NIM : 711345121013
PRODI : D-III SANITASI
KEWIRAUSAHAAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN:
1. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995
TENTANG USAHA KECIL (TELAH DICABUT)
2. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008
TENTANG USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (YANG
MENGGANTIKAN UU RI NO.9/1995)
DAFTAR PUSTAKA
Asep Hidayat, dkk. 2022. “PERAN UMKM (USAHA, MIKRO, KECIL,
MENENGAH) DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI NASIONAL”. Volume 3 Nomor
6, Jurnal Inovasi Penelitian. Bandung : Universitas Islam Negeri Sunan Gunung
Djati.
Saat ini, kita telah memasuki era kewirausahaan baru. Istilah yang dikenal saat
ini yang berkembang di kalangan masyarakat adalah bisnis Start up. Masyarakat
berpendapat bahwa kewirausahaan memiliki kaitan yang erat dengan kegiatan praktik
langsung dan hanya dapat dilakukan oleh orang-orang tertentu. Padahal, jiwa dan
sikap kewirausahaan mampu dimiliki setiap orang yang berpikir kreatif dan inovatif.
Kewirausahaan bukan hanya berbicara mengenai kegiatan lapangan, tetapi bagaimana
wirausahaan mampu memanfaatkan peluang yang ada, kemudian diaplikasikan dalam
bentuk ide yang kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar menuju kesuksesan.
Faktor teknologi juga dapat menjadi pemicu dalam penciptaan peluang bisnis.
Industri digital yang berkembang pesat memunculkan berbagai bentuk bisnis yang
baru pada berbagai bidang. Sebut saja “Gojek” yang menjadi startup bisnis
transportasi online, market place yang memberikan ruang untuk mengembangkan
pasar yang lebih luas, layanan keuangan berbasis teknologi (fintech) yang belum
pernah ada sebelumnya, dan lainnya.
Konsep kewirausahaan merupakan kemampuan kreatif dan inovatif yang
dijadikan dasar untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui berpikir
kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang bisnis. Kreativitas
(creativity) adalah kemampuan dalam mengembangkan dan menghubungkan ide baru
dan menemukan cara baru dalam melihat suatu masalah atau peluang, sedangkan
inovasi (innovation) adalah kemampuan dalam menerapkan kreativitas dalam rangka
memecahkan suatu masalah atau peluang agar dapat menciptakan suatu kebaharuan.
Kegiatan berpikir kreatif yang menciptakan sesuatu yang baru menggantikan yang
lama merupakan salah satu cara menuju wirausahawan menuju kesuksesan.
Kompetensi inti dalam menciptakan nilai tambah suatu produk yang memunculkan
keunikan pada produk tersebut dapat dicapai melalui kreativitas dan inovasi.
Dalam kewirausahaan, ada beberapa hal yang perlu dipahami dan dimiliki
oleh seorang pengusaha. Hal tersebut adalah konsep dasar kewirausahaan. Menurut
Mardia, dkk dalam buku Kewirausahaan, berikut dua konsep dasar kewirausahaan:
1. Peluang
Peluang usaha adalah sebuah kesempatan yang dimiliki oleh semua orang
yang mempunyai jiwa kreativitas dalam dirinya untuk memulai usaha. Dengan
adanya peluang, seorang wirausahawan tentunya dapat berbagai macam aktivitas
kewirausahaan. Peluang usaha dapat dimanfaatkan oleh orang demi mendapatkan
tujuan dengan cara melakukan sebuah usaha yang akan memanfaatkan berbagai
macam sumber daya yang akan dimiliki.
2. Kemampuan Menanggapi Peluang
Kewirausahaan sangat berkaitan dengan kemampuan atau kecakapan dalam
menanggapi peluang usaha. Kemampuan menanggapi peluang sendiri merupakan
kemampuan seseorang dalam merespons peluang usaha yang ada dan ditanggapi
dengan seperangkat tindakan. Tindakan-tindakan tersebut kemudian akan
menghasilkan suatu usaha bisnis baru yang produktif dan inovatif serta menjawab
peluang usaha yang ada.
III. Tujuan
Sebagai suatu konsep, kewirausahaan tentunya mempunyai sejumlah
tujuan yang ingin dicapai. Dikutip dari buku Produk Kreatif dan Kewirausahaan
SMK/MAK karya Muh, Nur Eli Brahim, M.Si, tujuan diterapkannya konsep
kewirausahaan adalah sebagai berikut:
Meningkatkan jumlah para wirausaha yang berkualitas.
Mewujudkan kemampuan dan kemantapan para wirausaha untuk
menghasilkan kemajuan dan kesejahteraan.
Membiasakan dan membudayakan semangat sikap, perilaku, dan
kemampuan wirausaha di kalangan masyarakat guna meningkatkan kualitas
sumber daya manusia.
Menumbuh kembangkan kesadaran dan orientasi kewirausahaan yang
tangguh dan kuat kepada masyarakat.
4. Percaya Diri
Percaya diri adalah sikap yang mengenal diri sendiri, meyakini
potensi yang dimiliki, dan mengetahui jelas tujuan-tujuan serta
kebutuhannya dan bagaimana cara untuk mencapainya.
7. Kepemimpinan
Dalam dunia bisnis, sudah tidak jadi rahasia lagi jika kunci sukses
dalam menjalankan suatu usaha adalah sifat kepemimpinan dan manajerial
yang dimiliki oleh seorang wirausahawan. Wirausaha yang berhasil
merupakan pemimpin yang berhasil, baik yang memimpin sedikit ataupun
banyak karyawan yang mampu mengelola sumber-sumber daya yang
dibutuhkan. Sumber daya tersebut termasuk sumber daya manusia. Seorang
pemimpin juga harus menentukan tujuan-tujuan untuk organisasi,
membimbing, dan memimpin mereka untuk mencapai sasaran organisasi.
V. Jenis Kewirausahaan
Dikutip dari buku Kewirausahaan dari Industry 4.0 Menuju Society 5.0
oleh Dr. Muhamad Toyib Daulay SE, MM. dan Annisa Sanny SE, MM.,
kewirausahaan dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis berdasarkan
orientasi dan cara kerjanya. Berikut adalah jenis-jenis kewirausahaan.
1. Ecopreneurship
Ecopreneurship adalah jenis kewirausahaan yang tidak hanya
berorientasi pada keuntungan atau profit semata, tetapi juga mendukung
aktivitas perlindungan terhadap lingkungan. Dalam penerapannya,
perusahaan yang menggunakan konsep ini akan melakukan sejumlah
kegiatan ekonominya dengan ramah lingkungan, seperti mengolah limbah
dengan baik, menghemat pemakaian energi, menggunakan energi alternatif,
dan lain-lain.
2. Sociopreneurship
Sociopreneurship adalah jenis kewirausahaan yang bukan hanya
memikirkan laba dan keuntungan sebagai tujuan akhir, melainkan juga
mementingkan aspek sosial masyarakat yang ada. Jenis kewirausahaan ini
diterapkan dengan bertujuan untuk hadir dalam menjawab masalah sosial
yang ada, menyejahterakan masyarakat, serta membantu masyarakat dalam
kegiatan ekonomi.
3. Technopreneurship
Technopreneurship adalah suatu jenis kewirausahaan yang
menggabungkan konsep bisnis dan penggunaan teknologi yang mutakhir
dalam menjalankan bisnisnya. Penggunaan teknologi biasanya didasarkan
pada keuntungan yang diperoleh, yaitu lebih efisien dan menghemat biaya.
Jenis kewirausahaan banyak ditemukan pada zaman sekarang.
4. Intrapreneurship
Intrapreneurship adalah jenis kewirausahaan dengan sistem dan
proses yang menstimulus para karyawan dalam mengembangkan
kemampuan yang dimilikinya sehingga bertindak seperti seorang pebisnis.
Contoh perusahaan yang menerapkan hal ini adalah Google.
DAFTAR PUSTAKA
C. TRANSFORMASI KEWIRAUSAHAAN
Kewirausahaan pertama kali diperkenalkan oleh seorang ekonom kelahiran
Ireland, yaitu Richard Castillon pada tahun 1755. Kewirausahaan adalah suatu usaha
yang kreatif yang membangun suatu value dari yang belum ada menjadi ada dan bisa
dinikmati oleh orang banyak.
Lalu, apa yang dimaksud dengan transformasi kewirausahaan? Transformasi
kewirausahaan adalah suatu sistem perubahan pola dan cara menjalankan
suatu usaha dari sistem sebelumnya yang pernah ada, yang bertujuan memudahkan
untuk menjalankan suatu wirausaha. Dalam transformasi kewirausahaan, ada jenis
tahapan transformasi, cara membentuk mindset pebisnis, faktor yang mendukung
seseorang menjadi wirausaha, dan hal-hal yang termasuk modal dalam wirausaha.
Ada 4 (empat) jenis tahapan proses transformasi dalam kewirausahaan, yakni
diantaranya:
1. Transformasi pola fikir (mindset) dan paradigma (paradigm), yaitu sebuah
transformasi pemikiran, sikap, motif, semangat, dan karakter yang lama menjadi
baru untuk berubah menjadi seseorang yang berpikiran sama dengan seorang
entrepreneur yang cerdas.
2. Transformasi cara berpikir yang lama untuk berubah dari kebiasaan yang selalu
menggunakan logika ke pola pikir kreatif dalam menemukan inspirasi, ide, dan
peluang bisnis.
3. Transformasi entrepreneurial dari bersikap sebagai entrepreneur (owner) menjadi
manajer pengelola bisnis (intrapreneur atau entrepreneurial organization) yang
lebih profesional.
4. Transformasi internasional, yakni entrepreneurial dari pola fikir owner ke pola
pikir sebagai investor. Setelah seorang pebisnis itu sukses, pola pikirnya
berkembang ingin menjadi seorang investor untuk mengembangkan bisnisnya
melalui ekspansi bisnis, membeli bisnis, dan meng-Franchise-kan bisnisnya.
Setidaknya, ada 4 (empat) cara membentuk mindset pebisnis, yakni diantara
sebagai berikut:
1. Sadar hidup, melalui usaha dan berdoa
2. Sadar diri, dengan rendah hati dan memiliki keyakinan yang tekun
3. Bungkam mitos, hilangkan semua keraguan tentang sisi negative dari memulai
suatu usaha.
4. Raih pandangan baru dengan membuat inovasi dan kreasi yang belum ada
Faktor – faktor yang mendukung seseorang menjadi wirausaha antara lain
individual, suasana kerjanya, tingkat Pendidikan, kepribadian, prestasi Pendidikan,
dorongan internal (dari keluarga), lingkungan dan pergaulan, ingin lebih dihargai, dan
keterpaksaan dalam suatu keadaan.
Untuk menjadi seorang wirausaha, tentunya harus mempunya modal. Modal
yang dimaksud bukan semata-mata dalam bentuk uang saja, namun:
1. Pengalaman. Modal yang paling penting adalah pengalaman. Ini bisa digunakan
sebagai titik sentral di dalam menentukan jenis usaha yang akan digeluti.
2. Pengetahuan (Knowledge). Orang tanpa pengetahuan itu ibarat benda mati, tanpa
“jiwa”.
3. Keahlian (Skill). Hal ini dapat terbentuk dari kebiasaan dan pengetahuan, serta
pengalaman.
4. Keberanian (Brave) untuk mengatasi rasa takut.
5. Aset / Uang (Equity)
6. Jaringan antar orang / relasi (Networking/Relation). Hal ini juga menjadi salah
satu yang penting sekalipun anda tidak bermodalkan uang yang cukup, tetapi jika
anda memiliki relasi yang cukup dan “oke” maka itu akan menjadi modal yang
lebih baik daripada sekedar uang.
7. Gairah dan semangat (Spiritual support)
8. Kreatifitas dan inovasi
9. Keberuntungan (lucky)
Adapun tingkatan atau level dari seorang entrepreneur, yaitu:
Level “zero” — unemployee : risiko yang paling minimal (zero risk atau risk free)
serta manfaat yang juga zero
Level 1 — employee (little risk) : Mempunyai visi jauh ke depan, pasti ia akan
meningkatkan level entrepreneur-nya ke level di atasnya, yaitu self-employee.
Level 2 — self-business (self-employee) : seorang pengusaha memiliki visi yang
tidak ingin diatur, ia tidak mudah puas diri, dan seorang high achiever.
Level 3 — businessman (business owner) : Pada level ini, seorang pebisnis sedikit
memiliki jiwa “challenging” yang kuat, sehingga dia ingin benar-benar menjadi
bos dari sebuah tim atau kelompok usaha. Ia lebih komplit dan
mendekati perfect organization leader dari suatu unit usaha.
Level 4 — investor (truly speculative businessman) : pada level ini, faktor
kalkulasi yang spekulatif untuk menentukan bisnisnya, tetapi penuh dengan
perhitungan (professional) atau menjurus ke gambling (gambler).
DAFTAR PUSTAKA
I Wayan Ruspendi Junaedi. 2015. “TRANSFORMASI EKONOMI DAN
KEWIRAUSAHAAN DI DESA BLIMBINGSARI (hal.107-116)”. Jurnal Bisnis dan
Manajemen (BISMA) Volume 7 No. 2. Surabaya : Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
Gery Hamel dan C. K. Parahalad dalam karyanya “Competing for The Future”
(1994), mengemukakan beberapa definisi kompetensi inti (core competency) sebagai
berikut:
1) Kompetensi inti menggambarkan kemampuan kepemimpinan dalam
serangkaian produk atau jasa.
2) Kompetensi adalah sekumpulan keterampilan dan teknologi yang dimiliki
perusahaan untuk dapat bersaing.
3) Kompetensi inti adalah keterampilan yang memungkinkan
perusahaan memberikan manfaat fundamental kepada pelanggan.
4) Sumber-sumber kompetensi secara kompetitif merupakan suatu keunikan
bersaing dan memberikan konstribusi terhadap nilai dan biaya konsumen.
Kompetesi inti perusahaan kecil sering kali berasal dari ukuran perusahaan
yang masih kecil sehingga memiliki kelincahan, kecepatan dan kedekatan dengan
pelanggan serta kemampuan untuk melakukan inovasi. Usaha kecil yang berhasil,
mengetahui segmen-segmen pasar dimana mereka bersaing dan membangun serta
memelihara kompetensi ini yang langsung berpengaruh pada efektivitas jangka
panjang mereka.
Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut memungkinkan wirausaha
untuk memusatkan sumber daya mereka dalam menciptakan atau memperkuat
kompetensi inti perusahaan, diantaranya:
Siapakah pelanggan produk atau jasa kita?
Apa karakteristik pelanggan kita (misalnya umur, pendapatan, kebiasaan belanja,
tepat tinggal)?
Mengapa mereka membeli barang atau menggunakan jasa kita?
Faktor-faktor apa yang menyebabkan mereka meningkatkan atau menurunkan
pembelian mereka?
Apakah terdapat pelanggan utama dipasar? Bila ada siapa mereka itu?
Berapa persentase penjualan total yang di peroleh dari pelanggan besar?
Berapa jumlah pesaing akan yang dihadapi?
Seberapa luas basis pelanggan kita?
Seberapa peka bisnis kita dalam menghadapi perubahan tiba-tiba dalam hal
ekonomi, social atau politik?
Ada 10 kompetensi yang harus dimiliki wirausaha menurut Dan & Bradstreet
Business Credit Service (1993):
1) Knowing your business, yaitu harus mengetahui usaha apa yang akan dilakukan.
Seorang wirausaha harus mengetahui segala sesuatu yang ada hubungannya
dengan usaha atau bisnis yang akan lakukan. Misalnya, seorang yang akan
melakukan bisnis perhotelan maka ia harus memiliki pengetahuan tentang
perhotelan. Untuk bisnis pemasaran komputer, ia harus memiliki pengetahuan
tentang cara memasarkan komputer.
2) Knowing the basic business management, yaitu mengetahui dasar-dasar
pengelolaan bisnis, misalnya cara merancang usaha, mengorganisasi dan
mengendalikan perusahaan, termasuk dapat memperhitungkan, memprediksi,
mengadministnasikan dan membukukan kegiatan- kegiatan usaha. Mengetahui
manajemen bisnis beranti memahami kiat, cara, proses, dan pengelolaan semua
sumber daya secara efektif dan efisien.
3) Having the proper attitude, yaitu memiliki sikap yang benar terhadap usaha
yang dilakukannya. Ia harus bersikap sebagai pedagang, industriawan,
pengusaha yang sungguh- sungguh, dan tidak setengah hati.
4) Having adequate capital, yaitu memiliki modal yang cukup. Modal tidak hanya
berbentuk materi, tetapi juga moril. Kepercayaan dan keteguhan hati merupakan
modal utama dalam usaha. Oleh karena itu, harus cukup waktu cukup uang,
tenaga, tempat, dan mental.
5) Managing finances effectively, yaitu memiliki kemampuan mengatur/mengelola
keuangan secara efektif dan efisien, mencari sumber dana dan menggunakannya
secara tepat, serta mengendalikannya secara akurat.
6) Managing time efficiently, yaitu kemampuan mengatur waktu seefisien
mungkin. Mengatur, menghitung, dan menepati waktu sesuai dengan
kebutuhannya.
7) Managing people, yaitu kemampuan merencanakan, mengatur, mengarahkan,
menggerakan, dan mengendalikan orang-orang dalam menjalankan perusahaan.
8) Satisfying customer by providing high quality product, yaitu memberi kepuasan
kepada pelanggan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang bermutu,
bermanfaat, dan memuaskan.
9) Knowing how to compete, yaitu mengatahui strategi/cara bersaing. Wirausaha,
harus dapat mengungkap kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang
(opportunity), dan ancaman (threat) dirinya dan pesaing. Ia harus menggunakan
analisis SWOT baik terhadap dirinya maupun terhadap pesaing.
10) Copying with regulations and paper work, yaitu membuat aturan/pedoman yang
jelas (tersurat, tidak tersirat).
DAFTAR PUSTAKA
Arini Lisyawati dan Ulfa Ayu Kartika. 2016. “KOMPETENSI INTI USAHA
DAN STRATEGI BERSAING DALAM KEWIRAUSAHAAN”.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Banyak wirausaha berhasil bukan atas ide sendiri, tetapi hasil pengamatan dan
penerapan ide-ide orang lain yang bisa dijadikan peluang.
Dua unsur pasar untuk mengetahui perilaku konsumen di pasar oleh
wirausahawan:
1. Jumlah permintaan terhadap barang/jasa yang dihasilkan.
2. Waktu penyerahan dan waktu permintaan atas barang /jasa tersebut.