Anda di halaman 1dari 5

Definisi UMKM

Istilah “usaha mikro, kecil, dan menengah” mempunyai banyak definisi. Menurut
beberapa instansi, pengertian UMKM adalah sebagai berikut: UMKM berdasarkan UU No.
20 Tahun 2008 Bab 1 Pasal 1:
Usaha mikro adalah perusahaan yang menguntungkan dan memenuhi syarat untuk
digolongkan sebagai usaha mikro dan dimiliki oleh perseorangan atau organisasi usaha
perseorangan. Usaha kecil didefinisikan sebagai usaha yang beroperasi secara independen
dan menghasilkan keuntungan yang dijalankan oleh seseorang atau badan yang merupakan
anak perusahaan dari perusahaan besar yang secara langsung atau tidak langsung memiliki,
mengendalikan, atau merupakan bagian dari perusahaan menengah atau besar yang
memenuhi kebutuhan. persyaratan untuk usaha kecil. Usaha ekonomi produktif yang
beroperasi secara mandiri dan dijalankan oleh perorangan atau badan selain anak perusahaan
atau cabang disebut dengan usaha menengah.
Pengertian UMKM menurut Koperasi dan Kementrian UMKM dalam Aufar (2014:8):
Usaha Kecil Menengah (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah usaha yang pendapatan
tahunannya tidak melebihi Rp. 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan, dan
pendapatan tahunan tidak melebihi Rp. 1.000.000.000. Selain itu, Usaha Menengah (UM)
adalah usaha kolektif warga negara Indonesia yang bernilai total Rp. 200.000.000 s.d. Rp.
10.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan.
UMKM didefinisikan oleh Bank Indonesia dalam Aufar (2014:9) sebagai berikut: Usaha
kecil adalah usaha menguntungkan yang dijalankan oleh warga negara Indonesia; dapat
berupa perusahaan perseorangan, perusahaan tidak berbadan hukum, atau badan hukum
seperti koperasi; mereka tidak dimiliki, dikendalikan, atau dihubungkan dengan cara apa pun,
baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan perusahaan menengah atau besar.
memiliki kekayaan bersih tidak lebih dari Rp. 200.000.000, tidak termasuk tanah dan
bangunan, atau menghasilkan maksimal Rp. 200.000.000 hasil penjualan setiap tahunnya.
Sebaliknya, bisnis kelas menengah adalah bisnis yang memenuhi kriteria aset tetap, dengan
jumlah yang dibagi menjadi dua kategori: manufaktur (dari Rp 200.000.000 menjadi 8 Rp
500.000.000) dan non-manufaktur (dari Rp 200.000.000 menjadi Rp 600.000.000).
Berdasarkan pengertian di atas, UMKM diartikan sebagai perusahaan yang dimiliki oleh
orang atau sekelompok orang dan tidak termasuk dalam kategori anak perusahaan dari
perusahaan besar serta memenuhi persyaratan memiliki modal usaha yang memenuhi standar
yang telah ditetapkan.
Karakteristik UMKM
UMKM harus dikategorikan dengan menggunakan kriteria dan sifat tertentu agar dapat
dibedakan satu sama lain. UMKM dikategorikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2008 Pasal 6 yang mengatur tentang UMKM, yang menggunakan standar sebagai berikut:
 Kriteria usaha kecil Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Pasal 6 mengenai
UMKM Bab IV Pasal 6. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000 (lima
puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan
lebih dari Rp.300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) dan paling paling pajak Rp.
2.500.000.000 (dua miliar lima ratus juta rupiah).
 Pasal 6 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM Bab IV Pasal 6
menyebutkan persyaratan bagi usaha menengah. baik yang mempunyai hasil
penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000 (dua miliar lima ratus juta rupiah) dan
pajak paling banyak Rp. 50.000.000.000,- (lima puluh miliar rupiah) atau mempunyai
kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha.
Persyaratan undang-undang memperjelas bahwa setiap perusahaan harus mematuhi
serangkaian kriteria dan memiliki ciri-ciri tertentu, yang meliputi:
 Usaha mikro bisa memiliki aset hingga max 50 juta dan pendapatan max 300 juta.
 Usaha Kecil Mempunyai asset lebih dari 50 juta sampai dengan 500 juta, sedangkan
omsetnya adalah lebih dari 300 hingga 2,5 Miliar
 Usaha Menengah Mempunyai asset diatas 500 juta sampai dengan 10 miliar, dan
omsetnya 2,5 Miliar hingga 50 Miliar
Faktor Internal Dan Faktor Eksternal UMKM Keripik Tempe
a) Faktor Internal
Sumber Daya Manusia dan Tenaga Kerja
Kinerja UMKM, baik korporasi (organisasi) maupun individu, sangat berkorelasi
dengan keahlian sumber daya manusia. Armstrong (1994) menegaskan bahwa
kemampuan individu untuk bekerja bergantung pada pemahaman mereka terhadap
informasi, kompetensi, perilaku, dan kemampuan yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan mereka secara efektif. Sedangkan kinerja suatu perusahaan
ditentukan oleh cara manajemennya menyikapi keadaan internal dan eksternalnya.
Respons ini diukur berdasarkan tolok ukur untuk memastikan tingkat turbulensi dan
tingkat antisipasi.
Untuk UMKM Keripik Tempe ini Bu Sriatin tidak memiliki karyawan pada
umumnya. Bu Sriatin hanya dibantu oleh kedua anak kandung laki-lakinya saja,
seperti belanja bahan-bahan, membantu mengolah keripik tempe dan juga dalam
pemasaran mengantarkan pesanan dengan menggunakan motor. Jadi Bu Sriatin ini
hanya menerima orderan sesuai permintaan konsumen saja, seberapa banyak dan
kapan akan diantarkan. Orderan keripik tersebut dipesan melalui aplikasi Whatssap.
Pesanan tersebut pun harus di list dan terbatas karena menyesuaikan juga jumlah
orderan dengan tenaga kerja agar tidak kewalahan/keteteran.
Modal
Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Nugraha (2011:9) mengartikan modal
usaha sebagai “harta (uang, barang, dan lain-lain) yang dapat dipergunakan untuk
menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan; uang yang dipergunakan sebagai
pokok (induk) untuk berdagang, mengeluarkan uang, dan segera." Suliyanto (2010)
menyatakan bahwa analisis aspek modal digunakan untuk menjawab pertanyaan
tentang seberapa siap modal yang akan digunakan untuk menjalankan suatu usaha
guna menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
Modal awal yang dimiliki oleh Bu Sriatin dalam memulai bisnis UMKM keripik
tempe itu sekitar Rp 500.000 untuk semua bahan seperti minyak goreng Sunco,
kedelai, tepung ragi dan juga bumbu dapur lainnya dan juga kemasannya. Dan untuk
modal seterusnya itu tergantung pada pendapatan Bu Sriatin dalam penjualan keripik
tempenya tersebut.
Teknologi
Peran pentingnya teknologi informasi ini dapat memberikan pengaruh pada dunia
bisnis. Teknologi cukup membantu dalam dunia bisnis, terutama dalam hal sistem
informasi yang terintegrasi dengan baik, yang diciptakan untuk mengatasi hambatan
dan membantu pengusaha dalam mengelola perusahaannya dengan lebih baik. Selain
itu, penggunaan sistem kerja yang efisien dan produktif akan mempermudah tugas-
tugas yang berkaitan dengan pekerjaan atau bisnis.
Bu Sriatin masih menerapkan cara pengolahan dengan manual tidak
menggunakan teknologi mesin, untuk alat pengolahannya menggunakan pisau untuk
memotong tempe tersebut. Untuk mempromosikan produknya sendiri Bu Sriatin juga
menggunakan teknologi informasi/digital lewat media sosial seperti aplikasi
Instagram, Facebook dan juga Whatsaap.
b) Faktor Eksternal
Menurut Pearce, Jhon, Robinson, dan Richard (2013) menegaskan bahwa variabel
luar berdampak pada pengambilan keputusan perusahaan mengenai tindakannya. Tiga
kategori faktor eksternal tersebut adalah sebagai berikut: (1) lingkungan terpencil,
yang mencakup aspek ekonomi, sosial, politik, teknologi, dan ekologi; (2) lingkungan
industri, yang mencakup ketersediaan produk substitusi, kekuatan pembeli, kekuatan
pemasok, dan hambatan masuk; dan (3) lingkungan operasional, yang mencakup
pesaing, penyedia kredit, pelanggan, pasar tenaga kerja, dan pemasok. Menurut
Sandra dan Purwanto (2015), pengaruh eksternal meliputi aspek sosial, budaya, dan
ekonomi, kebijakan pemerintah di sektor publik, dan fungsi organisasi terkait.
Pasar/ Pemasaran
Dewanti dan Retno (2008) mengemukakan bahwa fitur pasar dan pemasaran
merupakan elemen yang saling bergantung dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu
berkonsentrasi pada kebutuhan dan keinginan konsumen. Hal ini karena kebahagiaan
klien berfungsi sebagai standar perusahaan. Pasar digambarkan sebagai tempat
pembeli dan penjual bertransaksi bisnis.
Untuk pemasaran keripik tempe Bu Sriatin ini biasanya dipasarkan ke warung-
warung terdekat seperti di Grahayana, Galuh Mas dan orderan konsumen di platform
media sosial seperti Facebook dan grup whatsaap. Bu Sriatin pun berkata keripik
tempe ini pernah dikirim sampai keluar kota seperti ke Jakarta dan Cirebon bahkan
sampai keluar negara seperti ke Jepang dan Cekoslowakia, Eropa itupun dari kenaln
ibu Sriatin sendiri dan bisa dibilang cukup luas dalam pemasarannya.
Tetapi ada kelemahan dalam ekspedisinya karena keripik tempe ini mudah hancur
jadi harus dikemas dengan baik dan aman. Dalam permasalahan persaingan, bu
Sriatin tidak memiliki pesaing di daerah sekitarnya karena hanya bu Sriatin yang
memproduksi keripik tempe di daerahnya tersebut.
Kebijakan Pemerintah
Munizu (2010) menegaskan bahwa UMKM akan berkembang jika kerangka
peraturan dan kebijakan memfasilitasi operasional bisnis, memberikan arahan, dan
memberikan akses yang memadai kepada pelaku usaha terhadap informasi dan situs
untuk operasionalnya. dengan bantuan pemerintah berupa peraturan yang mendorong
peningkatan kinerja UMKM. Menurut Rokhayati dan Lestari (2016), bantuan
pemerintah sangat penting bagi kemampuan perusahaan untuk berhasil. Sebab,
prosedur regulasi yang ada saat ini, dengan bantuan pemerintah, tentu akan
menguntungkan pihak-pihak yang berkepentingan, khususnya usaha mikro, kecil, dan
menengah.
UMKM Bu Sriatin ini juga sudah ada dukungan dari pemerintah yaitu dengan
diberikannya kemudahan akses informasi dan lokasi agar para konsumen mudah
mencari tempat UMKM bu Sriatin melalui internet seperti google dan maps. Dan juga
UMKM keripik tempe bu Sriatin ini sudah bersertifikasi Halal, jadi amanuntuk
dikonsumsi teruatam bagi konsumen muslim.
Kerja Sama/ Kolaborasi
Bu sriatin mengatakan bahwa ia tidak ada kerja sama atau berkolaborasi dengan
UMKM lainnya atau usaha bisnis dengan orang lain. Hingga saat ini Bu Sriatin hanya
menjual produk keripik tempe ini sesuai pesanan atau requestsan dari pelanggan
(open order). Dimana UMKM Bu Sriatin ini didirikan karena suaminya yang
meninggal dan dari situlah ia tergerak untuk membangun ekonominya dengan cara
mengolah dan memasarkan keripik tempe ini dengan bantuan dari kedua anak laki-
lakinya tersebut.

Daftar Pustaka
Bulutoding, L., & Amiruddin, A. (2014). Pengaruh faktor internal dan
eksternal terhadap kinerja sistem Informasi: Studi pada perbankan. Journal of
Accounting and Investment, 15(2), 124-136.
Sentiago, B., & Hidayatulloh, A. (2019). Analisis Faktor Eksternal Terhadap
Faktor Internal dan Dampaknya Terhadap Kinerja UKM Daerah Istimewa
Yogyakarta. Jurnal Manajemen Dan Keuangan, 8(2), 123-134.
Siagian, M., Kurniawan, P. H., & Hikmah, H. (2019). Analisis faktor eksternal
dan internal terhadap kinerja umkm di kota batam. Jesya (Jurnal Ekonomi dan
Ekonomi Syariah), 2(2), 265-271.

Anda mungkin juga menyukai