NIM : 711345121013
PRODI : D-III SANITASI
KEWIRAUSAHAAN
MATERI 1
“UNDANG – UNDANG USAHA KECIL (PRINSIP & KRITERIA)”
Sebagai orang Indonesia tentu pemandangan dan aktivitas kita sehari-hari tak
lepas dari berbagai layanan dan barang hasil kreasi pelaku UMKM. Dimulai dengan
aktivitas pagi hari ketika sarapan kita mencari bubur atau kue-kue makanan ringan
yang dijual UMKM, membeli kebutuhan pokok di warung dekat rumah, sampai
menitipkan anak di playgroupterdekat yang juga adalah UMKM. Adapun di era
digital saat ini, bahkan ada pula yang tidak memiliki toko serta hanya memasarkan
produknya secara online, dan belum memiliki perizinan usaha. Pelaku usaha dengan
karakteristik tersebut dapat ditemukan disekitar kita baik itu saudara, tetangga, teman
atau kita sendiri. Dari namanya UMKM memang memiliki kepanjangan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM), namun jangan salah si kecil ini memiliki kontribusi
yang sangat besar dan krusial bagi perekonomian kita secara makro.
Setiap orang berhak untuk melakukan suatu usaha, hal ini dilakukan untuk
memenuhi suatu kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka sehari-hari.
Di dalam kondisi perekonomian saat ini yang bertambah maju, maka akan
menimbulkan kondisi persaingan usaha yang semakin kompetitif, secara tidak
langsung juga akan meningkatkan persaingan antar para pelaku usaha. Hal ini dapat
menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat dimana para pelaku usaha berlomba-
lomba untuk mendapatkan profit sebanyak-banyaknya tanpa melihat usaha yang
dilakukannya itu merugikan orang lain atau tidak. Banyak pelaku usaha menggunakan
praktik persaingan usaha yang tidak sehat untuk menjatuhkan pelaku usaha yang
lainnya agar mendapatkan keuntungan sebanyakbanyaknya. Persaingan bebas
menciptakan situasi yang kompetitif dalam dunia usaha, memang ada segi positifnya
namun disisi lain juga mempunyai aspek negatif. Pengusaha yang memiliki modal
kuat, berpengalaman dan terampil akan cepat berkembang dan menguasai pasar. Hal
tersebut akan menghalangi masuknya pengusaha kecil/lemah. Bila tidak ada campur
tangan pemerintah melalui perangkat hukum, maka hal tersebut akan berlangsung
terus dan sebagai akibatnya tidak akan ada pemerataan pendapatan. Termasuk di
dalamnya adalah usaha masyarakat melalui UMKM.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN:
1. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995
TENTANG USAHA KECIL (TELAH DICABUT)
2. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008
TENTANG USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (YANG
MENGGANTIKAN UU RI NO.9/1995)
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang
UMKM, pasal 1, dinyatakan bahwa:
1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang tersebut.
2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau bukan cabang dari perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar
yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang tersebut.
3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam UndangUndang ini.
Prinsip pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, antara lain sebagai
berikut:
penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan setiap jenis usaha
untuk berkarya dengan prakarya sendiri;
perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan;
pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai dengan
kompetensi setiap jenis usaha;
peningkatan daya saing setiap jenis usaha; dan
penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara terpadu.
Di dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun 2008 tersebut, kriteria yang
digunakan untuk mendefinisikan UMKM seperti yang tercantum dalam Pasal 6 adalah
nilai kekayaan bersih atau nilai aset tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha,
atau hasil penjualan tahunan. Dengan kriteria sebagai berikut:
(1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah).
(2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima
ratus juta rupiah).
(3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00
(lima puluh milyar rupiah).
(4) Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan ayat (2) huruf
a, huruf b, serta ayat (3) huruf a, huruf b nilai nominalnya dapat diubah sesuai
dengan perkembangan perekonomian yang diatur dengan Peraturan Presiden.
DAFTAR PUSTAKA
Asep Hidayat, dkk. 2022. “PERAN UMKM (USAHA, MIKRO, KECIL,
MENENGAH) DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI NASIONAL”. Volume 3
Nomor 6, Jurnal Inovasi Penelitian. Bandung : Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati.