Anda di halaman 1dari 22

BAB X

KARAKTERISTIK USAHA KECIL MENENGAH

A. Capaian Pembelajaran

Setelah mengikuti materi karakteristik usaha kecil


menengah, mahasiswa diharapkan mampu:

1. Memahami dan menjelaskan tentang Pengertian


UKM dan UMKM.
2. Memahami dan menjelaskan terkait Kriteria UMKM
3. Memahami dan menjelaskan tentang Ciri dan
Karakteristik UMKM.
4. Memahami dan menjelaskan Pentingnya
memberdayakan UMKM.
5. Memahami dan menjelaskan Berbagai Masalah
dalam UMKM. 6. UU No 20 Tahun 2008 tentang
UMKM.

B. Materi

1. Pengertian UKM dan UMKM

Tentunya anda sering mendengar kata


“UMKM” atau bahkan ada beberapa diantara anda
yang sudah mengetahui apa itu UMKM dan atau

Koperasi Dan Usaha Kecil 196


menjadi salah satu pelaku UMKM? Dalam
pertemuan ini akan membahas mengenai definisi
atau pengertian dari usaha mikro kecil dan
menengah serta karakteristiknya, beberapa
pengertian usaha mikro kecil dan menengah juga
dijabarkan dalam undang-undang nomor 20 tahun
2008 di bab 1 Pasal 1 yang memiliki pengertian:

a. Usaha mikro adalah usaha produktif milik


perorangan yang memenuhi kriteria tertentu.

b. Usaha kecil adalah usaha milik perorangan atau


badan usaha yang berdiri sendiri dan memiliki
kriteria usaha tertentu.

c. Usaha menengah adalah usaha milik orang


perorangan atau badan usaha bukan merupakan
anak cabang dan dia memiliki hasil penjualan
tahunan.

Sedangkan pengertian UMKM menurut


Kementrian Koperasi dan UMKM dalam Aufar
(2014:8), memiliki beberapa pengertian:

a. Usaha kecil termasuk usaha mikro mempunyai


kekayaan bersih paling banyak 200 Juta, tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan
hasil penjualannya tiap tahun itu bisa mencapai 1
Miliar.

b. Usaha menengah, yaitu usaha yang dimiliki WNI


serta memiliki kekayaan bersih lebih besar dari

Koperasi Dan Usaha Kecil 197


200 Juta, tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha.

Perlu anda ketahui, Aufar (2014:9)


menuliskan dalam bukunya, pengertian UMKM
menurut Bank Indonesia, yaitu usaha milik warga
negara Indonesia yang tidak berbadan hukum,
berbentuk orang per orangan, seperti koperasi
misalnya, bukan anak perusahaan dan memiliki
kekayaan bersih yang dimiliki paling banyak Rp 200
Juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha, dan penjualan paling banyak Rp 200 Juta
setahun. Sedangkan usaha menengah itu memiliki
aset tetap untuk yang industri Rp 200 Juta sampai
500 Juta. Non industri Rp 200 Juta sampai 600
Juta.

Pendapat lain mengemukakan bahwa UMKM


adalah usaha orang perorangan atau berbadan
hukum, yang berdiri sendiri di semua sektor
ekonomi. Pada umumnya, usaha kecil, usaha mikro,
usaha menengah, usaha besar yang
membedakannya adalah jumlah aset, jumlah tenaga
kerja, hasil penjualan per tahun.

Kesimpulannya, bahwa pengertian UMKM


adalah usaha milik orang atau badan usaha bukan
merupakan anak cabang dan dia memiliki kriteria
tertentu dalam jumlah aset, hasil penjualan dan
jumlah pekerja.

Koperasi Dan Usaha Kecil 198


2. Kriteria UMKM

Seperti yang sudah dijelaskan diatas


mengenai kriteria UMKM yang dibedakan menjadi
beberapa kriteria dalam usaha, yaitu; Pertama,
kriteria usaha mikro memiliki kekayaan bersih Rp
50 Juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha dan omzetnya rata-rata per tahun paling
banyak Rp 300 Juta; Kedua, kriteria usaha kecil
memiliki kekayaan bersih yaitu Rp 50 Juta sampai
Rp 300 Juta tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha dan hasil penjualan tahunannya itu
lebih dari Rp 300 Juta sampai paling banyak Rp 2,5
Miliar per tahun. Ketiga, kriteria usaha menengah
memiliki kekayaan bersih Rp 500 Juta sampai Rp
10 Miliar diluar tanah dan bangunan tempat usaha.
Sedangkan hasil penjualannya berkisar Rp 2,5
Miliar sampai Rp 50 Miliar per tahun.

No. URAIAN ASET OMZET

1 Usaha Mikro Maksimum Rp 50 Maksimum Rp 300


Juta Juta

2 Usaha Kecil >Rp 50 Juta – 500 >Rp 300 Juta – 2.5


Juta Milyar

3 Usaha >Rp 500 Juta - <1 >Rp 2.5 Milyar - 50


Menengah Milyar Milyar

Koperasi Dan Usaha Kecil 199


Sumber: UU No. 20 Tahun 2008

Sementara itu, BPS merumuskan kriteria


UMKM berdasarkan jumlah tenagakerja seperti
pada tabel berikut:

No. KELOMPOK UMKM JUMLAH TENAGA


KERJA

1 Usaha Mikro Kurang dari 4 orang

2 Usaha Kecil 5 sampai dengan 19 orang

3 Usaha Menengah 20 sampai dengan 99


orang

Sumber: Biro Pusat Statistik (BPS)

Pandangan yang lain dari Musa Hubeis dalam


Azrul Tanjung (2017), bahwa pengelompokkan dan
pemahaman mengenai UMKM yang dijelaskan,
sebagai berikut:

a. Jenis kewirausahaan/ tahap pengembangan


usaha.

Ada tiga jenis kewirausahaan, diantaranya


adalah wirausaha perorangan, wirausaha
kelompok, dan kegiatan industri rumah tangga.

b. Tingkat penggunaan teknologi.

Dengan mengikuti pembaharuan teknologi, maka


wirausaha juga mampu meningkatkan usahanya

Koperasi Dan Usaha Kecil 200


salah satunya dengan membuka toko online
pada beberapa situs belanja.

Selanjutnya menurut Tambunan (2013),


UMKM dibedakan menjadi empat kelompok;
Pertama, Livelihood Activities yang digunakan
sebagai pencari nafkah, contoh yang biasa kita
kenal dengan pedagang kaki lima; Kedua, Micro
Enterprise, merupakan pengrajin tapi belum
memiliki sifat kewirausahaan; Ketiga Small Dynamic
Enterprise, UMKM yang sudah memiliki jiwa
kewirausahaan dan mampu bekerjasama dengan
perusahaan besar serta menerima ekspor;
Keempat, Fast Moving Enterprise, UMKM yang
telah memiliki jiwa kewirausahaan dan siap
melakukan perubahan menjadi usaha besar.

3. Ciri dan Karakteristik UMKM

Usaha kecil di Indonesia


sebenarnyamempunyai potensi yang besar untuk
dikembangkan karena pasarnya luasselainitubahan
baku yang mudah didapat serta sumber daya
manusia yang besar yang merupakan variabel
pendukung perkembangan dari usaha kecil
tersebut. Beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam usaha kecil di Indonesia seiring
perkembangan usaha kecil rumahan menuju
keberhasilan antara lain seperti:

Koperasi Dan Usaha Kecil 201


a. Adanya pengelolaan manajemen yang baik. Hal
tersebut dapat terlihat dengan adanya
perencanaan yang telah dibuat,
pengorganisasian, hingga tahap evaluasi
terhadap usaha tersebut.

b. Mengelola sistem produksi yang efisien dan


efektif.

c. Berinovasi dalam produk dan atau jasa.

Panji Anoraga dalam bukunya menerangkan


bahwa sektor usaha memiliki karakteristik
pembukuan yang masih manual lagi sederhana jadi
sulit untuk menilai keberhasilan dan keuntungan
yang didapat; keterbatasan modal; keuntungan tipis
karena persaingan ketat; pengalaman mengelola
suatu usaha masih terbatas; memasarkan barang
dan melakukan negosiasi masih rendah; sulit
mendapatkan sumber dana lain, karena kurangnya
jaringan dan belum ada legalitas usaha.

Bedanya UMKM dengan usaha besar juga


dikemukakan oleh Abdullah dalam Azrul Tanjung,
seperti belum adanya manajemen dalam usaha
tersebut, pencatatan keuangan masih manual,
pendidikan para pelaku bisnis masih relatif rendah,
belum mengenal lebih dalam mengenai perbankan,
belum adanya izin usaha, tenaga kerjanya hanya
sedikit (kurang dari 4 orang), tekun dalam usaha.

Koperasi Dan Usaha Kecil 202


Sementara itu, ciri-ciri usaha kecil diantaranya
memiliki karakteristik berikut; manajemen sudah
berjalan walaupun belum sempurna; surat izin
sudah ada; bekerja sama dengan perbankan;
tenaga kerjanya kurang dari 20 orang.

Ciri-ciri berikutnya dari usaha menengah,


yaitu; pendidikan para pelaku usaha sudah lebih
tinggi, adanya manajer yang berpendidikan sarjana;
surat izin legalitas sudah lebih lengkap; sudah
memanfaatkan perbankan dan bekerja sama lebih
banyak; adanya pemeliharaan karyawan; sudah
menggunakan sistem akuntansi dengan lebih baik.

Karakteristik utama UMKM lainnya dapat


diringkas melalui tabel berikut:

No. Aspek Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha


Menengah

1. Formali  Beroperasi di  Beberapa  Semua


tas struktur informal beroperasi disektor
disektor formal formal
 Usaha tidak
terdaftar  Beberapa tidak  Terdaftar
terdaftar dan
 Pajak jarang/
membayar
tidak dibayarkan.  Hanya sedikit
pajak
yang
membayar
pajak

Koperasi Dan Usaha Kecil 203


No Aspek Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha
Menengah

2. Organis  Dijalankan oleh  Dijalankan oleh Banyak


asi dan pemilik pemilik yang
Manaje mempekerj
 Tidak  Tidak ada ILD,
men akan
menerapkan MOF, ACS.
manajer
pembagian
professional
tenaga kerja
dan
internal (ILD)
menerapka
 Manajemen dan
n ILD,
struktur
MOF, ACS.
organisasi formal
(MOF)

 Sistem
pembukuan
formal (ACS)

3. Sifat Kebanyakan Beberapa Semua


dan menggunakan memakai memakai
kesemp anggota-anggota tenaga kerja tenaga
atan keluarga yang yang digaji. kerja yang
kerja tidak dibayar. digaji dan
memiliki
sistem
perekrutan
formal.

Koperasi Dan Usaha Kecil 204


4. Pola/  Derajat Beberapa Banyak
Sifat mekanisme memakai yang
dan sangat rendah/ mesin-mesin memiliki
proses manual baru. derajat
produk mekanisme
 Tingkat teknologi
si yang tinggi
rendah
(memiliki
akses
terhadap
teknologi
tinggi).

5. Orienta Umumnya  Banyak yang  Semua


si pasar menjual ke pasar menjual ke menjual ke
lokal untuk pasar domestic pasar
kelompok dan ekspor. domestic
berpendapatan dan banyak
 Melayani kelas
rendah. yang
menengah ke
ekspor.
bawah.
 Melayani
kelas
menengah
ke atas.

6. Profil  Pendidikan  Banyak yang  Sebagian


ekono rendah dan dari berpendidikan besar
mi dan rumah tangga baik dan berpendidik
sosial miskin. berasal dan an baik dan

Koperasi Dan Usaha Kecil 205


dari  Motivasi utama rumah tangga dari rumah
pemilik untuk bertahan non miskin. tangga
usaha hidup. makmur.
 Banyak yang
bermotivasi  Motivasi
bisnis. utama
adalah
mencari
profit.

7. Sumber Kebanyakan Beberapa Banyak


bahan menggunakan memakai bahan yang
baku bahan baku lokal baku impor dan memakai
dan dan uang sendiri. memiliki akses bahan baku
modal ke kredit formal. impor dan
memiliki
akses ke
kredit
formal.

8. Hubung Kebanyakan Banyak yang Sebagian


an tidak memiliki memiliki akses besar
ekono akses ke ke program- memiliki
mi program- program akses ke
program pemerintah dan program-
pemerintah dan memiliki program
tidak memiliki hubungan pemerintah
hubungan bisnis bisnis dengan dan banyak
dengan usaha usaha besar yang

Koperasi Dan Usaha Kecil 206


besar. (termasuk memiliki
penanaman hubungan
modal asing bisnis
(PMA)). dengan
usaha
besar,
termasuk
PMA.

9. Pengus Rasio wanita Rasio wanita Rasio


aha terhadap pria terhadap pria wanita
Wanita yang berprofesi yang berprofesi terhadap
sebagai sebagai pria yang
pengusaha pengusaha berprofesi
sangat tinggi. cukup tinggi. sebagai
pengusaha
sangat
rendah.

Sumber: Tulus Tambunan (2009)

4. Pentingnya Memberdayakan UMKM

Koperasi dan UMKM turut berperan dalam


perekonomian Indonesia, namun dalam
perkembangannya UMKM ini tidak berkembang
secara signifikan. Yang dimaksud adalah adanya
harapan bahwa UMKM mampu berkembang

Koperasi Dan Usaha Kecil 207


menjadi usaha kecil, usaha kecil berkembang
menjadi usaha menengah, hingga ke usaha besar.

Lambatnya perkembangan bisnis UMKM ini


disebabkan oleh beberapa fakr. Faktor-faktor
tersebut diantaranya:

a. Rendahnya koordinasi antar instansi pemerintah.

b. Kurangnya kerjasama antar program pemerintah


pusat dan pemerintah daerah.

c. Dana pemberdayaan UMKM kurang tepat


sasaran.

d. Kurangnya data tentang UMKM.

e. Belum optimalnya pemanfaatan teknologi.

f. Kepercayaan lembaga keuangan terhadap


UMKM masih sangat rendah.

g. Tidak dijadikannya koperasi sebagai wadah


gerakan ekonomi rakyat. Hal ini umumnya terjadi
karena ketidaktahuan masyarakat terhadap
pentingnya koperasi untuk menyatukan kekuatan
ekonomi UMKM.

Jika hambatan ini masih terus terjadi, maka


harapan adanya peningkatan UMKM menuju ke
usaha besar akan sulit dicapai. Butuh kerjasama
semua pihak dalam hal ini, tidak hanya pelaku
usaha itu sendiri, namun masyarakat sebagai

Koperasi Dan Usaha Kecil 208


konsumen, pemerintah sebagai pembuat kebijakan
juga diharapkan dapat berperan secara maksimal.

5. Berbagai Masalah dalam UMKM

Pada umumnya permasalahan yang dihadapi


oleh Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM),
diantaranya bersumber dari dalam usaha maupun
dari luar usaha:

a. Faktor internal

Masalah yang muncul dari dalam usaha


UMKM itu sendiri biasanya dikarenakan oleh
beberapa hal, yakni kurangnya modal, tentu hal
ini akan mempengaruhi jalannya bisnis sehingga
jika ini belum bisa diatasi akan menyebabkan
banyak masalah seperti, kurangnya bersaing
dengan kompetitor dalam hal sarana dan
prasana usaha yang disediakan oleh pelaku
usaha, minimnya teknologi dalam membuat
produk dan atau memasarkan produk, hingga
pada tahap kebangkrutan.

Hal selanjutnya yaitu masih rendahnya


pendidikan pelaku usaha, sehingga kurangnya
wawasan dalam mengembangkan usaha
tersebut, diikuti juga tidak mengikuti
pembaharuan dalam usahanya.

Koperasi Dan Usaha Kecil 209


Kemudian masalah selanjutnya muncul
karena kurangnya jaringan dalam
mengembangkan usaha. UMKM ini biasanya
terdiri dari usaha keluarga, jadi kesulitan untuk
berkembang karena kurangnya jaringan pasar,
seperti pemanfaatan sumber bahan baku yang
terbatas, penjualan yang hanya ditempat tertentu
saja (tidak berani melakukan penjualan ditempat
lain), kurang melakukan kerjasama dengan
pelaku usaha lain, dan lain sebagainya.

b. Faktor Eksternal

Masalah yang muncul dari luar usaha itu


sendiri dapat berupa: kebijaksanaan pemerintah,
iklim usaha yang belum kondusif, adanya pasar
bebas Asia (MEA) dimana pelaku usaha luar
negeri dapat bebas masuk ke Indonesia,
terbatasnya akses ke pasar, terbatasnya sarana
dan prasarana usaha, sifat produk dengan usia
waktu yang pendek dalam artian produk ini harus
cepat habis, minimnya strategi pengembangan
usaha.

Dengan memperhatikan masalah-masalah


yang ada, maka diharapkan ada beberapa upaya
yang bisa kita lakukan secara bersama,
diantaranya:

1) Dukungan dari pemerintah atas iklim usaha


yang lebih kondusif

Koperasi Dan Usaha Kecil 210


2) Bantuan permodalan

3) Adanya perlindungan usaha terutama dari


pemerintah

4) Pengembangan kemitraan, misalnya


membawa UMKM dapat bekerja sama
dengan pengusaha besar dalam dan luar
negeri

5) Pelatihan bagi para pelaku UMKM.

Pendapat lain yang dikemukakan Azrul


Tanjung (2017), bahwa dalam upaya
pengembangan UMKM memiliki banyak
masalah. Masalah yang terjadi berupa masalah
mengenai manajemen, pembiayaan, produksi
dan pemasaran. Kesulitan UMKM dalam
mengakses berbagai sumber-sumber ekonomi
merupakan salah satu penyebab. Faktor lain
yaitu, kurangnya dukungan dari masyarakat
dalam upaya pengembangan UMKM, misalnya
dengan mengkonsumsi produk lokal yang
dihasilkan UMKM.

a. Manajemen

Masalah yang terjadi dalam ruang lingkup


manajemen, dimana manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
serta penilaian evaluasi. Namun dalam
prakteknya, UMKM belum sepenuhnya

Koperasi Dan Usaha Kecil 211


menjalankan manajemen dalam usahanya
dengan baik. Hal tersebut dapat terlihat dengan
masih bercampurnya keperluan usaha dan
keperluan pribadi. Dalam hal ini, modal yang
terpakai, hingga keuntungan yang didapat sulit
diketahui, karena sering tercampur-adukkan.
Perlu adanya manajemen yang mampu
memisahkan hal tersebut, dengan pelaksanaan
manajemen yang tepat dan konsisten.

b. Produksi dan pemasaran

Selain dalam hal manajemen, ternyata


UMKM juga memiliki keterbatasan dalam
produksi dan pemasarannya. Keterbatasan ini
dapat terlihat ketika pelaku usaha melakukan
sebuah produksi yang masih menggunakan alat
yang sederhana, belum menggunakan teknologi
terkini. Dalam hal ini tentu tingkat produksi
menjadi lebih rendah.

Keterbatasan selanjutnya terjadi ketika


pelaku usaha ingin mendapatkan sumber bahan
baku, kesulitan dalam melakukan promosi,
kesulitan bersaing dipasar dengan perusahaan
yang lebih besar, serta belum bisa menjaga
loyalitas pelanggan.

Dengan beberapa keterbatasan tersebut,


hal ini akan membuat pelaku UMKM sulit
meningkatkan produksi dan pemasarannya.

Koperasi Dan Usaha Kecil 212


Dibutuhkan wawasan dan pengalaman lebih
banyak, agar pelaku UMKM dapat
mengembangkan usahanya.

c. Keuangan

Masalah yang umum terjadi dalam bidang


keuangan ini ialah, pelaku usaha kurang memiliki
jaringan, sehingga sulit mendapatkan sumber
modal tambahan serta pencatatan keuangan
usaha yang masih manual.

d. Hukum

Rata-rata dalam aspek hukum, pelaku


UMKM belum memiliki izin usaha, sehingga
legalitas tersebut juga mempengaruhi pelaku
UMKM dalam mendapatkan sumber modal dari
pihak lain, seperti investor, perbankan, maupun
lembaga lainnya.

Banyaknya permasalahan yang terjadi,


seharusnya membuat para pelaku UMKM
menyadari, bahwa aspek-aspek yang disebutkan
diatas merupakan hal penting dalam
mengembangkan usahanya. Perlu adanya usaha
yang lebih optimal, seperti menambah wawasan
dan pengalaman pelaku usaha dengan lebih
berani melakukan hal-hal yang belum pernah
dicobanya, berani menambah jaringan lebih luas
lagi, terus melakukan pembaharuan dalam

Koperasi Dan Usaha Kecil 213


usaha, dan masih banyak hal lainnya yang dapat
dilakukan dari para pelaku UMKM.

6. UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM

Diungkapkan oleh Azrul Tanjung (2017),


bahwa Undang-Undang No 20. Tahun 2008 belum
mampu menjawab persoalan UMKM yang ada di
Indonesia. UMKM seperti menjadi identitas bisnis
yang semu: ada tetapi tidak jelas keberadaannya.
Hal itu terlihat dari Undang-Undang, penguatan
kapitalisasi ekonomi diarahkan untuk UMKM,
dimana hal tersebut dapat mengancam UMKM. Ada
berbagai persoalan UMKM yang belum mampu
dijawab oleh Undang Undang tersebut:

a. Rumusan definisi dan karakteristik UMKM kurang


memiliki ciri khas “Indonesia”. Rumusan tersebut
seharusnya dapat diperluas, misalnya
berdasarkan jumlah tenaga kerja yang dimiliki,
karakteristik SDM-nya, penggunaan sumber
daya lokal, penggunaan teknologi, serta ciri-ciri
lain yang memiliki khas Indonesia.

b. Terkait tata cara UMKM agar dapat memperoleh


pendanaan dari sumber pendanaan usaha, hal
itu tidak menuntun UMKM kepada kemandirian.

c. Masalah lainnya yang belum terjawab adalah


ketidakjelasan bentuk dan besaran jaminan

Koperasi Dan Usaha Kecil 214


pemerintah terhadap UMKM terkait masalah
agunan. Dalam Undang-Undang ini hanya
disebutkan secara normatif bahwa pemerintah
akan membantu pendanaan serta
memperbanyak lembaga pembiayaan dan juga
jaringannya, agar UMKM dapat mengaksesnya
dengan lebih mudah.

d. Kurangnya dukungan yang signifikan terjadi di


Pasal 29 pada Undang-Undang ini. Dimana
kesempatan waralaba bagi UMKM sangat kecil
kemungkinannya, dikarenakan UMKM tidak
memiliki banyak sumber dana/ modal, sehingga
hal ini membuat UMKM kalah bersaing dengan
perusahaan yang lebih besar.

e. Pasal 21 ayat 2 menyebutkan BUMN dapat


menyediakan pembiayaan dari penyisihan
bagian laba tahunan yang dialokasikan kepada
UMKM dalam bentuk pemberian pinjaman,
penjaminan, hibah, dan pembiayaan lainnya.
Seharusnya, pasal ini menyebutkan BUMN wajib
menyisihkan beberapa persen keuntungannya
untuk pembangunan UMKM, sebagai wujud
kepedulian mereka terhadap UMKM dan juga
sebagai bagian dari demokrasi ekonomi.

f. Dalam Undang-Undang ini, masalah penerapan


sanksi semata-mata ditujukan hanya dalam
masalah kemitraan, terutama menyangkut

Koperasi Dan Usaha Kecil 215


larangan penguasaan usaha mikro/ oleh usaha
menengah dan besar, seperti yang tercantum
dalam Pasal 35. Seharusnya, sanksi juga
diterapkan pada pasal-pasal lainnya, terutama
pada pasal yang menyangkut pembiayaan dan
jaminan.

g. Hal penting lainnya adalah pembedaan secara


khusus antara UMKM dari negara luar dengan
UMKM dari dalam negeri. Hal ini dikhawatirkan
UMKM asing akan mendapatkan perlakuan yang
sama dengan UMKM lokal. Perlu adanya
ketegasan pemerintah dalam hal ini.

C. Latihan

1. Apa yang anda fahami dari Usaha Mikro Kecil dan


Menengah (UMKM)?
2. Apa kriteria yang anda ketahui terkait Usaha Mikro
kecil dan Menengah?
3. Jelaskan mengenai konsep dari UMKM itu sendiri!
4. Masalah apa saja yang timbul dari adanya kegiatan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)?
5. Menurut anda, mengapa kita perlu memberdayakan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)?
6. Bagaimana penjelasan terkait UU No. 20 Tahun
2008 tentang UMKM?

Koperasi Dan Usaha Kecil 216


D. Referensi

Aufar, Arizali. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Penggunaan Informasi
Akuntansi Pada UMKM (Survei Pada
Perusahaan Rekanan PT. PLN
(Persero) di Kota Bandung).

Pandji, Anoraga. 2010. Ekonomi Islam Kajian Makro dan


Mikro. Yogyakarta: PT. Dwi Chandra Wacana.

Tambunan, M Rudi. 2013. Pedoman Penyusunan


Standard Operating Prosedur, Edisi 2013,
Penerbit Maiesta.

Tanjung, M. Azrul. 2017. Koperasi dan UKM sebagai


Fondasi Perekonomian Indonesia. Jakarta:
Erlangga.

Tulus T. H Tambunan. 2009. UMKM di INDONESIA.


Bogor: Ghalia Indonesia.

Koperasi Dan Usaha Kecil 217

Anda mungkin juga menyukai