1/2 Science and Education Publishing DOI : 10.12691 / jfa - 3-
1-2 Ida dan Chintia Yohana Dwinta . 2010. Pengaruh locus of control , financial knowledge ,
dan income terhadap financial management behavior . Jurnal Bisnis dan Akuntansi , Vol .
12 , No. 3 : 131-144 . Ikatan Akuntansi Indonesia . 2013. PSAK 23 ( Revisi 2013 ) :
Pendapatan Jakarta : IAl Jian et al . , 2014. Financing Difficulties of SMEs from Its Financing
Sources in China , Journal of Service Science and Management .
http://dx.doi.org/10.4236/jssm.2014.73016 Kaiser , Tim dan Lukas Menkhoff . 2016. Does
Financial Education Impact Financial Behavior , and If so , When ? Discussion Papers of DIW
Berlin Kementerian Koperasi dan UKM , Rapat Koordinasi . 2014. Pemberdayaan Koperasi
dan UMKM melalui Program / Kegiatan Unggulan ( Icon ) Kementrian Koperasi dan UMKM
tahun 2015. http://www.depkop.go.id/ . Diakses pada Jumat 13 Maret 2015 Kementerian
Koperasi dan UKM . 2015. Statistik Usaha Kecil dan Menengah Tahun 2004-2005 .
http://www.depkop.go.id/ . Diakses pada Jumat 13 Maret 2015 Kholilah , Naila Al dan
Iramani , Rr . 2013. Studi Financial Management Behavior Pada Masyarakat Surabaya .
Journal of Business and Banking Vol . 3 No 1 , Mei Mason , C.L.J. and Wilson , R.M.S. , 2000.
Conceptualising financial literacy . Occasional Paper , 2000 : 7 . Loughborough : Business
School , Loughborough University Milles , M.B. and Huberman , M.A. 1984. Qualitative Data
Analysis . London : Sage Publication .

Anda mungkin juga menyukai