Anda di halaman 1dari 56

NAMA : DIANTY SUCI RAMADHANY

NIM : 711345121013
PRODI : D-III SANITASI

KEWIRAUSAHAAN

A. UNDANG – UNDANG USAHA KECIL (PRINSIP & KRITERIA)


Sebagai orang Indonesia tentu pemandangan dan aktivitas kita sehari-hari tak
lepas dari berbagai layanan dan barang hasil kreasi pelaku UMKM. Dimulai dengan
aktivitas pagi hari ketika sarapan kita mencari bubur atau kue-kue makanan ringan
yang dijual UMKM, membeli kebutuhan pokok di warung dekat rumah, sampai
menitipkan anak di playgroupterdekat yang juga adalah UMKM. Adapun di era
digital saat ini, bahkan ada pula yang tidak memiliki toko serta hanya memasarkan
produknya secara online, dan belum memiliki perizinan usaha. Pelaku usaha dengan
karakteristik tersebut dapat ditemukan disekitar kita baik itu saudara, tetangga, teman
atau kita sendiri. Dari namanya UMKM memang memiliki kepanjangan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM), namun jangan salah si kecil ini memiliki kontribusi
yang sangat besar dan krusial bagi perekonomian kita secara makro.
Setiap orang berhak untuk melakukan suatu usaha, hal ini dilakukan untuk
memenuhi suatu kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka sehari-hari.
Di dalam kondisi perekonomian saat ini yang bertambah maju, maka akan
menimbulkan kondisi persaingan usaha yang semakin kompetitif, secara tidak
langsung juga akan meningkatkan persaingan antar para pelaku usaha. Hal ini dapat
menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat dimana para pelaku usaha berlomba-
lomba untuk mendapatkan profit sebanyak-banyaknya tanpa melihat usaha yang
dilakukannya itu merugikan orang lain atau tidak. Banyak pelaku usaha menggunakan
praktik persaingan usaha yang tidak sehat untuk menjatuhkan pelaku usaha yang
lainnya agar mendapatkan keuntungan sebanyakbanyaknya. Persaingan bebas
menciptakan situasi yang kompetitif dalam dunia usaha, memang ada segi positifnya
namun disisi lain juga mempunyai aspek negatif. Pengusaha yang memiliki modal
kuat, berpengalaman dan terampil akan cepat berkembang dan menguasai pasar. Hal
tersebut akan menghalangi masuknya pengusaha kecil/lemah. Bila tidak ada campur
tangan pemerintah melalui perangkat hukum, maka hal tersebut akan berlangsung
terus dan sebagai akibatnya tidak akan ada pemerataan pendapatan. Termasuk di
dalamnya adalah usaha masyarakat melalui UMKM.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN:
1. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995
TENTANG USAHA KECIL (TELAH DICABUT)
2. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008
TENTANG USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (YANG
MENGGANTIKAN UU RI NO.9/1995)

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang


UMKM, pasal 1, dinyatakan bahwa:
1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang tersebut.
2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau bukan cabang dari perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar
yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang tersebut.
3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam UndangUndang ini.
Prinsip pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, antara lain sebagai
berikut:
 penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan setiap jenis usaha
untuk berkarya dengan prakarya sendiri;
 perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan;
 pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai dengan
kompetensi setiap jenis usaha;
 peningkatan daya saing setiap jenis usaha; dan
 penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara terpadu.
Di dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun 2008 tersebut, kriteria yang
digunakan untuk mendefinisikan UMKM seperti yang tercantum dalam Pasal 6 adalah
nilai kekayaan bersih atau nilai aset tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha,
atau hasil penjualan tahunan. Dengan kriteria sebagai berikut:
(1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah).
(2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima
ratus juta rupiah).

(3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:


a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00
(lima puluh milyar rupiah).
(4) Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan ayat (2) huruf
a, huruf b, serta ayat (3) huruf a, huruf b nilai nominalnya dapat diubah sesuai
dengan perkembangan perekonomian yang diatur dengan Peraturan Presiden.

Menurut Perspektif Perkembangan Usaha, UMKM diklasifikasikan menjadi


empat, yaitu:

1) Livelhood Activities (Sektor Informal), merupakan Usaha Mikro Kecil dan


Menengah (UMKM) yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari
nafkah, yang lebih umum biasa disebut sektor informal. Contohnya pedagang kaki
lima.
2) Micro Enterprise (UMKM Mikro), merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum / kurang memiliki sifat
kewirausahaan untuk mengembangkan usahanya.
3) Small Dynamic Enterprise (UMKM Kecil Dinamis), merupakan Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan
sudah mampu berwirausaha dengan menjalin Kerjasama (menerima pekerjaan
subkontrak) dan ekspor.
4) Fast Moving Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
yang telah memiliki jiwa kewirausahaan (sudah berwirausaha) dengan cakap dan
telah siap / akan melakukan transformasi menjadi usaha besar (UB).

Usaha kecil di Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan


karena pasar yang luas, bahan baku yang mudah didapat serta sumber daya manusia
yang besar merupakan variabel pendukung perkembangan dari usaha kecil tersebut
akan tetapi perlu dicermati beberapa hal seiring perkembangan usaha kecil rumahan,
seperti perkembangan usaha harus diikuti dengan pengelolaan manajemen yang baik,
perencanaan yang baik akan meminimalkan kegagalan, penguasaan ilmu
pengetahuaan akan menunjang keberlanjutan usaha tersebut, mengelola sistem
produksi yang efisien dan efektif, serta melakukan terobosan dan inovasi yang
menjadikan pembeda dari pesaing merupakan langkah menuju keberhasilan dalam
mengelola usaha tersebut.

Persaingan usaha yang dilakukan dengan sehat akan menciptakan efektifitas


serta efisiensi usaha yang nantinya akan bermanfaat bagi masyarakat konsumen
ataupun perusahaan yang menerapkannya. Persaingan usaha yang sehat juga
berpengaruh pada sektor usaha kecil atau yang sering disebut UMKM. Saat ini,
pelaksanaan kemitraan antara UMKM dan Usaha Besar banyak terjadi. Namun,
persaingan usaha sehat antara kedua pelaku usaha tersebut sulit tercapai. Hal ini
karena posisi tawar usaha besar yang lebih tinggi mendominasi pasar sehingga sering
merugikan UMKM dengan posisi tawar yang lebih rendah. Untuk itu diperlukan
pengawasan oleh pemerintah dalam mengatasi permasalahan yang rentan dihadapi
UMKM khususnya dalam hal pelaksanaan kemitraan dengan usaha besar.

DAFTAR PUSTAKA
Asep Hidayat, dkk. 2022. “PERAN UMKM (USAHA, MIKRO, KECIL,
MENENGAH) DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI NASIONAL”. Volume 3 Nomor
6, Jurnal Inovasi Penelitian. Bandung : Universitas Islam Negeri Sunan Gunung
Djati.

Deffi Haryani. 2022. “IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 20


TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH TERHADAP
PENGEMBANGAN USAHA ANYAMAN RUMBAI DI DESA SIDANG MAS
BANYUASIN III KABUPATEN BANYUASIN”. Volume 17 Nomor 2. Palembang :
STIA Satya Negara.

Gilang Bhirawa Noraga, dkk. 2023. “Pentingnya Legalitas Usaha dan


Sosialisasi Pembuatan NIB Bagi Pelaku UMKM Desa Karangasem Kecamatan
Leuwimunding”. Vol.4 No.1 “BERNAS” Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat.
Majalengka : Universitas Majalengka.

Nadia Feby Artharini. 2022. “PERLINDUNGAN BAGI UMKM


TERHADAP PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT”. Volume 2 Nomor 3
“Dharmasisya” Jurnal Program Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas
Indonesia. Jakarta : Universitas Indonesia.

Fahira Nabila. 2019. “Klasifikasi UKM dan UMKM di Indonesia”.


Smartlegal.id : Artikel.

B. KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN


Konsep kewirausahaan adalah suatu konsep yang perlu dipahami oleh para
pengusaha agar dapat menjalankan usaha bisnisnya dengan baik. Konsep tersebut
perlu dimiliki serta diterapkan oleh pengusaha agar bisa mencapai tujuan. Dalam
konsep kewirausahaan, ada beberapa hal yang perlu dipahami mulai dari pengertian,
konsep yang digunakan, tujuan, hingga jenis-jenisnya.
Pada buku berjudul Kewirausahaan dari Hery, S.E, M.SI, CRP., RSA, CFRM,
dijelaskan bahwa dalam mengembangkan kewirausahaan maupun wirausaha sendiri,
seorang wirausahawan harus dapat berani untuk mengambil resiko demi memperoleh
keuntungan. Kewirausahaan dan wirausaha sendiri merupakan sebuah upaya yang
melibatkan sumber daya lainnya seperti sumber daya alam, modal dan teknologi,
sehingga dapat menciptakan kekayaan dan kemakmuran melalui penciptaan lapangan
kerja, penghasilan dan produk yang diperlukan masyarakat.
I. Definisi Kewirausahaan
Kewirausahaan atau entrepreneurship adalah suatu proses dalam
mengerjakan sesuatu yang baru atau kreatif dan berbeda (inovatif) yang
bermanfaat dalam memberikan nilai lebih. Kewirausahaan berasal dari kata wira
dan usaha. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, "wira" berarti pahlawan,
laki-laki, sifat jantan, perwira. Sedangkan kata "usaha" berarti kegiatan dengan
mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai suatu maksud. Usaha
juga berarti pekerjaan (perbuatan, prakarsa, ikhtiar; daya upaya) untuk mencapai
sesuatu. Jadi, wirausaha dapat diartikan orang yang berani membuka lapangan
pekerjaan dengan kekuatan sendiri.
Adapun pengertian kewirausahaan menurut Instruksi Presiden RI No. 4
Tahun 1995, adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang
dalam menangani usaha dan/atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari,
menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan
meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik
dan/atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Menurut Robert D. Hisrich dalam Basrowi (2011), kewirausahaan
adalah proses dinamis atas penciptaan tambahan kekayaan. Kekayaan diciptakan
oleh individu yang berani mengambil risiko utama dengan syarat-syarat
kewajaran, waktu, dan/atau komitmen karier atau penyediaan nilai untuk
berbagai barang dan jasa. Produk dan jasa tersebut tidak atau mungkin baru atau
unik, tetapi nilai tersebut bagaimanapun juga harus dipompa oleh usahawan
dengan penerimaan dan penempatan kebutuhan keterampilan dan sumber daya.
Sedangkan menurut Peter F. Drucker dalam Kasmir (2010),
kewirausahaan diartikan sebagai kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang
baru dan berbeda. Pengertian ini mengandung maksud bahwa seorang
wirausahawan adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru, berbeda dari yang lain atau mampu menciptakan sesuatu
yang berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya.
Sementara itu, Zimmerer dalam buku yang sama, mengartikan
kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam
memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan
(usaha). Pendapat ini tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas. Artinya, untuk
menciptakan sesuatu diperlukan suatu kreativitas dan jiwa inovator yang tinggi.
Seseorang yang memiliki kreativitas dan jiwa inovator tentu berpikir untuk
mencari atau menciptakan peluang yang baru agar lebih baik dari sebelumnya,
(Kasmir, 2010).
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan
merupakan suatu kemampuan dalam hal menciptakan kegiatan usaha.
Kemampuan menciptakan memerlukan adanya kreativitas dan inovasi yang
terus-menerus untuk menemukan sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada
sebelumnya. Kreativitas dan inovasi tersebut pada akhirnya mampu
memberikan kontribusi bagi masyarakat banyak.
Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru dan berbeda (create new and different) melalui berpikir kreatif dan
bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan
hidup. Pada hakikatnya, kewirausahaan adalah sifat, ciri, dan watak seseorang
yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia
nyata secara kreatif.
II. Wirausahawan
Adapun yang dimaksud wirausahawan adalah orang-orang yang
memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis,
mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil
tindakan yang tepat, mengambil keuntungan, serta memiliki sifat, watak, dan
kemauan untuk mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara
kreatif dalam rangka meraih sukses/meningkatkan pendapatan.
Seorang wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani
dalam mengambil risiko untuk membuka usaha di berbagai kesempatan.
Berjiwa berani mengambil risiko artinya bermental mandiri dan berani memulai
usaha tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti.
Risiko kerugian merupakan hal biasa karena wirausahawan memegang prinsip
bahwa faktor kerugian pasti ada, bahkan semakin besar risiko kerugian yang
bakal dihadapi maka semakin besar pula peluang keuntungan yang dapat diraih.
Wirausaha tidak mengenal istilah rugi selama seseorang melakukan
usaha dengan penuh keberanian dan penuh perhitungan. Inilah yang disebut
dengan jiwa wirausaha. Jiwa kewirausahaan mendorong minat seseorang untuk
mendirikan dan mengelola usaha secara profesional.
Seorang wirausaha harus pandai mencari, memanfaatkan, serta
menciptakan peluang usaha yang dapat memberikan keuntungan. Intinya,
seorang wirausahawan adalah orang-orang yang memiliki karakter wirausaha
dan mengaplikasikan hakikat kewirausahaan dalam hidupnya. Dengan kata lain,
wirausahawan adalah orang-orang yang memiliki jiwa kreativitas dan inovatif
yang tinggi dalam hidupnya.
Seorang wirausahawan harus memiliki kemampuan yang kreatif dan
inovatif dalam menemukan dan menciptakan berbagai ide. Setiap pikiran dan
langkah wirausahawan merupakan ide untuk berkreasi dalam menemukan dan
menciptakan bisnis-bisnis baru. Seorang wirausahawan harus memiliki
kemampuan menggerakkan orang-orang dan berbagai sumber daya untuk
berkreasi, mengembangkan, dan menerapkan solusi terhadap berbagai masalah
agar dapat menciptakan makna dan memenuhi kebutuhan manusia. Orang yang
berwirausaha harus memiliki kemauan keras dalam melakukan tindakan yang
bermanfaat.
Wirausahawan merupakan seorang katalisator. Mereka adalah orang-
orang yang melakukan tindakan sehingga suatu gagasan bisa terwujud menjadi
suatu kenyataan. Mereka menggunakan kreativitanya untuk senantiasa
melakukan pengembangan yang berkesinambungan.
Wirausahawan adalah seorang yang mengorganisasikan dan
mengarahkan usaha dan pengembangan baru, memperluas dan memberdayakan
suatu organisasi, untuk memproduksi produk baru atau menawarkan jasa baru
kepada pelanggan baru dalam suatu pasar yang baru (Rye, 1996:3-4).
Jadi, untuk menjadi wirausahawan yang berhasil, persyaratan utama
yang harus dimiliki adalah memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan
watak kewirausahaan tersebut dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, atau
kompetensi. Kompetensi itu sendiri ditentukan oleh pengetahuan dan
pengalaman usaha. Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa seseorang
wirausaha adalah seseorang yang memiliki jiwa dan kemampuan tertentu dalam
berkreasi dan berinovasi. la adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and
different) atau kemampuan kreatif dan inovatif. Kemampuan kreatif dan inovatif
tersebut secara riil tercermin dalam kemampuan dan kemauan untuk memulai
usaha (start up), kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang baru (creative),
kemauan dan kemampuan untuk mencari peluang (opportunity), kemampuan
dan keberanian untuk menanggung risiko (risk bearing) dan kemampuan untuk
mengembangkan ide dan meramu sumber daya.

Saat ini, kita telah memasuki era kewirausahaan baru. Istilah yang dikenal saat
ini yang berkembang di kalangan masyarakat adalah bisnis Start up. Masyarakat
berpendapat bahwa kewirausahaan memiliki kaitan yang erat dengan kegiatan praktik
langsung dan hanya dapat dilakukan oleh orang-orang tertentu. Padahal, jiwa dan
sikap kewirausahaan mampu dimiliki setiap orang yang berpikir kreatif dan inovatif.
Kewirausahaan bukan hanya berbicara mengenai kegiatan lapangan, tetapi bagaimana
wirausahaan mampu memanfaatkan peluang yang ada, kemudian diaplikasikan dalam
bentuk ide yang kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar menuju kesuksesan.
Faktor teknologi juga dapat menjadi pemicu dalam penciptaan peluang bisnis.
Industri digital yang berkembang pesat memunculkan berbagai bentuk bisnis yang
baru pada berbagai bidang. Sebut saja “Gojek” yang menjadi startup bisnis
transportasi online, market place yang memberikan ruang untuk mengembangkan
pasar yang lebih luas, layanan keuangan berbasis teknologi (fintech) yang belum
pernah ada sebelumnya, dan lainnya.
Konsep kewirausahaan merupakan kemampuan kreatif dan inovatif yang
dijadikan dasar untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui berpikir
kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang bisnis. Kreativitas
(creativity) adalah kemampuan dalam mengembangkan dan menghubungkan ide baru
dan menemukan cara baru dalam melihat suatu masalah atau peluang, sedangkan
inovasi (innovation) adalah kemampuan dalam menerapkan kreativitas dalam rangka
memecahkan suatu masalah atau peluang agar dapat menciptakan suatu kebaharuan.
Kegiatan berpikir kreatif yang menciptakan sesuatu yang baru menggantikan yang
lama merupakan salah satu cara menuju wirausahawan menuju kesuksesan.
Kompetensi inti dalam menciptakan nilai tambah suatu produk yang memunculkan
keunikan pada produk tersebut dapat dicapai melalui kreativitas dan inovasi.
Dalam kewirausahaan, ada beberapa hal yang perlu dipahami dan dimiliki
oleh seorang pengusaha. Hal tersebut adalah konsep dasar kewirausahaan. Menurut
Mardia, dkk dalam buku Kewirausahaan, berikut dua konsep dasar kewirausahaan:

1. Peluang
Peluang usaha adalah sebuah kesempatan yang dimiliki oleh semua orang
yang mempunyai jiwa kreativitas dalam dirinya untuk memulai usaha. Dengan
adanya peluang, seorang wirausahawan tentunya dapat berbagai macam aktivitas
kewirausahaan. Peluang usaha dapat dimanfaatkan oleh orang demi mendapatkan
tujuan dengan cara melakukan sebuah usaha yang akan memanfaatkan berbagai
macam sumber daya yang akan dimiliki.
2. Kemampuan Menanggapi Peluang
Kewirausahaan sangat berkaitan dengan kemampuan atau kecakapan dalam
menanggapi peluang usaha. Kemampuan menanggapi peluang sendiri merupakan
kemampuan seseorang dalam merespons peluang usaha yang ada dan ditanggapi
dengan seperangkat tindakan. Tindakan-tindakan tersebut kemudian akan
menghasilkan suatu usaha bisnis baru yang produktif dan inovatif serta menjawab
peluang usaha yang ada.

III. Tujuan
Sebagai suatu konsep, kewirausahaan tentunya mempunyai sejumlah
tujuan yang ingin dicapai. Dikutip dari buku Produk Kreatif dan Kewirausahaan
SMK/MAK karya Muh, Nur Eli Brahim, M.Si, tujuan diterapkannya konsep
kewirausahaan adalah sebagai berikut:
 Meningkatkan jumlah para wirausaha yang berkualitas.
 Mewujudkan kemampuan dan kemantapan para wirausaha untuk
menghasilkan kemajuan dan kesejahteraan.
 Membiasakan dan membudayakan semangat sikap, perilaku, dan
kemampuan wirausaha di kalangan masyarakat guna meningkatkan kualitas
sumber daya manusia.
 Menumbuh kembangkan kesadaran dan orientasi kewirausahaan yang
tangguh dan kuat kepada masyarakat.

IV. Sifat Kewirausahaan


Sifat kewirausahaan adalah sejumlah sifat yang mencerminkan konsep
kewirausahaan. Sifat-sifat atau karakteristik kewirausahaan yang wajib dimiliki
oleh seorang wirausahawan agar dapat menjalankan bisnisnya dengan baik.
Berikut sifat-sifat kewirausahaan:
1. Berani Mengambil Risiko
Berbeda dengan seorang penjudi, berani mengambil risiko dalam
konsep kewirausahaan merupakan perilaku yang berkaitan keyakinan diri
dalam mengambil keputusan. Pengambilan risiko didasarkan pada pemikiran
dan hasil analisis yang kuat serta dengan kreativitas dan inovasi yang
membuat seorang wirausahawan menjadi semakin mantap dalam mengambil
keputusan.

2. Berkomitmen dan Berkemauan Keras


Komitmen terhadap usaha dan kemauan yang keras untuk mencapai
sasaran merupakan aspek yang paling pokok dari seorang wirausaha.
Dengan memiliki karakteristik tersebut seorang wirausaha akan
mengabdikan dirinya secara total terhadap usaha yang ditanganinya.

3. Berintegritas dan Dapat Dipercaya


Integritas adalah hal penting yang wajib dimiliki oleh seorang
wirausaha karena hal ini merupakan modal penting dalam rangka
membangun dan mempertahankan kepercayaan semua klien. Sifat
berintegritas dan dapat dipercaya dapat dibangun dengan perilaku yang
bertanggung jawab serta jujur dalam melaksanakan tugasnya.

4. Percaya Diri
Percaya diri adalah sikap yang mengenal diri sendiri, meyakini
potensi yang dimiliki, dan mengetahui jelas tujuan-tujuan serta
kebutuhannya dan bagaimana cara untuk mencapainya.

5. Mampu Bekerja Sama


Keberhasilan seorang wirausaha dalam berwirausaha tidak terlepas
dari kesediaannya untuk bekerja sama dengan tim yang tangguh serta
kemauan untuk mengenali kelebihan dan kelemahan orang lain dan
berupaya mengarahkan orientasinya pada pencapaian tujuan kelompok
dalam menyelesaikan suatu masalah.

6. Berwawasan Jauh ke Depan


Keberhasilan para wirausaha sangat banyak tergantung pada
kemampuannya mengantisipasi apa yang akan terjadi di masa depan dan
mengembangkan pokok-pokok strategi yang akan ditempuh oleh
perusahaannya sesuai dengan antisipasi keadaan masa depan tersebut.

7. Kepemimpinan
Dalam dunia bisnis, sudah tidak jadi rahasia lagi jika kunci sukses
dalam menjalankan suatu usaha adalah sifat kepemimpinan dan manajerial
yang dimiliki oleh seorang wirausahawan. Wirausaha yang berhasil
merupakan pemimpin yang berhasil, baik yang memimpin sedikit ataupun
banyak karyawan yang mampu mengelola sumber-sumber daya yang
dibutuhkan. Sumber daya tersebut termasuk sumber daya manusia. Seorang
pemimpin juga harus menentukan tujuan-tujuan untuk organisasi,
membimbing, dan memimpin mereka untuk mencapai sasaran organisasi.

V. Jenis Kewirausahaan
Dikutip dari buku Kewirausahaan dari Industry 4.0 Menuju Society 5.0
oleh Dr. Muhamad Toyib Daulay SE, MM. dan Annisa Sanny SE, MM.,
kewirausahaan dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis berdasarkan
orientasi dan cara kerjanya. Berikut adalah jenis-jenis kewirausahaan.
1. Ecopreneurship
Ecopreneurship adalah jenis kewirausahaan yang tidak hanya
berorientasi pada keuntungan atau profit semata, tetapi juga mendukung
aktivitas perlindungan terhadap lingkungan. Dalam penerapannya,
perusahaan yang menggunakan konsep ini akan melakukan sejumlah
kegiatan ekonominya dengan ramah lingkungan, seperti mengolah limbah
dengan baik, menghemat pemakaian energi, menggunakan energi alternatif,
dan lain-lain.
2. Sociopreneurship
Sociopreneurship adalah jenis kewirausahaan yang bukan hanya
memikirkan laba dan keuntungan sebagai tujuan akhir, melainkan juga
mementingkan aspek sosial masyarakat yang ada. Jenis kewirausahaan ini
diterapkan dengan bertujuan untuk hadir dalam menjawab masalah sosial
yang ada, menyejahterakan masyarakat, serta membantu masyarakat dalam
kegiatan ekonomi.
3. Technopreneurship
Technopreneurship adalah suatu jenis kewirausahaan yang
menggabungkan konsep bisnis dan penggunaan teknologi yang mutakhir
dalam menjalankan bisnisnya. Penggunaan teknologi biasanya didasarkan
pada keuntungan yang diperoleh, yaitu lebih efisien dan menghemat biaya.
Jenis kewirausahaan banyak ditemukan pada zaman sekarang.
4. Intrapreneurship
Intrapreneurship adalah jenis kewirausahaan dengan sistem dan
proses yang menstimulus para karyawan dalam mengembangkan
kemampuan yang dimilikinya sehingga bertindak seperti seorang pebisnis.
Contoh perusahaan yang menerapkan hal ini adalah Google.

DAFTAR PUSTAKA

Dede Djuniardi, dkk. 2022. “KEWIRAUSAHAAN UMKM”. Padang : PT.


GLOBAL EKSEKUTIF TEKNOLOGI.

Brillyanes Sanawiri dan Mohammad Iqbal. 2018. “KEWIRAUSAHAAN


(BAB 1)”. Malang : UB Press.

Mardia, dkk. 2021. “KEWIRAUSAHAAN”. Cetakan 1 : Penerbit Yayasan


Kita Menulis.

Muh. Nur Eli Brahim. 2019. “PRODUK KREATIF DAN


KEWIRAUSAHAAN SMK/MAK”. Yogyakarta : Penerbit ANDI.

Muhamad Toyib Daulay dan Annisa Sanny. 2021. “KEWIRAUSAHAAN


Dari Industry 4.0 Menuju Society 5.0”. Medan : CV. Cattleya Darmaya Fortuna.

Sufyati HS, dkk. 2021. “TEORI DAN KONSEP KEWIRAUSAHAAN (BAB


2 hal.17)”. Cirebon : Penerbit Insania.

C. TRANSFORMASI KEWIRAUSAHAAN
Kewirausahaan pertama kali diperkenalkan oleh seorang ekonom kelahiran
Ireland, yaitu Richard Castillon pada tahun 1755. Kewirausahaan adalah suatu usaha
yang kreatif yang membangun suatu value dari yang belum ada menjadi ada dan bisa
dinikmati oleh orang banyak.
Lalu, apa yang dimaksud dengan transformasi kewirausahaan? Transformasi
kewirausahaan adalah suatu sistem perubahan pola dan cara menjalankan
suatu usaha dari sistem sebelumnya yang pernah ada, yang bertujuan memudahkan
untuk menjalankan suatu wirausaha. Dalam transformasi kewirausahaan, ada jenis
tahapan transformasi, cara membentuk mindset pebisnis, faktor yang mendukung
seseorang menjadi wirausaha, dan hal-hal yang termasuk modal dalam wirausaha.
Ada 4 (empat) jenis tahapan proses transformasi dalam kewirausahaan, yakni
diantaranya:
1. Transformasi pola fikir (mindset) dan paradigma (paradigm), yaitu sebuah
transformasi pemikiran, sikap, motif, semangat, dan karakter yang lama menjadi
baru untuk berubah menjadi seseorang yang berpikiran sama dengan seorang
entrepreneur yang cerdas.
2. Transformasi cara berpikir yang lama untuk berubah dari kebiasaan yang selalu
menggunakan logika ke pola pikir kreatif dalam menemukan inspirasi, ide, dan
peluang bisnis.
3. Transformasi entrepreneurial dari bersikap sebagai entrepreneur (owner) menjadi
manajer pengelola bisnis (intrapreneur atau entrepreneurial organization) yang
lebih profesional.
4. Transformasi internasional, yakni entrepreneurial dari pola fikir owner ke pola
pikir sebagai investor. Setelah seorang pebisnis itu sukses, pola pikirnya
berkembang ingin menjadi seorang investor untuk mengembangkan bisnisnya
melalui ekspansi bisnis, membeli bisnis, dan meng-Franchise-kan bisnisnya.
Setidaknya, ada 4 (empat) cara membentuk mindset pebisnis, yakni diantara
sebagai berikut:
1. Sadar hidup, melalui usaha dan berdoa
2. Sadar diri, dengan rendah hati dan memiliki keyakinan yang tekun
3. Bungkam mitos, hilangkan semua keraguan tentang sisi negative dari memulai
suatu usaha.
4. Raih pandangan baru dengan membuat inovasi dan kreasi yang belum ada
Faktor – faktor yang mendukung seseorang menjadi wirausaha antara lain
individual, suasana kerjanya, tingkat Pendidikan, kepribadian, prestasi Pendidikan,
dorongan internal (dari keluarga), lingkungan dan pergaulan, ingin lebih dihargai, dan
keterpaksaan dalam suatu keadaan.
Untuk menjadi seorang wirausaha, tentunya harus mempunya modal. Modal
yang dimaksud bukan semata-mata dalam bentuk uang saja, namun:
1. Pengalaman. Modal yang paling penting adalah pengalaman. Ini bisa digunakan
sebagai titik sentral di dalam menentukan jenis usaha yang akan digeluti.
2. Pengetahuan (Knowledge). Orang tanpa pengetahuan itu ibarat benda mati, tanpa
“jiwa”.
3. Keahlian (Skill). Hal ini dapat terbentuk dari kebiasaan dan pengetahuan, serta
pengalaman.
4. Keberanian (Brave) untuk mengatasi rasa takut.
5. Aset / Uang (Equity)
6. Jaringan antar orang / relasi (Networking/Relation). Hal ini juga menjadi salah
satu yang penting sekalipun anda tidak bermodalkan uang yang cukup, tetapi jika
anda memiliki relasi yang cukup dan “oke” maka itu akan menjadi modal yang
lebih baik daripada sekedar uang.
7. Gairah dan semangat (Spiritual support)
8. Kreatifitas dan inovasi
9. Keberuntungan (lucky)
Adapun tingkatan atau level dari seorang entrepreneur, yaitu:
 Level “zero” — unemployee : risiko yang paling minimal (zero risk atau risk free)
serta manfaat yang juga zero
 Level 1 — employee (little risk) : Mempunyai visi jauh ke depan, pasti ia akan
meningkatkan level entrepreneur-nya ke level di atasnya, yaitu self-employee.
 Level 2 — self-business (self-employee) : seorang pengusaha memiliki visi yang
tidak ingin diatur, ia tidak mudah puas diri, dan seorang high achiever.
 Level 3 — businessman (business owner) : Pada level ini, seorang pebisnis sedikit
memiliki jiwa “challenging” yang kuat, sehingga dia ingin benar-benar menjadi
bos dari sebuah tim atau kelompok usaha. Ia lebih komplit dan
mendekati perfect organization leader dari suatu unit usaha.
 Level 4 — investor (truly speculative businessman) : pada level ini, faktor
kalkulasi yang spekulatif untuk menentukan bisnisnya, tetapi penuh dengan
perhitungan (professional) atau menjurus ke gambling (gambler).

DAFTAR PUSTAKA
I Wayan Ruspendi Junaedi. 2015. “TRANSFORMASI EKONOMI DAN
KEWIRAUSAHAAN DI DESA BLIMBINGSARI (hal.107-116)”. Jurnal Bisnis dan
Manajemen (BISMA) Volume 7 No. 2. Surabaya : Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Surabaya (Unesa).

Retno Sulistiyani, dkk. 2018. “TRANSFORMASI KEWIRAUSAHAAN,


TEORI INOVASI DAN KREATIVITAS”. Kediri : FAKULTAS SYARI’AH
JURUSAN EKONOMI SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
KEDIRI.

Rio Donavan, dkk. 2015. “LANSKAP KEWIRAUSAHAAN DAN


TRANSFORMASI KEWIRAUSAHAAN”.

Ummi Hayati. 2020. “TRANSFORMASI KEWIRAUSAHAAN”. Makassar :


Universitas Negeri Makassar.

D. KOMPETENSI INTI DAN STRATEGI BERSAING DALAM


KEWIRAUSAHAAN
Wirausaha yang sukses pada umumnya ialah mereka yang memiliki
kompetensi, yaitu meliputi sikap, motivasi, nilai serta tingkah laku yang diberikan
untuk melaksanakan pekerjaan. Kompetensi inti (core competencies) adalah
seperangkat kemampuan dan keuanian yang dikembangkan dalam daerah-daerah
operasional kunci, seperti mutu, layanan, inovasi, pembangunan tim, fleksibilitas
tinggi, cepat tanggap, dan hal lainnya yang dapat dilakukan untuk melebihi para
pesaing. Kompetensi inti akan menjadi dasar dari keunggulan kompetitif perusahaan
dan biasanya bertahan cukup lama.

Gery Hamel dan C. K. Parahalad dalam karyanya “Competing for The Future”
(1994), mengemukakan beberapa definisi kompetensi inti (core competency) sebagai
berikut:
1) Kompetensi inti menggambarkan kemampuan kepemimpinan dalam
serangkaian produk atau jasa.
2) Kompetensi adalah sekumpulan keterampilan dan teknologi yang dimiliki
perusahaan untuk dapat bersaing.
3) Kompetensi inti adalah keterampilan yang memungkinkan
perusahaan memberikan manfaat fundamental kepada pelanggan.
4) Sumber-sumber kompetensi secara kompetitif merupakan suatu keunikan
bersaing dan memberikan konstribusi terhadap nilai dan biaya konsumen.

Kompetesi inti perusahaan kecil sering kali berasal dari ukuran perusahaan
yang masih kecil sehingga memiliki kelincahan, kecepatan dan kedekatan dengan
pelanggan serta kemampuan untuk melakukan inovasi. Usaha kecil yang berhasil,
mengetahui segmen-segmen pasar dimana mereka bersaing dan membangun serta
memelihara kompetensi ini yang langsung berpengaruh pada efektivitas jangka
panjang mereka.
Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut memungkinkan wirausaha
untuk memusatkan sumber daya mereka dalam menciptakan atau memperkuat
kompetensi inti perusahaan, diantaranya:
 Siapakah pelanggan produk atau jasa kita?
 Apa karakteristik pelanggan kita (misalnya umur, pendapatan, kebiasaan belanja,
tepat tinggal)?
 Mengapa mereka membeli barang atau menggunakan jasa kita?
 Faktor-faktor apa yang menyebabkan mereka meningkatkan atau menurunkan
pembelian mereka?
 Apakah terdapat pelanggan utama dipasar? Bila ada siapa mereka itu?
 Berapa persentase penjualan total yang di peroleh dari pelanggan besar?
 Berapa jumlah pesaing akan yang dihadapi?
 Seberapa luas basis pelanggan kita?
 Seberapa peka bisnis kita dalam menghadapi perubahan tiba-tiba dalam hal
ekonomi, social atau politik?
Ada 10 kompetensi yang harus dimiliki wirausaha menurut Dan & Bradstreet
Business Credit Service (1993):
1) Knowing your business, yaitu harus mengetahui usaha apa yang akan dilakukan.
Seorang wirausaha harus mengetahui segala sesuatu yang ada hubungannya
dengan usaha atau bisnis yang akan lakukan. Misalnya, seorang yang akan
melakukan bisnis perhotelan maka ia harus memiliki pengetahuan tentang
perhotelan. Untuk bisnis pemasaran komputer, ia harus memiliki pengetahuan
tentang cara memasarkan komputer.
2) Knowing the basic business management, yaitu mengetahui dasar-dasar
pengelolaan bisnis, misalnya cara merancang usaha, mengorganisasi dan
mengendalikan perusahaan, termasuk dapat memperhitungkan, memprediksi,
mengadministnasikan dan membukukan kegiatan- kegiatan usaha. Mengetahui
manajemen bisnis beranti memahami kiat, cara, proses, dan pengelolaan semua
sumber daya secara efektif dan efisien.
3) Having the proper attitude, yaitu memiliki sikap yang benar terhadap usaha
yang dilakukannya. Ia harus bersikap sebagai pedagang, industriawan,
pengusaha yang sungguh- sungguh, dan tidak setengah hati.
4) Having adequate capital, yaitu memiliki modal yang cukup. Modal tidak hanya
berbentuk materi, tetapi juga moril. Kepercayaan dan keteguhan hati merupakan
modal utama dalam usaha. Oleh karena itu, harus cukup waktu cukup uang,
tenaga, tempat, dan mental.
5) Managing finances effectively, yaitu memiliki kemampuan mengatur/mengelola
keuangan secara efektif dan efisien, mencari sumber dana dan menggunakannya
secara tepat, serta mengendalikannya secara akurat.
6) Managing time efficiently, yaitu kemampuan mengatur waktu seefisien
mungkin. Mengatur, menghitung, dan menepati waktu sesuai dengan
kebutuhannya.
7) Managing people, yaitu kemampuan merencanakan, mengatur, mengarahkan,
menggerakan, dan mengendalikan orang-orang dalam menjalankan perusahaan.
8) Satisfying customer by providing high quality product, yaitu memberi kepuasan
kepada pelanggan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang bermutu,
bermanfaat, dan memuaskan.
9) Knowing how to compete, yaitu mengatahui strategi/cara bersaing. Wirausaha,
harus dapat mengungkap kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang
(opportunity), dan ancaman (threat) dirinya dan pesaing. Ia harus menggunakan
analisis SWOT baik terhadap dirinya maupun terhadap pesaing.
10) Copying with regulations and paper work, yaitu membuat aturan/pedoman yang
jelas (tersurat, tidak tersirat).

Di samping keterampilan dan kemampuan (kompetensi), wirausaha juga harus


memiliki pengalaman yang seimbang. Setidaknya, ada 4 (empat) kemampuan utama
yang diperlukan untuk mencapai pengalaman yang seimbang agar kewirausahaan
berhasil, yaitu:
1) Technical competence, yaitu memiliki kompetensi dalam bidang rancang bangun
(know-how) sesuai dengan bentuk usaha yang akan dipilih. Misalnya, kemampuan
dalam bidang teknik produksi dan desain produksi. Ia harus betul-betul
mengetahui bagaimana barang dan jasa itu dihasilkan dan disajikan.
2) Marketing competence, yaitu memiliki kompetensi dalam menemukan pasar yang
cocok, mengidentifikasi pelanggan dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan.
Ia harus mengetahui bagaimana menemukan peluang pasar yang spesifik,
misalnya pelanggan dan harga khusus yang belum dikelola pesaing.
3) Financial competence, yaitu memiliki kompetensi dalam bidang keuangan,
mengatur pembelian, penjualan, pembu-kuan, dan perhitungan laba/rugi. Ia harus
mengetahui bagaimana mendapatkan dana dan menggunakannya.
4) Human relation competence, yaitu kompetensi dalam mengembangkan hubungan
personal, seperti kemampuan berelasi dan menjalin kemitraan antar-perusahaan. Ia
harus mengetahui hubungan inter-personal secara sehat.

Keunggulan bersaing adalah kumpulan faktor-faktor yang membedakan suatu


perusahaan dari pesaingnya dan memberikan posisi yang unik dalam pasar. Menurut
Collin Montgomery 1998 : 5), strategi perusahaan adalah cara-cara perusahaan
menciptakan nilai melalui konfigurasi dan koordinasi aktivitas multipemasaran.
Meskipun dalam manajemen perusahaan modern seperti sekarang ini telah terjadi
pergeseran strategi, dari strategi memaksimalkan keuntungan pemegang saham
(mencari laba perusahaan) menjadi memaksimalkan keuntungan bagi semua yang
berkepentingan dalam perusahaan (stakeholder), yaitu individu atau kelompok yang
memiliki kepentingan dalam kegiatan perusahaan, seperti pemegang saham,
karyawan, manajemen, pembeli, masyarakat, pemasok, distributor dan pemerintah.
Akan tetapi, konsep laba tidak bisa dikesampingkan dan merupakan alat yang
penting bagi perusahaan untuk menciptakan manfaat bagi para pemilik kepentingan.
Salah satu tugas manajemen strategis adalah menciptakan laba yang bisa
dipergunakan sebagai sumber dana untuk investasi dan meningkatkan manfaat bagi
pemilik kepentingan. Menurut Albert Widjaja (1993), laba perusahaan masih
merupakan tujuan yang kritis bagi perusahaan dan menjadi ukuran keberhasilan,
tetapi bukan tujuan akhir dari suatu perusahaan.
Menurut teori ekonomi mikro neoklasik dari mazhab Austria, Perusahaan bisa
memperoleh keuntungan bila :
 Memiliki keunggulan yang unik
 Tercipta dari penemuan yang dilakukan para wirausaha
 Dihasilkan dari proses kreatif yang dinamis
 Menciptakan daya saing khusus
Menurut teori strategi dinamis dari Porter (1991), suatu perusahaan dapat
mencapai keberhasilan bila tiga kondisi dipenuhi, yaitu:
1. Tujuan perusahaan dan kebijakan fungsi-fungsi manajemen (seperti produksi dan
pemasaran) harus secara kolektif memperlihatkan posisi terkuat di pasar.
2. Tujuan dan kebijakan tersebut ditumbuhkan berdasarkan kekuatan perusahaan,
serta diperbaharui terus (dinamis) sesuai dengan perubahan peluang dan ancaman
lingkungan eksternal.
3. Perusahaan harus memiliki dan menggali / mengeksploitasi kompetensi khusus
sebagai pendorong untuk menjalankan perusahaan, misalnya dengan “reputasi
merek” dan biaya produksi yang rendah. Bila kompetensi khusus ini tidak diubah,
maka tingkat keuntungan perusahaan bisa menurun.
Menurut Mintzberg (1990) dalam teori, “Design school”, mengemukakan
bahwa perusahaan mendesain strategi perusahaan yang cocok antara peluang dan
ancaman eksternal dengan kemampuan internal yang memadai dan berpedoman pada
pilihan alternatif dari strategi besar (grand strategy), didukung dengan menumbuhkan
kapabilitas inti yang merupakan kompetensi khusus dari pengelolaan sumber daya
perusahaan.
Sedangkan untuk menghadapi persaingan yang semakin kompleks dan krisis
eksternal, Menurut Mahoney dan Pandian (1992), perusahaan kecil dapat
menggunakan teori “resource based strategy (teori berbasis sumber daya)”. Pada
teori berbasis sumber daya mengutamakan pengembangan kapabilitas internal
yang unggul, tidak transparan, sukar ditiru oleh pesaing, memberi daya saing
jangka panjang yang melebihi tuntutan pasar saat ini, dan kebal terhadap resesi.
Menurut teori ini, perusahaan dapat meraih keuntungan melalui penggunaan sumber
daya yang lebih baik, yaitu dengan:
 Pola organisasi dan administrasi yang baik.
 Perpaduan aset fisik berwujud seperti sumber daya manusia dan alam, serta aset
tidak berwujud seperti kebiasaan berfikir kreatif (Penrose, 1995) dan keterampilan
manajerial.
 Budaya perusahaan.
 Proses kerja dan penyesuaian yang cepat atas tuntutan baru.
Baik teori strategi dinamis maupun strategi berbasis sumber daya, kelihatanya
sangat relevan bila diterapkan dalam pembangunan dan pengembangan perusahaan
kecil di Indonesia yang dihadapkan pada persaingan bebas dan krisis ekonomi yang
berkepanjangan seperti saat ini. Menurut Grant (1991), terdapat beberapa langkah
yang dapat digunakan untuk mengembangkan strategi berbasis sumber daya,
diantaranya:
1. Mengidentifikasi dan mengklasifikasi sumber daya berupa Teknologi, Kapabilitas
karyawan, Paten dan merek, Kemampuan keuangan, Kecangihan pemasaran, dan
Pelayanan pelanggan. Selanjutnya sumber daya tersebut diklasifikasikan menjadi:
a. Sumber daya finansial
b. Sumber daya fisik
c. Sumber daya manusia
d. Sumber daya teknologi
e. Sumber daya reputasi organisasi
2. Mengidentifikasi dan mengevaluasi kemampuan atau kapabilitas. Kapabilitas
adalah kemampuan perusahaan untuk mengintegritasikan ide baru, keterampilan,
dan pengetahuan lain yang menjadi kunci berpikir kreatif.
3. Menyortir dan mengembangkan kapabilitas untuk diterapkan di pasar guna
mencapai keuntungan tinggi secara berkesinambungan yang sulit ditiru atau
disaingi. Pada tahap ini, kapabilitas harus dipelihara dalam hal:
a) Daya tahan, yaitu perlu untuk terus diperbarui atau dimodifikasi dengan
mencari pengetahuan dan ide-ide baru.
b) Tidak boleh transparan, yaitu dengan mengembangkan kapabilitas yang
beragam dan tidak menggantungkan salah satu sumber kapabilitas sehingga
sulit diamati atau direkonstruksi oleh orang lain.
4. Memformulasikan strategi pengembangan sumber daya inti dan kapabilitas
seefektif mungkin pada semua kegiatan manajemen.
Untuk menghadapi kondisi yang semakin dinamis, perusahaan harus
menekankan strategi yang berfokus pada pengembangan kompetensi inti,
pengetahuan, dan keunikan asset tidak berwujud untuk menciptakan keunggulan.
Strategi Bersaing dalam Kewirausahaan adalah konsep strategi pemasaran dari
bauran pemasaran (marketing mix) yang dikenal dengan 4P ditambah satu P yaitu
probe (penelitian dan pengembangan). Jadi urutan bauran pemasarannya adalah:
1. Probe (penelitian dan pengembangan)
2. Product (barang dan jasa)
3. Price (harga)
4. Place (tempat)
5. Promotion (promosi)

Dalam manajemen strategis yang baru, Mintzberg mengemukakan 5P yang


sama artinya dengan strategi, yaitu :
1. Plan (perencanaan), konsep strategi tidak lepas dari aspek perencanaan, arahan
atau acuan gerak langkah perusahaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan.
Akan tetapi, tidak selamanya strategi adalah perencanaan ke masa depan yang
belum dilaksanakan. Strategi juga menyangkut segala sesuatu yang telah
dilakukan sebelumnya.
2. Patern (pola), starategi adalah pola, yang selanjutnya disebut sebagai intended
strategy, karena belum terlaksana dan berorientasi ke masa depan, atau disebut
juga sebagai realized strategy karena telah dilakukan oleh perusahaan.
3. Position (posisi), artinya memposisikan produk tertentu ke pasar tertentu yang di
tuju. Strategi menurut Mintzberg cenderung melihat ke bawah, yaitu ke suatu titik
bidik dimana produk tertentu bertemu dengan pelanggan, dan melihat keluar yaitu
meninjau berbagai aspek lingkungan eksternal.
4. Perspectif (perspektif), yakni strategi perspektif cenderung lebih melihat ke
dalam, yaitu ke dalam organisasi, dan ke atas, yaitu melihat visi utama dari
perusahaan.
5. Play (taktik), strategi adalah suatu manuver tertentu untuk memperdaya lawan
atau pesaing.

Para ahli mengemukakan beberapa strategi, diantaranya adalah sebagai


berikut:

a. Teori Strategi Generik dan Keunggulan Bersaing


Michael P. Porter (1997 dan 1998) mengungkapkan beberapa strategi yang
dapat digunakan perusahaan untuk bersaing, yakni:
1. Persaingan merupakan inti keberhasilan dan kegagalan. Hal ini berarti bahwa
keberhasilan atau kegagalan bergantung pada keberanian perusahan untuk
dapat bersaing. Strategi bersaing dimaksudkan untuk mempertahankan tingkat
keuntungan dan posisi yang langgeng ketika menghadapi persaingan.
2. Keunggulan bersaing berkembang dari nilai yang mampu diciptakan oleh
perusahaan bagi langganan atau pembeli. Keunggulan bersaing,
menggambarkan cara memilih dan mengimplementasikan strategi generik
(biaya rendah, diferensiasi, dan fokus) untuk mencapai dan mempertahankan
keunggulan bersaing.
3. Ada dua jenis dasar keunggulan bersaing, yaitu biaya rendah dan diferensiasi.
Semua keunggulan bersaing ini berasal dari struktur industri. Perusahan yang
berhasil dengan strategi biaya rendah memiliki kemampuan dalam mendesain
produk dan pasar yang lebih efisien dibandingkan pesaing. Sedangkan
diferensiasi adalah kemampuan uuntuk menghasilkan barang dan jasa unik
serta memililki nilai lebih (superior value) bagi pembeli dalam bentuk kualitas
produk, sifat-sifat khusus, dan pelayanan lainnya.
4. Kedua jenis dasar keunggulan diatas menghasilkan tiga strategi generik
(Porter, 1997: 11-13), yaitu:
i. Biaya rendah, yakni strategi yang mengandalkan keunggulan biaya yang
relatif rendah dalam menghasilakan barang dan jasa (pengerjaan berskala
ekonomis, teknologi milik sendiri, dan akses preferensi ke bahan baku).
ii. Diferensiasi, yakni kemampuan untuk menghasilkan barang dan jasa
unik dan memiliki nilai lebih dalam bentuk kualitas, sifat-sifat khusus,
dan pelayanan lainnya (diferensiasi produk, diferensiasi sistem
penyerahan / penyampaian produk, diferensiasi pendekatan pemasaran,
diferensiasi dalam peralatan dan konstruksi, dan diferensiasi dalam citra
produk).
iii. Fokus, yakni strategi yang berusaha mencari keunggulan dalam segmen
sasaran tertentu. Strategi fokus memiliki dua variabel utama, yaitu fokus
biaya dan fokus diferensiasi.

b. Strategi The New ‘7-S’s (D’Aveni)


Richard A. D’Aveni (1994: 253) mengemukakan suatu ide dasar bahwa
perusahaan harus menekankan strategi yang berfokus pada pengembangan
kompetensi inti, pengetahuan, dan keunikan aset tidak berwujud untuk
menciptakan keunggulan. Oleh karena itu, D’Aveni mengajukan tujuh kunci
keberhasilan perusahaan dalam lingkungan persaingan yang sangat dinamis yang
dikenal dengan “The New 7-S’s”.
Konsep “The New 7-S’s” ini meliputi pokok-pokok dasar antara lain
sebagai berikut:
1. Superior stakeholder satisfaction, bertujuan memberikan kepuasan jauh
diatas rata-rata kepada stakeholder.
2. Soothsaying, berfokus pada sasaran, artinya perusahaan harus mencari posisi
yang tepat bagi produk dan jasa-jasa yang dihasilkan perusahaan.
3. Positioning for speed, yakni startegi dalam memosisikan perusahaan secara
cepat di pasar.
4. Positioning for surprise, yaitu membuat posisi yang mencengangkan melalui
barang dan jasa-jasa baru yang lebih unik dan berbeda serta memberikan nilai
tambah baru sehingga konsumen lebih menyukainya.
5. Shifting the role of the game, yakni strategi mengubah pola-pola persaingan
perusahaan yang dimainkan sehingga pesaing terganggu dengan pola baru
yang berbeda.
6. Signaling strategic intent, adalah strategi mengutamakan perasaaan.
Kedekatan dengan para karyawan, relasi, dan konsumen merupakan strategi
yang ampuh untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
7. Simultanous and sequential strategic thrusts, yakni strategi mengembangkan
faktorfaktor pendorong atau penggerak strategi secara simultan dan berurutan
melalui penciptaan barang dan jasa yang selalu memberikan kepuasan kepada
konsumen.
Kunci utama dari The New 7-S’s adalah menggunakan inisiatif untuk
merebut persaingan. Menurut D’Aveni, The New 7-S’s menyangkut penciptaan
sesuatu yang baru dan berbeda untuk masa yang akan datang. Strategi ini
dimaksudkan untuk membatasi strategi dinamis yang dimilki oleh pesaing.
D’Aveni mengelompokkan New 7-S’s di atas menjadi tiga kelompok yang sangat
efektif untuk mengganggu pasar, meliputi visi, kemampuan, dan taktik. Kerangka
kerja The New 7-S’s berdasar pada strategi penemuan dan pengembangan
keunggulan melalui gangguan pasar, bukan berdasarkan keunggulan yang
berkesinambungan dan keseimbangan yang sempurna. Tujuan dari The New 7-S’s
adalah menciptakan gangguan melalui penciptaaan keunggulan-keunggulan baru
yang berkesinambungan.

DAFTAR PUSTAKA
Arini Lisyawati dan Ulfa Ayu Kartika. 2016. “KOMPETENSI INTI USAHA
DAN STRATEGI BERSAING DALAM KEWIRAUSAHAAN”.

Deny Listina dan Rosaly Franksiska. “KEWIRAUSAHAAN DAN


STRATEGI BERSAING PEDAGANG SEMBAKO DI PASAR RAYA I KOTA
SALATIGA” Jurnal Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW. Salatiga : Universitas
Kristen Satya Wacana.

Indrawalmen Sinaga. 2015. “KOMPETENSI INTI USAHA DAN STRATEGI


BERSAING DALAM KEWIRAUSAHAAN”. Depok : Universitas Gunadarma.

Muhammad Hasan, dkk. 2021. “KEWIRAUSAHAAN”. Bandung :


PENERBIT MEDIA SAINS INDONESIA.

E. ETIKA BISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN


Kita sering mendengar kerancuan terminologi dimana etika sering disamakan
dengan moral. Padahal sesungguhnya Etika ≠ Moral. Etika merupakan filsafat moral
dan Etika didefinisikan sebagai pemikiran kritis dan mendasar mengenai ajaran-
ajaran moral atau dapat disebut juga bahwa Etika adalah ilmu tentang moralitas.
Sedangkan Moral adalah ajaran tentang apa yang dilarang dan apa yang wajib
dilakukan oleh manusia supaya bisa menjadi baik. Contoh Moral yaitu aturan dan
hukum agama, hukum adat, wejangan tradisi leluhur, nasehat orang tua, ajaran
ideologi, dll. Sumber Moral, yaitu tradisi, adat, agama, ideologi negara, dll.
Etika merupakan penelaahan standar moral, proses pemeriksaan standar moral
orang atau masyarakat untuk menentukan apakah standar tersebut masuk akal atau
tidak untuk diterapkan dalam situasi dan permasalahan konkrit. Tujuan akhir standar
moral adalah mengembangkan bangunan standar moral yang dirasakan masuk
akal untuk dianut. Etika juga merupakan studi standar moral yang tujuan eksplisitnya
adalah menentukan standar yang benar atau yang didukung oleh penalaran yang baik,
dan dengan demikian etika mencoba mencapai kesimpulan tentang moral yang benar
dan Etika juga merupakan studi standar moral yang tujuan eksplisitnya adalah
menentukan standar yang benar atau yang didukung oleh penalaran yang baik, dan
dengan demikian etika mencoba mencapai kesimpulan tentang moral yang benar dan
salah, dan moral yang baik dan jahat. Etika adalah kumpulan ilmu dan nilai tentang
ukuran benar atau salah, baik atau buruk yang dianut dalam masyarakat.
Pada dasarnya etika bisnis terdiri dari dua kata yaitu etika dan bisnis.
Kata etika berasal dari kata asli kata ethos dalam Bahasa Yunani yang berarti adat
kebiasaan atau karakter (character).Hal ini berarti etika berkaitan dengan nilai-nilai,
tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan segala kebiasaan yang dianut
dan diwariskan dari satu orang ke orang lain atau dari satu generasi ke generasi yang
lainnya. Sedangkan Bisnis adalah sebuah aktivitas yang mengarah pada peningkatan
nilai tambah melalui proses penyerahan jasa, perdagangan atau pengolahan barang
(produksi) guna memaksimalkan nilai keuntungan.
Menurut Zimmerer (1996:20), etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku
pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam
membuat keputusan dan memecahkan persoalan. Menurut Ronald J. Ebert dan Ricky
M. Griffin (200:80), etika bisnis adalah istilah yang sering digunakan untuk
menunjukkan perilaku dari etika seseorang manajer atau karyawan suatu organisasi.
Jadi, etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai
moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam berusaha dan memecahkan
persoalan-persoalan yang dihadapi dalam suatu perusahaan.
Etika bisnis adalah acuan bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan
usaha termasuk dalam berinteraksi dengan pemangku kepentingan (stakeholders).
Etika bisnis adalah studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah.
Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan,
institusi, dan perilaku bisnis. Perusahaan yang menjunjung tinggi nilai etika bisnis,
pada umumnya termasuk perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang
tinggi pula, terutama apabila perusahaaan tidak mentolerir tindakan yang tidak etis.
Misalnya diskriminsi dalam sistem jenjang karier. Faktor-faktor yang mendorong
timbulnya masalah etika bisnis:
1. Mengejar keuntungan dan kepentingan pribadi
2. Tekanan persaingan terhadap laba perusahaan
3. Pertentangan antara nilai-nilai perusahaan dengan perorangan

4. Etika bisnis adalah cara-


cara untuk melakukan
kegiatan bisnis, yang
mencakup
5. seluruh aspek yang
berkaitan dengan individu,
perusahaan, industri dan
juga masyarakat.
6. Kesemuanya ini mencakup
bagaimana kita menjalankan
bisnis secara adil, sesuai
dengan
7. hukum yang berlaku, dan
tidak tergantung pada
kedudukan individu ataupun
perusahaan di
8. masyarakat. Etika Bisnis
dalam suatu perusahaan
dapat membentuk nilai,
norma dan
9. perilaku karyawan serta
pimpinan dalam membangun
hubungan yang adil dan sehat
dengan
10. pelanggan/mitra kerja,
pemegang saham,
masyarakat. Perusahaan
meyakini prinsip bisnis
11. yang baik adalah bisnis
yang beretika, yakni bisnis
dengan kinerja unggul dan
12. Etika bisnis adalah
cara-cara untuk melakukan
kegiatan bisnis, yang
mencakup
13. seluruh aspek yang
berkaitan dengan individu,
perusahaan, industri dan
juga masyarakat.
14. Kesemuanya ini
mencakup bagaimana kita
menjalankan bisnis secara
adil, sesuai dengan
15. hukum yang berlaku, dan
tidak tergantung pada
kedudukan individu ataupun
perusahaan di
16. masyarakat. Etika
Bisnis dalam suatu
perusahaan dapat
membentuk nilai, norma
dan
17. perilaku karyawan serta
pimpinan dalam membangun
hubungan yang adil dan sehat
dengan
18. pelanggan/mitra kerja,
pemegang saham,
masyarakat. Perusahaan
meyakini prinsip bisnis
19. yang baik adalah bisnis
yang beretika, yakni bisnis
dengan kinerja unggul dan
Etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang
mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri
dan juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis
secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan
individu ataupun perusahaan di masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan
dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam
membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang
saham, masyarakat. Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis
yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang
dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan
peraturan yang berlaku.
Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan
termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan
pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap
yang profesional. Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum,
bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal
ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah
abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum. Etika bisnis adalah pemikiran
atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis. Moralitas berarti
aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela, dan karenanya diperbolehkan atau
tidak dari perilaku manusia. Moralitas selalu berkaitan dengan apa yang dilakukan
manusia, dan kegiatan ekonomis merupakan suatu bidang perilaku manusia yang
penting. Pentingnya etika bisnis tersebut berlaku untuk kedua perspektif, baik di
lingkup makro maupun di lingkup mikro. Perspektif makro adalah pertumbuhan
suatu negara tergantung pada market system yang berperan lebih efektif dan efisien
daripada command system dalam mengalokasikan barang dan jasa. Perspektif mikro
adalah dalam lingkup ini perilaku etik identik dengan kepercayaan atau trust kepada
orang yang mau diajak kerjasamanya.
Semua keputusan perusahaan sangat memengaruhi dan dipengaruhi oleh
pemilik kepentingan (stakeholder). Pemilik kepentingan adalah semua individu atau
kelompok yang berkepentingan dan berpengaruh terhadap keputusan perusahaan. Ada
dua jenis pemilik kepentingan yang berpengaruh terhadap perusahaan yaitu pemilik
kepentingan internal dan eksternal.
Pemilik kepentingan eksternal meliputi :
 Investor
 Karyawan
 Manajemen
 Pimpinan
Pemilik kepentingan internal meliputi
 Pelanggan
 Asosiasi dagang
 Kreditor
 Pemasok
 Pemerintah
 Masyarakat umum
 Kelompok khusus yang berkepentingan terhadap perusahaan
Menurut Zimmerer (1996:21) yang termasuk kelompok pemilik kepentingan
yang memengaruhi keputusan bisnis adalah :
1. Para pengusaha dan mitra usaha. Selain merupakan pesaing, para pengusaha
juga merupakan mitra. Sebagai mitra, para pengusaha merupakan relasi usaha
yang dapat bekerja sama dalam menyediakan informasi atau sumber peluang.
Misalnya akses pasar, bahan baku, dan sumber daya lainnya. Bahkan mitra usaha
dapat berperan sebagai pemasok, produsen, dan pemasar. Loyalitas mitra usaha
akan sangat bergantung pada kepuasan yang mereka terima (bagian dari kepuasan
pemilik kepentingan) perusahaan.
2. Petani dan perusahaan pemasok bahan baku. Petani dan perusahaan berperan
dalam menyediakan bahan baku. Pasokan bahan baku yang kurang bermutu dan
lambat dapat memengaruhi kinerja perusahaan. Oleh karena itu perusahaan dan
petani yang memasok bahan baku merupakan faktor yang langsung memengaruhi
keputusan bisnis. Keputusan dalam menentukan kualitas barang dan jasa sangat
bergantung pada pemasok bahan baku.
3. Organisasi pekerja yang mewakili pekerja. Organisasi atau serikat pekerja
dapat memengaruhi keputusan melalui proses tawar menawar secara kolektif.
Tawar menawar tingkat upah, jaminan sosial, kesehatan, kompensasi, dan jaminan
hari tua sangat berpengaruh langsung terhadap pengambilan keputusan.
Perusahaan yang tidak melibatkan organisasi pekerja dalam mengambil keputusan
sering menimbulkan protes – protes yang mengganggu jalannya perusahaan.
Ketidakloyalan para pekerja dan protes buruh adalah akibat dari ketidakpuasan
mereka terhadap keputusan yang diambil perusahaan.
4. Pemerintah yang mengatur kelancaran aktivitas usaha. Pemerintah dapat
mengatur kelancaran aktivitas usaha melalui serangkaian kebijaksanaan yang
dibuatnya. Peraturan dan perundang – undangan pemerintah sangat berpengaruh
terhadap iklim usaha. Undang – undang monopoli, hak paten, hak cipta, dan
peraturan yang melindungi dan mengatur jalannya usaha sangat besar
pengaruhnya terhadap dunia usaha.
5. Bank penyandang dana perusahaan. Bank selain fungsinya sebagai jantung
perekonomian secara makro, juga berfungsi sebagai lembaga yang dapat
menyediakan dana perusahaan. Neraca – neraca perbankan yang kurang likuid
dapat memengaruhi neraca – neraca perusahaan yang tidak likuid. Sebaliknya,
Neraca – neraca perusahaan yang kurang likuid dapat memengaruhi keputusan
bank dalam menyediakan dana bagi perusahaan. Bunga kredit bank dan
pesyaratan yang dibuat bank penyandang dana sangat besar pengaruhnya terhadap
keputusan yang diambil dalam bisnis.
6. Investor penanaman modal. Investor penyandang dana dapat memengaruhi
perusahaan melalui serangkaian persyaratan yang diajukannya. Persyaratan
tersebut akan mengikat dan sangat besar pengaruhnya dalam pengambilan
keputusan. Misalnya seperti standar tenaka kerja, bahan baku, produk, dan aturan
lainnya. Jadi loyalitas investor sangat bergantung pada tingkat kepuasan mereka
atas hasil modal yang ditanamkan.
7. Masyarakat umum yang dilayani. Masyarakat umum yang dilayani dapat
memengaruhi keputusan bisnis. Mereka akan menanggapi dan memberikan
informasi tentang bisnis. Mereka juga merupakan konsumen yang akan
menentukan keputusan – keputusan perusahaan, baik dalam menentukan produk
barang dan jasa yang dihasilkan maupun teknik produksi yang digunakan.
Tanggapan terhadap operasi perusahaan, kualitas, harga, dan jumlah barang serta
layanan perusahaan memengaruhi keputusan – keputusan perusahaan.
8. Pelanggan yang membeli produk. Pelanggan yang membeli produk secara
langsung dapat memengaruhi keputusan bisnis. Barang dan jasa yang akan
dihasilkan, jumlah, dan teknologi yang diperlukan sangat ditentukan oleh
pelanggan dan memegnaruhi keputusan – keputusan bisnis.

I. Sasaran dan Ruang Lingkup Etika Bisnis


 Etika Bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi dan
masalah yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis.
 Etika Bisnis adalah untuk menyadarkan masyarakat bahwa hak dan
kewajiban mereka tidak boleh dilanggar oleh pratek bisnis siapapun juga.
 Etika Bisnis juga berbicara mengenai sistem ekonomi yang sangat
menentukan etis tidaknya suatu usaha bisnis.

II. Pentingnya Etika Bisnis dan Kewirausahaan


Etika bisnis sangat penting untuk mempertahankan loyalitas
stakeholder dalam membuat keputusan-keputusan perusahaan dan dalam
memecahkan persoalan perusahaan. Hal ini disebabkan semua keputusan
perusahaan sangat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh stakeholder. Berikut
beberapa alas an perlunya etika bisnis dan kewirausahaan:
 Kinerja bisnis tidak hanya diukur dari kinerja manajerial / finansial saja
tetapi juga berkaitan dengan komitmen moral, integritas moral, pelayanan,
jaminan mutu dantanggung jawab sosial.
 Dengan persaingan yang ketat, pelaku bisnis sadar bahwa konsumen
adalah raja sehingga perusahaan harus bisa merebut dan mempertahankan
kepercayaan konsumen.
 Perusahaan semakin menyadari bahwa karyawan bukanlah tenaga kerja
yang siap untuk dieksploitasi untuk mendapatkan keuntungan semaksimal
mungkin. Karyawan adalah subyek utama yang menentukan
keberlangsungan bisnis sehingga harus dijaga dan dipertahankan.
 Perlunya menjalankan bisnis dengan tidak merugikan hak dan kepentingan
semua pihak yang terkait dengan bisnis

III. Faktor Pendukung Implementasi Etika Bisnis


Berikut merupakan beberapa faktor pendukung implementasi Etika
Bisnis, yakni:
 Adanya kepedulian terhadap mutu kehidupan kerja oleh manajer atau
peningkatan “Quality of Work Life”.
 Adanya “Trust Crisis” dari publik kepada perusahaan.
 Mulai diterapkan punishment yang tegas terhadap skandal bisnis oleh
pengadilan.
 Adanya peningkatan kekuatan control dari LSM.
 Tumbuhnya kekuatan publisitas oleh media.
 Adanya transformasi organisasi dari “transaction oriented” menjadi
“relation oriented”.

IV. Prinsip-Prinsip Etika Bisnis dan Kewirausahaan


Penerapan prinsip-prinsip etika bisnis dalam menjalankan bisnis adalah
suatu keharusan dan mencakup semua aspek perusahaan. Dalam praktik di
dalam perusahaan, prinsip etika bisnis akan membentuk nilai, norma, dan
perilaku pekerja, dari bawahan hingga atasan. Penerapan etika bisnis di
perusahaan akan membangun hubungan yang adil dan sehat, baik di antara
kolega, pemegang saham, pelanggan, dan masyarakat. Semua pihak dalam
perusahaan harus menjadikan etika bisnis sebagai salah satu standar di tempat
kerja. Prinsip-prinsip etika bisnis biasanya terkait dengan sistem nilai yang
dianut oleh masing-masing masyarakat. Sebagai contohnya, sistem nilai yang
dianut oleh orang Indonesia akan mempengaruhi prinsip etika bisnis yang
berlaku juga di Indonesia. Tapi, prinsip etika bisnis yang digunakan dalam
bisnis sesungguhnya merupakan prinsip secara umum etika bisnis yang dapat
diterapkan oleh seluruh pelaku bisnis tanpa meninggalkan sistem nilai yang
dianut tiap-tiap golongan sesuai ciri khasnya.
Menurut Muslich (2004:18-20) mengatakan bahwa prinsip etika bisnis
meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Prinsip Ekonomi. Prinsip ini meyatakan bahwa perusahaan secara bebas
mempunyai wewenang dalam memutuskan suatu kebijakan dalam upaya
pengembangan visi misi perusahaannya yang berorientasi pada nilai
kemakmuran dan kesejahteraan para pekerja maupun mitra kerjanya.
2. Prinsip Kejujuran. Prinsip kejujuran menjadi hal yang paling penting
dalam mendukung keberhasilan suatu perusahaan. Nilai kejujuran harus
dijalankan oleh semua pihak yang terkait dengan kegiatan bisnis.
Perusahaan yang menjunjung tinggi nilai kejujuran akan mendapatkan
kepercayaan yang tinggi dari masyarakat sekitar dan mitra kerja
perusahaan tersebut.
3. Prinsip Niat Baik dan Tidak Berniat Jahat. Prinsip ini masih
berhubungan dengan nilai kejujuran karena segala tindakan yang
dilakukan oleh perusahaan akan berdampak kepada tingkat kepercayaan
mitra kerja. Tentu suatu tindakan jahat yang dilakukan oleh perusahaan
akan merusak kepercayaan mitra kerjanya. Maka dari itu, perusahaan
harus bersikap transparan dalam menjalankan tujuan, visi dan misi
perusahaannya.
4. Prinsip Adil. Prinsip ini membantu perusahaan untuk selalu bersikap adil
kepada pihak-pihak yang terkait dengan bisnis yang mereka jalankan
sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.
5. Prinsip Hormat Pada Diri Sendiri. Prinsip hormat terhadap diri sendiri
adalah prinsip dimana kita melakukan penghargaan kepada orang lain,
seperti kita menghargai diri sendiri. Maka dari itu, semua aspek pelaku
bisnis harus dapat menjaga nama baik perusahaan karena hal tersebut
sangat penting dalam menjaga eksistensi perusahaan tersebut.
Sonny Keraf juga mengatakan bahwa secara umum terdapat lima
prinsip etika bisnis yang harus diterapkan dalam kegiatan bisnis, yakni:
1. Prinsip Otonomi. Otonomi merupakan perilaku mandiri dimana manusia
dapat mengambil keputusan dan bertindak atas kemauannya sendiri dan ia
dapat mempertanggungjawabkannya. Semua keputusan dan tindakan yang
dilakukan harus mengikuti nilai dan norma yang berlaku. Pelaku bisnis
otonom adalah orang yang tahu dan sadar akan keputusan dan tindakan
yang diambilnya, serta resiko atau akibat yang timbul baik bagi dirinya
dan perusahaannya maupun bagi pihak lain. Pelaku bisnis yang
menerapkan sikap otonom mempunyai kebebasan dalam mengambil
keputusan yang menurutnya terbaik. Kebebasan dapat membuat pelaku
bisnis bisa secara kreatif dan inovatif mengembangkan bisnis sesuai
dengan keinginannya. Namun kebebasan tidak semata-mata menjamin
pelaku bisnis dapat menjalankan sikap otonom secara etis. Terkadang,
kebebasan membuat para pelaku bisnis kerap melakukan tindakan
sewenang-wenang tanpa sadar bahwa ada pihak lain yang dirugikan atas
tindakan yang dilakukan. Maka dari itu, pelaku bisnis yang bertindak
otonom juga menuntut adanya sikap tanggung jawab. Jadi, pelaku bisnis
otonom adalah pelaku bisnis yang sadar akan tindakannya dan siap
mempertanggungjawabkan tindakannya. Jika sikap otonom ini dilakukan
dengan mengikuti norma yang berlaku, maka bisnis yang dijalankan pun
akan bertahan dan membantu para pelaku bisnis dalam mengembangkan
bisnisnya.
2. Prinsip Kejujuran. Keraf menyatakan bahwa ada tiga alasan mengapa
prinsip kejujuran sangat relevan dalam dunia bisnis. Alasan pertama
Keraf mengatakan kejujuran sangat dibutuhkan dalam pemenuhan syarat-
syarat perjanjian dan kontrak dalam bisnis. Kejujuran sangat dituntut bagi
setiap pihak dalam memutuskan hubungan kerjasama serta dalam
menyepakati suatu perjanjian. Jika tidak ada kejujuran dan kecurangan
yang dilakukan oleh salah satu pihak, tentu pihak lain tidak akan mau lagi
untuk melakukan kerja sama dengan pihak yang melakukan kecurangan.
Seiring berkembangnya teknologi yang membuat informasi beredar
dengan sangat cepat, kecurangan ini tentu secara cepat atau lambat pasti
diketahui oleh banyak pihak sehingga dapat merusak citra suatu
perusahaan. Dengan bertindak curang, para pelaku bisnis secara tidak
sadar membangun kehancuran bagi bisnis yang dilakukannya karena tidak
ada lagi pihak yang ingin bekerja sama. Alasan kedua dikatakan bahwa
kejujuran diperlukan dalam hal tawar-menawar barang atau jasa. Para
pelaku bisnis harus bisa menentukan harga yang tepat untung kualitas
barang atau jasa yang dijualnya. Perusahaan tentu sangat membangun dan
menjaga kepercayaan kepada konsumen. Jika pelaku bisnis menipu dalam
segi harga sehingga membuat konsumen tidak puas, konsumen akan
dengan sangat mudah mengganti produk atau jasa yang mereka pakai ke
produk atau jasa milik perusahan lain. Konsumen pun juga tidak akan
merekomendasikan perusahaan tersebut kepada orang-orang di sekitarnya.
Dengan cara menipu konsumen dalam memperoleh untung sebesar-
besarnya, bisnis tidak akan berjalan lama karena tidak ada konsumen yang
akan membeli produk atau jasa yang ditawarkan. Alasan ketiga
menyatakan bahwa kejujuran sangat diperlukan dalam hubungan kerja
internal dalam suatu perusahaan. Hubungan kerja di dalam perusahaan
harus berlandaskan kejujuran demi terciptanya kondisi kerja yang
kondusif. Pemilik perusahaan harus selalu jujur dalam menggaji
karyawan-karyawannya. Gaji yang diberikan harus sesuai dengan
kesepakatan awal bekerja dan tidak boleh dikurangi tanpa alasan yang
jelas. Sebaliknya, karyawan pun harus selalu jujur dalam mengerjakan
pekerjaannya dan menghindari sikap-sikap yang ingin mengambil
keuntungan diluar sepengetahuan atasannya. Sikap jujur harus dilakukan
seluruh pihak yang menjalankan bisnis guna mempertahankan bisnis dari
kehancuran.
3. Prinsip Keadilan. Prinsip keadilan menanamkan sikap bagi semua pihak
untuk berlaku secara adil dimana tidak ada sikap membeda-bedakan dari
semua aspek, seperti aspek ekonomi, hukum, dan aspek lainnya. Keraf
mengutip perkataan Adam Smith yang mengatakan bahwa prinsip paling
pokok dari keadilan merupakan prinsip tidak merugikan orang lain (prinsip
no harm), khususnya tidak merugikan kepentingan orang lain. Dapat
disimpulkan bahwa prinsip ini menekankan untuk selalu menghargai hak
dan kewajiban setiap individu. Prinsip no harm menurut Adam Smith
adalah prinsip yang paling pokok yang harus ada yang memungkinkan
kehidupan dan interaksi sosial manusia bisa bertahan. Prinsip no harm ini
juga berlaku pada kegiatan bisnis. Tanpa prinsip ini, sulit bagi pelaku
bisnis untuk dapat menjalankan bisnisnya secara baik. Dalam kegiatan
bisnis tidak boleh ada satu pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya
mulai dari karyawan, pemasok, investor sampai ke konsumen. Setiap pihak
harus menjaga hubungannya dan tidak boleh saling merugikan.
4. Prinsip Saling Menguntungkan. Prinsip saling menguntungkan menuntut
kesadaran pelaku bisnis untuk tidak saling merugikan. Prinsip ini
menekankan bahwa dalam berbisnis perlu ditanamkan prinsip saling
menguntungkan (win-win solution), yang artinya dalam semua keputusan
yang diambil dalam kegiatan bisnis semua pihak harus mengusahakan agar
masing-masing merasa diuntungkan. Kembali lagi, tujuan dalam berbisnis
adalah untuk memperoleh keuntungan. Perusahaan ingin banyak orang
membeli atau menggunakan produknya, dan konsumen juga ingin
menggunakan produk-produk tersebut dengan kualitas bagus dan harga
yang setimpal. Maka dari itu, penting bagi semua pelaku bisnis untuk terus
menjalankan bisnisnya sebaik mungkin sehingga menguntungkan semua
pihak.
5. Prinsip Integritas Moral. Prinsip integritas moral menekankan kesadaran
para pelaku bisnis bahwa setiap orang harus dihormati harkat dan
martabatnya. Prinsip ini harus dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri
pelaku bisnis agar ia menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik
perusahaannya. Prinsip ini menuntut pelaku bisnis untuk tidak merugikan
segala pihak dalam semua keputusan dan tindakan bisnis yang diambil.
Pelaku bisnis harus dapat menjalankan bisnisnya secara maksimal agar
dapat membawa perusahaannya menjadi yang terbaik dan dapat
dibanggakan.
Sedangkan menurut pendapat Michael josephson (1998) yang dikutip
oleh zimmerer (1996: 27 – 28), secara universal, ada 10 prinsip etika yang
mengarahkan perilaku, yaitu:
1. Kejujuran, yaitu penuh kepercayaan, bersifat jujur, sungguh – sungguh,
terus terang, tidak curang, tidak mencuri, tidak menggelapkan, tidak
berbohong.
2. Integritas, yaitu memegang prinsip melakukan kegiatan yang terhormat,
tulus hai, berani dan penuh pendirian/keyakinan, tidak bermuka dua, tidak
berbuat jahat, dan dapat dipercaya.
3. Memelihara janji, yaitu selalu menaati janji, patut dipercaya, penuh
komitmen, patuh, tidak menginteprestasikan persetujuan dalam bentuk
teknikal atau legalistic dengan dalih ketidakrelaan.
4. Kesetiaan, yaitu hormat dan loyal kepada keluarga, teman, karyawan, dan
Negara, tidak menggunakan atau memperlihatkan informasi rahasia, begitu
juga dalam suatu konteks professional, menjaga/melindungi kemampuan
untuk membuat keputusan professional yang bebas dan teliti, dan
menghindari hal yang tidak pantas serta konflik kepentngan.
5. Kewajaran / keadilan, yaitu berlaku adil dan berbudi luhur, bersedia
mengakui kesalahan, memperlihatkan komitmen keadilan, persamaan
perlakuan individual dan toleran terhadap perbedaan, serta tidak bertindak
melampaui batas atau mengambil keuntungan professional yang bebas dan
teliti, dan menghindari hal yang tidak pantas serta konflik kepentingan.
6. Suka membantu orang lain, yaitu saling membantu, berbaik hati, belas
kasihan, tolong – menolong, kebersamaan, dan menghindari segala sesuatu
yang membahayakan orang lain.
7. Hormat kepada orang lain, yaitu menghormati martabat orang lain,
kebebasan dan hak menentukan nasib sendiri bagi semua orang, bersopan
santun, tidak merendahkan dan memperlakukan martabat orang lain.
8. Warga Negara yang bertanggung jawab, yaitu selalu menaati
hukum/aturan, penuh kesadaran social, dan menghormati proses demokrasi
dalam mengambil keputusan.
9. Mengejar keunggulan, yaitu mengejar keunggulan dalam segala hal, baik
dalam pertemuan personal maupun pertanggungjawaban professional,
tekun, dapat dipercaya/diandalkan, rajin penuh komitmen, melakukan
semua tugas dengan kemampuan terbaik, dan mengembangkan serta
mempertahankan tingkat kompetensi yang tinggi.
10. Dapat dipertanggungjawabkan, yaitu memiliki dan menerima tanggung
jawab atas keputusan dan konsekuensinya serta selalu memberi contoh

V. Cara Mempertahankan Etika Bisnis


Setelah mengetahui mengenai etika dalam bisnis serta prinsip-prinsip
yang digunakan, maka hal yang sangat penting dalam hal ini adalah
bagaimana menerapkan serta mempertahankan etika dalam sebuah bisnis.
Diawal dikatakan bahwa ketika etika yang baik maka akan membuat bisnis
juga menjadi baik maka perlu untuk di pertahankan sehingga kegiatan bisnis
dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan. Keraf menyatakan
bahwa agar perusahaan bisa menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis tersebut,
maka perusahaan terlebih dahulu harus membangun sebuah budaya
perusahaan (corporate culture). Atau, Keraf lebih cenderung menyebutnya
sebagai etos bisnis. Etos bisnis adalah suatu kebiasaaan atau budaya moral
menyangkut kegiatan bisnis yang dianut dalam suatu perusahaan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Inti dari etos bisnis ini adalah pembudayaan
atau pembiasaan penghayatan akan nilai, norma, atau prinsip moral tertentu
yang dianggap sebagai inti kekuatan dari suatu perusahaan yang sekaligus juga
membedakannya dari perusahaan yang lain. Wujud dari etos bisnis ini antara
lain berupa pelayanan, pengutamaan mutu, disiplin, kejujuran, tanggung
jawab, dan sebagainya.
Etos bisnis dibangun atas dasar visi atau filasafat bisnis pendiri suatu
perusahaan sebagai penghayatan pribadi pendiri perusahaan tersebut mengenai
bisnis yang baik. Visi atau filsafat bisnis ini sesungguhnya didasarkan pada
nilai tertentu yang dianut oleh pendiri perusahaan itu, yang kemudian
dijadikan prinsip bisnisnya. Prinsip bisnis ini kemudian menjelma menjadi
sikap dan perilaku bisnis pendiriperusahaan dalam kegiatan bisnisnya sehari-
hari dan menjadi dasar dari keberhasilan bisnisnya. Prinsip ini juga
diberlakukan di dalam perusahaan. Ini berarti, prinsip bisnis ini kemudian
menjelma menjadi sikap dan perilaku organisasi dari perusahaan tersebut baik
ke dalam maupun ke luar. Maka, terbangunlah sebuah kebiasaan, sebuah
budaya, sebuah etos perusahaan. Etos inilah juga yang menjadi jiwa yang
menyatukan sekaligus juga menyemangati seluruh karyawan, untuk bersikap
dan berpola perilaku yang kurang lebih sama dengan prinsip yang dianut oleh
perusahaan tersebut. Etos bisnis ini juga sangat menetukan identitas dan
keunggulan perusahaantersebut dalam persaingan bisnis dengan perusahaan
lain.
Etos bisnis ini biasanya direvisi, dikembangkan terus menerus sesuai
dengan perkembangan perusahaan dan juga perkembangan masyarakat.
Demikian pula etos ini dapat berubah, sesuai dengan visi yang dianut oleh
setiap pimpinan perusahaan yang silih berganti memimpin perusahaan
tersebut. Namun, pada dasarnya visi dan prinsip dasar tidak banyak berubah.
Hal yang lebih banyak mengalami perubahan adalah penerapan visi dan
prinsip etis tadi sesuai dengan tuntutan dan perkembangan bisnis dan
perusahaan dalam masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Irjus Indrawan, dkk. 2020. “PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DAN


ETIKA BISNIS (hal.67-88)”. Banyumas : CV. Pena Persada.

Julius Nursyamsi. “ETIKA BISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN (Modul ke 13


Fakultas FASILKOM)”. Jakarta : Universitas Mercu Buana.

Kasriani, dkk. 2019. “ETIKA BISNIS DALAM KEWIRAUSAHAAN”.


Makassar : Universitas Negeri Makassar.

Tri Akbar V, dkk. 2012. “ETIKA BISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN”.


Makalah KWU. Malang : Universitas Brawijaya.

F. PERAN DAN FUNGSI KEWIRAUSAHAAN

Kewirausahaan ialah usaha kreatif yang dilakukan berdasarkan inovasi untuk


menghasilkan sesuatu yang baru, memiliki nilai tambah, memberikan manfaat,
menciptakan lapangan kerja, dan hasilnya berguna bagi orang lain.
Menurut Roopke dikutip Suryana (2001) profil wirausaha dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. Kewirausahaan Rutin (Wirt), Wirausaha yang melakukan kegiatan sehari-
harinya cenderung menekankan pada pemecahan masalah dan perbaikan standar
prestasi tradisional. Fungsi wirausaha rutin adalah mengadakan perbaikan-
perbaikan terhadap standar tradisional, bukan penyusunan dan pengalo-kasian
sumber-sumber. Wirausaha ini berusaha untuk menghasilkan barang, pasar, dan
teknologi, dan SDM.
2. Kewirausahaan Arbitase, Wirausaha yang selalu mencari peluang melalui
kegiatan penemuan (pengetahuan) dan pemanfaatan (pembukaan). Kegiatan
kewirausahaan ini tidak perlu melibatkan pembuatan barang dan tidak perlu
menyerap dana pribadi wirausaha, kegiatannya adalah spekulasi dalam
memanfaatkan perbedaan harga jual dan harga beli (beli murah jual mahal, beda
harga, impor daging dengan kuota, dll.)
3. Kewirausahaan Inovatif, Wirausaha dinamis yang menghasilkan ide-ide dan
kreasi-kreasi baru yang berbeda, ia merupakan promotor, tidak saja dalam
memperkenalkan teknik dan produk baru, tetapi juga dalam pasar dan sumber
pengadaan (pembekalan), peningkatan teknik manajemen, dan metode distribusi
baru. Ia mengadakan proses dinamis pada produk, proses, hasil, sumber
pembekalan, dan organisasi yang baru. Misalnya membuat keripik dari apel atau
salak, distribusi produk melalui jasa pengiriman JNE, TIKI, J&T, dsb.

Sedangkan Zimmerer (1996) mengelompokkan profil wirausaha sebagai


berikut:
1. Part – time entrepreneur, yaitu wirausaha yang hanya setengah waktu
melakukan usaha , biasanya sebagai hobi. Kegiatan usahanya hanya bersifat
sampingan.
2. Home – based new ventures, yaitu usaha yang dirintis dari rumah / tempat
tinggal.
3. Family – owned business, yaitu usaha yang dilakukan / dimiliki oleh beberapa
anggota keluarga secara turun – temurun.
4. Copreneurs, yaitu usaha yang dilakukan oleh dua orang wirausaha yang bekerja
sama sebagai pemilik dan menjalankan usahanya bersama-sama.

Secara makro, wirausaha berperan sebagai penggerak, pengendali, dan


pemacu perekonomian suatu bangsa. Di Amerika Serikat, Eropa Barat, dan negara-
negara Asia, kewirausahaan menjadi kekuatan ekonomi negara tertentu, sehingga
negara-nagara tersebut menjadi kekuatan ekonomi dunia yang kaya dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi.
Secara kualitatif, peranan wirausaha melalui usaha kecilnya tidak diragukan
lagi, yaitu:
 Pertama, usaha kecil dapat memperkokoh perekonomian nasional melalui
berbagai keterkaitan usaha, seperti fungsi pemasok, produksi, penyalur, dan
pemasaran bagi hasil produk-produk industri besar.
 Kedua, usaha kecil dapat meningkatkan efisiensi ekonomi, khususnya dalam
menyerap sumber daya yang ada, dapat menyerap tenaga kerja lokal, sumber daya
lokal, dan meningkatkan sumber daya manusia menjadi wirausaha-wirausaha
yang tangguh.
 Ketiga, usaha kecil dipandang sebagai sarana pendistribusian pendapatan nasional,
alat pemerataan berusaha dan pendapatan, karena jumlahnya tersebar di perkotaan
maupun pedesaan.
Secara mikro, peran wirausaha adalah menanggung risiko dan
ketidakpastian, mengombinasikan sumber-sumber ke dalam cara yang baru dan
berbeda untuk menciptakan nilai tambah dan usaha-usaha baru.
Secara garis besar, peranan wirausaha dalam dunia usaha yang ada di
Indonesia adalah sebagai berikut:
 Menciptakan lapangan kerja
 Mengurangi pengangguran
 Meningkatkan pendapatan masyarakat
 Mengkombinasikan faktor – faktor produksi (alam, tenaga kerja, modal dan
keahlian)
 Meningkatkan produktivitas, sebagai contoh : seorang desainer pakaian tidak akan
bekerja sendiri dalam mengembangkan usahanya. Ia akan membutuhkan orang –
orang yang akan membantunya dalam menjalankan kegiatannya, seperti membuat
pola, menjahit, mengerjakan detail pakaian serta aktivitas lainnya. Artinya, usaha
yang dijalankannya akan menyerap banyak tenaga kerja dan otomatis dapat
mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia, hal ini akan memberikan
kontribusi yang baik dalam pengembangan perekonomian di negara kita.
Fungsi Makro Wirausaha:
a. Penggerak
b. Pengendali, dan
c. Pemicu perekonomian suatu bangsa
Fungsi Mikro Wirausaha:
a. Sebagai Penemu (Innovator)
 Produk baru (the new product)
 Teknologi baru (the new technologi)
 Ide-ide baru (the new image)
 Organisasi usaha baru (the new organization)
b. Sebagai Perencana (Planner)
 Perencana perusahaan / usaha (corporate plan)
 Strategi perusahaan (corporate strategy)
 Ide-ide dalam perusahaan (corporate image)
 Organisasi perusahaan (corporate organization)
Berdasarkan fungsi makro dan mikro wirausaha diatas, maka wirausaha
(entrepreneur) dapat di definisikan sebagai perintis dan pengembangan perusahaan
yang berani mengambil risiko dalam menghadapi ketidakpastian dengan cara
mengelola sumber daya manusia, material, dan keuangan untuk mencapai tingkat
keberhasilan tertentu yg diinginkan. Sedangkan Intrapreneur adalah orang yg tidak
menemukan sesuatu (produk) yang baru, tetapi menggunakan temuan orang lain dan
dipakai pada unit usaha yang bersangkutan.

DAFTAR PUSTAKA

Anis Yuliati, dkk. 20212. “FUNGSI DAN MODEL PERAN


KEWIRAUSAHAAN SERTA IDE DAN PELUANG DALAM KEWIRAUSAHAAN (BAB
II hal.22)”. Malang : Universitas Brawijaya.

Fatima Tuzzahara Alkaf. 2020. “PENGANTAR KEWIRAUSAHAAN Modul


3: Fungsi dan Model Kewirausahaan”. Jakarta : Universitas Pancasila.

Muhammad Hasan, dkk. 2021. “KEWIRAUSAHAAN”. Bandung :


PENERBIT MEDIA SAINS INDONESIA.

Suzanna Ratih Sari, dkk. “KEWIRAUSAHAAN (BUKU AJAR TKA 156


KEWIIRAUSAHAAN)”.
G. IDE DAN PELUANG DALAM KEWIRAUSAHAAN
Salah satu dari sekian alasan yang menyebabkan bisnis baru mengalami
kegagalan adalah para pebisnis seringkali menghadapi kebingungan memaknai dua
istilah yang sangat penting baginya, yaitu ide dan peluang usaha. Kedua istilah
tersebut banyak dipergunakan dalam proses pengembangan bisnis oleh pebisnis.
Namun, seringkali pebisnis memulai bisnisnya hanya dengan ide dan tidak
melanjutkannya pada tahap mengubahnya menjadi peluang usaha yang nyata dan
praktis. Karenanya, banyak bisnis mengalami kegagalan pada tahap saat bisnis berada
dalam tahap dimulai. Peluang usaha dapat berawal dari ide bisnis, namun tidak semua
ide bisnis dapat berlanjut menjadi peluang usaha yang dapat dimanfaatkan oleh
pebisnis. Memiliki ide bisnis yang baik merupakan langkah awal untuk memproses
dan mengubah suatu keinginan dan kreativitas menjadi suatu peluang bisnis. Materi
kali ini akan menguraikan tentang ide dan peluang usaha serta implementasi dan
pengembangan dari keduanya.
i. Ide Bisnis / Ide Kewirausahaan
Wirausaha dapat menambah nilai suatu barang atau jasa melalui inovasi.
Keberhasilan wirausaha dapat dicapat apabila wirausaha mengunakan produk,
proses dan jasa-jasa inovasi sebagai alat untuk mengali perubahan.
Menurut Zimmerer (2003), ide-ide yang berasal dari wirausaha dapat
menciptakan peluang untuk memenuhi kebutuhan riil pasar. Ide-ide itu
menciptakan nilai potensial di pasar sekaligus menjadi peluang pasar. Dalam
mengevaluasi ide untuk menciptakan nilai potensial (peluang usaha), wirausaha
perlu mengidentifikasi dan mengevaluasi semua resiko yang mungkin terjadi
dengan cara:
 Kemungkinan banyaknya resiko yang dapat diminimalisir melalui strategi
yang proaktif;
 Penyebaran resiko pada aspek yang paling mungkin;
 Mengelola resiko yang mendatangkan nilai dan manfaat.

Ada tiga bentuk resiko yang dapat dievaluasi, yaitu:


1. Risiko pasar atau persaingan → terjadi akibat adanya ketidakpastian pasar.
2. Risiko Finansial → terjadi akibat rendahnya hasil penjualan dan tingginya
biaya.
3. Risiko Teknis → terjadi akibat adanya kegagalan Teknik.
Ide bisnis (business idea) merupakan konsep atau peluang pasar untuk
menghasilkan uang melalui penciptaan dan komersialisasi produk. Ide bisnis
dapat dirasakan secara pribadi hanya oleh pebisnis, yang bersumber dari
pengalamannya untuk melakukan berbagai upaya survive membangun bisnis
yang sering diwarnai rasa frustrasi dan bersumber dari inovasi oleh pebisnis.
Secara sederhana, ide bisnis merupakan gambaran singkat dan tepat mengenai
bisnis yang hendak didirikan/dijalankan.
a. Sumber Utama Ide Bisnis
Munculnya ide berbisnis dapat bersumber dari mana saja. Bisa jadi
muncul dari sesuatu yang disukai, atau pengalaman kerja yang pernah
dijalani, pemaparan dari para pakar atau pemilik bisnis, atau solusi yang
pernah diambil atas masalah sebelumnya termasuk masalah orang lain.
Berikut ini adalah beberapa sumber munculnya ide bisnis:
 Hobi atau Keterampilan sendiri: hobi, keterampilan, minat, merupakan
sumber yang paling baik untuk memulai bisnis dan menghasilkan
uang.
 Pengalaman pribadi: pengalaman yang buruk dapat menjadi inspirasi
untuk menemukan solusi dan peluang bisnis. Jika banyak orang
mengalami masalah serupa, pebisnis mungkin dapat memonetisasi
solusi atas masalah tersebut. pebisnis juga dapat mencari inspirasi
untuk bisnis baru dari pengalaman orang lain.
 Pengalaman kerja sebelumnya: tempat kerja tidak hanya tentang
memperoleh gaji, tapi juga memperoleh keterampilan baru,
pengalaman, dan peluang usaha. Pebisnis mungkin dapat mengisi
celah untuk solusi atas masalah yang mantan perusahaan Pebisnis
hadapi.
 Konferensi dan pameran: misalnya, mengikuti konferensi waralaba
bisa jadi membuka kesempatan bagi pebisnis untuk bekerjasama
dengan pemilik waralaba dan membuka gerai di lingkungan Pebisnis.
 Riset pasar anggaran kecil: berselancar di internet adalah sumber
berharga untuk menemukan peluang bisnis. Misalnya, pebisnis dapat
belajar dari ide bisnis di luar negeri dan mengadopsinya di pasar lokal.
Dikutip dari buku yang berjudul “MANAJEMEN
KEWIRAUSAHAAN KONTEMPORER” pada BAB 3 yang ditulis Fitria
Halim, dikatakan bahwa menurut Watrianthos et al (2020) ada beberapa cara
dalam menciptakan ide bisnis, diantanya adalah sebagai berikut :
 Kejadian pada diri sendiri. Berawal dari apa yang terjadi pada diri
sendiri, itu bisa menjadikan wirausahawan sebagai peluang besar untuk
memulai usaha baru.
 Berdasarkaan kesukaan. Berawal dari kesukaan, kita dapat menciptakan
ide usaha yang sama berdasarkan apa yang kita sukai / minati.
 Melalui pengamatan yang berulang ulang. Pengamatan yang dilakukan
secara berulang-ulang tentang produk ataupun jasa bisa menjadikan
peluang besar jika kita adalah seorang wirausahawan.
 Melalui kegiatan sehari-hari. Kegiatan yang kita lakukan keseharian dan
apa yang kita butuhkan bisa menjadikan peluang usaha tentang apa yang
akan kita buat untuk kebutuhan sehari-hari.
 Ditemukan karena dasar ketidaksengajaan. Karna unsur penemuan
yang tidak sengajaan juga bisa menjadikan peluang dan menciptakan
keuntungan bagi kita.
 Penemuan ide dengan penuh pertimbangan. Penemuan ini berdasarkan
hasil yang penuh banyak pertimbangan, bisa jadi harus di pikirkan secara
benar-benar agar ide tersebut nantinya itu dapat bermanfaat.

b. Kriteria Ide Bisnis Yang Bagus


Menghasilkan ide bisnis merupakan suatu tantangan bagi pebisnis.
Namun, memiliki beberapa ide bisnis saja belum cukup untuk memulai suatu
bisnis. Pebisnis harus memilih ide yang paling berharga dan menjanjikan
untuk dapat diimplementasikan dan menghasilkan uang. Hal apa saja yang
membuat sebuah ide bisnis menjadi bagus? Berikut ini adalah kriterianya:
 Menguntungkan: cukup untuk menghasilkan pendapatan dan lebih
besar dibandingkan dengan dengan biayanya.
 Inovatif: menciptakan sesuatu yang baru dan belum pernah ada
seperti komputer di awal penemuannya, mengembangkan produk baru
dari model yang sudah ada seperti mengembangkan laptop, atau
memperbaiki produk yang sudah ada seperti mengenalkan varian
laptop yang baru.
 Memecahkan masalah: menawarkan solusi untuk persoalan yang
ada, yang mana tidak dapat dipecahkan menggunakan produk yang
ada di pasar. Produk mungkin menawarkan solusi yang lebih murah
atau lebih baik.
 Permintaan yang substansial: memungkinkan bisnis Pebisnis untuk
tumbuh dan mencapai skala ekonomi yang lebih tinggi untuk
menurunkan biaya dan meningkatkan keuntungan.
 Pasar Bertumbuh: menjanjikan potensi untuk pertumbuhan lebih
lanjut sehingga bisnis dapat terus menghasilkan pendapatan.
 Kecukupan sumber daya: Pebisnis memiliki atau dapat
mengumpulkan sumber daya yang cukup untuk menjalankan dan
membuat bisnis sukses.
 Ketahanan terhadap dinamika pasar: Pebisnis memiliki
kesempatan yang besar untuk menumbuhkan bisnis. Misalnya,
persaingan yang ketat dapat membuat bisnis Pebisnis tutup, bahkan
sebelum Pebisnis dapat menutupi modal awal.
ii. Peluang Usaha
Peluang usaha dapat dimaknai sebagai suatu kesempatan untuk mencapai
tujuan berbisnis, yang secara umum bermuara pada tujuan memperoleh
keutungan sebagai tujuan utamanya. Namun, ternyata tidak banyak orang yang
memahami tentang cara melihat atau memperoleh peluang usaha yang dimaksud.
Langkah awal mengembangkan suatu bisnis adalah dengan mengetahui dan
mengenali suatu peluang usaha terlebih dahulu. Kemampuan untuk melihat dan
mendapatkan suatu peluang usaha yang kemudian dapat memanfaatkannya secara
maksimal untuk meraih tujuan utama bisnis, merupakan hal yang sangat penting
dimiliki Pebisnis dalam menjalankan usahanya. Karenanya, dibutuhkan kepekaan
untuk senantiasa memperhatikan lingkungan.
Menurut KBBI, “peluang usaha merupakan suatu peluang atau
kesempatan tertentu yang dapat dimanfaatkan seseorang untuk melakukan atau
membangun suatu usaha”.
Secara umum, peluang usaha adalah kesempatan atau waktu yang tepat
untuk dapat dimanfaatkan oleh wirausahawan untuk mendapatkan keuntungan.
Dapat juga dimaknai sebagai seluruh ide bisnis, perencanaan, atau kesempatan
lain yang baru untuk suatu usaha yang sedang dalam tahap pengembangan atau
bahkan usaha yang baru saja dirintis.
Beberapa ahli pun telah memberikan definisi dari peluang usaha tersebut,
sebagaimana uraian berikut ini:
 Robbins & Coulter: “Peluang usaha adalah sebuah proses yang
melibatkan individu atau kelompok dengan usaha dan sarana tertentu
untuk menciptakan suatu nilai tumbuh guna memenuhi sebuah kebutuhan
tanpa memperhatikan sumber daya yang digunakan”.
 Arif F. Hadipranata: “Peluang usaha adalah sebuah risiko yang harus
diambil dan dihadapi untuk mengelola dan mengatur segala urusan yang
ada hubungannya dengan finansial”.
 Thomas W. Zimmerer: “Peluang usaha artinya sebuah terapan yang
terdiri dari kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan melihat
kesempatan yang dihadapi setiap hari”.
a. Karakteristik Peluang Usaha Yang Baik
Suatu Peluang usaha yang baik memiliki ciri-ciri atau karakteristik
tertentu yang dapat dilihat dengan seksama. Karakteristik dimaksud antara
lain sebagai berikut:
 Usaha yang akan dijalankan berpotensi menguntungkan;
 Tidak membutuhkan modal yang terlalu besar;
 Peluang usahanya bersifat orisinil, kreatif, serta tidak meniru ide orang
lain;
 Dapat dikembangkan dalam skala besar;
 Bukan usaha musiman;
 Tingkat kelayakan usahanya sudah teruji;
 Merupakan bidang usaha yang dapat bertahan lama;
 Produk yang dihasilkan memiliki nilai jual;
 Merasa senang dan yakin saat menjalankannya.
b. Sumber Peluang Usaha
Peluang usaha berasal dari dua sumber, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Keduanya dapat dimanfaatkan dan dimaksimalkan untuk
diimplementasikan, serta meraih keuntungan sebagai tujuan utama berbisnis.

Sumber internal peluang usaha, yaitu:


i. Kegemaran atau hobi Pebisnis;
ii. Wawasan dan pengetahuan Pebisnis;
iii. Keahlian Pebisnis;
iv. Tingkat pendidikan Pebisnis;
v. Ide, daya imajinasi dan kreativitas yang dikembangkan.

Sedangkan, sumber eksternal peluang usaha antara lain:


1. Lingkungan tempat tinggal;
2. Fenomena yang dapat diindera di sekitar;
3. Informasi yang diperoleh dari berbagai media;
4. Tingkat kebutuhan pasar;
5. Permintaan pasar.

Dikutip dari buku “TEORI DAN KONSEP KEWIRAUSAHAAN”


yang ditulis oleh Riswan Aradea, ada suatu cara terbaik untuk menuangkan
ide potensial menjadi produk jasa riil, yakni dengan proses penjaringan ide
(Screening). Adapun langkah-langkah dalam penjaringan ide yang dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Menciptakan Produk Baru dan Berbeda
Ketika ide dimunculkan secara riil atau nyata, misal dalam bentuk
barang dan jasa baru, maka produk baru tersebut harus berbeda dengan
produk dan jasa yang ada di pasar. Selain itu, produk dan jasa tersebut
harus menciptakan nilai bagi pembeli dan pengunanya. Agar berguna tentu
saja barang dan jasa itu bernilai bagi konsumen pelanggan maupun
konsumen potensial lainnya. Oleh sebab itu, wirausaha harus mengetahui
betul perilaku konsumen di pasar dengan memperhatikan atau mengamati
dua unsur pasar, yaitu permintaan terhadap barang & jasa yang
dihasilkan dan waktu penyerahan & waktu permintaan barang dan
jasa.
Selain itu, masalah segmentasi pasar merupakan hal penting yang
pelu diperhatikan. Karena secara spesifik peluang itu amat tergantung pada
perilaku segmen pasar. Yang akan dianalisis dari pasar adalah kemampuan
untuk menganalisis demografi pasar. kemampuan untuk menganalisis sifat
serta tingkah laku pesaing, kemampuan untuk menganalisis keunggulan
bersaing pesaing dan kefakuman pesaing yang dianggap dapat
menciptakan peluang.
2. Mengamati Pintu Peluang
Wirausaha harus pandai mengamati potensi-potrensi yang dimiliki
pesaing. Kemampuan pesaing untuk mempertahankan posisi pasar dapat
dievaluasi dengan mengamati kelemahan dan resiko pesaing dalam
menanamkan modal baru.
3. Analisis Produk dan Proses Produksi Secara Mendalam
Analisis ini sangat penting untuk menjamin apakah jumlah dan
kualitas produk yang dihasilkan memadai atau tidak. Berapa biaya yang
dikeluarkan untuk membuat produk tersebut. Apakah biaya yang
dikeluarkan lebih efesien daripada biaya yang dikeluarkan pesaing.
4. Menaksir Biaya Awal
Menaksir biaya awal yaitu beberapa biaya awal yang diperlukan
oleh usaha baru. Darimana sumbernya dan untuk apa digunakan. Berapa
yang diperlukan untuk operasi, untuk perluasan dan untuk biaya lainnya.
5. Mempertimbangkan Resiko yang Mungkin Terjadi
Resiko yang dimaksud adalah resiko teknik, resiko finansial, dan
resiko pesaing. Resiko pesaing adalah kemampuan dan kesediaan pesaing
untuk mempertahankan posisinya di pasar. Resiko teknik adalah
berhubungan dengan proses pengembangan produk yang cocok dengan
yang diharapkan atau menyangkut suatu objek penentu apakah ide secara
aktual dapat ditransformasikan menjadi produk yang siap di pasarkan
dengan kapabilitas dan karakteristiknya. Sedangkan resiko finansial
merupakan resiko yang muncul sebagai akibat ketidakcukupan finansial
baik dalam fase pengembangan produk baru maupun dalam menciptakan
dan mempertahankan perusahaan dalam memberikan dukungan biaya
produk. Analisis kelemahan, kekuatan, peluang dan ancaman atau dikenal
dengan analisis SWOT sangat penting dalam menciptakan keberhasilan
perusahaan baru.
6. Bekal Pengetahuan dan Kompetensi Kewirausahaan
Untuk menjadi wirausaha yang berhasil, maka watak dan jiwa
kewirausahaan harus dan mutlak untuk dimiliki. Jiwa dan watak itu
dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan dan kompetensi. Kompetensi
itu sendiri ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman usaha.
Kemampuan yang harus dimiliki antara lain:

 Self-knowledge memiliki pengetahuan tentang usaha yang dilajutkan


dan dijalani;
 Imaginntion, yaitu memiliki imajinasi, ide, dan persepektif, serta tidak
mengandalkan pada sukses di masa lalu;
 Practical Knowledge, memiliki pengetahuan praktis misalnya
pengetahuan teknik desain, prosesing, pembukuan, administrasi dan
pemasaran;
 Serach Skill, yakni kemampuan untuk menemukan, berkreasi dan
berimajinasi;
 Foreight, yaitu berpandangan jauh kedepan;
 Computation skill, kemampuan untuk berhitung dan kemampuan
memprediksi keadaan masa yang akan datang);
 Communication skill, yakni kemapuan untuk berkomunikasi, bergaul,
dan berhubungan dengan orang lain.
c. Strategi Peluang Usaha
Untuk dapat melihat dan menemukan peluang usaha yang sesuai dan
tepat untuk bisnis yang akan dijalankan, dibutuhkan strategi peluang usaha.
Strategi tersebut, antara lain:
 Tentukan titik kemungkinan dapat ditemukannya peluang usaha;
 Rancang produk yang bernilai jual dengan mempertimbangkan kebutuhan
pasar;
 Temukan bidang usaha yang sesuai dengan keahlian atau minat yang
dimiliki;
 Fokus melihat minat atau kegemaran yang dimiliki, termasuk bidang
keahlian yang mampu dilakukan untuk kemudian dikembangkan menjadi
sebuah peluang bisnis;
 Terus lakukan evaluasi dan analisis peluang usaha.
Analisis peluang usaha merupakan cara atau metode yang dapat
dilakukan para pebisnis untuk menentukan dan merencanakan hal-hal yang
hendak dilakukan dalam memenangkan persaingan bisnis. Hal ini penting,
karena adanya analisis peluang usaha akan lebih mudah bagi Pebisnis dalam
menjalankan bisnisnya dengan menghindari hal-hal merugikan. Analisis
peluang usaha berfungsi membantu dalam penetapan nilai-nilai produk yang
dipasarkan yang tidak memunculkan keraguan konsumen saat produk tersebut
ditawarkan. Analisis SWOT merupakan salah satu cara yang seringkali
digunakan sebagai metode analisis peluang usaha. Metode ini mudah
dipergunakan dan cukup terkenal. Analisis SWOT atau sekarang dikenal juga
sebagai Analisis TOWS merupakan singkatan dari:
 Strengths (Kekuatan), yaitu kekuatan dan kelemahan merupakan faktor
internal dari bisnis itu sendiri, sedangkan peluang dan ancaman
merupakan faktor dari lingkungan eksternal yang cenderung sulit untuk
dikendalikan. Strength dalam analisis SWOT merupakan kekuatan atau
kelebihan yang diunggulkan dalam bisnis. Contohnya: dalam bisnis
katering, makanannya terbuat dari bahan-bahan segar merupakan
kekuatan yang dapat menjadi keunggulan bersaing.
 Weaknesses (Kelemahan), adalah kebalikan dari Strengths, yang
merupakan isyarat bagi pengusaha untuk terus mengetahui hal-hal yang
menjadi kekurangan atau kelemahan yang ada pada bisnis. Misalnya:
makanan katering yang seringkali basi.
 Opportunities (Kesempatan), yaitu yang menguraikan peluang yang ada,
yang dapat dimanfaatkan oleh Pebisnis. Misalnya: jika tinggal di dekat
kampus yang seringkali membutuhkan jasa fotokopi berkas, maka
membuka usaha fotokopi di area tersebut bisa menjadi peluang usaha
yang prospeknya cerah.
 Threats (Ancaman), merupakan hal-hal dalam ranah eksternal yang bisa
menerpa bisnis di luar kendali, Contohnya: seperti munculnya kompetitor
di bidang yang sama.
Metode analisis SWOT ini akan memberikan 4 (empat) rekomendasi
strategi pengembangan bisnis, antara lain sebagai berikut:
1. Strategi S-O, yaitu strategi mencurahkan segala kekuatan untuk
memanfaatkan potensi peluang yang ada.
2. Strategi S-T, yaitu strategi menggunakan kekuatan internal untuk
meminimalisir dampak ancaman dari eksternal.
3. Strategi W-O, yaitu strategi meminimalisir kelemahan yang dimiliki
perusahaan untuk memanfaatkan potensi peluang yang ada.
4. Strategi W-T, yaitu strategi meminimalisir kelemahan sekaligus
menghadapi risiko ancaman dari eksternal.
d. Penyebab Peluang Usaha Tidak Bisa Dimanfaatkan Secara Maksimal
Kemampuan untuk melihat adanya peluang usaha saja ternyata tidak
cukup membantu mewujudkan tercapainya tujuan berbisnis. Seringkali,
peluang usaha dapat diraih namun tidak bisa dimanfaatkan secara maksimal,
sehingga berujung pada kegagalan dalam berbisnis. Berikut ini adalah
beberapa penyebab terjadinya kegagalan dalam memanfaatkan peluang bisnis
yang sudah ada:
 Terjadi kesalahan analisis peluang usaha. Analisis peluang usaha
memiliki peran yang penting agar bisnis terhindar dari kegagalan dan
kerugian dengan mengetahui kekuatan, kelemahan, sekaligus dengan
risiko dan ancaman yang dapat terjadi dalam operasional bisnis.
 Adanya sifat mudah putus asa. Hal ini mungkin terkesan klise, namun
sejatinya dalam menjalankan usaha, diperlukan adanya sikap pantang
menyerah, semangat yang tinggi, dan kemauan untuk terus berkembang.
 Menggantungkan diri pada tren pasar. Mampu melihat apa yang
sedang tren di pasaran memang merupakan suatu hal yang juga memiliki
pengaruh baik dalam bisnis. Namun, jika mendirikan usaha yang hanya
berpatokan pada tren, pada saat tren tersebut sudah mulai berkurang,
usaha akan ikut meredup.
 Manajemen yang kurang baik. Manajemen bisnis yang mencakup
manajemen keuangan, produksi, sampai dengan pemasaran yang perlu
dilakukan koordinasi yang baik antara keseluruhannya agar bisa tercipta
bisnis yang lancar tanpa hambatan.
e. Pengembangan Ide dan Peluang Usaha
Langkah-langkah pengembangan ide dan peluang usaha dimulai dari
pengembangan ide, pemberian pemahaman kepada para karyawan akan ide
tersebut, hingga penentuan tujuan yang jelas dalam bisnis. Sebuah ide bisnis
dapat menjadi suatu peluang bisnis, jika memenuhi kriteria berikut ini:
 Ide bisnis menarik bagi pelanggan. Ide bisnis yang bagus akan menarik
calon pelanggan. Ketertarikan calon pelanggan terhadap suatu produk
dikarenakan adanya kebutuhan nyata atas produk yang ditawarkan
tersebut. Untuk itu, penting bagi Pebisnis untuk mengetahui terlebih
dahulu apa yang menjadi permintaan pasar.
 Pelanggan dapat membeli produk (barang dan layanan) yang
dihasilkan dari ide bisnis tertentu. Produk yang dihasilkan dari ide
bisnis yang bagus akan membuat konsumen mampu membeli produk
tersebut.
 Pebisnis dapat mengubah ide usaha tertentu menjadi produk pada
bisnis. Ide bisnis yang bagus akan membuat Wirausahawan dapat
mengimplementasikannya dalam operasional bisnis. Untuk mendukung
hal tersebut, Pebisnis harus memiliki pengetahuan dan keterampilan
khusus agar dapat mewujudkannya dalam operasional usaha yang baik.
Pengembangan ide dan peluang usaha meliputi beberapa langkah
berikut ini:
1. Penetapan ide bisnis sekaligus pengembangannya.
Dalam memilah dan memilih peluang usaha yang nantinya akan
dijalankan, pastikan terlebih dahulu bahwa peluang tersebut sudah cocok
dan sesuai dengan segala hal yang diinginkan.
2. Penentuan tujuan ide bisnis tersebut.
Tujuan dari ide bisnis harus ditentukan semenjak awal bisnis
direncanakan. Hal ini penting untuk memberi arah yang selaras dengan
berbagai pihak yang terlibat serta langkah-langkah selanjutnya yang
mendukungnya.
3. Perluasan ide bisnis.
Untuk keberlanjutan suatu bisnis, perlu dilakukan perluasan bisnis dengan
memanfaatkan potensi dan peluang bisnis yang ada. Membatasi diri pada
kemampuan yang dimiliki, akan menyebabkan bisnis menemui kebuntuan
dalam pengembangannya. Dibutuhkan sikap open-mind dari Pebisnis.
4. Eksekusi Business Plan.
Perencanaan bisnis harus dapat dieksekusi dan segera diimplementasikan
sehingga dapat mewujudkan tujuan utama bisnis dengan memanfaatkan
potensi peluang bisnis yang ada. Perencanaan bisnis ini meliputi
perencanaan keuangan, konsep bisnis, sumber daya yang diperlukan, dan
banyak hal lainnya.
5. Jalankan Program Pemasaran dan Promosi Bisnis.
Program Pemasaran dan promosi yang telah dicantumkan dalam
perencanaan bisnis sebagai Langkah lanjutan dari operasional produksi
produk yang dilakukan perusahaan atau Pebisnis. Program pemasaran
harus terintegrasi dengan menyelaraskan komponen bauran pemasaran
serta strategi segmenting-targeting-positioning.
6. Jalin kerja sama untuk perluasan bisnis.
Jaringan Bisnis dapat menjadi jalan terbaik untuk pengembangan bisnis.
Sehingga menjadi niscaya bagi Pebisnis untuk melakukan jalinan
kerjasama dengan berbagai pihak.
7. Beradaptasi dengan kebutuhan dan permintaan pasar.
Pebisnis harus memahami secara mendalam pasar yang ditargetkan untuk
digarap. Dengan pemahaman atas pasar sasaran tersebut, Pebisnis dapat
memproduksi produk yang sesuai dengan kebutuhan dan permintaan
pasar, sehingga daya serap pasar menjadi tinggi terhadap produk yang
ditawarkan.
8. Jalin hubungan baik dengan konsumen.
Di mata pemasaran, konsumen adalah “Raja”. Konsumen menjadi sumber
penghasilan bagi Pebisnis melalui penawaran dan transaksi penjualan
produknya. Jalinan komunikasi dan interaksi dengan konsumen akan
menciptakan keharmonisan antar Pebisnis dan Konsumen, sehingga
berdampak pada loyalitas konsumen serta lebih jauh lagi akan
menciptakan consumer engagement yang bermanfaat dalam
pengembangan produk.

f. Contoh Ide dan Peluang Usaha di Era 4.0


1. Perusahaan yang Berhasil Merealisasikan Ide Menjadi Peluang
Usaha
Berikut merupakan beberapa contoh perusahaan yang berhasil
mewujudkan ide menjadi peluang usaha yang menguntungkan:
 Gojek, Grab, Indrive, dan Aplikasi Ojol lainnya – “Kemacetan di
Kota-kota besar adalah hal yang sangat melelahkan bagi sebagaian
besar orang. Salah satu alternatif jasa transportasi unggulan yang biasa
dipakai adalah ojol / ojek online. Mereka hadir menjadi jenis
transportasi yang sangat diiminati yang dapat menembus macet lalu
lintas. Mereka menghadirkan solusi menyeluruh untuk berbagai
kemudahan seperti GoFood, GoSend, GoShop, GoClean, dan masih
banyak lagi”.
 Wikipedia – “Wikipedia adalah ensiklopedia berbasis online gratis
yang membantu meningkatkan pengetahuan umum. Ini
memungkinkan penggunanya untuk mengedit hampir semua artikel
yang dapat diakses. Ini adalah karya referensi umum terbesar dan
terpopuler di Internet dan termasuk di antara sepuluh situs web paling
populer. Idenya adalah perusahaan mampu memotivasi komunitas
besar untuk berpartisipasi dalam proyek tanpa menawarkan
keuntungan finansial. Dengan kontribusi komunitas online, Wikipedia
menjamin kualitas artikel”
 Tesla – “Tesla Motors, Inc. adalah perusahaan otomotif dan energi
Amerika yang merancang, memproduksi, dan menjual mobil listrik,
komponen powertrain kendaraan listrik, dan produk baterai. Tujuan
mereka adalah untuk mempercepat munculnya transportasi
berkelanjutan dengan membawa mobil listrik pasar massal yang
menarik ke pasar dan membawa dampak yang lebih baik pada dunia.
Dengan menawarkan berbagai layanan berkualitas tinggi, Tesla
membuat penggunaan mobil listrik menjadi mudah dan tidak rumit.
Pengalaman positif ini mengarah pada fakta bahwa 9 dari 10
pelanggan akan merekomendasikan mobil Tesla yang telah mereka
gunakan. Untuk meningkatkan pertumbuhan lebih lanjut, Tesla telah
berinvestasi besar-besaran dalam infrastruktur mereka”.
 Shopee, Tokopedia, TikTok Shop, dan Online e-Commerce
Lainnya – merupakan individu atau perusahaan yang menjual barang
atau jasa secara online. Tugasnya menjual produknya kepada
pelanggan untuk mendapatkan keuntungan. Di era digital seperti saat
ini, banyak orang yang lebih senang melakukan segala sesuatu secara
online, termasuk transaksi jual-beli. Karena, hal tersebut lebih
menghemat waktu dan tenaga, serta lebih praktis dalam metode
pembayarannya, terlebih sekarang sudah ada fitur COD atau Cash on
Delivery. Maka dari itu, berjualan di e-Commerce seperti ini
merupakan ide dan peluang yang sangat bagus dalam usaha, bahkan
untuk pemula sekalipun.
2. Ide dan Peluang Usaha Saat Pandemi
Situasi pandemi telah memberi dampak pada kondisi ekonomi
banyak orang. Terutama untuk pekerjaan serta bisnis yang tidak bisa
dilakukan menggunakan metode Work From Home (WFH). Tak sedikit
pula pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja. Hal ini memaksa
untuk membuat setiap orang harus menjadi kreatif untuk mencari ide dan
peluang bisnis yang dapat dilakukan secara WFH. Mungkin akan terasa
sulit untuk mencari ide dan peluang usaha pada saat situasi seperti ini,
tetapi jika tetap berusaha untuk mencari ide dan peluang usaha dengan
sabar maka semua akan berhasil. Berikut merupakan beberapa ide dan
peluang usaha yang bisa dilakukan pada saat pandemi:
 Usaha Kue Pastri – Masyarakat banyak meminati makanan kue pastri
semacam brownies atau cupcake. Terutama untuk pastris yang
dimodifikasi menjadi bentuk yang kecil dan lebih murah yang
sekarang dikenal dan disebut “dessert box”. Ide dan peluang usaha
kue pastry ini sangat cocok untuk Pebisnis yang hobi bikin kue.
 Bisnis Online Shop – Saat ini, online shop menjadi semakin marak
dipergunakan khalayak ramai untuk bertransaksi membeli barang.
Barang kebutuhan sehari-hari, seperti obat, frozen food, dan sayur,
serta barang-barang kecantikan dan fashion sudah dapat diperoleh dan
dibeli secara online. Hanya dengan menggunakan gadget dan
bertransaksi menggunakan mobile banking ataupun COD, belanja
online semakin digandrungi dan membuat orang banyak beralih dari
belanja konvensional.
 Bisnis Masker Kain – Selama pandemi, masker menjadi salah satu
barang yang harus ada dan digunakan serta banyak dicari orang.
Masker kain menjadi alternatif lain saat masker satu kali pakai sulit
diperoleh. Masker kain menjadi pilihan orang-orang yang ingin
menggunakan masker yang warna atau motifnya selaras dengan
pakaian yang dikenakannya. Masker kain pun menjadi pilihan bagi
orang-orang yang hendak mempromosikan suatu produk melalui
gambar yang tertera dalam masker kain. Ide dan peluang usaha masker
kain ini dapat menjadi usaha jangka panjang karena masker akan
dipergunakan terus walaupun telah selesainya pandemic
 Reseller Produk – Kata reseller sudah tidak asing, terutama bagi
orang yang sering berbelanja online. Reseller adalah orang yang
menjual kembali produk yang dibeli dari supplier ke konsumen. Untuk
menjadi reseller, Pebisnis harus mendaftar pada pihak supplier. Di
awal, Pebisnis harus menyiapkan modal terlebih dahulu karena
Pebisnis harus membeli produk pada pihak supplier. Pihak supplier
juga akan memberi harga khusus yang lebih murah sehingga Pebisnis
dapat menentukan keuntungan sesuai dengan keinginan Pebisnis.
 Menjadi Dropshipper – Dropshipper pun kata yang tidak asing dan
sering digunakan dalam kegiatan transaksi online. Dropshipper tidak
perlu membeli barang dari supplier (seperti halnya reseller),
dropshipper cukup mempromosikan produk tersebut. Jika ada
konsumen yang membeli, Pebisnis memesan pada pihak supplier.
Kemudian, pihak supplier akan mengirim langsung kepada konsumen
dengan atas nama Pebisnis. Untuk ide dan peluang usaha ini,
Dropshipper hanya perlu maksimal dalam mempromosikan barang
yang Pebisnis jual. Ide dan peluang usaha ini sangat cocok bagi
Pebisnis yang ingin memiliki dan menjalankan usaha namun tidak
ingin mengeluarkan modal terlebih dahulu.
 Desain Grafis – Usaha-usaha baru banyak yang muncul dan dirintis di
masa pandemi, sehinga berdampak pada semakin banyak kebutuhan
jasa desain grafis, untuk mendesain logo, mendesain kemasan hingga
mendesain konten di platform online. Pebisnis yang pandai dalam
dunia desain atau bahkan hobi dalam desain, dapat memanfaatkan ide
dan peluang usaha desain grafis ini. Penawaran jasa desain grafis ini
dapat memanfaatkan media sosial ke banyak orang.
3. Ide dan Peluang Usaha Yang Kreatif dengan Modal Minim
Tidak semua usaha perlu modal besar. Usaha atau bisnis dapat
diawali dengan model secukupnya. Keterbatasan modal dapat
“digantikan” dengan upaya kreatif pengelola bisnis. Berikut ini adalah
beberapa ide dan peluang usaha yang dapat dilakukan dengan modal
minim dan upaya kreatif:
 Produk Daur Ulang. Barang bekas yang sudah tidak terpakai
yang seringkali menumpuk di rumah, bisa disulap menjadi barang
yang bermanfaat dan memiliki nilai jual yang tinggi. Misalnya:
koran atau majalah bekas yang bisa diubah menjadi benda yang
lebih bermanfaat, seperti menjadi lampu dan keranjang. Bisnis ini
juga bisa menjadi peluang usaha rumahan ibu rumah tangga,
karena bisnis produk daur ulang ini waktu pengerjaannya fleksibel.
 Jual Barang Bekas (Second). Banyaknya barang tidak terpakai,
dapat dijadikan peluang bisnis dengan menjualnya kembali dengan
harga yang lebih terjangkau. Tidak hanya barang tidak terpakai
milik sendiri, Pebisnis juga bisa menjualkan barang milik orang
lain. Nantinya Pebisnis bisa mendapatkan komisi dari tiap barang
yang terjual.
 Usaha Es Krim dari Kulit Pisang. Kulit pisang yang sering
dianggap tak berguna lagi, dapat diubah dan diolah menjadi es
krim yang lezat. Ide kreatif ini dapat menjadi peluang usaha yang
berprospek tinggi dan menguntungkan.
 Desain Uang Mahar. Mahar pernikahan berupa uang masih
menjadi favorit masyarakat muslim di Indonesia. Uang yang
dipakai untuk mahar biasanya dibentuk dan dihias sedemikian
rupa. Gunakan kreativitas Pebisnis untuk membuka jasa desain
uang mahar. Tawarkan jasa pada keluarga atau teman kerja yang
akan menikah. Atau Pebisnis juga bisa bermitra dengan para
pemilik wedding organizer untuk mendesain uang mahar klien
mereka.
 Bisnis Jasa Menyimak Curhatan. Ide bisnis berupa
mendengarkan curhat mungkin terdengar konyol. Namun bisnis ini
nyata dan bisa Pebisnis coba. Target pasar jasa ini adalah mereka
yang sedang dalam masalah namun tak memiliki teman untuk
berbagi rasa. Bisnis ini sangat mudah dilakukan, dan bisnis ini bisa
jadi peluang usaha tanpa modal, intinya hanya perlu menjadi
pendengar yang baik dan pemberi saran yang baik pula jika
diperlukan.
 Camilan Unik. Camilan unik semacam keripik kaca dan makaroni
pedas adalah contoh camilan yang sedang digandrungi oleh
masyarakat. Pebisnis bisa mulai berbisnis dengan menjual camilan
seperti ini. Pebisnis juga bisa berinovasi dengan memodifikasi
camilan yang sudah ada sebelumnya. Bisnis camilan unik seperti
ini juga bisa dikatakan ide bisnis yang cocok untuk mahasiswa.
 Catering. Pebisnis yang menyukai memasak makanan, dapat
mencoba membuka usaha catering. Pebisnis bisa menyediakan
makanan khusus diet atau menu khusus vegetarian. Gaya hidup
sehat sedang menjadi tren di masyarakat, manfaatkan kesempatan
ini sebaik mungkin.
 Bakery. Jika Pebisnis memiliki hobi dan bakat di bidang bakery,
dapat terus mengasah kemampuannya serta menjadikannya modal
untuk berbisnis. Buatlah kue-kue yang unik untuk dijual kepada
pembeli. Pebisnis juga bisa memodifikasi resep kue yang sudah
ada dan menjadi daya tarik baru bagi masyarakat.
 Bahan Makanan Siap Saji. Kesibukan banyak orang semakin
membuat keengganan untuk memasak dan menyiapkan bahannya.
Pebisnis dapat memanfaatkan peluang ini untuk membuka bisnis
baru. Bahan-bahan masakan dikemas dalam ukuran satu atau dua
porsi berikut bumbunya. Produk dapat ditawarkan kepada teman-
teman terdekat dan ibu rumah tangga.
 Desainer Pakaian. Tidak harus menjadi pekerja di butik atau
membuka butik sendiri untuk menjadi seorang desainer pakaian.
Ada banyak situs freelancer yang membutuhkan jasa desainer.
Selain itu, bisa juga menjual hasil karya di berbagai website.
 Make-Up Artist (MUA). Make-Up artist juga bisa jadi peluang
bisnis yang menarik. Apalagi ketika musim nikah, orderan untuk
mendandani mempelai pria dan wanita pastinya semakin banyak.
Untuk memasarkan bisnis ini, Pebisnis bisa manfaatkan sosial
media. Bisa juga Pebisnis menjadi partner wedding organizer.
 Videografer. Jasa videografer sangat dibutuhkan dan dibayar
mahal. Pebisnis bisa mendapatkan pekerjaan dari Youtuber atau
menekuni bisnis videografer panggilan untuk acara tertentu.
 Fotografer. Pebisnis dapat memanfaatkan kamera yang
menganggur sehingga bernilai ekonomi dan menghasilkan uang,
melalui usaha jasa fotografer panggilan, misalnya untuk acara
wisuda atau acara pernikahan. Hasil fotografi dapat dipasarkan
melalui media online yang berisi konten gambar.
 Animator. Jasa animasi banyak dilirik oleh perusahaan besar
untuk keperluan branding. Manfaatkan keahlian yang dimiliki
dalam menciptakan animasi untuk menghasilkan pundi-pundi
rupiah. Seorang animator bisa mendapatkan bayaran jutaan untuk
video berdurasi pendek.
 Kerajinan Rotan. Indonesia kaya akan bahan baku rotan, yang
merupakan bahan baku yang dapat dibentuk menjadi berbagai
macam produk. Pebisnis yang memiliki kreativitas tinggi, dapat
mengubah rotan menjadi sesuatu yang berguna seperti wadah buah
atau tempat tisu. Buatlah bentuk baru seperti karakter kartun atau
semacamnya untuk menarik pembeli.
 Tanaman Hias. Masa pandemi mendorong banyak orang untuk
memiliki kesibukan dengan berbagai kegiatan untuk mengisi
waktunya selama berada di rumah. Banyak orang yang memilih
mengurus tanaman di tengah kegiatan yang semuanya harus
dilakukan di rumah. Ini jadi peluang bisnis yang menarik. Tidak
hanya tanaman yang bisa dijual, Pebisnis bisa tawarkan juga obat
tanaman, pengiklap daun, pot maupun media dari tanaman itu
sendiri. Manfaatkan media sosial sebagai media promosi, buat foto
sebagus mungkin untuk menarik pembeli.
 Customize Handphone Case. Meningkatnya penggunaan
smartphone menyebabkan peningkatan kebutuhan akan case. Case
menjadi lapisan pelindung untuk menghindarkan handphone dari
goresan. Pebisnis bisa tawarkan jasa membuat case handphone
sesuai dengan desain yang mereka inginkan. Untuk
memasarkannya Pebisnis bisa gunakan marketplace atau sosial
media seperti Instagram.
 Desain Grafis. Semakin banyaknya perusahaan yang semakin
gencar melakukan bisnis secara online, mendorong peningkatan
penggunaan jasa desain grafis. Kondisi ini semakin memberi
peluang besar bagi Pebisnis yang memiliki keahlian dalam desain
grafis.
 Usaha Barang Antik. Barang antik yang relatif leangka seringkali
memiliki nilai jual yang sangat tinggi dan menjadi buruan para
kolektor. Jadikan kesempatan ini untuk mengumpulkan barang-
barang antik lalu menjualnya kembali.
 Bucket. Usaha bucket ramai karena bisa digunakan sebagai
hadiah. Namun bucket disini memiliki makna luas. Jika
sebelumnya bucket berkaitan erat dengan bunga, di bisnis ini
bucket dikreasikan dan diisi dengan snack ataupun barang lain.
 Hand Lettering. Keterampilan menulis dapat dijadikan peluang
usaha yang menghasilkan uang. Pebisnis bisa coba usaha kreatif
satu ini. Walaupun sepele ide satu ini juga cukup laris. Bahkan ada
yang sudah mendapai omzet jutaan rupiah dari bisnis ini.
 Konsultan. Pebisnis dapat menjadi konsultan dengan modal yang
yang tidak besar untuk usaha ini. Namun pastikan Pebisnis
memang profesional dalam bidang tersebut. Beberapa contoh
konsultan diantaranya konsultan bisnis online, konsultan
keuangan, konsultan pajak dan lain sebagainya.
 Jasa Titip. Membuka jasa penitipan (Jastip) dapat menjadi ladang
bisnis yang menguntungkan. Tetapi jasa penitipan disini bukan
jasa penitipan barang. Jastip disini berarti jasa titip beli barang.
Bisnis ini cocok untuk Pebisnis yang suka traveling. Misalnya
Pebisnis ke luar negeri, Pebisnis bisa tawarkan jasa titip barang
seperti cemilan khas negara tersebut atau bahkan barang yang
hanya bisa didapatkan di Negara tersebut.
 Influencer. Sekarang ini, terkenal di dunia maya salah satunya
melalui sosial media dapat menjadi bisnis yang kreatif. Dari situ
orang-orang ini bisa menghasilkan uang. Ada banyak cara untuk
terkenal dan menjadi influencer di sosial media, mulai dari
membuat konten positif seperti sharing tips, cover lagu hingga
dengan cara mencari sensasi.
 Hadiah Wisuda. Kegiatan Wisuda seringkali menjadi ajang atau
moment penting untuk mengabadikannya agar memiliki kesan
yang dapat dikenang di kemudian hari, salah satunya adalah
dengan nemberikan hadiah. Fenomena ini dapat menjadi peluang
untuk Pebisnis yang memiliki kemampuan membuat kerajinan.
Hadiah wisuda bisa beraneka ragam mulai dari gambar karikatur
hingga plakat yang menarik dan unik.
 Jasa Pembuatan Konten. Pembuatan konten sangat dibutuhkan
perusahaan. Untuk melakukan pekerjaan ini diperlukan kreativitas
dalam penulisan konten. Pekerjaan ini cocok untuk Pebisnis yang
cakap menyampaikan ide melalui tulisan.
 Usaha Clothing Line. Bisnis ini tidak akan jauh dengan anak
muda. Belakangan ini banyak sekali brand clothing line lokal
bermunculan. Kualitasnya pun tak kalah dengan brand luar negeri.
Untuk memasarkan produk, bisa digunakan website atau medsos.
 Dekorasi Interior. Pebisnis yang memiliki kerativitas dan
keahlian dalam mendekorasi ruangan, dapat menjadikannya
sebagai ide dan peluang usaha yang menguntungkan, karena
keindahan ruangan menjadi hal yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Manfaatkan keahlian dan kreativitas Pebisnis untuk membuka jasa
dekorasi interior.
 Admin Akun Social Media. Pekerjaan ini relatif sederhana, hanya
bermodalkan handphone dan kuota internet. Pekerjaan ini dapat
dilakukan di mana saja sambil bersantai. Posisi sebagai admin
akun media sosial sangat dibutuhkan oleh perusahaan yang
memasarkan produk secara online atau memanfaatkan media
sosial untuk customer engagement dan hubungan masyarakat.

H. MERINTIS USAHA BARU DAN MODEL PENGEMBANGANNYA


Merintis usaha baru adalah sebuah rancangan pribadi mengenai bagaimana
membentuk dan mendirikan usaha baru, baik yang terkait dengan ide, modal,
manajemen, maupun organisasi. Merintis usaha baru sendiri bertujuan untuk
memasuki dunia usaha dengan ide dan rancangan yang dilakukan secara matang.
Merintis usaha baru merupakan teknik paling dasar dalam dunia bisnis yang dikenal
dengan istilah starting.
Untuk memasuki dunia usaha (bisnis) seseorang harus berjiwa wirausaha.
Wirausaha adalah seorang yang mengorganisir, mengelola, dan memiliki keberanian
menghadapi risiko. Sebagai pengelola dan pemilik usaha atau pelaksana usaha kecil,
ia harus memiliki kecakapan untuk bekerja, mampu mengorganisir, kreatif, serta
menyukai tantangan. Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memulai suatu usaha
atau memasuki dunia usaha:
1. Merintis usaha baru (starting). Seperti yang telah dijelaskan pada penjelasan
sebelumnya bahwa starting merupakan tahapan awal seseorang dalam merintis
usaha baru. Tahapan starting adalah tahapan di mana seseorang mulai membentuk
gagasan, ide, atau organisasi baru yang dirancang sendiri untuk kemudian
dieksekusi menjadi kenyataan. Dalam dunia bisnis, starting adalah merupakan
aspek vital dari cikal bakal gagasan inovasi yang baik. Ada tiga bentuk usaha baru
yang dirintis, yaitu:
a) Perusahaan milik sendiri (sole proprietorship), yaitu bentuk usaha yang
dimiliki dan dikelola oleh seseorang;
b) Persekutuan (partnership), yaitu suatu kerjasama (asosiasi) dua orang atau
lebih yang secara bersama-sama menjalankan usaha bersama, dan
c) Perusahaan berbadan hukum (corporation), yaitu perusahaan yang didirikan
atas dasar badan hukum dengan modal saham-saham.
2. Membeli perusahaan orang lain (buying), yaitu dengan membeli perusahaan yang
telah didirikan atau dirintis dan diorganisir oleh orang lain dengan nama dan
organisasi usaha yang sudah ada. Cara Buying dinilai lebih simple dibandingkan
cara starting, karena telah tersedia data dan material perusahaan. Anda hanya
bertugas memindahtangankan atau mengakuisisinya. Membeli perusahaan yang
sudah memiliki beberapa keuntungan, yaitu
 resiko dalam usaha lebih rendah.
 peluang untuk membeli dengan harga yang mudah ditawar / lebih murah.
 Anda tidak akan menemukan rintangan sulit dalam memasuki dunia usaha
(lebih mudah).
Meskipun demikian, membeli perusahaan yang sudah ada dan sudah merintis
usaha baru dan model pengembangannya juga memiliki kendala tertentu. Salah
satunya adalah masalah lingkungan yang bisa saja memiliki banyak pesaing, atau
masalah yang berkaitan dengan reputasi perusahaan.
3. Kerja sama manajemen (franchising), yaitu suatu kerja sama antara entrepreneur
(franchisee) dengan perusahaan besar (franchisor/parent company) dalam
mengadakan persetujuan jual-beli hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha.
Kerja sama ini biasanya dengan dukungan awal seperti pemilihan tempat, rencana
bangunan, pembelian peralatan, pola arus kerja, pemilihan karyawan, advertensi,
pembukuan, pencatatan dan akuntansi, standar, promosi, pengendalian kualitas,
riset, nasihat hukum, dan sumber-sumber permodalan.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, yaitu untuk memulai sebuah usaha ada
beberapa cara yang dapat dilakukan, salah satunya dengan merintis usaha baru atau
starting. Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Lambing (Suryana, 2001), hampir
setengah atau 43% responden (wirausaha) mendapatkan sumber ide untuk memulai
bisnisnya dari pengalaman yang diperoleh ketika bekerja di beberapa perusahaan atau
tempat-tempat profesional lainnya. Sebanyak 15% mencobanya karena merasa
mampu melakukan dengan lebih baik. Sebanyak 11% menyatakan, mereka memulai
usaha untuk memenuhi peluang pasar. dan 46 % sisanya dikarenakan hobby. Menurut
Lambing, keunggulan dari datangnya perusahaan baru ke pasar, adalah dapat
mengidentifikasi “kebutuhan pelanggan” dan “kemampuan pesaing”. Selain itu, ada
dua pendekatan utama yang digunakan wirausaha untuk mencari peluang dengan
mendirikan usaha baru, yakni diantaranya:
1. Pendekatan ”in-side out” atau ”idea generation” yaitu pendekatan berdasarkan
gagasan sebagai kunci yang menentukan keberhasilan usaha. Contohnya:
keterampilannya sendiri, kemampuan dan latar belakang yang dapat menentukan
jenis usaha yang akan dirintis.
2. Pendekatan ”the out-side in” atau “opportunity recognition” yaitu pendekatan
yang menekankan pada basis ide merespon kebutuhan pasar sebagai kunci
keberhasilan. Contohnya yaitu melalui pengamatan lingkungan (environment
scanning).
Berdasarkan pendekatan ”in-side out”, untuk memulai usaha, seseorang calon
wirausaha (Entrepreneur) harus memiliki kompetensi usaha. Menurut Norman
Scarborough, kompetensi usaha yang diperlukan meliputi:
1. Kemampuan teknik, yaitu kemampuan tentang bagaimana memproduksi barang
dan jasa serta cara menyajikannya.
2. Kemampuan pemasaran, yaitu kemampuan tentang bagaimana menemukan pasar
dan pelanggan serta harga yang tepat.
3. Kemampuan finasial, yaitu kemampuan tentang bagaimana memperoleh sumber-
sumber dana dan cara menggunakannya dalam merintis dan mengelola usaha.
4. Kemampuan hubungan, yaitu kemampuan tentang bagaimana cara mencari,
memelihara dan mengembangkan relasi, dan kemampuan komunikasi serta
negosiasi
Merintis sebuah usaha yang baru dieksekusi bukan perkara mudah. Pasalnya,
ada beberapa tahapan wajib untuk dilewati bagi pengusaha-pengusaha baru. Tahapan-
tahapan tersebut antara lain :
1. Diawali dengan adanya ide. Ide merupakan senjata terpenting dari sebuah usaha.
Bisnis tidak akan terealisasi tanpa adanya sebuah ide. Diperlukan ide-ide segar
dalam mengeksekusi usaha rintisan baru. Biasanya ide-ide segar bisa didapat dari
trend pasar dan kebutuhan lingkungan. Tidak semua ide muncul dalam keadaan
nyaman. Terkadang malah sebuah ide usaha muncul saat keadaan tertekan dan
darurat.
2. Mencari sumber dana dan fasilitas barang, uang, dan orang (merealisasikan
Ide dengan Pendanaan dan Prasarana Usaha). Setelah ide ditemukan, upaya
berikutnya adalah merealisasikan ide tersebut menjadi sebuah kenyataan. Pada
zaman sekarang, merintis usaha baru dan model pengembangannya membutuhkan
suntikan dana agar bisa bergerak menjadi sebuah usaha nyata. Untuk itu, bagi
yang kebingungan mengenai masalah dana bisa mengajukan proposal
pendanaan usaha. Sumber dana bisa berasal dari badan keuangan/bank berupa
kredit atau orang yang bersedia sebagai penyandang dana. Biasanya beberapa
perintis bisnis mengajukan proposal pendanaan pada lembaga pemerintah yang
bergerak dibidang UMKM dan yang semisalnya. Tentunya mengajukan proposal
memiliki resiko dan persyaratan yang harus siap dipenuhi bersama pihak-pihak
yang terlibat dalam perjanjian. Namun, akan lebih aman jika menggelontorkan
dana secara pribadi jika mempunyai budget memadai untuk merintis usaha secara
matang. Saat dana sudah clear, barulah kita bisa merancang fasilitas berupa lokasi,
prasarana, maupun tenaga kerja.
3. Obyek bisnis memiliki pasar. Beberapa orang berkeinginan untuk berjualan
produk-produk dari hasil produksi sendiri. Hal ini bagus, tetapi harus memastikan
kalau barang tersebut memiliki pasarnya. Barang yang menjadi bisnis tentunya
harus memiliki target pasar.
4. Memperhatikan peluang pasar sebelum produk diciptakan. Jika sebelumnya
sudah melihat pasar yang ingin dijangkau, maka sekarang saatnya melakukan
analisa kondisi peluang pasar saat produk telah tersedia. Apakah produknya akan
diminati konsumen ataupun malah sebaliknya. Karena dalam menjalankan usaha,
kita harus bersiap menghadapi persaingan pasar yang menjual barang serupa.
Untuk itu, persiapkan strategi tertentu yang bisa menjadi keunggulan tersendiri
dari bisnis kita. Apabila peluang pasar untuk produk yang akan dihasilkan ada dan
terbuka lebar, maka barang dan jasa akan mudah laku dan mendatangkan
keuntungan. Oleh karena itu, seorang wirausaha harus mampu menghadirkan nilai
tambah dari usahanya, sehingga calon pembeli melirik jualannya. Perbedaan toko
kita sendiri dan toko orang lain bisa dilihat dari segi harga, pelayanan, kualitas
barang, sampai tingkat kepuasan konsumen. Semua ini akan menjadi bahan
pertimbangan bagi calon pembeli.
Ada beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam merintis perusahaan baru,
di antaranya:
 Bidang dan Jenis Usaha yang Dimasuki. Pemilihan jenis usaha tergantung pada
kebutuhan pasar dan sumber-sumber yang tersedia. Beberapa bidang usaha yang
bisa dimasuki, diantaranya:
(1) Bidang Usaha Pertanian (Agriculture), meliputi usaha pertanian, kehutanan,
perikanan, dan perkebunan;
(2) Bidang usaha pertambangan (Mining), meliputi usaha galian pasir, galian
tanah, batu dan bata;
(3) Bidang Usaha Pabrikasi (Manufacturing), meliputi usaha industri, assemblasi
dan sintesis;
(4) Bidang Usaha Konstruksi (Construction), meliputi usaha konstruksi bangunan,
jembatan, pengairan dan jalan raya;
(5) Bidang Usaha Perdagangan (Trade), meliputi usaha perdagangan kecil, grosir,
agen, dan ekspor-impor;
(6) Bidang Usaha Jasa Keuangan (Financial Service), meliputi usaha perbankan,
asuransi dan koperasi;
(7) Bidang Usaha Jasa Perorangan (Personal Service), meliputi usaha potong
rambut, salon, laundry dan catering;
(8) Bidang Jasa-jasa Umum (Public Service), meliputi usaha pengangkutan,
pergudangan, wartel dan distribusi;
(9) Bidang Jasa Wisata (Tourism), meliputi berbagai kelompok, diantaranya
Kelompok Usaha Jasa Pariwisata, Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata,
Usaha Penyediaan Sarana Wisata, dan sebagainya)
 Bentuk Usaha dan Bentuk Kepemilikan Perusahaan. Pemilihan bentuk
kepemilikan badan usaha ditentukan oleh besar kecilnya skala usaha dan sumber
daya yang dimiliki. Beberapa bentuk kepemilikan usaha yang bisa dipilih,
diantaranya:
(1) Perusahaan Perorangan (sole proprietorship)
(2) Persekutuan (partnership)
(3) Perseroan (corporation)
(4) Firma
 Tempat Usaha yang Akan Dipilih. Pemilihan tempat usaha harus
mempertimbangkan aspek efisiensi dan efektifitas, dengan mempertimbangkan
beberapa hal di bawah ini:
(1) Apakah tempat usaha tersebut mudah dijangkau oleh konsumen atau
pelanggan atau pasar? Bagaimana akses pasarnya?
(2) Apakah tempat usaha dekat ke sumber tenaga?
(3) Apakah dekat ke akses bahan baku dan bahan penolong lainnya seperti alat
angkut dan jalan raya?
Untuk menentukan lokasi atau tempat usaha, ada beberapa alternatif yang bisa
dipilih, yaitu:
(1) Membangun bila ada tempat yang strategis;
(2) Membeli atau menyewa bila lebih strategis dan menguntungkan;
(3) Kerja sama bagi hasil, bila memungkinkan;
 Organisasi Usaha yang Akan Digunakan. Kompleksitas organisasi usaha
tergantung pada lingkup atau cakupan usaha, semakin besar lingkup usaha,
semakin kompleks organisasinya. Sebaliknya, semakin kecil lingkup usaha, maka
semakin sederhana organisasinya.
 Lingkungan Usaha. Lingkungan usaha dapat menjadi pendorong maupun
penghambat jalannya perusahaan. Lingkungan mikro dan lingkungan makro
berpengaruh terhadap kegagalan dan keberhasilan usaha. Lingkungan mikro
adalah lingkungan yang ada kaitannya dengan operasional perusahaan, seperti
pemasok, karyawan, pemegang saham, manajer, direksi, distributor,
pelanggan/konsumen dan lainnya. Sedangkan lingkungan makro adalah
lingkungan di luar perusahaan yang dapat mempengaruhi daya hidup perusahaan
secara keseluruhan, yang meliputi:
(1) lingkungnan ekonomi;
(2) lingkungan teknologi;
(3) lingkungan sosiopolitik; dan
(4) lingkungan demografi serta gaya hidup.
Merintis suatu bisnis atau usaha memang tidak mudah. Ada berbagai langkah
yang harus dilakukan terlebih dahulu untuk mencapai titik di mana usaha bisa
didirikan. Setelah berdiri, masih banyak pula hal yang harus dikerjakan agar usaha
bisa terus berkembang. Dalam upaya ini, tentunya ada cara-cara yang bisa dilakukan
untuk mengembangkan usaha serta mencapai target. Di awal pembentukan usaha, kita
sudah harus menentukan strategi bisnis dengan tepat. Strategi matang yang telah
dibentuk akan memudahkan kita untuk menentukan arah bisnis dan menjalankan
usaha yang diimpikan. Di sisi lain, ketatnya persaingan di dunia bisnis juga menuntut
kita untuk siap bertarung dan menghadapi resiko yang sewaktu-waktu bisa muncul.
Ada beberapa cara yang bisa Anda terapkan agar usaha yang telah dirintis bisa
berkembang di masa depan, diantaranya:
 Tingkatkan Promosi. Dengan promosi yang gencar, konsumen pun akan
semakin familiar dengan merek (brand) kita dan menjadikannya pilihan.
 Kenali Kompetitor / Pesaing. Promosi yang terus menerus dilakukan pun tidak
akan efektif jika tidak memperhatikan competitor (nilai jual serta kelebihan yang
dimiliki oleh pesaing). Kita tidak perlu mengikuti persis apa yang dilakukan
mereka untuk membuat pendapatan berada dalam posisi yang setara. Mengenali
kompetitor ini dilakukan dengan tujuan agar bisnis kita bisa mengeluarkan sesuatu
yang berbeda. Lakukan hal yang unik kepada promosi serta produk atau jasa yang
ditawarkan bisa saja mendatangkan hasil yang lebih baik daripada kompetitor.
 Memperluas Jaringan. Bisa dengan cara membuka channel pemasaran yang baru
atau mendirikan cabang baru. Jika mempunyai toko offline, kita bisa mencoba
jalan baru dengan melakukan pemasaran secara online, begitupun sebaliknya. Jika
promosi di satu platform belum cukup memberikan keuntungan, coba dengan
platform lainnya yang lebih efektif. Perluasan ini tentu saja harus dibarengi
dengan peningkatan suplai bahan dan produksi. Contoh lain dari perluasan
jaringan adalah meningkatkan relasi bisnis. Bangun jaringan / relasi lewat
berkenalan dengan banyak pihak. Jalin kerja sama dan pertahankan hubungan
yang baik karena suatu saat bisa saja kita membutuhkan bantuan mereka.
 Tingkatkan Sumber Daya Secara Keseluruhan. (baik itu sumber daya produk
maupun sumber daya manusia. Semakin baik sumber daya yang digunakan, maka
semakin berkualitas pula produk yang akan dihasilkan. Dari sisi sumber daya
manusia, langkah pertama yang bisa ditempuh adalah memilih tim dan karyawan
yang handal. Lihat bagaimana tim dan karyawan ketika bekerja sama atau ketika
berhadapan dengan konsumen. Layani konsumen dengan sikap yang ramah.
Produk berkualitas yang dibarengi dengan pelayanan yang baik, pastinya akan
menarik konsumen untuk mencoba dan nantinya akan datang Kembali.
 Utamakan Pelayanan Konsumen. Seperti yang sudah dikatakan poin
sebelumnya, poin ini sangatlah penting karena pelayanan terbaik kepada
konsumen adalah cara terbaik untuk membuat mereka tetap bertahan pada produk
kita. Tidak mengherankan jika layanan konsumen berkualitas tinggi harus jadi hal
yang dipertahankan ketika banyak perubahan harus dilakukan. Manfaatkan dunia
digital untuk menjaga hubungan baik dengan konsumen. Berikan update mengenai
produk atau jasa kita. Berikan pula kesan yang baik lewat keramahan dalam
melayani, menjawab pertanyaan konsumen, memberikan solusi serta menawarkan
bantuan.
 Lakukan Inovasi Produk. Jangan sampai Anda merasa cepat puas dengan
produk yang sudah dibuat sebelumnya. Zaman akan terus berubah dan trend pun
selalu mengikutinya. Maka dari itu, selain membuat produk dan menjaga
kualitasnya, inovasi pun harus tetap dilakukan karena konsumen memang
cenderung cepat merasa bosan. Jika usaha Anda tidak bisa mengimbanginya,
konsumen bisa saja berpindah kepada kompetitor.
 Minimalisasi Biaya Operasional. Tujuan dalam membangun usaha adalah untuk
menghemat biaya pengeluaran dan mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.
Jangan sampai besar pasak daripada tiang. Maka dari itu, kita harus benar-benar
mengawasi berapa modal dan biaya operasional yang dikeluarkan serta
pendapatan yang dihasilkan. Ini dilakukan untuk memastikan kebutuhan yang
dipenuhi oleh bisnis selaras dengan apa saja yang harusnya didapatkan untuk
menciptakan pertumbuhan.
 Investasi. Apabila berhemat saja tidak cukup, maka kita perlu mencari cara
mengembangkan usaha agar keuntungan yang Anda hasilkan bisa terus berputar.
Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan berinvestasi. Bisa dengan
investasi saham, reksadana, properti, emas, deposito berjangka dan berbagai jenis
investasi lainnya. Namun, sebelumnya pastikan untuk mengecek secara lengkap
informasi mengenai investasi yang akan dijalankan. Jangan sampai niat untuk
meraup keuntungan berujung pada kerugian.
 Atur Keuangan dengan Baik. Ketika usaha yang didirikan sudah mulai berjalan,
salah satu cara mengembangkan usaha yang paling penting adalah mengatur
keuangan dengan benar. Sejalan dengan poin sebelumnya, hal ini dilakukan agar
pengeluaran dan penghasilan dari usaha bisa berjalan dengan seimbang.
Salah satu model pengembangan bisnis atau usaha yaitu Business Model
Canvas (BMC). BMC adalah kerangka kerja yang dikenal banyak untuk
mendefinisikan model bisnis startup. Berikut merupakan beberapa strategi marketing
yang dapat dicoba dalam merintis dan mengembangkan suatu usaha, diantaranya
sebagai berikut:
1. Membangun brand yang kuat
2. Membuat logo yang menarik
3. Menulis atau membuat konten sebagai strategi marketing internet
4. Gunakan media sosial sebagai wadah promosi (Instagram Ads, Facebook Ads,
Youtube Ads, dan Fitur Media Sosial sejenisnya)
5. Lakukan riset mengenai trend pasar
6. Evaluasi bisnis anda
“Merintis usaha baru dan model pengembangannya bukanlah suatu hal
yang mudah. Dibutuhkan jiwa-jiwa pebisnis dalam diri kita supaya bisa
menjalankan dengan baik. Jiwa-jiwa itu adalah sifat tekun, cekatan, pandai
melihat peluang, kreatif, dan sabar. Menjadi pebisnis adalah sebuah keberanian
untuk bisa terjun dalam ketatnya persaingan pasar”
Nilai Potensial = Peluang Usaha
Kompetensi = Kemampuan utama

Cara mengidentifikasi dan mengevaluasi kemungkinan terjadinya risiko,


antara lain:
i. Mengurangi kemungkinan risiko melalui strategi yang proaktif.
ii. Menyebarkan risiko pada aspek yang paling mungkin.
iii. Mengelola risiko yang mendatangkan nilai atau manfaat.

Tiga risiko yang dapat di evaluasi, yaitu:


4. Risiko pasar atau persaingan → terjadi akibat adanya ketidakpastian pasar.
5. Risiko Finansial → terjadi akibat rendahnya hasil penjualan dan tingginya
biaya.
6. Risiko Teknis → terjadi akibat adanya kegagalan Teknik.

Faktor-faktor ketidakpastian pasar terjadi akibat:


1. Lingkungan Ekonomi
2. Lingkungan Teknologi
3. Lingkungan Demografi
4. Lingkungan Sosial politik.

Banyak wirausaha berhasil bukan atas ide sendiri, tetapi hasil pengamatan dan
penerapan ide-ide orang lain yang bisa dijadikan peluang.
Dua unsur pasar untuk mengetahui perilaku konsumen di pasar oleh
wirausahawan:
1. Jumlah permintaan terhadap barang/jasa yang dihasilkan.
2. Waktu penyerahan dan waktu permintaan atas barang /jasa tersebut.

Beberapa aspek kemampuan wirausaha menganalisis pasar untuk memperoleh


peluang:
a. Kemampuan menganalisis demografi pasar
b. Kemampuan menganalisis sifat serta tingkah laku pasar
c. Kemampuan menganalisis keunggulan bersaing dan kevakuman pesaing yang
dapat dijadikan peluang.

Risiko Pesaing adalah Kemampuan dan kesediaan pesaing untuk


mempertahankan posisinya di pasar. Risiko pesaing meliputi:
a) Kemungkinan kesamaan dan keunggulan produk apa yang dikembangkan pesaing.
b) Tingkat keberhasilan apa yang telah dicapai oleh pesaing oleh pesaing dalam
mengembagkan produknya.
c) Seberapa jauh dukungan keuangan pesaing bagi pengembangan produk baru dan
produk yang diperkenalkannya.
d) Apakah perusahaan baru cukup kuat untuk mengatasi serangan-serangan pesaing.

Analisis yang sangat penting dalam menciptakan keberhasilan perusahaan


baru, yaitu analisis SWOT (Strength/Kekuatan, Weakness/Kelemahan,
Opportunity/Peluang, Threat/Ancaman ). Persyaratan utama yang harus dimiliki
untuk menjadi wirausaha yang berhasil adalah memiliki jiwa dan watak
kewirausahaan. Kemampuan kreatif dan inovatif wirausaha secara riil tercermin
dalam:
 Kemampuan dan kemauan untuk memulai usaha
 Mengerjakan sesuatu yang baru
 Kemauan dan kemampuan mencari peluang
 Kemampuan dan keberanian menanggung risiko
 Kemampuan untuk mengembangkan ide serta memanfaatkan sumber daya.

Dua peran Wirausaha:


1. Peran wirausaha sebagai perencana.
a. Merancang perusahaan
b. Mengatur strategi perusahaan
c. Pemrakarsa ide-ide perusahaan
d. Pemegang visi untuk memimpin.
2. Peran wirausaha sebagai pelaksana usaha.
a. Menemukan, menciptakan, dan menerapkan ide baru yang berbeda
b. Meniru dan menduplikasi
c. Meniru dan memodifikasi
d. Mengembangkan produk, Teknologi, Citra, dan organisasi baru.

Empat kemampuan utama (competence) wirausaha untuk mencapai


pengalaman seimbang agar berhasil (A. Kuriloff, John M Memphil, Jr dan Douglas
Cloud – 1993):
1. Technical competence → Bidang rancang bangun/teknik dan desain
2. Marketing competence → menemukan pasar yang cocok, pelanggan, menjaga
kelangsungan hidup perusahaan.
3. Financial competence → Bidang keuangan
4. Human Relation competence → Bidang mengembangkan hubungan personal.

Decision making skill → 3 tahap utama dalam pengambilan keputusan:


1. Merumuskan masalah, mengumpulkan fakta, dan mengidentifikasi alternative
pemecahannya.
2. Mengevaluasi setiap alternatif dan memilih alternative yang terbaik.
3. Mengimplemantasikan alternative yang terpilih, menindaklanjutinya secara
periodic, dan mengevaluasi keefektifan yang telah dipilih tersebut.
Lima Kompetensi yang merupakan fungsi dari kapabilitas diperlukan
wirausaha yang berhasil, yaitu (menurut SDBC):
1. Teknik
2. Pemasaran
3. Keuangan
4. Personalia
5. Manajemen

Menurut SDBC (small business development centre) untuk mencapai


keberhasilan usaha yang dimiliki sendiri bergantung kepada:
1. Individual skill and attitudes (keterampilam dan sikap individu)
2. Knowledge of business (pengetahuan tentang usaha yang akan dijalankan)
3. Establishment of goal (kemantapan dalam menentukan tujuan perusahaan)
4. Take advantages of the opportunities (keungguan dalam mencari peluang)
5. Adapt to the change (kemampuan beradaptasi dengan perubahan)
6. Minimize the threats to business (kemampuan meminimalkan ancaman terhadap
perusahaan).

“Keahlian khusus adalah kemampuan untuk bekerja, memahami, dan memotivasi


orang baik sebagai individu maupun kelompok, seperti bersosialisasi, bergaul,
berkomunikasi dll”
“Kemampuan konseptual adalah merupakan kemampuan mental untuk menganalisis
dan mengdiagnosis situasi yang komplek, sseperti untuk merencanakan, merumuskan,
meramalkan atau memprediksikan”

Anda mungkin juga menyukai