Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TENTANG

DEFINISI, KRITERIA, DAN KONSEP UMKM

DOSEN PENGAMPU :

Andar Sri Sumantri, SE, MM

DISUSUN OLEH :

Nama: M Hamdanu Giantara

Nrp: 220308007

Prodi: Perdagangan Internasional


KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya kita

dapat menyelesaian Makalah DEFINISI, KRITERIA, DAN KONSEP UMKM. Makalah ini

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Koperasi Syariah dan UMKM dengan dosen pengampu

Ibu Dra. Hj. Nuraeni Gani, MM.

Saya berharap makalah ini dapat berguna bagi penulis dan pembaca. Semoga Makalah ini

dapat menambah ilmu dan pengetahuan kita mengenai bank syariah. Saya menyadari bahwa dalam

penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu saya mengharapkan

saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Semarang 18 Desember 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang ....................................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...............................................................................................................................1


C. Tujuan .................................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................................2


A. Definisi UMKM .................................................................................................................................2
B. Kriteria UMKM ..................................................................................................................................4
C. Karakteristik UMKM ..........................................................................................................................5
D. Kemiskinan sebagai Alasan Perlunya Memberdayakan UMKM ........................................................5

E. Berbagai Masalah dalam UMKM dan Solusinya ...............................................................................7


BAB III PENUTUP ..................................................................................................................................10
A. Kesimpulan .......................................................................................................................................10
B. Saran .................................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................................11


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
UMKM merupakan usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah. Berdasarkan
Undang-Undang nomor 20 Tahun 2008 usaha mikro adalah usaha produktif milik orang
perorangan ataupun badan usaha perorangan dengan jumlah asset maksimal 0 sampai
Rp 50 juta dan omzet total 0 sampai 300 juta. Usaha kecil adalah usaha ekonomi
produktif yang berdiri sendiri dilakukan oleh orang perorangan ataupun badan usaha
akan tetapi bukan merupakan anak perusahaan dengan jumlah asset lebih dari Rp 50
juta sampai Rp 500 juta dan omzet total Rp 300 juta sampai Rp 2,5 milyar. Usaha
menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri dilakukan oleh cabang
orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan dengan
jumlah kekayaan bersih lebih dari Rp 500 juta sampai Rp 10 milyar dan omzet total Rp
2,5 milyar sampai Rp 50 milyar.

Dalam menumbuhkan pertumbuhan ekonomi masyarakat UMKM memiliki


kontribusi yang besar khususnya di negara-negara berkembang. Dampak yang
berpengaruh positif dapat menggerakkan roda perekonomian bangsa dan mengurangi
jumlah pengangguran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan UMKM?
2. Apa saja kriteria dari UMKM?
3. Apa saja karakteristik dari UMKM?
4. Mengapa kemiskinan sebagai alasan adanya meberdayakan UMKM?
5. Apa saja masalah dan solusi dari UMKM?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi UMKM.
2. Mengetahui kriteria UMKM.
3. Mengetahui karakteristik UMKM.
4. Mengetahui alasan kemiskinan sebagai adanya memberdayakan UMKM.
5. Mengetahui masalah dan solusi dari UMKM.

1
BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi UMKM
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki definisi yang berbeda
pada setiap literatur menurut beberapa instansi atau lembaga bahkan undangundang.
Sesuai dengan Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM), UMKM didefinisikan sebagai berikut:

1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha
Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini.

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, ataupun menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha
Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana
diatur dalam Undangundang ini.

Berdasarkan kekayaan dan hasil penjualan, menurut Undang-undang Nomor 20


tahun 2008 pasal 6, kriteria usaha mikro yaitu:

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta


rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah).

Kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut:


1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima
ratus juta rupiah).

Sedangkan kriteria usaha menengah adalah sebagai berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar


lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00
(lima puluh milyar rupiah).

Di Negara lain atau tingkat dunia, terdapat berbagai definisi yang berbeda
mengenai UKM yang sesuai menurut karateristik masing – masing Negara, yaitu
sebagai berikut

1. World Bank: UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja ± 30 orang,
pendapatan per tahun US$ 3 juta dan jumlah aset tidak melebihi US$ 3 juta.

2. Di Amerika: UKM adalah industri yang tidak dominan di sektornya dan


mempunyai pekerja kurang dari 500 orang.

3. Di Eropa: UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja 10-40 orang dan
pendapatan per tahun 1-2 juta Euro, atau jika kurang dari 10 orang,
dikategorikan usaha rumah tangga.

3
4. Di Jepang: UKM adalah industri yang bergerak di bidang manufakturing dan
retail/service dengan jumlah tenaga kerja 54-300 orang dan modal ¥ 50 juta-300
juta.

5. Di Korea Selatan: UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja ≤ 300 orang
dan aset ≤ US$ 60 juta.

6. Di beberapa Asia Tenggara: UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja
1015 orang (Thailand), atau 5–10 orang (Malaysia), atau 10-99 orang
(Singapura), dengan modal ± US$ 6 juta.

B. Kriteria UMKM
a. Kriteria Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) menurut UU Nomor 20
Tahun 2008 digolongkan berdasarkan jumlah aset dan omset yang dimiliki oleh
sebuah usaha.

b. Kriteria Usaha Kecil Dan Menengah Berdasar Perkembangan, selain berdasar


Undang-undang tersebut, dari sudut pandang perkembangannya Rahmana
(2008) mengelompokkan UMKM dalam beberapa kriteria, yaitu:

1) Livelihood Activities, merupakan Usaha Kecil Menengah yang


digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih
umum dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang
kaki lima.

2) Micro Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang memiliki


sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.

3) Small Dynamic Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang


telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan
subkontrak dan ekspor

4
4) Fast Moving Enterprise, merupakam Usaha Kecil Menengah yang telah
memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi
Usaha Besar (UB).

C. Karakteristik UMKM
Karakteristik UMKM dapat dilihat dengan penjelasan berikut:

- Usaha mikro memiliki kekayaan bersih maksimal 50 juta rupiah dengan hasil
penjualan paling banyak 300 juta rupiah per tahun.
- Usaha kecil memiliki kekayaan sekitar 50 juta hingga 500 juta rupiah dengan
hasil penjualan sekitar 300 juta hingga 2,5 milyar rupiah per tahun.

- Usaha menengah memiliki kekayaan bersih sekitar 500 juta hingga 10 milyar
dengan hasil penjualan paling banyak 2,5 milyar hingga 50 milyar per tahun.

- Usaha kecil dilakukan oleh sendiri ataupun pegawai dengan jumlah sedikit
- Jenis produk ekonomi tidak tetap dan dapat berganti sesuai kondisi
- Lokasi transaksi ekonomi tidak tetap dan dapat berpindah-pindah
- Sistem pembukuan yang belum baku, karena masih bercampur dengan uang
pribadi
- Aturan kebijakan usaha dan sistem administrasi belum jelas
- Sumber daya manusianya belum memadai
- Modal yang terbatas
- Tidak memiliki legalitas atau izin usaha

D. Kemiskinan sebagai Alasan Perlunya Memberdayakan UMKM


Masalah kemiskinan memang perlu menjadi perhatian serius pemerintahan
sekarang. Hal ini karena jumlah penduduk miskin Indonesia yang masih tetap tinggi
baik dalam % maupun dalam jumlah, di sisi lain jumlah penduduk yang hanya sedikit
di atas garis kemiskinan juga cukup besar. Menurut Deputi Bidang Statistik Sosial BPS,
Rusman Heriawan, pendataan rumah tangga miskin (RTM) sudah diselesaikan 90% dari
target sekitar 15,5 juta rumah tangga miskin atau 62 juta jiwa penduduk dengan asumsi

5
satu rumah tangga beranggotakan 4 orang. Jumlah RTM secara nasional sampai tanggal
15 September 2005 sebanyak 13,6 juta dari 814.525 satuan lingkungan setempat (SLS)
atau rukun tetangga. Banyak masyarakat yang hanya berada sedikit di atas garis
kemiskinan sehingga jika terjadi sedikit saja gejolak ekonomi akan menyebabkan
jumlah penduduk miskin bertambah banyak dengan cepat. Hal ini terbukti, sebelum
krisis ekonomi tahun 1996, prosentase penduduk miskin hanya sebesar 12%, tetapi
ketika terjadi krisis tahun 1997 melonjak menjadi 40%. Kenaikan BBM sekarang pun
telah menaikkan angka kemiskinan sebesar 2%.

Kekhawatiran mengenai kemiskinan kian menjadi-jadi dengan tingginya angka


pengangguran, baik pengangguran terbuka maupun terselubung. Diperkirakan sebanyak
42,5 juta pengangguran di Indonesia, ditambah lagi 2,5 juta jiwa yang akan masuk ke
lapangan kerja setiap tahunnya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang hanya sekitar
5% belum dapat menyerap seluruh angkatan kerja baru, setidaknya dibutuhkan
pertumbuhan 8% untuk menyerap seluruh angkatan kerja baru. Pertumbuhan ekonomi
di tahun-tahun mendatang diperkirakan masih belum cerah. Hal ini terjadi karena masih
belum pulihnya sektor riil yang diakibatkan rendahnya investasi, terbatasnya jumlah
kredit, kinerja ekspor yang masih naik turun.

Untuk itu perlu ada usaha dari pemerintah untuk menahan laju pertumbuhan
penduduk miskin. Penduduk miskin yang berada di sekitar garis kemiskinan (transient
poor) akan bertambah sejalan dengan naiknya harga-harga kebutuhan pokok, yang
diakibatkan kenaikan harga BBM. Penduduk miskin seperti ini bisa saja ditolong
dengan bantuan yang berasal dari kompensasi dana subsidi BBM, karena pada dasarnya
mereka memiliki kemampuan untuk bertahan hidup dan memperbaiki kondisi
ekonominya. Namun untuk penduduk miskin yang sangat "parah" (chronic poor), dana
bantuan berupa subsidi ataupun transfer langsung tidak akan dapat membawa mereka
keluar dari kemiskinan. Karena, tidak menyelesaikan masalah sebenarnya, yaitu tidak
adanya akses penduduk miskin terhadap faktor-faktor ekonomi sehingga sulit untuk
merubah kondisi hidup mereka. Untuk itu pemerintah perlu secepatnya membuka akses
faktor produksi bagi penduduk miskin.

6
E. Berbagai Masalah dalam UMKM dan Solusinya
UMKM menjadi ujung tombak perekonomian negara karena hanya UMKM
yang dinilai mampu bertahan di tengah gempuran persaingan bisnis serta krisis ekonomi
bangsa. Meski dapat mendongkrak ekonomi, sayangnya masih ada saja masalah yang
sering dihadapi para pelaku usaha UMKM.

Sebagaimana yang diketahui, pemerintah telah menurunkan tarif pajak UMKM


sebesar 0,5 persen sebagai stimulus agar usaha UMKM dapat berkembang pesat.
Namun, apakah kebijakan tersebut dapat menekan masalah UMKM yang sampai saat
ini masih kerap menimpa para pelaku usaha? Sayangnya, kebijakan tersebut tidak lantas
menjadi solusi akan permasalahan yang dihadapi pemilik usaha. Jadi, agar tidak
terjebak saat menjalani usaha UMKM, berikut beberapa contoh masalah UMKM dan
solusinya yang perlu diketahui.

1. Kurangnya modal usaha

Modal jadi salah satu masalah UMKM yang paling sering dialami.
Minimnya modal usaha UMKM menyebabkan kegiatan produksi terhambat
sehingga menurunkan pemasukan. Hal inilah yang membuat pemilik usaha mencari
pinjaman modal dari bank, tapi sayangnya seringkali gagal karena tidak memenuhi
persyaratan bank. Alhasil usaha menjadi mandek dan terpaksa gulung tikar.

Solusinya, yaitu kita bisa mendapatkan pinjaman modal dari sistem


penggalangan dana yang dihadirkan oleh teknologi finansial (fintech).
Penggalangan dana ini dikenal dengan istilah crowdfunding. Atau, bisa juga
meminta bantuan UMKM dengan mendaftarkan UMKM kamu terlebih dahulu
sebagai salah satu syarat wajib. Bantuan UMKM sendiri adalah bantuan langsung
tunai (BLT) untuk UMKM yang disalurkan pemerintah melalui dua kementerian
yakni Kementerian Koperasi dan UKM serta Kementerian Sosial.

2. Kurangnya pengetahuan tentang cara mengembangkan usaha

7
Kebanyakan pemilik usaha mikro, kecil, dan menengah tidak memiliki
cukup pengetahuan mengenai cara mengembangkan bisnis. Mereka pun hanya
fokus terhadap proses produksi tanpa berusaha meningkatkan kualitas produk.
Padahal, dengan pengembangan bisnis yang mumpuni, masalah UMKM satu
ini bisa dicegah. Solusinya, perbanyak membaca dan up to date terhadap
perkembangan strategi bisnis terbaru. Atau berdiskusilah dengan pengusaha
yang lebih dulu sukses agar bisa mencontek tips dan trik mereka dalam
membangun bisnis.

3. Tidak ada inovasi produk

Jika ingin bersaing di tengah gempuran bisnis UMKM, cobalah untuk


membuat inovasi produk. Sayangnya, masalah UMKM yang kerap dihadapi
adalah ketidakmampuan dalam melakukan inovasi. Padahal tanpa inovasi,
pesaing akan dengan mudah mengambil pasar. Dalam hal ini, kita bisa
meningkatkan kualitas bahan, finishing produk, dan kemasan. Selain itu, pantau
tren terkini agar mampu menciptakan inovasi yang sesuai dengan tren. Dengan
begitu, kita bisa memenuhi apa yang diinginkan pelanggan.

4. Kurang memahami pemasaran digital


Masalah UMKM selanjutnya adalah kurangnya pemahaman mengenai
pemasaran digital. Sebagian dari pelaku UMKM tidak memasarkan produknya
secara online. Alhasil, daya saing produk kurang dan menyebabkan sepi
pelanggan. Mungkin sudah banyak pelaku UMKM yang melek teknologi, tapi
sebagian besarnya masih belum mampu memaksimalkannya sehingga potensi
keuntungan yang diperoleh pun belum optimal.

Solusi dari pemasalahan ini adalah para pelaku usaha perlu menggali
informasi tentang cara melakukan pemasaran digital dengan tepat. Jika perlu,
ikuti berbagai webinar online atau ikut komunitas bisnis. Setelah itu, gunakan
media sosial dan bukalah toko online di e-commerce guna meraih pasar yang
lebih luas.

8
5. Pembukuan yang masih manual

Pemerintah memang sudah menggalakkan digitalisasi UMKM. Namun


sayangnya, masih banyak pelaku usaha yang melakukan pembukuan secara
manual. Cara lama ini dinilai tidak lagi efisien karena dapat meningkatkan risiko
human error yang meliputi kesalahan input jumlah transaksi atau kehilangan
seluruh data penjualan.

Oleh karenanya, penting bagi pelaku usaha untuk mengatasi masalah


UMKM ini dengan cara yang lebih praktis. Misalnya, dengan beralih
menggunakan pembukuan otomatis atau sistem pembayaran online yang sudah
terintegrasi.

9
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki definisi yang berbeda
pada setiap literatur menurut beberapa instansi atau lembaga bahkan undangundang.
Sesuai dengan Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM), UMKM didefinisikan sebagai berikut:

1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha
Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini.

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, ataupun menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha
Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana
diatur dalam Undangundang ini.

B. Saran

Dengan membaca makalah ini diharapkan kita mampu memahami lebih jauh
tentang Definisi, Kriteria, dan Konsep UMKM lebih dalam lagi walaupun penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.

10
Untuk itu, penulis menyarankan agar mencari referensi-referensi bacaan lebih banyak
lagi selain dari makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Luthfa. (2021, November 10). MASALAH UMKM DAN SOLUSINYA. Diambil kembali dari OYI:
https://www.oyindonesia.com/blog/masalah-umkm-dan-solusinya
Sarfiah, S. N., Atmaja, H. E., & Verawati, D. M. (2019). UMKM SEBAGAI PILAR MEMBANGUN
EKONOMI BANGSA. Riset Ekonomi Pembangunan, 137-146.
Sudaryanto, Ragimun, & Wijayanti, R. R. (2013). STRATEGI PEMBERDAYAAN UMKM
MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN. Pusat Kebijakan Ekonomi Makro, 1-32.

Supriyanto. (2006). PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM)


SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN . Ekonomi &
Pendidikan, 1-16.
Utami, S. N. (2021, April 19). UMKM: PENGERTIAN, TUJUAN, KARAKTERISTIK, JENIS, DAN
CONTOHNYA. Diambil kembali dari Kompas:
https://www.kompas.com/skola/read/2021/04/19/100000869/umkm-
pengertiantujuan-karanteristik-jenis-dan-contohnya

11

Anda mungkin juga menyukai