Anda di halaman 1dari 8

NAMA : DIANTY SUCI RAMADHANY

NIM : 711345121013
PRODI : D-III SANITASI

KEWIRAUSAHAAN
MATERI 4
“KOMPETENSI INTI DAN STRATEGI BERSAING DALAM
KEWIRAUSAHAAN”

Wirausaha yang sukses pada umumnya ialah mereka yang memiliki


kompetensi, yaitu meliputi sikap, motivasi, nilai serta tingkah laku yang diberikan
untuk melaksanakan pekerjaan. Kompetensi inti (core competencies) adalah
seperangkat kemampuan dan keuanian yang dikembangkan dalam daerah-daerah
operasional kunci, seperti mutu, layanan, inovasi, pembangunan tim, fleksibilitas
tinggi, cepat tanggap, dan hal lainnya yang dapat dilakukan untuk melebihi para
pesaing. Kompetensi inti akan menjadi dasar dari keunggulan kompetitif perusahaan
dan biasanya bertahan cukup lama.

Gery Hamel dan C. K. Parahalad dalam karyanya “Competing for The Future”
(1994), mengemukakan beberapa definisi kompetensi inti (core competency) sebagai
berikut:
1) Kompetensi inti menggambarkan kemampuan kepemimpinan dalam
serangkaian produk atau jasa.
2) Kompetensi adalah sekumpulan keterampilan dan teknologi yang dimiliki
perusahaan untuk dapat bersaing.
3) Kompetensi inti adalah keterampilan yang memungkinkan
perusahaan memberikan manfaat fundamental kepada pelanggan.
4) Sumber-sumber kompetensi secara kompetitif merupakan suatu keunikan
bersaing dan memberikan konstribusi terhadap nilai dan biaya konsumen.

Kompetesi inti perusahaan kecil sering kali berasal dari ukuran perusahaan
yang masih kecil sehingga memiliki kelincahan, kecepatan dan kedekatan dengan
pelanggan serta kemampuan untuk melakukan inovasi. Usaha kecil yang berhasil,
mengetahui segmen-segmen pasar dimana mereka bersaing dan membangun serta
memelihara kompetensi ini yang langsung berpengaruh pada efektivitas jangka
panjang mereka.
Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut memungkinkan wirausaha
untuk memusatkan sumber daya mereka dalam menciptakan atau memperkuat
kompetensi inti perusahaan, diantaranya:
 Siapakah pelanggan produk atau jasa kita?
 Apa karakteristik pelanggan kita (misalnya umur, pendapatan, kebiasaan belanja,
tepat tinggal)?
 Mengapa mereka membeli barang atau menggunakan jasa kita?
 Faktor-faktor apa yang menyebabkan mereka meningkatkan atau menurunkan
pembelian mereka?
 Apakah terdapat pelanggan utama dipasar? Bila ada siapa mereka itu?
 Berapa persentase penjualan total yang di peroleh dari pelanggan besar?
 Berapa jumlah pesaing akan yang dihadapi?
 Seberapa luas basis pelanggan kita?
 Seberapa peka bisnis kita dalam menghadapi perubahan tiba-tiba dalam hal
ekonomi, social atau politik?
Ada 10 kompetensi yang harus dimiliki wirausaha menurut Dan & Bradstreet
Business Credit Service (1993):
1) Knowing your business, yaitu harus mengetahui usaha apa yang akan dilakukan.
Seorang wirausaha harus mengetahui segala sesuatu yang ada hubungannya
dengan usaha atau bisnis yang akan lakukan. Misalnya, seorang yang akan
melakukan bisnis perhotelan maka ia harus memiliki pengetahuan tentang
perhotelan. Untuk bisnis pemasaran komputer, ia harus memiliki pengetahuan
tentang cara memasarkan komputer.
2) Knowing the basic business management, yaitu mengetahui dasar-dasar
pengelolaan bisnis, misalnya cara merancang usaha, mengorganisasi dan
mengendalikan perusahaan, termasuk dapat memperhitungkan, memprediksi,
mengadministnasikan dan membukukan kegiatan- kegiatan usaha. Mengetahui
manajemen bisnis beranti memahami kiat, cara, proses, dan pengelolaan semua
sumber daya secara efektif dan efisien.
3) Having the proper attitude, yaitu memiliki sikap yang benar terhadap usaha
yang dilakukannya. Ia harus bersikap sebagai pedagang, industriawan,
pengusaha yang sungguh- sungguh, dan tidak setengah hati.
4) Having adequate capital, yaitu memiliki modal yang cukup. Modal tidak hanya
berbentuk materi, tetapi juga moril. Kepercayaan dan keteguhan hati merupakan
modal utama dalam usaha. Oleh karena itu, harus cukup waktu cukup uang,
tenaga, tempat, dan mental.
5) Managing finances effectively, yaitu memiliki kemampuan mengatur/mengelola
keuangan secara efektif dan efisien, mencari sumber dana dan menggunakannya
secara tepat, serta mengendalikannya secara akurat.
6) Managing time efficiently, yaitu kemampuan mengatur waktu seefisien
mungkin. Mengatur, menghitung, dan menepati waktu sesuai dengan
kebutuhannya.
7) Managing people, yaitu kemampuan merencanakan, mengatur, mengarahkan,
menggerakan, dan mengendalikan orang-orang dalam menjalankan perusahaan.
8) Satisfying customer by providing high quality product, yaitu memberi kepuasan
kepada pelanggan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang bermutu,
bermanfaat, dan memuaskan.
9) Knowing how to compete, yaitu mengatahui strategi/cara bersaing. Wirausaha,
harus dapat mengungkap kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang
(opportunity), dan ancaman (threat) dirinya dan pesaing. Ia harus menggunakan
analisis SWOT baik terhadap dirinya maupun terhadap pesaing.
10) Copying with regulations and paper work, yaitu membuat aturan/pedoman yang
jelas (tersurat, tidak tersirat).

Di samping keterampilan dan kemampuan (kompetensi), wirausaha juga harus


memiliki pengalaman yang seimbang. Setidaknya, ada 4 (empat) kemampuan utama
yang diperlukan untuk mencapai pengalaman yang seimbang agar kewirausahaan
berhasil, yaitu:
1) Technical competence, yaitu memiliki kompetensi dalam bidang rancang bangun
(know-how) sesuai dengan bentuk usaha yang akan dipilih. Misalnya, kemampuan
dalam bidang teknik produksi dan desain produksi. Ia harus betul-betul
mengetahui bagaimana barang dan jasa itu dihasilkan dan disajikan.
2) Marketing competence, yaitu memiliki kompetensi dalam menemukan pasar yang
cocok, mengidentifikasi pelanggan dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan.
Ia harus mengetahui bagaimana menemukan peluang pasar yang spesifik,
misalnya pelanggan dan harga khusus yang belum dikelola pesaing.
3) Financial competence, yaitu memiliki kompetensi dalam bidang keuangan,
mengatur pembelian, penjualan, pembu-kuan, dan perhitungan laba/rugi. Ia harus
mengetahui bagaimana mendapatkan dana dan menggunakannya.
4) Human relation competence, yaitu kompetensi dalam mengembangkan hubungan
personal, seperti kemampuan berelasi dan menjalin kemitraan antar-perusahaan. Ia
harus mengetahui hubungan inter-personal secara sehat.

Keunggulan bersaing adalah kumpulan faktor-faktor yang membedakan suatu


perusahaan dari pesaingnya dan memberikan posisi yang unik dalam pasar. Menurut
Collin Montgomery 1998 : 5), strategi perusahaan adalah cara-cara perusahaan
menciptakan nilai melalui konfigurasi dan koordinasi aktivitas multipemasaran.
Meskipun dalam manajemen perusahaan modern seperti sekarang ini telah terjadi
pergeseran strategi, dari strategi memaksimalkan keuntungan pemegang saham
(mencari laba perusahaan) menjadi memaksimalkan keuntungan bagi semua yang
berkepentingan dalam perusahaan (stakeholder), yaitu individu atau kelompok yang
memiliki kepentingan dalam kegiatan perusahaan, seperti pemegang saham,
karyawan, manajemen, pembeli, masyarakat, pemasok, distributor dan pemerintah.
Akan tetapi, konsep laba tidak bisa dikesampingkan dan merupakan alat yang
penting bagi perusahaan untuk menciptakan manfaat bagi para pemilik kepentingan.
Salah satu tugas manajemen strategis adalah menciptakan laba yang bisa
dipergunakan sebagai sumber dana untuk investasi dan meningkatkan manfaat bagi
pemilik kepentingan. Menurut Albert Widjaja (1993), laba perusahaan masih
merupakan tujuan yang kritis bagi perusahaan dan menjadi ukuran keberhasilan,
tetapi bukan tujuan akhir dari suatu perusahaan.
Menurut teori ekonomi mikro neoklasik dari mazhab Austria, Perusahaan bisa
memperoleh keuntungan bila :
 Memiliki keunggulan yang unik
 Tercipta dari penemuan yang dilakukan para wirausaha
 Dihasilkan dari proses kreatif yang dinamis
 Menciptakan daya saing khusus
Menurut teori strategi dinamis dari Porter (1991), suatu perusahaan dapat
mencapai keberhasilan bila tiga kondisi dipenuhi, yaitu:
1. Tujuan perusahaan dan kebijakan fungsi-fungsi manajemen (seperti produksi dan
pemasaran) harus secara kolektif memperlihatkan posisi terkuat di pasar.
2. Tujuan dan kebijakan tersebut ditumbuhkan berdasarkan kekuatan perusahaan,
serta diperbaharui terus (dinamis) sesuai dengan perubahan peluang dan ancaman
lingkungan eksternal.
3. Perusahaan harus memiliki dan menggali / mengeksploitasi kompetensi khusus
sebagai pendorong untuk menjalankan perusahaan, misalnya dengan “reputasi
merek” dan biaya produksi yang rendah. Bila kompetensi khusus ini tidak diubah,
maka tingkat keuntungan perusahaan bisa menurun.
Menurut Mintzberg (1990) dalam teori, “Design school”, mengemukakan
bahwa perusahaan mendesain strategi perusahaan yang cocok antara peluang dan
ancaman eksternal dengan kemampuan internal yang memadai dan berpedoman pada
pilihan alternatif dari strategi besar (grand strategy), didukung dengan menumbuhkan
kapabilitas inti yang merupakan kompetensi khusus dari pengelolaan sumber daya
perusahaan.
Sedangkan untuk menghadapi persaingan yang semakin kompleks dan krisis
eksternal, Menurut Mahoney dan Pandian (1992), perusahaan kecil dapat
menggunakan teori “resource based strategy (teori berbasis sumber daya)”. Pada
teori berbasis sumber daya mengutamakan pengembangan kapabilitas internal
yang unggul, tidak transparan, sukar ditiru oleh pesaing, memberi daya saing
jangka panjang yang melebihi tuntutan pasar saat ini, dan kebal terhadap resesi.
Menurut teori ini, perusahaan dapat meraih keuntungan melalui penggunaan sumber
daya yang lebih baik, yaitu dengan:
 Pola organisasi dan administrasi yang baik.
 Perpaduan aset fisik berwujud seperti sumber daya manusia dan alam, serta aset
tidak berwujud seperti kebiasaan berfikir kreatif (Penrose, 1995) dan keterampilan
manajerial.
 Budaya perusahaan.
 Proses kerja dan penyesuaian yang cepat atas tuntutan baru.
Baik teori strategi dinamis maupun strategi berbasis sumber daya, kelihatanya
sangat relevan bila diterapkan dalam pembangunan dan pengembangan perusahaan
kecil di Indonesia yang dihadapkan pada persaingan bebas dan krisis ekonomi yang
berkepanjangan seperti saat ini. Menurut Grant (1991), terdapat beberapa langkah
yang dapat digunakan untuk mengembangkan strategi berbasis sumber daya,
diantaranya:
1. Mengidentifikasi dan mengklasifikasi sumber daya berupa Teknologi, Kapabilitas
karyawan, Paten dan merek, Kemampuan keuangan, Kecangihan pemasaran, dan
Pelayanan pelanggan. Selanjutnya sumber daya tersebut diklasifikasikan menjadi:
a. Sumber daya finansial
b. Sumber daya fisik
c. Sumber daya manusia
d. Sumber daya teknologi
e. Sumber daya reputasi organisasi
2. Mengidentifikasi dan mengevaluasi kemampuan atau kapabilitas. Kapabilitas
adalah kemampuan perusahaan untuk mengintegritasikan ide baru, keterampilan,
dan pengetahuan lain yang menjadi kunci berpikir kreatif.
3. Menyortir dan mengembangkan kapabilitas untuk diterapkan di pasar guna
mencapai keuntungan tinggi secara berkesinambungan yang sulit ditiru atau
disaingi. Pada tahap ini, kapabilitas harus dipelihara dalam hal:
a) Daya tahan, yaitu perlu untuk terus diperbarui atau dimodifikasi dengan
mencari pengetahuan dan ide-ide baru.
b) Tidak boleh transparan, yaitu dengan mengembangkan kapabilitas yang
beragam dan tidak menggantungkan salah satu sumber kapabilitas sehingga
sulit diamati atau direkonstruksi oleh orang lain.
4. Memformulasikan strategi pengembangan sumber daya inti dan kapabilitas
seefektif mungkin pada semua kegiatan manajemen.
Untuk menghadapi kondisi yang semakin dinamis, perusahaan harus
menekankan strategi yang berfokus pada pengembangan kompetensi inti,
pengetahuan, dan keunikan asset tidak berwujud untuk menciptakan keunggulan.
Strategi Bersaing dalam Kewirausahaan adalah konsep strategi pemasaran dari
bauran pemasaran (marketing mix) yang dikenal dengan 4P ditambah satu P yaitu
probe (penelitian dan pengembangan). Jadi urutan bauran pemasarannya adalah:
1. Probe (penelitian dan pengembangan)
2. Product (barang dan jasa)
3. Price (harga)
4. Place (tempat)
5. Promotion (promosi)

Dalam manajemen strategis yang baru, Mintzberg mengemukakan 5P yang


sama artinya dengan strategi, yaitu :
1. Plan (perencanaan), konsep strategi tidak lepas dari aspek perencanaan, arahan
atau acuan gerak langkah perusahaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan.
Akan tetapi, tidak selamanya strategi adalah perencanaan ke masa depan yang
belum dilaksanakan. Strategi juga menyangkut segala sesuatu yang telah
dilakukan sebelumnya.
2. Patern (pola), starategi adalah pola, yang selanjutnya disebut sebagai intended
strategy, karena belum terlaksana dan berorientasi ke masa depan, atau disebut
juga sebagai realized strategy karena telah dilakukan oleh perusahaan.
3. Position (posisi), artinya memposisikan produk tertentu ke pasar tertentu yang di
tuju. Strategi menurut Mintzberg cenderung melihat ke bawah, yaitu ke suatu titik
bidik dimana produk tertentu bertemu dengan pelanggan, dan melihat keluar yaitu
meninjau berbagai aspek lingkungan eksternal.
4. Perspectif (perspektif), yakni strategi perspektif cenderung lebih melihat ke
dalam, yaitu ke dalam organisasi, dan ke atas, yaitu melihat visi utama dari
perusahaan.
5. Play (taktik), strategi adalah suatu manuver tertentu untuk memperdaya lawan
atau pesaing.

Para ahli mengemukakan beberapa strategi, diantaranya adalah sebagai


berikut:

a. Teori Strategi Generik dan Keunggulan Bersaing


Michael P. Porter (1997 dan 1998) mengungkapkan beberapa strategi yang
dapat digunakan perusahaan untuk bersaing, yakni:
1. Persaingan merupakan inti keberhasilan dan kegagalan. Hal ini berarti bahwa
keberhasilan atau kegagalan bergantung pada keberanian perusahan untuk
dapat bersaing. Strategi bersaing dimaksudkan untuk mempertahankan tingkat
keuntungan dan posisi yang langgeng ketika menghadapi persaingan.
2. Keunggulan bersaing berkembang dari nilai yang mampu diciptakan oleh
perusahaan bagi langganan atau pembeli. Keunggulan bersaing,
menggambarkan cara memilih dan mengimplementasikan strategi generik
(biaya rendah, diferensiasi, dan fokus) untuk mencapai dan mempertahankan
keunggulan bersaing.
3. Ada dua jenis dasar keunggulan bersaing, yaitu biaya rendah dan diferensiasi.
Semua keunggulan bersaing ini berasal dari struktur industri. Perusahan yang
berhasil dengan strategi biaya rendah memiliki kemampuan dalam mendesain
produk dan pasar yang lebih efisien dibandingkan pesaing. Sedangkan
diferensiasi adalah kemampuan uuntuk menghasilkan barang dan jasa unik
serta memililki nilai lebih (superior value) bagi pembeli dalam bentuk kualitas
produk, sifat-sifat khusus, dan pelayanan lainnya.
4. Kedua jenis dasar keunggulan diatas menghasilkan tiga strategi generik
(Porter, 1997: 11-13), yaitu:
i. Biaya rendah, yakni strategi yang mengandalkan keunggulan biaya yang
relatif rendah dalam menghasilakan barang dan jasa (pengerjaan berskala
ekonomis, teknologi milik sendiri, dan akses preferensi ke bahan baku).
ii. Diferensiasi, yakni kemampuan untuk menghasilkan barang dan jasa
unik dan memiliki nilai lebih dalam bentuk kualitas, sifat-sifat khusus,
dan pelayanan lainnya (diferensiasi produk, diferensiasi sistem
penyerahan / penyampaian produk, diferensiasi pendekatan pemasaran,
diferensiasi dalam peralatan dan konstruksi, dan diferensiasi dalam citra
produk).
iii. Fokus, yakni strategi yang berusaha mencari keunggulan dalam segmen
sasaran tertentu. Strategi fokus memiliki dua variabel utama, yaitu fokus
biaya dan fokus diferensiasi.

b. Strategi The New ‘7-S’s (D’Aveni)


Richard A. D’Aveni (1994: 253) mengemukakan suatu ide dasar bahwa
perusahaan harus menekankan strategi yang berfokus pada pengembangan
kompetensi inti, pengetahuan, dan keunikan aset tidak berwujud untuk
menciptakan keunggulan. Oleh karena itu, D’Aveni mengajukan tujuh kunci
keberhasilan perusahaan dalam lingkungan persaingan yang sangat dinamis yang
dikenal dengan “The New 7-S’s”.
Konsep “The New 7-S’s” ini meliputi pokok-pokok dasar antara lain
sebagai berikut:
1. Superior stakeholder satisfaction, bertujuan memberikan kepuasan jauh
diatas rata-rata kepada stakeholder.
2. Soothsaying, berfokus pada sasaran, artinya perusahaan harus mencari posisi
yang tepat bagi produk dan jasa-jasa yang dihasilkan perusahaan.
3. Positioning for speed, yakni startegi dalam memosisikan perusahaan secara
cepat di pasar.
4. Positioning for surprise, yaitu membuat posisi yang mencengangkan melalui
barang dan jasa-jasa baru yang lebih unik dan berbeda serta memberikan nilai
tambah baru sehingga konsumen lebih menyukainya.
5. Shifting the role of the game, yakni strategi mengubah pola-pola persaingan
perusahaan yang dimainkan sehingga pesaing terganggu dengan pola baru
yang berbeda.
6. Signaling strategic intent, adalah strategi mengutamakan perasaaan.
Kedekatan dengan para karyawan, relasi, dan konsumen merupakan strategi
yang ampuh untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
7. Simultanous and sequential strategic thrusts, yakni strategi mengembangkan
faktorfaktor pendorong atau penggerak strategi secara simultan dan berurutan
melalui penciptaan barang dan jasa yang selalu memberikan kepuasan kepada
konsumen.
Kunci utama dari The New 7-S’s adalah menggunakan inisiatif untuk
merebut persaingan. Menurut D’Aveni, The New 7-S’s menyangkut penciptaan
sesuatu yang baru dan berbeda untuk masa yang akan datang. Strategi ini
dimaksudkan untuk membatasi strategi dinamis yang dimilki oleh pesaing.
D’Aveni mengelompokkan New 7-S’s di atas menjadi tiga kelompok yang sangat
efektif untuk mengganggu pasar, meliputi visi, kemampuan, dan taktik. Kerangka
kerja The New 7-S’s berdasar pada strategi penemuan dan pengembangan
keunggulan melalui gangguan pasar, bukan berdasarkan keunggulan yang
berkesinambungan dan keseimbangan yang sempurna. Tujuan dari The New 7-S’s
adalah menciptakan gangguan melalui penciptaaan keunggulan-keunggulan baru
yang berkesinambungan.
DAFTAR PUSTAKA

Arini Lisyawati dan Ulfa Ayu Kartika. 2016. “KOMPETENSI INTI


USAHA DAN STRATEGI BERSAING DALAM KEWIRAUSAHAAN”.

Deny Listina dan Rosaly Franksiska. “KEWIRAUSAHAAN DAN


STRATEGI BERSAING PEDAGANG SEMBAKO DI PASAR RAYA I KOTA
SALATIGA” Jurnal Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW. Salatiga : Universitas
Kristen Satya Wacana.

Indrawalmen Sinaga. 2015. “KOMPETENSI INTI USAHA DAN


STRATEGI BERSAING DALAM KEWIRAUSAHAAN”. Depok : Universitas
Gunadarma.

Muhammad Hasan, dkk. 2021. “KEWIRAUSAHAAN”. Bandung :


PENERBIT MEDIA SAINS INDONESIA.

Anda mungkin juga menyukai