Anda di halaman 1dari 17

Dalam salah satu jenis pekerjaan yakni wiraswasta 

itu terdapat sub jenis perniagaan


yang dinamakan sebagai UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah).

Pengertian UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) sendiri merupakan hal yang
baru dalam kegiatan atau aktivitas perniagaan. UMKM ini bergerak dalam hal
perdagangan dimana dalam hal ini menyangkut pada aktivitas atau kegiatan
berwirausaha.

UMKM merupakan suatu usaha perdagangan yang dikelola oleh perorangan atau
juga badan usaha yang dalam hal ini termasuk juga sebagai kriteria usaha dalam
lingkup kecil atau juga mikro. Peraturan mengenai UMKM sudah dibahas didaalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008.

Pengertian UMKM Menurut Para Ahli


Pengertian tentang UMKM ini sudah diberikan penjelasan oleh para ahli. Ahli yang
menjelaskan tentang UMKM adalah antara lain;

1. Rudjito
Merupakan usaha kecil yang membantu perekonomian Indonesia. Dikatakan
membantu perekonomian Indonesia disebabkan karena dengan melalui
UMKM akan membentuk lapangan kerja baru serta juga meningkatkan devisa
negara dengan melalui pajak badan usaha.

2. Inna Primiana
Merupakan suatu aktivitas atau kegiatan ekonomi yang menjadi penggerak
pembangunan Indonesia ialaah seperti industri manufaktur, agribisnis,
agraris, dan juga sumberdaya manusia. Dalam arti ini mengindikasikan
bahwa UMKM ini mengandung arti pemulihan perekonomian Indonesia
dengan melalui pengembangan sektor perdagangan untuk program
pemberdayaan masyarakat yang membutuhkan pekerjaan.

3. Kwartono
Menurutnya, klasifikasi didalam usaha yang dapat dikatakan ialah sebagai
UMKM berarti usaha yang mempunyai kekayaan bersih <Rp. 200.000.000,-
yang mana perhitungan tersebut menurut dengan omset penjualan tahunan
perusahaan.

Kriteria UMKM
Sebuah usaha disebut sebagai usaha UMKM itu apabila memenuhi beberapa kriteria
tertentu. Didalam penetapan kriteria tersebut penting untuk bisa menentukan jenis
yang akan dikelola badan usaha supaya mendapatkan ijin usaha. Dibawah ini
merupakan penjelasan mengenai kriteria UMKM;

 Usaha Mikro
Merupakan suatu badan usaha dikatakan ialah sebagai masuk kriteria usaha mikro
jika mempunyai kekayaan bersih dibawah Rp. 50.000.000,- per bulan dalam hal
tersebut bangunan dan juga tempat usaha tidak masuk hitungan.

Contoh Usaha Mikro


Jenis usaha mikro diantaranya itu  warung nasi, tukang cukur, tambal ban, peternak
lele, warung kelontong,  peternak ayam, dsb.

Ciri-Ciri Usaha Mikro


Berikut ini adalah ciri-ciri usaha mikro:

1. Jenis barang yang dijual itu tidak selalu tetap atau sama, artinya dapat
berubah kapanpun.
2. Tempat usahanya juga tidak menetap, artinya dapat berpindah tempat
sewaktu-waktu.
3. Belum pernah melakukan dalam hal administrasi keuangan, serta juga
menggabungkan kekayaan keluarga dengan keuangan usaha.
4. Tetap dapat berkembang meski negara mengalami krisis ekonomi.
5. Tidak sensitif terhadap suku bunga.
6. Pemilik usaha mikro ini biasanya jujur serta ulet dan juga mau untuk
dibimbing apabila menerima pendekatan yang tepat.
7. Sulit untuk mendapat bantuan kredit dari perbankan
8. Tenaga kerja yang dimiliki tidak banyak, sekitar 1 sampai 5 orang saja,
termasuk juga anggota keluarganya.
9. Usahanya juga relatif kecil.
10. Lokasi usaha itu berada di lingkungan rumah.
11. Jarang terlibat dalam kegiatan atau aktivitas ekspor-impor.
12. Manajemen usaha juga dilakukan sendiri dengan secara sederhana.

 Usaha Kecil
Yang dikatakan ialah sebagai usaha kecil merupakan sebuah usaha yang dikelola
oleh perorangan dan juga bukan dengan melalui badan usaha. Kriteria usaha kecil
ialah sebagai usaha mikro jika mempunyai atau memiliki kekayaan bersih dibawah
Rp. 300.000.000,- per tahun.

Contoh Usaha Kecil


Pada hakikatnya, usaha kecil ini digolongkan menjadi tiga (3) macam jenis
diantaranya:

1. Industri kecil, contohnya seperti: industri logam, industri rumahan, industri


kerajinan tangan, dan lain sebagainya.
2. Perusahaan berskala kecil, contohnya seperti: koperasi, mini market,toserba,
dan lain-lain.
3. Usaha informal, contohnya seperti: pedagang kaki lima dengan menjual
sayur, daging, dsb.

Ciri-Ciri Usaha Kecil


Berikut ini merupakan beberapa hal yang membedakan usaha kecil dengan jenis
usaha lainnya:

1. Tidak mempunyai sistem pembukuan. Hal tersebut mengakibatkan


pengusaha kecil tidak dapat atau sulit mendapat bantuan kredit dari
perbankan.
2. Sulit untuk dalammeningkatkan atau juga memperbesar skala usahanya. Hal
tersebut terjadi disebabkan karena biasanya teknologi yang digunakan
memiliki sifat semi modern, bahkan juga ada yang mengerjakan usaha kecil
dengan secara tradisional (tanpa teknologi).
3. Tidak terlibat dalam aktivitas / kegiatan ekspor-impor.
4. Modal yang dimiliki jumlahnya terbatas.
5. Pemilik usaha kecil tidak dapat membayar gaji pegawai dalam jumlah besar.
6. Biaya produksi per unit lebih tinggi disebabkan karena pemilik usaha kecil ini
tidak mendapat diskon pembelian seperti yang didapat dari perusahaan
besar.
7. Jenis produk yang dijual juga tidak banyak. Apabila produk baru mereka tidak
laku di pasaran, atau juga produk lamanya itu ketinggalan zaman, usaha kecil
tersebut bisa saja mengalami kebangkrutan.
8. Kurang dapat dipercaya oleh masyarakat. Usaha kecil tersebut harus
berusaha dan juga memberikan bukti saat menawarkan produk baru.
Disebabkan, apabila reputasinya dulu itu kurang akan diperhitungkan oleh
masyarakat. Masyarakat akan cenderung menerima serta juga menyukai
produk dari perusahaan besar dikarenakan sudah memiliki namanya sudah
dikenal banyak orang.

 Usaha Menengah
Dikaatan sebagai usaha menengah jika keuntungan bersih badan usaha itu tidak
lebih dari Rp. 500.000.000,- per bulan. Perhitungan itu tidak termasuk kekayaan
tanah serta juga bangunan. Usaha menengah tersebut juga  termasuk kriteria UMKM
disebabkan karena  kepanjangan UMKM itu sendiri yakni Usaha Mikro Kecil dan
Menengah.

Contoh Usaha Menengah


Berikut ini adalah beberapa jenis usaha menengah:

1. Usaha perkebunan, perternakan, pertanian, kehutanan skala menengah.


2. Usaha perdagangan skala besar yang melibatkan aktivitas atau kegiatan
ekspor-impor.
3. Usaha ekspedisi muatan kapal laut, garmen, serta juga jasa transportasi
seperti bus dengan jalur antar propinsi.
4. Usaha industri makanan, minuman, elektronik, serta juga logam.
5. Usaha pertambangan.

Ciri-Ciri Usaha Menengah


Berikut ini adalah beberapa ciri usaha menengah yang membedakannya dengan
jenis usaha lain:

1. Memiliki manajemen usaha yang lebih baik dan lebih modern. Adanya
pembagian tugas yang jelas antara bagian produksi, bagian pemasaran,
bagian keuangan, dsb.
2. Pernah melakukan administrasi keuangan dengan cara menerapkan sistem
akuntansi secara teratur. Hal ini akan mempermudah pihak tertentu dalam
melakukan pemeriksaan dan juga penilaian.
3. Memberikan jaminan sosial kepada para pekerja, seperti jamsostek, jaminan
kesehatan, dsb.
4. Telah mengurus segala persyaratan legalitas, seperti izin tetangga, izin
usaha, NPWP, izin tempat, dan lain sebagainya.

Klasifikasi UMKM
Setelah membahas mengenai kriteria UMKM maka yang selanjutnya adalah
pembahasan mengenai klasifikasi UMKM. Penjelasan dibawah ini merupakan
klasifikasi dari UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah);

 Livelihood Activities (Lapangan Kerja Baru)


Dalam menjalankan UMKM ini tentunya akan menghasilkan suatu lapangan
pekerjaan yang baru. Lapangan pekerjaan baru itu memiliki manfaaat yakni untuk
mengurangi dampak penganguran dan juga menambah penghasilan masyarakat
yang belum mempunyai penghasilan / pendapatan.

 Mikro Enterprise (Sifat Kewirausahaan)


UMKM ini dapat menimbulkan sifat kewirausahaan. Sifat kewirausahaan tersebut
penting supaya masyarakat tidak selamanya terpengaruh pada statement menjadi
pegawai atau juga karyawan sepanjang hidupnya.

 Small Dinamic Enterprise (Jiwa Enterpreneurship)


Setelah memiliki sifat kewirausahaan, langkah seterusnya itu diharapkan mampu
memiliki jiwa entrepreneurship. Jiwa entrepreneurship ini perlu dimiliki seseorang jika
ia ingin meraih suatu kesuksesan.

 Fast Moving Enterprise (Motivasi Menjadi Usaha Besar)


Pelaku UMKM yang sudah membuka lapangan kerja baru, itu memiliki sifat
kewirausahaan, membangun jiwa entrepreneurship, kemudian akan terbentuk
dengan sendirinya untuk bisa memiliki sebuah usaha besar untuk dapat membangun
perekonomian Indonesia.

Ciri-ciri UMKM
UMKM didalam pelaksanaannya itu memiliki karakteristik yang berbeda. Karakteristik
ini bertujuan untuk dapat membedakan UMKM dengan jenis usaha lainnya.
Disebabkan karena UMKM sendiri merupakan bentuk usaha yang berbeda dengan
jenis usaha biasanya. Nah dibawah ini merupakan ciri-ciri dari UMKM diantaranya
sebagai berikut :

 Barangnya Dapat Berganti-ganti


Barang yang diperjual belikan dalam aktivitas atau kegiatan UMKM dapat berganti-
ganti. Hal tersebut dikarenakan UMKM merupakan usaha mikro kecil serta
menengah yang jumlah barang dagangannya itu belum terlalu banyak. Untuk itu
tidak akan ada masalah jikaberganti barang dagangan.

 Lokasi Dapat Berpindah-pindah


Lokasi didalam penerapan UMKM tersebut dapat berpindah-pindah. Perpindahan itu
disebabkana ijin badan usaha yang didapatkan oleh pengelola UMKM tersebut tidak
termasuk tanah dan jugaa bangunan. Maka akan dapata sangat mudah apabila ingin
berpindah lokasi pekerjaan.

 Belum Mempunyai Administrasi Organisasi


Didalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas perdagangan, suatu UMKM
menjalankan bisnisnya itu tidak atas dasar administrasi organisasi. Hal tersebut
disebabkan karena belum adanya pengaturan kebijakan dari badan usaha itu sendiri.
Jenis UMKM
Didalam pelaksanaannya, UMKM ini memiliki beberapa jenis. Jenis ini berfungsi
untuk bisa membagi beberapa jenis UMKM supaya mudah apabila menerima ijin
usaha dari pemerintah. Dibawah ini merupakan beberapa jenis dari UMKM.

1. Kuliner
Kuliner merupakan suatu usaha yang bergerak dalam segala macam bidang
makanan dan minuman. Kuliner tersebut dapat dijadikan ialaah sebagai
UMKM jika usaha penjualan makanan itu masih dalam lingkup UMKM yang
mengutamakan penjualan dalam jumlah mikro (kecil).

2. Fashion
Fashion m,erupakan suatu usaha di bidang pakaian. Salah satu darai
kebutuhan pokok manusia ialah pakaian. Usaha fashion ini merupakan usaha
yang menjanjikan disebabkan karena tiap-tiap orang membutuhkan pakaian.
Namun untuk usaha fashion yang termasuk ke dalam UMKM harus masuk
kriteria UMKM seperti pada penjelasan diatas.

3. Agribisnis
Agribisnis merupakan suatu usaha yang bergerak di bidang pertanian. UMKM
yang menjalankan mengenai agribisnis ini umumnya menjual pupuk, bibit
tanaman, pestisida, serta lain-lain. UMKM agribisnis tersebut juga biasanya
terdapat di pedesaan yang mempunyai lahan pertanian dalam jumlah cukup
banyak dan juga luas.

Kelebihan UMKM
Dibawah ini merupakan kelebihan yang dimiliki UMKM diantaranya sebagai berikut:

1. Pemilik usaha itu bebas dalam bertindak serta jugaa dalam mengambil
keputusan.
2. Pemilik umumnya memiliki peran atau juga turun tangan dengan secara
langsung dalam menjalankan usaha.
3. Usaha yang dijalankan itu memang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
setempat.

Kekurangan UMKM
Dibawah ini merupakan kekurangan yang dimiliki UMKM diantaranya sebagai
berikut:

1. Sulit untuk dapat mengembangkan usaha disebabkan karena jumlah modal


yang dimiliki terbatas.
2. Sulit untuk bissa mendapat karyawan disebabkan karena jumlah gaji yang
ditawarkan itu tidak terlalu besar.
3. Biasanya lemah dalam spesialisasi. Pemilik usaha UMKM ini tidak berjualan
barang tertentu dengan secara tetap. Artinya Mereka dapat saja menjual
barang lain dilain waktu.

Nah itulah penjelasan mengenai UMKM : Pengertian, Ciri, Kriteria, Klasifikasi, Jenis,
Kelebihan, Kekurangan dan Contohnya, semoga apa yang dipaparkan diatas dapat
bermanfaat untuk anda.
.1.1    Pengertian UMKM
UMKM adalah singkatan dari usaha mikro, kecil, dan menengah.
UMKM adalah salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara
maupun daerah, begitu juga dengan negara Indonesia UMKM ini sangat
memiliki peranan penting dalam lajunya perekonomian masyarakat. UMKM ini
juga sangat membantu negara/pemerintah dalam hal penciptaan lapangan
kerja baru dan lewat UMKM juga banyak tercipta unit unit kerja baru yang
menggunakan tenaga-tenaga baru yang dapat mendukung pendapatan rumah
tangga. Selain dari itu ukm juga memiliki fleksibilitas yang tinggi jika
dibandingkan dengan usaha yang berkapasitas lebih besar. UMKM ini perlu
perhatian yang khusus dan di dukung oleh informasi yang akurat, agar terjadi
link bisnis yang terarah antara pelaku usaha mikro, kecil dan menengah
dengan elemen daya saing usaha, yaitu jaringan pasar.
Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menurut Undang- Undang Nomor
20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) adalah :
·         Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini.
·         Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang
memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
·         Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini.

2.1.2              Ciri-ciri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)


a.       Ciri-ciri Usaha Mikro
·         Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti;
·         Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat;
·         Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak
memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha;
·         Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang
memadai;
·         Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah;
·         Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah
akses ke lembaga keuangan non bank;
·         Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk
NPWP.
·         Perputaran usaha (turn over) cukup tinggi, kemampuannya menyerap dana yang
mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap berjalan bahkan
terus berkembang;
·         Tidak sensitive terhadap suku bunga;
·         Tetap berkembang walau dalam situasi krisis ekonomi dan moneter;
·         Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu dan dapat menerima bimbingan asal
dilakukan dengan pendekatan yang tepat

b.      Ciri-ciri Usaha Kecil


·          Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang
berubah;
·         Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah;
·         Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana,
keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah
membuat neraca usaha;
·         Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP;
·         Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira usaha;
·         Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal;
·         Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik
seperti business planning.

c.       Ciri-ciri Usaha Menengah


·          Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih
teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian
keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi;
·         Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi
dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau
pemeriksaan termasuk oleh perbankan;
·         Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada
Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll;
·         Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha,
izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll;
·         Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan;
·         Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik.

2.1.3              Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

2.1.4              Kriteria UMKM  yang Sukses


§  Uang yang mencari kita, bukan kita mencari uang. Maksudnya adalah ketika
mendirikan usaha, konsumen yang datang mencari produk. Bukan produk
ditawarkan untuk memperoleh konsumen.
§  Jumlah pembeli terus bertambah.
§  Jumlah omzet terus meningkat.
§  Penghasilan dapat menutup biaya operasional.
§  Dapat menyisihkan laba untuk mengembangkan usaha.
§  Dapat mendelegasikan tugas.
§  Jumlah unit usaha terus bertambah.
§  Mampu menyejahterakan pemilik usaha.
§  Diakui dan atau memiliki prestasi.

2.1 Pengertian UMKM


Usaha Mikro Berdasarkan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM
(Usaha Menengah Kecil dan Mikro) adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan / atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang
memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. 
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini. 
Usaha mikro merupakan kegiatan usaha yang dapat memperluas lapangan
pekerjaan serta memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat
dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan
masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, serta berperan mewujudkan
stabilitas nasional. Selain itu, usaha mikro adalah salah satu pilar utama ekonomi
nasional yang medapatkan kesempatan utama, dukungan, perlindungan serta
pengembangan yang secara luas sebagai wujud pihak yang tegas kepada kelompok
usaha ekonomi rakyat, tanpa harus mengabaikan peranan usaha besar dan badan
usaha milik pemerintah.
Menurut Departemen Tenaga Kerja (Depnaker) usaha mikro adalah usaha yang
memiliki kurang dari 5 orang tenaga kerja.

2.2 Kriteria UMKM


Kriteria usaha kecil menurut UU No.9 tahun 1995 adalah sebagai berikut:
1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta
Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Milyar
Rupiah)
3) Milik Warga Negara Indonesia
4) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan
Usaha Menengah atau Usaha Besar
5) Berbentuk usaha orang perseorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum,
atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
Adapun kretiria UMKM berdasarkan tingkat usaha, jumlah aset dan omzet
penjualannya yaitu :
1) Usaha Mikro memiliki asset maks 50 juta dan omzet maks. 300 juta.
2) Usaha Kecil memiliki asset >50 juta-500 juta dengan omzet >300 juta-2,5 milyar.
3) Usaha Menengah >500 juta-10 milyar dengan omzet >2,5 milyar- 50 milyar.
2.3 Ciri-ciri UMKM
2.3.1 Ciri-ciri Usaha Mikro
1) Jenis hasil usahanya tidak tetap,dalam arti mereka bisa sewaktu-waktu berubah
usahanya.
2) Tempatnya,atau bahasa sederhananya ialah tempat usah mereka tidak tetap dan
suka berpindah-pindah.
3) Tidak memiliki sistem administrasi, walaupun yang sesederhana sekalipun dan
tidak jarang juga mereka tidak memisahkan keuangan usaha dengan keuangan
biaya pengeluaran keluarga.
4) SDM atau sumber daya manusianya belum begitu profesional.
5) Kebanyakan mereka belum begitu mengetahui cara berhubungan dengan
Bank,namun mereka biasa menggunakan layanan keuangan non-Bank
(rentenir,arisan Dll).
6) Tidak mempunyai ijin usaha apalagi nomor pokok wajib pajak atau NPWP.
2.3.2 Ciri-ciri Usaha Kecil
1) Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang
berubah;
2) Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah;
3) Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana,
keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah
membuat neraca usaha;
4) Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP;
5) Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira usaha;
6) Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal;
7) Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti
business planning.
2.3.3 Ciri-ciri Usaha Menengah
1) Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih
teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian
keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi;
2) Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi
dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau
pemeriksaan termasuk oleh perbankan;
3) Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada
Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll;
4) Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha,
izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll;
5) Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan;
6) Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik.

2.4 Permasalahan yang Dihadapi UMKM


Pada umumnya, permasalahan yang dihadapi oleh Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM), antara lain meliputi: 
A. Faktor Internal 
1. Keterbatasan Modal dan Akses Pembiayaan Modal 
Kurangnya Permodalan dan Terbatasnya Akses Pembiayaan Permodalan
merupakan faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan suatu unit usaha.
Kurangnya permodalan UMKM, oleh karena pada umumnya Usaha Mikro Kecil dan
Menengah merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup,
yang mengandalkan modal dari si pemilik yang jumlahnya sangat terbatas,
sedangkan modal pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya sulit diperoleh
karena persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta oleh bank tidak
dapat dipenuhi. Persyaratan yang menjadi hambatan terbesar bagi UMKM adalah
adanya ketentuan mengenai agunan karena tidak semua UMKM memiliki harta yang
memadai dan cukup untuk dijadikan agunan. 
2. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang Masih Rendah 
Sebagian besar usaha kecil tumbuh secara tradisional dan merupakan usaha
keluarga yang turun temurun. Keterbatasan kualitas SDM usaha kecil baik dari segi
pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilannya sangat berpengaruh
terhadap manajemen pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk
berkembang dengan optimal. Disamping itu dengan keterbatasan kualitas SDM-nya,
unit usaha tersebut relatif sulit untuk mengadopsi perkembangan teknologi baru
untuk meningkatkan daya saing produk yang dihasilkannya. Lemahnya Jaringan
Usaha dan Kemampuan Penetrasi Pasar Usaha kecil yang pada umumnya
merupakan unit usaha keluarga, mempunyai jaringan usaha yang sangat terbatas
dan kemampuan penetrasi pasar yang rendah, ditambah lagi produk yang dihasilkan
jumlahnya sangat terbatas dan mempunyai kualitas yang kurang kompetitif. Berbeda
dengan usaha besar yang telah mempunyai jaringan yang sudah solid serta
didukung dengan teknologi yang dapat menjangkau internasional dan promosi yang
baik.
B. Faktor Eksternal 
1. Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif 
Upaya pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dari tahun ke
tahun selalu dimonitor dan dievaluasi perkembangannya dalam hal kontribusinya
terhadap penciptaan produk domestik brutto (PDB), penyerapan tenaga kerja, ekspor
dan perkembangan pelaku usahanya serta keberadaan investasi Usaha Mikro Kecil
dan Menengah melalui pembentukan modal tetap brutto (investasi). Keseluruhan
indikator ekonomi makro tersebut selalu dijadikan acuan dalam penyusunan
kebijakan pemberdayaan UMKM serta menjadi indikator keberhasilan pelaksanaan
kebijakan yang telah dilaksanakan pada tahun sebelumnya.
2. Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha 
Kurangnya informasi yang berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, menyebabkan sarana dan prasarana yang mereka miliki juga tidak cepat
berkembang dan kurang mendukung kemajuan usahanya sebagaimana yang
diharapkan. Selain itu, tak jarang UMKM kesulitan dalam memperoleh tempat untuk
menjalankan usahanya yang disebabkan karena mahalnya harga sewa atau tempat
yang ada kurang strategis. 
3. Pungutan Liar
Praktek pungutan tidak resmi atau lebih dikenal dengan pungutan liar menjadi salah
satu kendala juga bagi UMKM karena menambah pengeluaran yang tidak sedikit.
Hal ini tidak hanya terjadi sekali namun dapat berulang kali secara periodik, misalnya
setiap minggu atau setiap bulan.
4. Implikasi Otonomi Daerah 
Dengan berlakunya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah yang kemudian diubah dengan UU No. 32 Tahun 2004, kewenangan daerah
mempunyai otonomi untuk mengatur dan mengurus masyarakat setempat.
Perubahan sistem ini akan mempunyai implikasi terhadap pelaku bisnis kecil dan
menengah berupa pungutan- pungutan baru yang dikenakan pada UMKM. Jika
kondisi ini tidak segera dibenahi maka akan menurunkan daya saing UMKM.
Disamping itu, semangat kedaerahan yang berlebihan, kadang menciptakan kondisi
yang kurang menarik bagi pengusaha luar daerah untuk mengembangkan usahanya
di daerah tersebut. 
5. Implikasi Perdagangan Bebas 
Sebagaimana diketahui bahwa AFTA yang mulai berlaku Tahun 2003 dan APEC
Tahun 2020 berimplikasi luas terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah untuk
bersaing dalam perdagangan bebas. Dalam hal ini, mau tidak mau UMKM dituntut
untuk melakukan proses produksi dengan produktif dan efisien, serta dapat
menghasilkan produk yang sesuai dengan frekuensi pasar global dengan standar
kualitas seperti isu kualitas (ISO 9000), isu lingkungan (ISO 14.000), dan isu Hak
Asasi Manusia (HAM) serta isu ketenagakerjaan. Isu ini sering digunakan secara
tidak fair oleh negara maju sebagai hambatan (Non Tariff Barrier for Trade). Untuk
itu, UMKM perlu mempersiapkan diri agar mampu bersaing baik secara keunggulan
komparatif maupun keunggulan kompetitif. 
6. Sifat Produk dengan Ketahanan Pendek
Sebagian besar produk industri kecil memiliki ciri atau karakteristik sebagai produk-
produk dan kerajinan-kerajian dengan ketahanan yang pendek. Dengan kata lain,
produk-produk yang dihasilkan UMKM Indonesia mudah rusak dan tidak tahan lama. 
7. Terbatasnya Akses Pasar 
Terbatasnya akses pasar akan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak dapat
dipasarkan secara kompetitif baik di pasar nasional maupun internasional.
8. Terbatasnya Akses Informasi 
Selain akses pembiayaan, UMKM juga menemui kesulitan dalam hal akses terhadap
informasi. Minimnya informasi yang diketahui oleh UMKM, sedikit banyak
memberikan pengaruh terhadap kompetisi dari produk ataupun jasa dari unit usaha
UMKM dengan produk lain dalam hal kualitas. Efek dari hal ini adalah tidak
mampunya produk dan jasa sebagai hasil dari UMKM untuk menembus pasar
ekspor. Namun, di sisi lain, terdapat pula produk atau jasa yang berpotensial untuk
bertarung di pasar internasional karena tidak memiliki jalur ataupun akses terhadap
pasar tersebut, pada akhirnya hanya beredar di pasar domestik.
2.5 Solusi untuk Mengatasi Permasalahan UMKM
Dengan mencermati permasalahan yang dihadapi oleh UMKM dan langkah-langkah
yang selama ini telah ditempuh, maka kedepannya, perlu diupayakan hal-hal sebagai
berikut:
a. Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif 
Pemerintah perlu mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif antara lain dengan
mengusahakan ketenteraman dan keamanan berusaha serta penyederhanaan
prosedur perijinan usaha, keringanan pajak dan sebagainya. 
b. Bantuan Permodalan 
Pemerintah perlu memperluas skema kredit khusus dengan syarat-syarat yang tidak
memberatkan bagi UMKM, untuk membantu peningkatan permodalannya, baik itu
melalui sektor jasa finansial formal, sektor jasa finansial informal, skema penjaminan,
leasing dan dana modal ventura.
c. Perlindungan Usaha 
Jenis-jenis usaha tertentu, terutama jenis usaha tradisional yang merupakan usaha
golongan ekonomi lemah, harus mendapatkan perlindungan dari pemerintah, baik itu
melalui undang-undang maupun peraturan pemerintah yang bermuara kepada saling
menguntungkan (win-win solution). 
d. Pengembangan Kemitraan
Perlu dikembangkan kemitraan yang saling membantu antar UMKM, atau antara
UMKM dengan pengusaha besar di dalam negeri maupun di luar negeri, untuk
menghindarkan terjadinya monopoli dalam usaha. Selain itu, juga untuk memperluas
pangsa pasar dan pengelolaan bisnis yang lebih efisien. 
e. Pelatihan
Pemerintah perlu meningkatkan pelatihan bagi UMKM baik dalam aspek
kewiraswastaan, manajemen, administrasi dan pengetahuan serta keterampilannya
dalam pengembangan usahanya. Selain itu, juga perlu diberi kesempatan untuk
menerapkan hasil pelatihan di lapangan untuk mempraktekkan teori melalui
pengembangan kemitraan rintisan. 
f. Membentuk Lembaga Khusus 
Perlu dibangun suatu lembaga yang khusus bertanggung jawab dalam
mengkoordinasikan semua kegiatan yang berkaitan dengan upaya
penumbuhkembangan UMKM dan juga berfungsi untuk mencari solusi dalam rangka
mengatasi permasalahan baik internal maupun eksternal yang dihadapi oleh UMKM.
g. Mengembangkan Sarana dan Prasarana
Perlu adanya pengalokasian tempat usaha bagi UMKM di tempat-tempat yang
strategis sehingga dapat menambah potensi berkembang bagi UMKM tersebut.

2.1  Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)


Usaha Mikro adalah badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro
sebagai mana di atur di undang-undang.
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh Badan
usaha bukan merupakan anak dari perusahaan atau bukan cabang dari perusahaan
yang memiliki yang merupakan bagian langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagai mana yang
diatur dalam Undang-undang.
Usaha Menengah adalah adalah usaha ekonomi yang berdiri sendiri yang dilakukan
oleh Badan usaha bukan merupakan anak dari perusahaan atau bukan cabang dari
perusahaan yang memiliki yang merupakan bagian langsung maupun tidak langsung
dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil
penjualan bersih tahunan sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang.
Berikut merupakan kriteria UMKM :
KRITERIA
No. URAIAN
ASSET OMZET

1 USAHA MIKRO Maks. 50 Juta Maks. 300 Ju

> 50 Juta - 500 > 300 Juta -


2 USAHA KECIL
Juta Miliar

USAHA > 500 Juta - 10 > 2,5 Miliar -


3
MENENGAH Miliar Miliar

2.2  Peran UKM sebagai perkembangan ekonomi di Indonesia


peran dan kontribusi UKM dalam struktur perekonomian nasional tidak hanya
menjadi salah satu prioritas nasional tetapi juga harapan bagi agenda percepatan
pembangunan yang sedang berjalan. UKM nasional selama ini merupakan salah
satu bantalan yang menjaga pertumbuhan ekonomi nasional, khususnya ketika
terjadi guncangan atau tekanan eksternal. Di saat ekonomi global memburuk, UKM
nasional berperan sebagai penopang pertumbuhan ekonomi dan penyediaan
lapangan pekerjaan.
Pemerintah konsisten dan berkomitmen besar dalam mendorong peningkatan
daya saing UKM nasional di tengah integrasi ekonomi global yang terus
menguat. UKM nasional terus diarahkan untuk memperkuat kapasitas SDM,
penguasaan pasar dan teknologi. Sehingga mampu bersaing di pasar global dan
menjadi flagship Indonesia di dunia internasional.
2.3  Manfaat UMKM
1. Kebebasan finansial
Terkadang keuntungan finansial bukan merupakan motivasi utama melakukan
kegiatan usaha, namun tidak bisa dipungkiri keuntungan finansial menjadi faktor
penting guna kelangsungan hidup usaha dan pertumbuhan serta menjadi daya tarik
tersendiri seseorang terjun ke dalam dunia usaha
2. Kemampuan mengontrol diri sendiri
Perjalanan selama proses mendirikan kegiatan usaha sampai berhasil memerlukan
kerja yang cukup lama dengan risiko yang cukup. Dengan berjalannya waktu serta
berbagai pengalaman baik ataupun buruk, kesuksesan serta kegagalan dalam
jangka panjang akan membentuk kemampuan seseorang untuk melakukan kontrol
apa yang akan dilakukan dan yang telah dilakukan serta kemampuan dalam diri
wirausaha.
3. Melakukan perubahan dalam hidup serta menggali potensi diri
Kesempatan yang cukup tinggi, perubahan kehidupan yang sangat cepat mendorong
banyak wirausaha mencoba melakukan bisnis untuk sekedar mengukur kemampuan
diri sendiri serta menggali potensi diri yang belum termanfaatkan, tuntutan kehidupan
dan juga kesempatan melakukan perubahan dalam hidupnya untuk mencapai
kehidupan yang lebih baik lagi.
4. Pengabdian diri dan mendapatkan pengakuan atas usaha
aktualisasi diri ataupun secara tidak langsung mendapatkan pengakuan atas
kemampuan dirinya. Wirausaha merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan
lingkungan di sekitarnya bahkan dalam cakupan yang lebih luas lagi. Pada masa
sekarang dan mendatang kewajiban wirausaha tidak bisa dilepaskan dari perilaku
etis serta tanggung jawab sosial kemasyarakatan sebagai bagian dari kehidupan
bisnisnya.
5. Tahan banting
Wirausaha memiliki kemampuan untuk bertahan. Terbukti di masa krisis lalu, usaha
kecil tetap survive dan mampu membantu menggerakkan ekonomi bangsa. Sifat
tahan banting dari usaha kecil ini memang sejalan dengan karakter entrepreneur
yang melekat pada diri pemilik usaha.
6. Lebih fokus pada konsumen
Usaha kecil biasanya lebih fokus dalam melayani konsumen. Mereka kenal siapa
pelanggan A, siapa pelanggan B. Karena mengenal pelanggan lebih baik, membuat
sebuah usaha kecil juga mampu melayani mereka dengan lebih optimal.
7. Mudah beradaptasi
tinggi. Kondisi Karena tidak berhirarki panjang seperti usaha besar, usaha kecil
punya kemampuan adaptasi yang pasar yang berubah, bisa dengan cepat diendus
dan diselaraskan dengan usahanya. Inovasi-inovasi baru, sekecil apapun itu,
biasanya muncul dalam kondisi tersebut.
8. Ikut menggerakkan ekonomi masyarakat
Dari menyerap lapangan kerja sampai ikut menggerakkan ekonomi sekitar, usaha
kecil berperan penting. Usaha jenis ini menjadi motor pertumbuhan ekonomi di
lingkungannya.  

9. Inovasi
Inovasi dilakukan dalam pengembangan produk, pemasaran, atau aspek internalnya.
Inovasi juga lebih lebih mudah dilakukan ketimbang di usaha besar yang biasanya
memiliki struktur organisasi dan proses kerja yang kompleks.
10. Fleksibel
mampu menyesuaikan dengan kondisi yang sedang terjadi. Daya lentur usaha kecil
ini yang membuatnya mampu bertahan dalam persaingan usaha.
11. Kebebasan
Bebas mengatur bagaimana strategi usahanya, bebas untuk mengambil keputusan
terbaik bagi usahanya, serta disertai tanggung jawab untuk menanggung segala
resikonya.

2.4.Perkembangan UMKM di Indonesia


Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang mengalami peningkatan yang
sangat menggembirakan dikarenakan berhasil menyumbangkan 57% dari PDB (di
dukung oleh data BPS tahun 2006 - 2010) dimana UMKM meningkat bukan hanya
dari segi kuantitas melainkan tenaga kerja, modal serta asset mereka. UMKM juga
dikatakan usaha ekonomi produktif yang cukup kuat, sekalipun terjadi gejolak atau
krisis mereka tidak terkena dampak yang begitu menyedihkan. Hal tersebut dikarena
prinsip kemandirian yang dimiliki yang artinya mereka memiliki modal sendiri dan
tidak terlalu bergantung pada lembaga lain  sehingga membuat mereka kokoh
hingga saat ini dan menjadi katup perekonomian negara.
Pencapaian yang sangat menggembirakn bagi UMKM kita tidak didapat hanya
dengan sekali mengedipkan mata. Banyak tantangan yang mereka harus lalui dan
banyak masalah yang harus mereka selesaikan baik secara modal, tenaga kerja,
kegiatan produksi dan hal lainnya. Sehingga apabila terdapat UMKM yang tidak siap
dan tak mampu menghindari atau mengatasi gejolak yang datang maka tidak
mustahil akan ada juga UMKM yang kolaps.
Berdasarkan masalah-maslah yang dialami oleh UMKM ,strategi penyelesaian
masalah-masalah tersebut yang mereka alami agar tak terulang kembali dan terus
meningkat baik secara kuantitas maupun kualitas. Strategi yang penulis sarankan,
baik bagi pemerintah khususnya Menteri Koperasi dan UMKM, anggota serta
pengurus koperasi di seluruh Indonesia dan para owner UMKM di seluruh Indonesia
untuk agar memiliki komitmen yang kuat untuk meningkatkan perekonomian
Indonesia melalui cara-cara berikut, diantaranya:
1. Penyediaan modal dan akses kepada sumber dan lembaga keuangan. Ditambah
dengan pemberian kemudahan (bukan berbelit-belit) dalam mengurus administrasi
untuk mendapatkan modal dari lembaga keuangan. Dapat juga melalui pengefektifan
dan pengefisienan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang telah disediakan oleh
pemerintah sebelumnya.
2. Meningkatkan kualitas dan kapasitas kompetensi SDM. Melalui pendidikan dan
pelatihan baik dilakukan oleh pemerintah maupun oleh koperasi atau UMKM itu
sendiri. Selain itu, untuk meningkatkan kualitas SDM, mereka perlu “dibangunkan”
kembali mengapa mereka berada di koperasi, orang yang masih konsisten berusaha
mengembalikan mindset orang yang  tidak aktif agar mereka mau berorganisasi
khususnya koperasi berdasarkan asas dan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.
3. Meningkatkan kemampuan pemasaran UMKMK. Pemberian pendidikan mengenai
pemasaran atau dengan cara membuka/merekrut tenaga profesional yang ahli dalam
hal pemasaran.
4. Meningkatkan akses informasi usaha bagi UMKMK.
5. Menjalin kemitraan yang saling menguntungkan antar pelaku usaha (UMKMK,
Usaha Besar dan BUMN).
6. Melakukan/membuat program goes to goal, yaitu langsung ke tujuan atau
sasaran. Dilakukan dengan cara memberikan bantuan baik modal, konsep, dan hal-
hal yang dibutuhkan oleh koperasi dan UMKM atau dengan membidik para individu
yang memiliki jiwa enterpreneur dengan tetap adanya prinsip prudensial dan adanya
manager investasi (meminjam istilah perbankan syariah dimana nasabah yang telah
diberi pinjaman tetap terus mendapat pengawasn atau layanan prima dalam
pengolahan dana yang ). Selama ini banyak orang ahli dalam bidang UMKMK
mengadakan seminar-seminar demi meningkatnya kualitas dan kuantitas dari
UMKMK, namun “efek” yang ada dari seminar tersebut tidaklah lama, hanya
bertahan sebentar, untuk itu lebih baik mereka mencari langsung terjun ke lapangan
untuk mencari orang-orang yang benar-benar serius di UMKMK dan jika dilihat
potensi usahanya bagus segera dipinjami dana dalam rangka mengembangkan
usahanya.

2.5.Data Perkembangan UMKM 5 tahun

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah unit usaha mikro sangat dominan, yakni
mencapai lebih dari  52 juta unit atau  98% lebih dari seluruh jenis unit usaha. Peran
mereka dalam PDB mencapai sekitar  32%  setiap tahunnya. Sementara itu jumlah
usaha kecil mencapai lebih dari 500 ribu unit usaha (1%) , dan peran mereka dalam
PDB rata-rata mencapai 10%. Untuk usaha menegah, jumlahnya mencapai 41 ribu
unit usaha (0,08%) dengan sumbangan terhadap PDB lebih dari 13%.  Sementara itu
jumlah usaha besar mencapai hampir 5000 unit (0,01%) dengan sumbangan
terhadap PDB sekitar 44%.

Anda mungkin juga menyukai