Anda di halaman 1dari 10

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

UMKM adalah singkatan dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. UMKM diatur berdasarkan UU
Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil,dan Menengah. Berikut ini isi dari UU 20 Tahun 2008.
Usaha Mikro adalah usaha produktif yang dimiliki oleh individu dan / atau badan usaha perorangan yang
telah memenuhi kriteria untuk usaha mikro sebagaimana didefinisikan oleh Undang-undang ini.
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, dan dilakukan oleh orang perorangan
atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau
usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha Kecil
atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini.

Kriteria Aset dan Omzet UMKM

Kriteria Aset dan Omset UMKM

Pengertian UMKM dilihat dari besar kecilnya aset dan omzet.

Pertama-tama dapat kita simak mengenai definisi aset dan omzet.


aset /asét/ n 1 sesuatu yang mempunyai nilai tukar; 2 modal; kekayaan.
omzet/om·zet/ /omzét/ n jumlah uang hasil penjualan barang (dagangan) tertentu selama suatu masa
jual.
Aset dan omzet menjadi parameter penting sebuah skala badan usaha.

 Kriteria aset Usaha Mikro maksimal 50 Juta rupiah, sedangkan kriteria omzet Usaha
Mikro maksimal 300 juta rupiah.
 Kriteria aset Usaha Kecil berkisar 50 Juta – 500 juta rupiah , sedangkan kriteria omzet Usaha
Kecil berkisar antara 300 juta rupiah – 2,5 Miliar rupiah.
 Kriteria aset Usaha Menengah berkisar 500 juta rupiah – 10 Miliar rupiah , sedangkan kriteria omzet
Usaha Menengah berkisar antara 2,5 Miliar rupiah – 50 Miliar rupiah.

Klasifikasi UMKM dari perkembangan Aktivitas Bisnis.


Definisi UMKM dan Pengertian UMKM dilihat dari potensi dan perkembangan aktivitas bisnis.

Mengambil sudut pandang perkembangan aktivitas bisnis atau usahanya, Usaha Mikro Kecil dan
Menengah dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) model kelompok yaitu :

>> Livelihood Activities,


adalah kelompok Usaha Mikro Kecil dan Menengah sektor informal, dimana usaha tersebut digunakan
sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah. Contohnya adalah pedagang kaki lima.

>> Micro Enterprise,


adalah kelompok Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang memiliki kriteria usaha keterampilan dan
kerajinan namun belum memenuhi kriteria kewirausahaan.

>> Small Dynamic Enterprise,


adalah kelompok Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang telah memenuhi kriteria kewirausahaan dan
mampu untuk menerima proyek pekerjaan subkontrak maupun ekspor.

>> Fast Moving Enterprise,


adalah kelompok Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang dapat melakukan transformasi ke arah
kelompok Usaha Besar (UB).

Undang-Undang dan Peraturan tentang UMKM


Untuk memahami tentang definisi UMKM dan pengertian UMKM lebih lanjut, ada perlunya melihat
peraturan dan undang-undang yang berlaku. Berikut ini beberapa daftar Undang-Undang dan Peraturan
yang berkaitan dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia.
 UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil

 PP No. 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan

 PP No. 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil

 Inpres No. 10 Tahun 1999 tentang Pemberdayaan Usaha Menengah

 Keppres No. 127 Tahun 2001

 Keppres No. 56 Tahun 2002 tentang Restrukturisasi Kredit Usaha Kecil dan Menengah

 Permenneg BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan
Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan

 Permenneg BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara

 Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Berbagai kebijakan daerah juga terdapat hal-hal yang berkaitan dengan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah yang mungkin akan berbeda dengan daerah lainnya.
Peraturan tersebut tentu saja bukan dimaksudkan untuk membuat susah calon pengusaha, namun untuk
menjaga iklim bisnis yang sehat yang akan memajukan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia.

UMKM adalah Salah Satu Pilar Perekonomian Nasional


Setelah memahami pengertian UMKM dan definsi UMKM, berikutnya kita masuk ke dalam
peranan Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Peranan UMKM adalah sebagai pilar perekonomian nasional.
Mereka yang terjun dalam UMKM adalah mereka yang dikenal kebal menghadapi krisis. Salah satu
alasannya adalah kemampuan untuk bersikap fleksibel dan adaptif terhadap berbagai gejolak perubahan.
UMKM adalah sektor yang telah terbukti menyerap tenaga kerja hingga mencapai 90,9 juta pekerja atau
97,1% dari total tenaga kerja di Indonesia. Di Indonesia, UMKM adalah sektor yang jumlahnya
fenomenal, lebih dari 50 juta unit usaha di Indonesia ada di sektor ini. Sehingga, bisa dikatakan hampir
sebagian besar pelaku usaha di Indonesia sebenarnya adalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

UMKM adalah representasi perekonomian rakyat dan kita sadari tentu memiliki
sejumlah keterbatasan untuk bersaing dengan badan usaha dari pemodal besar. Untuk itulah intervensi
negara dibutuhkan jangan sampai Usaha Mikro Kecil dan Menengah terdesak oleh kehadiran pemodal
besar yang tidak berpihak pada kepentingan Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Cara untuk mendorong
kemajuan UMKM adalah dengan memberikan perhatian pada hal-hal seperti penguasaan teknologi,
fasilitas pembiayaan, kelancaran arus informasi, serta peningkatan kualitas sumberdaya
manusia.Menjadi harapan bersama agar keberpihakan kepada pilar perekonomian nasional ini tidak
hanya menjadi sebuah rutinitas slogan kampanye politik semata.
Salah satu kebutuhan dasar hidup manusia adalah kebutuhan akan pangan. Hal ini juga
dinyatakan dalam Undang-Undang Pangan Nomor 7/1996 bahwa pangan merupakan salah satu
kebutuhan pokok yang pemenuhannya merupakan bagian dari hak azasi manusia. Bahan dasar yang
sering dimanfaatkan untuk kebutuhan pangan salah satunya yaitu kacang-kacangan seperti kacang
kedelai. Kacang kedelai biasanya banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan baku
utama makanan seperti tahu dan tempe. Tahu merupakan bahan pangan yang amat popular dan cukup
potensial di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan jumlah nilai produksi industri tahu tertinggi diantara
produk turunan kedelai lainnya. Potensi yang baik ini dimanfaatkan oleh beberapa orang untuk dijadikan
sebagai usaha kecil menengah.

Proses produksi diawali dengan mengeluarkan kacang kedelai dari dalam gudang penyimpanan.
Kacang kedelai ini akan diperiksa apakah setelah disimpan masih memenuhi standar kualitas. Jika
memenuhi standar kualitas, maka kacang kedelai akan dicuci dan direndam selama 6 jam. Kacang
kedelai yang telah direndam, diangkat lalu dimasukkan ke dalam mesin penggilingan dan digiling hingga
halus. Gilingan kacang kedelai dimasak dengan menggunakan mesin uap. Proses memasak berlangsung
sekitar 15-20 menit. Gilingan kacang kedelai setelah dimasak akan berubah menjadi bubur kedelai.
Bubur kedelai disaring menggunakan kain belacu. Proses penyaringan dilakukan dengan
menggoyangkan kain agar air jatuh ke bawah. Air tersebut ditampung dalam wadah yang besar. Air hasil
proses penyaringan akan digunakan untuk membuat tahu. Air tersebut dicampur dengan asam cuka
agar menggumpal. Gumpalan tahu tersebut masih bercampur dengan air, sehingga perlu dipisah
terlebih dahulu. Gumpalan tahu yang sudah dipisahkan dengan air asam diletakkan di dalam cetakan
kayu yang sebelumnya dilapisi dengan kain belacu. Setelah itu cetakan ditutup dan ditindih agar air yang
masih tercampur pada gumpalan tahu dapat dibuang. Setelah tidak ada air lagi, maka tahu dikeluarkan
dari cetakan lalu dipotong-potong dan diletakkan di dalam tong bercampur dengan air asam. Maka
proses pengolahan selesai dan tahu siap dijual. Sebelum dikirim, tahu akan diperiksa kualitasnya dengan
dilihat langsung oleh pemilik. Tahu ini akan dikirim ke customer dengan menggunakan truk perusahaan.

Pengelolaan didalam perusahaan mencakup pengelolaan marketing, finance/accounting,


operation/production, dan sumber daya manusia yang masih tergabung menjadi satu dan bergantung
pada pemilik. Aktivitas marketing yang dilakukan hanya berupa pengiriman dan penawaran langsung di
awal bisnis untuk mencari pelanggan. Sedangkan dalam bidang finance/accounting, sumber modal
seluruhnya dari modal sendiri dan laba yang ditahan, pemilik membuat laporan laba rugi sederhana.
Bagian operation./production memproduksi 4- 5 ton tahu per hari dengan dibantu mesin uap agar lebih
efisien. Sedangkan pada aspek sumber daya manusia, karyawan dipekerjakan sesuai kompetensinya
dengan pengarahan langsung dari pemilik.

Strategi yang cocok bagi perusahaan yaitu (1) Cost Leadership dimana Strategi ini dirancang
karena dalam industri tahu dengan target pasar saat ini yaitu pedagang pasar tradisional, hal yang
terutama harus dipenuhi adalah harga yang murah serta kualitas terjaga. Harga tahu yang semakin
murah membuat customer tertarik dan membelinya. Oleh karena itu, UMKM Industri tahu dan tempe
dapat menerapkan strategi cost leadership dengan meningkatkan skala produksi dan peningkatan
efisiensi agar harga pokok penjualan dapat lebih rendah sehingga perusahaan dapat menjual tahu
dengan harga lebih murah. (2) Differentiation dimana Dalam menarget pasarnya yang ada sekarang
UMKM Industri tahu dan tempe harus menggunakan cost leadership. Namun untuk mengatasi ketatnya
persaingan yang ada perusahaan juga perlu menarget segmen lain. Perusahaan dapat membidik
masyarakat yang mulai menerapkan gaya hidup sehat yang terutama berasal dari kalangan menengah
keatas yang memiliki daya beli cukup tinggi. Perusahaan dapat menjual produknya ke masyarakat
menengah keatas dengan membuat jenis produk yang berbeda yaitu dengan kemasan yang diberi
merek dan berbagai informasi nilai gizi yang terkandung pada tahu. Tentunya produk ini dipasarkan
melalui saluran distribusi yang berbeda yaitu pasar retail modern, seperti supermarket danhypermarket.
Pemilihan saluran distribusi tersebut karena ada kecenderungan kalangan menengah keatas yang peduli
kesehatan telah beralih dari pasar tradisional ke pasar modern dan rela membayar lebih untuk produk
yang sama hanya dengan kemasan yang lebih menarik. Kemasan dan harga yang berbeda akan
menimbulkan persepsi yang berbeda walaupun sebenarnya tidak banyak perbedaan dari isi produk.
Dengan adanya nilai tambah tersebut dan target pasar yang berdaya beli lebih tinggi tentunya harga jual
produk juga akan lebih mahal dan margin laba yang lebih besar. (3) Backward Integration dimana
Strategi ini dirancang agar UMKM Industri tahu dan tempe tidak perlu lagi membeli bahan baku dari
pemasok. Akan lebih baik jika UMKM Industri tahu dan tempe membuat usaha pertanian khusus kacang
kedelai, dimana nantinya kacang kedelai tersebut digunakan untuk pembuatan tahu UMKM Industri
tahu dan tempe sendiri.

Dengan adanya hal tersebut, UMKM Industri tahu dan tempe akan terintegrasi antara pemasok
kacang kedelai dan pengolah kacang kedelai sehingga harganya bisa lebih murah. Strategi ini juga sangat
berguna untuk mengatasi masalah tidak stabilnya harga bahan baku karena jumlah pasokan di pasar
yang tidak stabil. Di sisi lain, strategi ini memiliki risiko gagal panen karena kurangnya pengalaman.
Untuk meminimalkan risiko ini, perusahaan disarankan hanya membeli tanah dan menyerahkan
pengelolaan pertanian tersebut pada petani kacang kedelai yang telah berpengalaman. Namun tetap
ada risiko gagal panen karena faktor alam yang diluar kendali manusia. Tetapi secara keseluruhan,
keuntungan dan risiko dari strategi ini lebih menguntungkan daripada menanggung risiko kenaikan
harga yang sangat fatal bagi produsen tahu. Strategi-strategi tersebut harus didukung dengan kebijakan
untuk merealisasikannya. Kebijakan yang dapat mendukung strategi tersebut adalah menambah modal
dengan memaksimalkan modal sendiri dan menggunakan pinjaman bank. Kebijakan tersebut digunakan
untuk mendukung kebijakan menambah kapasitas melalui peralatan dan jumlah tenaga kerja untuk
seluruh fungsi bisnis perusahaan, serta untuk pengembangan produk baru yang menarget segmen
menengah ke atas berikut pemasarannya, dan menjamin kestabilan bahan baku dengan membuat
pertanian kedelai sendiri.

Bagi orang Indonesia nama tahu tentulah tidak asing lagi untuk didengar, karena tahu sudah
termasuk makanan pokok (pengganti ikan). Tahu adalah salah satu makanan yang paling favorit bagi
orang Indonesia. Merupakan makanan yang selalu hadir disetiap harinya baik itu merupakan lauk
pendamping nasi maupun sebagai camilan, baik itu tanpa olahan maupun dengan dimodifikasi menjadi
bentuk panganan lainnya yang berbasis tahu.Disadari ataupun tidak sebagai hasil olahan kacang kedelai,
tahu merupakan makanan andalan untuk perbaikan gizi karena tahu mempunyai mutu protein nabati
terbaik karena mempunyai komposisi asam amino paling lengkap dan diyakini memiliki daya cerna yang
tinggi (sebesar 85%- 98%).Kandungan gizi dalam tahu, memang masih kalah dibandingkan lauk pauk
hewani, seperti telur, daging dan ikan.Namun, dengan harga yang lebih murah, masyarakat cenderung
lebih memilih mengkonsumsi tahu sebagai bahan makanan pengganti protein hewani untuk memenuhi
kebutuhan gizi. Tahu diproduksi dengan memanfaatkan sifat protein, yaitu akan menggumpal bila
bereaksi dengan asam (cuka). Penggumpalan protein oleh asam cuka akan berlangsung secara cepat dan
serentak di seluruh bagian cairan sari kedelai, sehingga sebagian besar air yang semula tercampur dalam
sari kedelai akan terperangkap didalamnya. Pengeluaran air yang terperangkap tersebut dapat dilakukan
dengan memberikan tekanan. Semakin besar tekanan yang diberikan, semakin banyak air dapat
dikeluarkan dari gumpalan protein. Gumpalan protein itulah yang kemudian disebut sebagai tahu.

Dari pembuatan tahu yang menggunakan cuka tersebut akan menghasilkan limbah dan apabila
dibuang akan menimbulkan bau dan pemandangan yang kurang baik, dan tentu saja hal ini akan
merusak lingkungan apabila limbah tersebut tidak diolah lebih dahulu sebelum dibuang. Biasanya hal ini
akan menimbulkan kecemasan tetangga sekitar pabrik pembuatan tahu tersebut. Kebiasaan seperti ini
kalau dibiarkan terus maka akan sangat berbahaya bagi sustainabilitas kehidupan sendiri. Untuk itu
harus dibangun, dilatih dan dibiasakan pembuatan tahu yang menggunakan bahan yang lebih ramah
lingkungan bahkan limbahnya dapat dipergunakan untuk tambahan penghasilan. Untuk merubah
kebiasaan seperti itu memang tidak mudah, harus diawali dari membangun mindset, yang kemudian
dilakukan pelatihan, diberikan contoh-contoh praktek.

Perkembangan teknologi yang terjadi akhir ini, terdapat suatu bahan yang bisa menggantikan
fungsi cuka untuk menggumpalkan bubur kedelai tersebut, zat itu tidak menimbulkan bau juga tidak
mengeluarkan limbah, serta tidak butuh tempat yang luas. Tahu model ini dikenal dengan tahu Nigarin.
Tahu Nigarin adalah tahu yang proses pembuatannya dengan menggunakan Nigarin atau sari air laut.
Penggunaan sari air laut untuk pembuatan tahu ini di rintis oleh Nelson Sembiring yang selama 9 tahun
menempuh studi di Jepang berkat beasiswa yang ia peroleh. Biasanya tahu yang kita kenal selama ini
proses pembuatannya menggunakan cuka. Memang tahu yang dibuat dengan cuka biayanya sangat
murah. Tapi tahu dengan cuka sangat boros air dalam proses pembuatannya. Limbahnya pun sangat
mengganggu lingkungan sekitar, dan yang sangat tidak dianjurkan efek cukanya bisa menyebabkan asam
lambung. Tahu Nigarin sangat hemat air, 1 kg kedelai hanya membutuhkan 7-10 liter air saja.

Tahu Nigarin diproses tanpa limbah, tidak berbau, dengan demikian proses pembuatan tahu
nigarin sangat ramah lingkungan. Selain itu, Nigarin mengandung mineral mikro yang sangat dibutuhkan
oleh tubuh. Nigarin memiliki kandungan lebih dari 80 jenis mineral, termasuk Magnesium, Kalium, Besi,
Kalsium, Boron, Selenium, dan Zinc. Selama proses pembuatan tahu ini ada tiga manfaat sekaligus yang
didapat yaitu bahan yang sudah mengental dijadikan tahu, air sisa perasan tahu bisa digunakan lagi
sebagai minuman yang banyak mengandung zat yang bagus untuk tubuh dan ampasnya bisa digunakan
untuk dibuat makanan lain seperti lentho (bahasa Jawa), tempe gembus dan juga dapat digunakan
untuk makanan ternak sehingga tak akan ada lagi limbah yang terbuang sia-sia dalam proses produksi
tahu model ini.

Dengan menggunakan sari air laut ini, kandungan Magnesium pada air sisa perasan tahu empat
kali lebih tinggi dari tahu biasa. Pada tahu dengan sari air laut, kandungan Magnesiumnya mencapai 8,06
mg per 100 gr. Sedangkan pada tahu biasa yang menggunakan cuka hanya 2,11 mg per 100 gr. Khusus
untuk tahu yang memakai cuka, meski mengandung Magnesium, dalam jangka panjang akan berefek
pada iritasi lambung. Melalui proses pembuatan tahu, Nigarin difungsikan sebagai pengental sari kedelai
yang sudah dididihkan sebagai pengganti cuka. Pada awalnya, kedelai yang sudah direndam beberapa
jam digiling menggunakan blender atau juicer. Air perasan itu dipanaskan hingga mendidih. Setelah itu,
beberapa tetes (sekitar 10-20 ml Nigarin/2 kg kedelai) dimasukkan ke dalam bubur kedelai itu. Air susu
kedelai itu langsung menghasilkan gumpalan-gumpalan protein bahan tahu di bagian atasnya. Gumpalan
itu diambil dengan serok/penyaring dan dimasukkan ke dalam cetakan tahu dan dipres. Jadilah tahu
sehat dan higienis yang siap dimakan langsung. Adapun air yang tersisa, bisa dibuat minuman sari
kedelai yang sehat dengan mencampurkan gula dan aneka perasa. Mengingat pentingnya persoalan
tersebut bagi sustainabilitas kehidupan manusia maka perguruan tinggi yang memiliki dan memahami
teknologi dan ilmunya, berkewajiban menularkan dan menerapkan kepada masyarakat produsen tahu
bahwa ada cara lain untuk pembuatan tahu yang lebih ramah lingkungan dan limbahnya dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan produk yang bisa menghasilkan tambahan pemasukan.

Pembuatan tahu yang ramah lingkungan (tanpa limbah) ini dimulai dari bagaimana caranya
membangun mindset peduli terhadap lingkungan dengan berupaya untuk melakukan kegiatan yang
tidak menimbulkan pencemaran atau perusakan lingkungan. Kemudian memberikan wawasan
pembuatan tahu tanpa limbah yang ramah lingkungan dengan menggunakan bahan yang mudah dan
murah untuk didapat, sedangkan penggunaan atau pembuatan tahu yang biasa dilakukan akan
menimbulkan selain limbah itu sendiri juga limbahnya akan mencemari lingkungan. Apabila tahu
tersebut dibuat dengan bahan yang ramah lingkungan maka akan banyak sekali pengurangan resiko
pencemaran lingkungan yang terjadi.

Perusahaan tahu pada umumnya berbentuk home industry yang menyerap tenaga kerja.
Permasalahan yang dihadapi perusahaan tahu biasanya dalam hal perolehan bahan baku kedelai. Harga
kedelai yang fluktuatif berpengaruh terhadap produksi tahu. Pengusaha tahu mendapatkan pendapatan
tergantung dari hasil penjualan dan biaya-biaya produksi yang harus dikeluarkan. Perusahaan tahu
dapat survive dalam usahanya jika mampu mengelola biaya secara efektif dan efisien untuk meraih
keuntungan sebesar-besarnya. Selama ini pengusaha olahan tahu memperhitungkan biaya produksi
hanya berdasarkan taksiran atau perkiraan saja.

Pengusaha tahu biasanya menghitung biaya produksi hanya dilihat dari perolehan bahan
bakunya saja tanpa memperhitungkan biaya tenaga kerja dan overhead pabrik karena rata-rata mereka
memproduksi tahu sendiri tanpa menghitung gaji untuk dirinya sendiri. Hal ini apabila dibiarkan terus
akan terjadi kerugian bahkan mengarah pada kegagalan usaha. Perusahaan yang memproduksi suatu
barang memerlukan infomasi jumlah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk. Biaya produksi
seperti bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik lainnya digunakan sebagai dasar untuk
menghitung harga pokok produksi. Dengan persaingan usaha antar perusahaan yang menghasilkan
produk sejenis, perusahaan harus mampu menghadapi tuntutan dan tantangan yang ada baik dari segi
kuantitas maupun kualitasnya. Penghitungan harga pokok produksi merupakan alat ukur untuk
menentukan harga pokok penjualan. Begitu juga dengan pelaku UMKM lainnya khususnya produksi tahu
harus benar-benar dapat menghitung biaya produksi yang dikeluarkan untuk menentukan harga jual.
Kesalahan dalam penghitungan harga pokok produksi berpengaruh terhadap harga jual.

UMKM dituntut lebih efektif dan efisien dalam menjalankan usahanya agar produk yang
dihasilkan mempunyai kualitas yang bagus sehingga memiliki daya saing dengan para kompetitor antar
UMKM. Selain kualitas penentuan harga jual harus dengan harga yang wajar tidak terlalu rendah dan
juga tidak terlalu tinggi. Apabila harga terlalu tinggi perusahaan kesulitan bersaing sebaliknya jika harga
teralalu rendah maka keuntungan yang diharapkan kurang maksimal. Untuk itu penentuan harga jual
harus dilakukan dengan penghitungan yang akurat dan tepat dalam menghasilkan produk. Usaha Mikro
Kecil Menengah pabrik tahu ”Populer” merupakan usaha rumahan yang mengolah produk makanan
berbahan dasar kedelai untuk dijadikan tahu yang merupakan makanan khas oleh-oleh. Untuk kualitas
dari tahu sudah tidak diragukan lagi karena pabrik tahu ”Populer” dalam pengolahan tahunya tidak
menggunakan bahan pengawet makanan kimia melainkan menggunakan tanaman pekak sehingga tidak
menimbulkan efek samping jika mengkonsumsi tahu terus menerus. Baik secara administratif maupun
pembukuannya UMKM pengelola usaha kurang memperhatikan. Menghindari terjadinya kesalahan
dalam penentuan harga pokok produksi diperlukan suatu metode yang tepat. Metode yang sebaiknya
digunakan adalah menggunakan metode biaya penuh (full costing).
Harga Pokok Produksi Perhitungan Harga Pokok Produksi UMKM Pabrik Tahu “POPULER”
menurut perusahaan. Harga Pokok Produksi (versi Perusahaan) Bulan April 2017
Perhitungan Harga Pokok Produksi UMKM Pabrik Tahu “POPULER” menurut perusahaan.
menggunakan Metode Full Costing.

No Keterangan Total biaya


1 Biaya bahan baku langsung 65.079.360
2 Biaya tenaga kerja langsung 8.888.000
3 Biaya overhead pabrik tetap 1.482.672
4 Biaya overhead pabrik variabel 9.616.000
Jumlah total (per April 2017) 85.066.032
Jumlah Produksi 124.800 Biaya per potong tahu kuning 681,62
Harga Pokok Penjualan untuk menentukan harga jual Perhitungan Harga Pokok Penjualan pada
UMKM Pabrik Tahu “POPULER” menurut perusahaan
UMKM Pabrik Tahu “POPULER” menentukan harga jual per biji tahu sebesar Rp. 1.000,00
penentuan harga tersebut berdasarkan perkiraan saja dengan kata lain menganggap dengan harga Rp.
1.000,00 sudah memperoleh laba.
Perhitungan harga pokok penjualan menggunakan metode full costing :
No Keterangan Total Biaya (Rp)
1 Harga Pokok Produksi 85.066.032
2 Biaya Pemasaran (non produksi) 4.697.240
3 Biaya Administrasi (non produksi) 500.000 4
Total 100.263.272
5 Jumlah Produksi (biji) 124.800
6 Biaya per biji 803,39
Dari tabel diatas diketahui bahwa harga pokok penjualan per biji tahu adalah Rp. 803,39 yang
diperoleh dari biaya produksi ditambah biaya non produksi (biaya pemasaran dan administrasi)
dibagi dengan jumlah produksi tahu dalam 1 bulan yaitu 124.800 biji tahu. Harga tersebut
menjadi dasar untuk menjual tahu per biji agar tidak menjual tahu dibawah harga tersebut. Laba
yang diharapkan oleh perusahaan dari produksi tahu adalah sebesar 30% dari harga pokok
penjualan.
Berdasarkan perhitungan diatas, untuk menentukan harga jual dapat ditentukan sebagai berikut
Harga jual/unit = Harga pokok penjualan + Persentase laba yang diinginkan =
Rp. 803,39 + (Rp. 803,39 X 30%) = Rp. 803,39 + Rp. 241,02 = Rp. 1.044,41 = Rp.
1.050,00 (pembulatan)
Pada perhitungan harga pokok produksi yang menggunakan metode full costing lebih tinggi
karena semua biaya dirinci secara detil mulai dari perhitungan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung maupun overhead pabrik baik tetap maupun variabel, sedangkan perusahaan hanya
menghitung biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, listrik dan kayu bakar, untuk biaya overhead
pabrik lainnya seperti perawatan mesin dan peralatan juga biaya penyusutan mesin dan peralatan tidak
dibebankan kepada perhitungan harga pokok produksinya

Anda mungkin juga menyukai